Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK 5
LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum metrologi yang membahas pengukuran kekasaran permukaan tepat pada waktunya dengan hasil yang baik. Laporan ini berisi teori-teori dasar mengenai kekasaran permukaan , cara penggunaan alat ukur kekasaran permukaan. Prosedur praktikum yang sangat berguna untuk mendapatkan hasil yang baik pada saat ingin melakukan pengukuran menggunakan alat ukur kekasaran permukaan penulis isikan dalam laporan ini, Laporan ini juga berisi data analisa dari praktikan berdasarkan data yang didapatkan selama praktikum. Gambar-gambar yang mendukung penulis lampirkan dalam laporan ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada laporan ini baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan-laporan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat membantu dalam pelaksanaannya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih. Pekanbaru, Desember 2011 Penulis
|i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii DAFTAR TABEL......................................................................................... iv DAFTAR NOTASI ....................................................................................... v BAB I........................................................................................................1 PENDAHULUAN .........................................................................................1 1.1 Latar Belakang ..............................................................................1 1.2 Tujuan Praktikum ..........................................................................1 1.3 Alat-Alat yang Digunakan ...............................................................1 1.4 Benda Ukur ...................................................................................2 1.5 Pelaksanaan Praktikum ..................................................................2 BAB II ......................................................................................................3 TEORI DASAR ...........................................................................................3 2.1 Pengertian Kekasaran Permukaan ...................................................3 2.11 Permukaan dan Profil .............................................................3 2.12 Parameter Kekasaran Permukaan............................................4 2.13 Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan...............7 2.2 Alat Ukur Kekasaran Permukaan ................................................... 10 2.21 Bagian-bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan...................... 12 BAB III ................................................................................................... 14 DATA PENGAMATAN ................................................................................ 14 BAB IV .................................................................................................... 18 ANALISIS DAN KESIMPULAN .................................................................... 18 4.1 Analisis ....................................................................................... 18 4.2 Kesimpulan ................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20 LAMPIRAN .............................................................................................. 21
| ii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 BEBERAPA ORIENTASI BIDANG POTONG PADA PERMUKAAN .......................4 GAMBAR 2.2 POSISI PROFIL REFERENSI, PROFIL TENGAH, PROFIL AKAR TERHADAP PROFIL TERUKUR, UNTUK SATU PANJANG SAMPEL. ...................................................5 GAMBAR 2.3 ANALISA PROFIL TERUKUR DALAM ARAH SUMBU GERAK SENSOR ALAT UKUR. SATUAN ANALISIS PADA ARAH ML ADALAH DALAM MM. ....................................6 GAMBAR 2.4 KURVA ABBOTT, HUBUNGAN ANTARA KEDALAMAN C (M) DENGAN BAGIAN PANJANG PENAHAN TP (%) .....................................................................7 GAMBAR 2.5 PROFIL BERDURI DAN PROFIL BERCELAH. KEDUA PROFIL TERUKUR INI ...8 GAMBAR 2.6 PENENTUAN KETINGGIAN GELOMBANG W UNTUK PROFIL BERGELOMBANG ....8 GAMBAR 2.7 SENSOR ALAT UKUR KEKASARAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN PENGUBAH (MEKANO) OPTO-ELEKTRIK .................................................................... 10 GAMBAR 2.8 PICK-UP (PU-A2) ...................................................................... 12 GAMBAR 2.9 PRINSIP OPTO-MEKANIK ............................................................... 