Vous êtes sur la page 1sur 36

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan program kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 apabila tercapai penurunan angka kematian ibu dan balita serta tercapainya perbaikan gizi keluarga (Depkes RI, 2005). Sasaran yang menjadi prioritas utama adalah golongan rawan gizi seperti ibu hamil yang mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) dan Anemia Gizi (Husaini,1998). Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena pertumbuhan dan perkembangan anak sangat ditentukan oleh kondisi saat janin dalam kandungan. Berat bayi lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. Berat bayi lahir normal akan mampu menurunkan risiko menderita penyakit degenerative di usia dewasa. Bayi dengan berat lahir normal terbukti memiliki kualitas fisik, intelegensia maupun mental yang lebih baik dibanding bayi dengan berat lahir kurang, sebaliknya bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami hambatan dan kemunduran fungsi intelektualnya (Husaini, 1998;25). Bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dimasa dewasanya akan mempunyai risiko terkena penyakit jantung koroner, diabetes, stroke dan hipertensi, bahkan menurut hasil penelitian Thompson dkk di Southampton (2001:36) mengenai birth weight and the risk of depressive in late life, bayi BBLR akan

memiliki risiko untuk mengalami depresi mental. Banyaknya kasus ibu hamil menderita KEK dan anemia, kejadian BBLR masih cukup tinggi. Maka upaya perbaikan gizi pada ibu selama kehamilan sangat penting untuk menurunkan angka kejadian BBLR. Status gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometri/pengukuran komposisi tubuh dengan mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), disebut KEK bila LILA kurang dari 23,5 cm. LILA merupakan faktor dominan terhadap risiko terjadinya BBLR dengan odd ratio sebesar 8,24 (Budijanto dan Didik, 2000;40). Menurut Surtiati,E (2009;80) faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah; usia kehamilan, usia ibu, peningkatan berat badan selama kehamilan. Peningkatan berat badan selama kehamilan kurang dari 10 Kg berisiko bayinya BBLR ketika lahir sebesar 3,12 kali. Ibu hamil dengan anemia berisiko bayinya BBLR ketika dilahirkan sebesar 10,3 kali. Sedangkan faktor paritas ibu, ukuran LILA dan penyakit tidak memiliki kontribusi terjadinya BBLR pada bayi yang dilahirkan. Angka kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 14 % (Sjahmien M, 2003:20), dan tahun 2010 berdasarkan hasil RISKESDAS 2010 sebesar 11.1% (Kemenkes RI,2010). Prevalensi AKB di Indonesia tahun 2003 sekitar 35 per seribu kelahiran hidup dan angka kematian neonatal sekitar 25 per seribu kelahiran hidup, 50% dari kematian neonatal terjadi karena BBLR (Suryatni, 2004). Angka kejadian BBLR Kabupaten Magetan tahun 2007 sebesar 3,08 % (Dinkes Magetan, 2007;18) dan tahun 2009 sebanyak 3.68% (Dinkes Magetan;2010). Sedangkan angka prevalensi BBLR di Kecamatan

Poncol Tahun 2009 sebanyak 4.27% lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan Bendo yang hanya mencapai 2.25% dan angka prevalensi AKB sebesar 1.06%(Dinkes Magetan 2010;15). Survei Peranginangin H (2007;67) terhadap pemanfaatan fasilitas pelayanan untuk pemeriksaan kesehatan selama kehamilan di 10 Kabupaten di Jawa Timur cakupannya baru 83%, di Kabupaten Magetan mencapai kisaran angka 77,43% padahal indicator harapan diatas 90%. Dampak dari kurangnya pemeliharaan kesehatan ibu hamil tidak saja menimbulkan kerugian bagi ibu hamil tetapi juga berpengaruh buruk pada bayi yang akan dilahirkan. Bagi ibu kurangnya perawatan antenatal menimbulkan resiko tinggi bagi kehamilannya dan tidak segera terdeteksi. Perdarahan, infeksi, eklamsia, anemia dan kurang gizi menjadi problem utama ibu hamil. Bagi anak akan berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel janin yang nantinya menjadi penyulit bayi baru lahir yaitu; BBLR, asfiksia, infeksi dan tetanus neonatorum. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan pada buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas Puskesmas (Depkes RI, 1997;14). Tujuan pelayanan antenatal untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk, 2000:6). Wiknjosastro (1994154) menyatakan bahwa selama pelayanan antenatal harus diusahakan agar: 1) wanita hamil dari awal kehamilan sampai