12 GAMBAR 2.10 DRIVE UNIT ............................................................................ 12 GAMBAR 2.11 AMPLIFIER.............................................................................. 13 Gambar 3.1 Grafik hasil pengukuran..........................................................14 GAMBAR 3.2 GRAFIK HASIL PENGUKURAN DENGAN PARAMETER-PARAMETER ............... 14 Gambar 1. meratakan meja rata ............................................................... 21 GAMBAR 2. POSISI WATER PAS (A,B) DIAGONAL (C,D) HORIZONTAL ........................ 21 GAMBAR 3. POSISI BENDA UKUR ..................................................................... 21 GAMBAR 4. KALIBRASI DRIVER UNIT ................................................................. 21 GAMBAR 5. PEMBACAAN GRAFIK ...................................................................... 21
| iii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 BEBERAPA PROFIL TEORITIK DENGAN HARGA PARAMETER KEKASARANNYA.................. 9
| iv
DAFTAR NOTASI
Simbol Ra Rg Rz keterangan Kekasaran rata-rata aritmetik Kekasaran rata-rata kuadratik Kekasaran total rata-rata kekasaran total kekasaran perataan panjang sampel jarak profil alas ke puncak tertinggi profil terukur jarak profil alas kelembah terendah profil terukur jarak profil tengah ke profil terukur jarak profil referensi keprofil terukur satuan ( ( ( ( ( m) m) m) m) m)
|v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada proses pembuatan komponen alat-alat industri ataupun pemesinan yang menggunakan mesin perkakas memiliki tingkat kekasaran yang berbedabeda. Sedangkan dalam proses assembly suatu alat dibutuhkan tingkat kekasaran yang baik pada beberapa komponen. Seperti pemasangan poros dengan lubang dan lain sebagainya. Kekasaran permukaan sangat berpengaruh pada kualitas assembly suatu komponen, karena semakin baik kekasaran permukaan yang digunakan maka akan semakin bagus alat tersebut dalam beroperasi. Pada metrologi dan kontrol kualitas di bahas cara untuk memahami dan mengidentifikasi suatu kekasaran permukaan pada suatu profil. Untuk menunjang materi kekasaran permukaan yang dijelaskan dalam metrologi dan kontrol kualitas dilakukan praktek secara langsung yang di laksanakan di laboratorium pengukura bahan.
|1
|2
|3
(equidistant). Untuk pemotongan normal dan serong, garis hasil pemotongan disebut profil.
2.12 Parameter Kekasaran Permukaan Untuk memproduksi profil suatu permukaan, sensor/peraba (stylus) alat ukur harus digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang telah ditentukan lebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut dengan panjang pengukuran (transversing length; ). Sesaat setelah jarum bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti secara elektronik alat ukur melakukan perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba. Bagian panjang pengukuran dimana dilakukan analisis profil permukaan disebut dengan panjang sampel (sampling length ; ), (biasanya untuk satu panjang pengukuran terdiri atas beberapa panajang sampel, dan secara otomatis alat ukur akan merata-ratakan hasil yang diperolehnya). Reproduksi profil sesungguhnya adalah seperti yang ditunjukkan gambar 2.1. dengan penambahan keterangan mengenai beberapa istilah profil yang penting yaitu : 1. Profil Geometrik Ideal (geometrically ideal profile) Adalah profil permukaan sempurna (dapat berupa garis lurus, lengkung, atau busur). Profil Terukur (measured surface ) Merupakan profil permukaan terukur. Profil Referensi/Acuan/Puncak (reference profile ) Adalah profil yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisis ketidakteraturan konfigurasi permukaan. Profil ini dapat berupa garis lurus atau garis dengan bentuk sesuai dengan profil geometrik ideal, serta menyinggung puncak tertinggi profil terukur dalam suatu panjang sampel. (oleh karena itu, disebut pula profil puncak atau cust-line).
2.
3.
|4
4.
Profil Akar/Alas (root profile) Yaitu profil refernsi yang digeserkan kebawah (arah tegak lurus terhadap profil geometrik ideal pada suatu panjang sampel) sehingga menyinggung titik terendah profil terukur. Profil Tengah (center profile) Adalah nama yang diberikan kepada profil referensi yang digeserkan kebawah (arah tegak lurus terhadap profil geometrik ideal pada suatu panjang sampel) sedemikian rupa sehingga jumlah luas bagi daerahdaerah diatas profil tengah sampai ke profil terukur adalah sama dengan jumlah luas daerah daerah dibawah profil tengahg sampai profil terukur ( pada gambar 2.12 ditunjukkan dengan daerah-daerah yang diarsir dengan kemiringan garis arsir yang berbeda).
5.
Gambar 2.2 Posisi profil referensi, profil tengah, profil akar terhadap profil terukur, untuk satu panjang sampel.
Berdasarkan profil-profil yang diterangkan diatas, dapat didefinisikan beberapa parameter permukaan, yaitu yang berhubungan dimensi pada arah tegak dan arah memanjang/mendatar. Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa parameter, yaitu : ( ) 1. Kekasaran total (peak to valley height / total height ); Adalah jarak antara profil referensi dengan profil alas. 2. Kekasaran perataan (defth of surface smoothness); 3. Kekasaran rata-rata aritmetik (mean roughness indek); ( ) Adalah harga rata-rata aritmetik bagi harga absolutnya jarak antara profil terukur dengan profil tengah. | | ( )
|5
4.
Adalah akar bagi jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil tengah.
5.
Kekasaran total rata-rata, ( ) Merupakan jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima puncak tertinggi dikurangi jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima lembah terendah. ( ) (
Selanjutnya, untuk dimensi arah mendatar (sesuai dengan arah gerak sensor alat ukur ) diterangkan beberapa parameter, antara lain (lihat pada gambar 2.3a)
Gambar 2.3 analisa profil terukur dalam arah sumbu gerak sensor alat ukur. satuan analisis pada arah ml adalah dalam mm.
1.
( ) Lebar gelombang (waviness width ); Adalah rata-rata aritmetik bagi semua jarak a1 diantara dua buah puncak gelombang (profil terukur) yang berdasarkan pada suatu panjang sampel . ( ) Lebar kekasaran (roughness width); Rata-rata aritmetik bagi semua jarak diantara dua puncak kekasaran profil terukur yang berdekatan pada suatu panjang sampel
2.
|6
3.
Panjang penahan (bearing length); ( ) Apabila profil referensi digeserkan kebawah sejauh c (dalam ) akan memotong profil terukur sepanjang . Panjang penahan adalah jumlah proyeksinya (pada profil referensi atau profil geometrik ideal,lihat gambar 2.3b) karena untuk harga c (dalam ) akan memberikan harga tertentu, maka pada waktu penulisan perlu juga di jelaskan harga c ini, misalnya ..., Yang berarti harga ini didapat untuk pergeseran c sebesar 0,25 . Bagian panjang penahan (bearing length fraction), ( )
4.
Apabila c mencapai harga maksimum, yaitu sama dengan harga , harga akan sama dengan harga , dengan demikian mencapai harga . Selanjutnya, dapat dibuat suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara c dengan , dan kurva ini dikenal dengan nama kurva Abbott (Abbott curve ). Untuk setiap profil akar mempunyai kurva abbott dengan bentuk tertentu, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu karakteristik konfigurasi permukaan yang bersangkutan.
Gambar 2.4 kurva abbott, hubungan antara kedalaman c (m) dengan bagian panjang penahan Tp (%)
2.13 Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan Sebagaimana yang telah disinggung di muka, parameter kekasaran permukaan merupakan besaran panjang yang direkayasa orang guna mengidentifikasikan suatu permukaan. Suatu paremeter dikatakan ideal jika perbedaan yang bagaimanapun spesifiknya dapat diketahui dan perbedaan hasil pengukuran berdasarkan parameter tersebut. Karena kompleksitas suatu permukaaan maka sulit untuk membuat parameter yang ideal. Hal ini dapat ditunjukkan melalui ulasan berikut ini :
|7
Pertama-tama marilah kita tinjau dua buah profil permukaan yang "istimewa" seperti gambar 2.5 Salah satu profil mempunyal tonjolan-tonjolan yang tajam sedang yang lainnya mempunyai celah-celah yang sempit. Bila diukur, ke dua profil ini akan memberikan harga Ra yang kurang lebih sama. Demikian pula halnya dengan harga Rt nya. Perbedaan ke dua profil ini hanya terletak pada harga Rp-nya. Oleh karena itu, untuk memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai konfigurasi permukaan, dikemukakan suatu parameter baru yang disebut dengan parameter bentuk yang dapat dinyatakan dengan memakai salah satu dari dua cara pernyataan berikut: 1. Koefisien lekukan, Ku Adalah kekasaran perataan dibagi dengan kekasaran total.