menjelang persalinan harus sehat, 2) adanya kelainan fisik atau psikologis harus dideteksi dan diobati, 3) wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mental. Menurut Saifuddin (2000;90) tujuan asuhan antenatal yaitu; 1) memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, 2) meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi, 3) mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit, kebidanan dan pembedahan, 4) mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, 5) mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan. Asuhan standar pelayanan antenatal minimal 7T yaitu; timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, dkk, 2000;90). Asuhan standar pelayanan antenatal minimal ini sesuai dengan program Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu harapan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas ke tenaga kesehatan yang terlatih yaitu profesi kesehatan yang terakreditasi.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian adalah Adakah hubungan antara status gizi, kenaikan berat badan, kadar hemoglobin, dengan berat bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian adalah mengetahui hubungan antara faktor

status gizi, kenaikan berat badan, kadar hemoglobin dengan berat bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan. 2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran status gizi ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan


b. Mengidentifikasi gambaran kenaikan berat badan, ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan


c. Mengidentifikasi gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan


d. Mengidentifikasi gambaran berat bayi lahir di wilayah kerja

Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan


e. Menganalisis hubungan antara status gizi, kenaikan berat badan, kadar

hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diketahuinya factor dominan yang mempengaruhi berat bayi lahir, secara teoritis dapat digunakan untuk pengembangan teori perilaku kesehatan utamanya perilaku ibu hamil dalam pemanfaatan fasilitas tenaga dan sarana kesehatan untuk pemeriksaan antenatal. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini bisa digunakan untuk evaluasi pelayanan antenatal dan pemberian layanan prioritas disamping standar layanan minimal yang diberikan petugas kesehatan untuk memperoleh outcome kehamilan yang normal. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya seperti yang sudah dilakukan oleh Sulistywati dkk (2008;3) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara kunjungan ANC dengan kejadian Berat Bayi Lahir yang dilakukan di Kecamatan Gemarang Kabuapten Madiun. Kesamaan dalam penelitian ini adalah pada proses pengukuran variable berat bayi lahir. Penelitian lain yang serupa juga telah dilakukan oleh Sunarto,dkk (2010;3) tentang analisis hubungan ANC (dengan prediktor umur ibu, status gizi, dan kunjungan ANC) dengan berat bayi lahir di kabupaten Magetan. Berdasarkan saran dalam penelitian tersebut penelitian ini mencoba menganalisis hubungan antara ANC (dengan prediktor status gizi ibu hamil,kadar Hb dan peningkatan

berat badan) dengan berat bayi lahir.Jadi dalam penelitian ini yang sama adalah pengukuran variable status gizi dan pengukuran variable berat bayi lahir. Sedangkan yang berbeda dalam penelitian ini tidaak dilakukan pengukuran umur kehamilan, kemudian melakukan pengukuran Hb ibu hamil serta kenaikan berat badan ibu hamil.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini memuat uraian secara sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu dan juga menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini dipakai dalam mendasari penelitian yang akan dilakukan.Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang ; A. Landasan Teori 1. Berat Bayi Lahir Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3000 gr dan panjang badan sekitar 50 cm (Pudjiadi S, 2003:11). Secara umum berat bayi lahir yang normal antara 3000 gr-4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut Jumiarni (1995:75), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Dahulu bayi ini dikatakan premature, kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau berat badan lahir rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya premature atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dikategorikan tiga kelompok yaitu; 1) bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), 2) bayi cukup bulan yaitu bayi dengan

masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari), dan 3) bayi lebih bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (Jumiarni, 1995:74). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dikategorikan menjadi dua golongan yaitu prematur dan dismatur. Dikatakan prematur bila neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebab premature berasal dari faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Sedangkan dismatur atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). BBLR merupakan masalah penting dalam perawatan dan pengelolaan, karena memiliki kecenderungan adanya infeksi, kesulitan bernafas sehingga mudah mengalami hipotermia. Keadaan ikterus, hipoglikemia merupakan komplikasi dari akibat BBLR sampai

menyebabkan kematian. Bayi BBLR ini dikategorikan kelompok risiko tinggi karena memberikan kontribusi tinggi terhadap angka kematian bayi dan balita. Organisasi Kesehatan Sedunia memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di Negara berkembang pada tahun 2000 sebesar 13-

38%, sedangkan laporan untuk di Indonesia pada tahun yang sama sebesar 14% dari seluruh kelahiran hidup (Sjahmien M, 2003:40).
2.

Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir menurut Kardjati (1985:21) antara lain sebagai berikut : a. Faktor Lingkungan Internal Yang termasuk faktor lingkungan internal antara lain; umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, dan penyakit penyerta saat kehamilan. b. Faktor Lingkungan Eksternal Yang tergolong dalam faktor lingkungan eksternal antara lain; kondisi sosial ekonomi, asupan zat gizi, pola makan dan kondisi lingkungan (kemiskinan, pengangguran, sanitasi lingkungan, air bersih, penyakit endemis di masyarakat). c. Faktor Penggunaan Sarana Kesehatan Faktor utama yang mempengaruhi kejadian BBLR dari kelompok ini adalah frekuensi pemeriksaan kehamilan (ANC).

3.

Status Gizi Ibu Hamil Menurut Almatsier (2001:3) status gizi diartikan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Merujuk pendapat Almatsier ini maka status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai

10

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Supariasa (2003:29) menyatakan bahwa status gizi ibu hamil buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan bayi berat lahir rendah, pertumbuhan otak terhambat, anemia pada bayi baru lahir, bayi mudah infeksi, risiko abortus tinggi. Menurut Sitorus (1999:141) dinyatakan bahwa pemantauan gizi ibu hamil sangat penting. Ukuran antropometri sangat cocok untuk mengetahui apakah status gizi ibu hamil buruk, normal atau lebih. Indikator antropometri ini antara lain ukuran LILA (lingkar lengan atas) dan pertambahan berat badan selama kehamilan.Menurut Tjokronegoro (1986:27) kenaikan berat badan selama hamil dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi ibu hamil. Pertambahan berat badan ibu saat kehamilan normal berkisar antara 7-12 Kg, dan sebaiknya sebelum mulai hamil seseorang ibu beratnya tidak kurang dari 40 Kg. LILA dapat dipakai sebagai indikator ibu hamil mengalami KEK (kekurangan energy kronik) atau tidak. Batasan acuan LILA ibu hamil adalah 23,5 cm. Bila ukuran kurang dari 23,5 cm dikatakan KEK (Depkes, 2000:15).
a.

Lingkar Lengan Atas (LILA) Ukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil adalah LILA. Tujuan pengukuran LILA adalah : 1) mengetahui risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil, 2) meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat untuk deteksi dini

11

kejadian KEK, 3) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, 4) pengelolaan upaya perbaikan gizi keluarga yang menderita KEK. Apabila deteksi ukuran LILA segera diketahui dan dipantau terus menerus secara periodik, maka risiko BBLR dapat dihindari. b. Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Pertambahan berat badan ibu selama hamil merupakan

pencerminan dari status gizi ibu hamil. Status gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil sehingga suplay oksigen dan makanan ke janin berkurang. Akibat suplay dan kebutuhan tidak imbang maka dampaknya pertumbuhan janin terhambat, hingga terjadi BBLR. Pada kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan belum tampak nyata, karena pertumbuhan janin belum pesat. Pada kehamilan trimester II pertambahan berat badan ibu sangat pesat dan merupakan masa kritis terjadinya penurunan status gizi pada ibu hamil. Pada trimester I pertambahan berat badan kurang dari satu kilogram. Pada trimester kedua sekitar tiga kilogram, sedangkan pada trimester ketiga sekitar enam kilogram. Pertambahan berat badan yang sangat pesat pada trimester II dan III, sebagian besar terjadi karena pertumbuhan janin, plasenta dan bertambahnya jumlah cairan amnion. Berikut disajikan komponen yang menyebabkan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebagaimana tabel 2.1 berikut :