2.
Untuk suatu profil yang mempunyai kombinasi ketidakteraturan yang berbentuk gelombang dan sekaligus juga kekasaran harus di usahakan untuk memisahkan tingkatan ketidakteraturan tersebut. Caranya, dengan mengambil dua panjang sampel yang berbeda yaitu panjang sampel gelombang dan panjang sampel kekasaran. Jadi harga rata-rata aritmatik Ra untuk beberapa panjang sampel kekasaran yang diukur pada beberapa tempat di dalam panjang sampel gelombang dapat dikurangkan dari harga Ra yang di dapat dari pengukuran untuk satu panjang sampel gelombang tersebut.(gambar 2.6)
|8
Dan hasil ini dapat didefenisikan suatu parameter lain yang disebut ketinggian / kekasaran gelombang, W (waviness height). Untuk satu panjang sampel gelombang , W adalah jarak antara profil dasar dengan profil referensi yang telah digeser sejauh harga rata-rata Rt untuk beberapa panjang sampel kekasaran. Dimana : = Untuk mengetahui karakteristik suatu permukaan akan diperoleh hasil yang lebih baik jika dilakukan dengan cara merata-ratakan hasil pengukuran pada beberapa tempat. Arah gerak sensor alat ukur (arah pengukuran) adalah sembarang, kecuali jika ada ketentuan bahwa arah pengukuran harus tegak lurus terhadap alur-alur bekas pengerjaan (dan ini merupakan cara yang banyak di praktekkan). Apabila arah telah ditentukan, pengukuran yang dilakukan pada beberapa tempat harus menggunakan arah gerak sensor yang sama. Jadi, garis-garis pengukuran harus sejajar. Secara teoretik dapat dimisalkan bentuk suatu profil permukaan. Kemudian, dihitung parameter permukaannya berdasarkan rumus matematiknya. Tabel 2.1 berikut adalah contoh beberapa bentuk profil teoretik dengan perbandingan harga-harga parameter "kekasarannya". Tabel 2.1 Beberapa profil teoritik dengan harga parameter kekasarannya
|9
3.
4.
Alat ukur permukaan dengan prinsip kerja yang dijelaskan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 sensor alat ukur kekasaran permukaan menggunakan pengubah (mekano) opto-elektrik
Sensor yang berupa ujung jarum diatur sehingga menempel pada permukaan yang akan diukur kekasarannya (sampai penunjuk skala berhenti pada posisi nol). Sistem mekanik, optik, elektrik, dan pengolah data pengukuran berpungsi sebagai berikut :
| 10
1.
Sistem Mekanik Akibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan selalu menempel pada permukaan. Poros alat ukur digeserkan (digerakkan oleh motor yang dikontrol kecepatannya). Sepanjang sampel kekasaran dan sensor menggeser sambil bergerak turun naik mengikuti profil permukaan. Gerakkan sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan pelat bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan jarak sensor engsel dan pelat engsel. Sistem Optik Berkas cahaya diarahkan pada sepanjang fotosel melalui celah. Akibat goyangan celah, kedua fotosel akan menerima cahaya dengan bergantian intensitasnya. Saat celah bergerak keatas fotosel yang diatas akan menerima cahaya dengan intensitas yang lebih besar dari pada yang diterima fotosel yang berada di bawah, dan begitu juga sebaliknya. Sistem Elektrik Perubahan sinyal listrik karena perubahan intensitas cahaya pada sepanjang fotosel secara sistematik mengikuti irama goyangan celah (naik turunnya sensor mengikuti profil permukaan) dapat diproses secara elektronik. Sistem Pengolah Data Grafik kekasaran permukaan ini adalah hasil pengubahan sinyal sensor menjadi sinyal analog besaran listrik (ampere) dan direkam dengan perekam jenis galvanometer.
2.
3.
4.
Alat ukur kekasaran permukaan memiliki kapasitas ukur yang terbatas (0,1 mm). Kapasitas pengukuran dapat diperpanjang dengan membuat batang pengubah intensitas cahaya sama dengan batang skala inductosin (kapasitas ukur panjang skala dikurangi panjang slider). Pengubah intensitas cahaya dapat berupa batang skala terbuat dari gelas (transparan). Dengan teknik fhotoligrafi garis-garis skala dibuat dipermukaan gelas dengan kecermatan yang sangat tinggi (pits ; p=0,008 mm) dan dinamakan sebagai skala ukur. Reaksi fotosel atas cahaya yang datang pada permukaan aktifnya dapat dianggap sebagai dua kondisi, yaitu : kondisi ON (satu) dan kondisi OFF (nol). a) Kondisi ON Skala pada slider akan menempati posisi yang sama dengan skala pada batang skala dan berkas cahaya dapat melewati celah-celah antar garis.
| 11
b) Kondisi OFF Garis-garis skala pada slider menempati posisi yang persis pada celah antar garis-garis pada batang skala sehingga berkas cahaya tidak bisa lewat. 2.21 Bagian-bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan Pada alat ukur kekasaran permukaan terdiri dari beberapa bagian-bagian yang memiliki pungsi berbeda. Bagian-bagian alat ukur akan di jelaskan sebagai berikut : 1. Pick-up (PU-A2)
Pick-up digunakan sebagai sensor yang memiliki prinsip kerja optomekanik. Pada pick-up terdapat batang ayun sebagai dudukan sensor dan pengubah gerakan sensor pada batang membuat pelat pada ujung lain batang ikut bergerak. Cahaya yang dipantulkan ke pelat akan melewati lubang pada pelat. Lalu naik-turunnya cahaya diterima oleh fotosel. Skematik pada pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
2.
| 12
Drive unit merupakan alat elektrik yang menerima respon dari pick-up. Pada drive unit terdapat kalibrasi agar pengukuran yang didapatkan sesuai acuan standart. Drive unit merupakan alat pencatat yang dihasilkan oleh fotosel. 3. Amplifier (AS-1700)
Pada amplifier ini merupakan alat yang membantu menampilkan grafik yang dibaca oleh drive unit. Pada amplifier terdapat layar, lalu proses pengukuran dilakukan pada amplifier. Hasil grafik yang didapatkan dapat di cetak pada kertas grafik agar dapat di analisa mengenai parameter yang di dapatkan dari grafik profil benda ukur.
| 13
Dari grafik yang didapatkan seperti yang terlihat pada grafik diatas, beberapa parameter yang dibutuhkan akan didapatkan yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Keterangan grafik : = kekasaran total ( m) = kekasaran perataan ( m) R1,2,3,4,5 R6,7,8,9,10 H1,2,3,...,32 Y1,2,3,...,32 = = = = = panjang sampel (mm) jarak profil alas ke puncak tertinggi profil terukur (titik) jarak profil alas kelembah terendah profil terukur (titik) jarak profil tengah ke profil terukur (titik) jarak profil referensi keprofil terukur (titik)
| 14
Dari data yang di tunjukkan pada grafik adalah sebagai berikut : NILAI Y Garis Y1 = 14 titik Garis Y2 = 6 titik Garis Y3 = 4 titik Garis Y4 = 26 titik Garis Y5 = 26 titik Garis Y6 = 18 titik Garis Y7 = 15 titik Garis Y8 = 10 titik Garis Y9 = 5 titik Garis Y10 = 8 titik Garis Y11 = 30 titik Garis Y12 = 25 titik Garis Y13 = 17 titik Garis Y14 = 16 titik Garis Y15 = 8 titik Garis Y16 = 2 titik Garis Y17 = 13 titik Garis Y18 = 32 titik Garis Y19 = 22 titik Garis Y20 = 15 titik Garis Y21= 16 titik Garis Y22 = 7 titik Garis Y23 = 2 titik Garis Y24 = 16 titik Garis Y25 = 32 titik Garis Y26 = 20 titik Garis Y27 = 14 titik Garis Y28 = 16 titik Garis Y29 = 7 titik Garis Y30 = 4 titik Garis Y31 = 24 titik Garis Y32 = 31 titik Garis Y33 = 18 titik NILAI H - Garis h1 = 3 titik - Garis h2 = 10 titik - Garis h3 = 12 titik - Garis h4 = 11 titik - Garis h5 = 11 titik - Garis h6 = 1 titik - Garis h7 = 1 titik - Garis h8 = 6 titik - Garis h9 = 11 titik - Garis h10 = 8 titik - Garis h11 = 13 titik - Garis h12 = 8 titik - Garis h13 = 0 titik - Garis h14 = 0 titik - Garis h15 = 9 titik - Garis h16 = 14 titik - Garis h17 = 3 titik - Garis h18 = 16 titik - Garis h19 = 6 titik - Garis h20 = 1 titik - Garis h21 = 0 titik - Garis h22 = 8 titik - Garis h23 = 14 titik - Garis h24 = 3 titik - Garis h25 = 15 titik - Garis h26 = 4 titik - Garis h27 = 2 titik - Garis h28 = 0 titik - Garis h29 = 29 titik - Garis h30 = 12 titik - Garis h31 = 8 titik - Garis h32 = 13 titik - Garis h33 = 3 titik
| 15
GARIS R ( puncak) Garis R1 = 33 titik Garis R2 = 31 titik Garis R3 = 32 titik Garis R4 = 31 titik Garis R5 = 31 titik
GARIS R (lembah) - Garis R6 = 0 titik - Garis R7 = 1 titik - Garis R8 = 1 titik - Garis R9 = 0 titik - Garis R10 = 1 titik
Panjang sampel (dx) = 98 titik Parameter-parameter grafik kekasaran permukaan pada profil spesimen. 1. Kekasaran total (Rt) =
( )
= 0,0165
Rp =
]
Rp =[
Ra =
| 16
Ra =[
]
Ra =[
] Ra 4. = =0,000836
5.
) )
(
= = 0,031
) (
| 17
| 18
4.2 Kesimpulan
Pengukuran kekasaran permukaan merupakan suatu pengukuran untuk mendapatkan profil permukaan dalam ukuran mikro ( ). Dari hasil-hasil pengukuran akan didapat grafik dari profil permukaan. Dan pada grafik tersebut dapat dianalisa bentuknya. Lalu akan didapat parameter kekasaran permukaan, yaitu berupa : 1. 2. 3. 4. 5. Kekasaran Kekasaran Kekasaran Kekasaran Kekasaran total (Rt) perataan (Rp) rata-rata aritmetik (Ra) rata-rata kuadratik (Rg) total rata-rata (Rz)
Dari kekasaran yang didapat maka dapat di simpulkan apakah permukaan benda ukur seberapa jauh tingkat kerataannya. Dari hasil praktikum yang didapatkan tidak dapat dipastikan karena kemungkinan terdapat penyimpangan dari hasil sebenarnya, hal ini di karenakan beberapa faktor yaitu kerataan meja, kotoran-kotoran pada benda ukur, alat ukur yang sensitif, pambacaan operator yang salah. Dengan kemampuan alat ukur sampai ukuran pembacaab mikro, kesalahan atau penyimpangan yang kecil saja akan menyebabkan perbdaan dengan hasil yang sebenarnya. Keahlian dan ketelitian praktikan akan sangat mentukan hasil pengukuran.
| 19
DAFTAR PUSTAKA
Rochim taufiq, Spesifikasi metrologi dan control kualitas geometrik 2, Penerbit ITB Bandung, 2006.
| 20
LAMPIRAN
1. Mengatur posisi kerataan meja menggunakan water pas
2.
3.
4.
| 21