12

Tabel 2.1 : Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan KOMPONEN Fetus Plasenta Amnion Uterus Glandula Mammae Darah Ibu Lain-Lain TOTAL PERTAMBAHAN BERAT BADAN(GRAM) PADA MINGGU KE-10 KE-20 KE-30 KE-40 5 300 1500 3300 20 170 430 650 30 250 600 800 135 585 810 900 34 180 360 405 100 600 1300 1250 326 1915 350 5195 650 4.000 8.500 12.500

Sumber : WHO nutritional and Pregnancy, Technical Report, Series No.32;1995 4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) a. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah Sejak tahun 1961 World Health Organitation (WHO) telah mengganti istilah premature baby dengan low birth baby (bayi dengan berat badan lahir rendah/BBLR). Pergantian istilah ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi premature. Menurut WHO berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram (Surasmi,2003:35). b. Pembagian Berat Badan Lahir Rendah Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dapat dikategorikan menjadi dua golongan yaitu :

13

1)

Prematuritas Murni Yaitu bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan masa gestasi.

2)

Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK). Yaitu bayi yang berat badannya kurang dari semestinya yaitu berat badan lahir dibawah persentil ke-10 dari grafik pertumbuhan (wiknjosastro, 1999:771). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dengan mengabaikan penyebabnya dan tanpa memperhatikan umur kehamilan / masa gestate (Claus,1998:201). Dalam bidang kebidanan dikenal dua macam yaitu; 1) BBLR premature, dimana masa gestasi kurang dari 37 minggu dan, 2) BBLR dismatur dimana masa gestasi lebih dari atau sama dengan 37 minggu. Didasarkan pada cara penanganan dan harapan hidup, BBLR dibedakan menjadi tiga yaitu; 1) bayi berat lahir rendah, yaitu berat lahir 1500-2500 gram, 2) bayi berat lahir sangat rendah, yaitu berat kahir kurang dari 1500 gram dan 3) bayi berat lahir ekstrim rendah, yaitu berat lahir kurang dari 1000 gram. c. Penyebab Berat Badan Lahir Rendah Penyebab BBLR sangat kompleks dan umunya tidak hanya satu, oleh karena itu sulit untuk dilakukan pencegahan. Upaya yang bisa dilakukan adalah menurunkan prevalensi BBLR dengan

14

memberikan perawatan antenatal yang standar dan paripurna. Faktorfaktor risiko yang menyebabkan BBLR antara lain; usia ibu berisiko, riwayat kehamilan pernah BBLR, ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan pre eklamsi, ibu hamil dengan penyakit penyerta, adanya cacat bawaan dan infeksi dalam kandungan. Menurut Yayan (2008) faktor risiko BBLR terdiri dari tiga kategori yaitu: 1) Faktor ibu; penyakit, komplikasi pada kehamilan, usia ibu, paritas, merokok, pecandu alcohol dan pengguna narkoba, 2) faktor janin; bayi premature, hidramnion, gemelli, dan kelainan kromosom dan 3) Faktor lingkungan; radiasi, social ekonomi, terpapar zat beracun dan bahan berbahaya lainnya. Menurut Manuaba (1998:326-327), faktor risiko BBLR antara lain; 1) faktor ibu; penyakit penyerta kehamilan, usia ibu, jarak kehamilan dan factor pekerjaan, 2) factor janin meliputi; gemelli, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi kandungan, isufisiensi plasenta dan inkomtabilitas darah ibu dan janin, 3) faktor plasenta yaitu; plasenta previa dan solution plasenta. d. Penyulit Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Pada bayi berat badan lahir rendah akibat kurang sempurnanya organ-organ visceral tubuh, secara fisiologis akan timbul dampak; sering hipotermia, gangguan pernapasan, gangguan alat pencernaan, mudah hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K, sering terjadi perdarahan, penurunan daya tahan tubuh imunologi karena rendahnya

15

kadar immunoglobulin G (Ig G) gamma globulin (Wiknjosastro, 1999:776-777) Pada bayi berat badan lahir rendah yang digolongkan dismatur akan berisiko sering aspirasi mekonium sehingga menyebabkan pnemothorak, kadar hemoglobin tinggi sehingga sering berisiko kern ikterus, hipoglikemia karena cadangan glikogen rendah, dan keadaan lain yang menyebabkan perdarahan, hipertermia dan cacat bawaan. e. Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah Prinsip penanganan bayi BBLR yang perlu diperhatikan adalah; 1) pastikan suhu tubuh bayi tetap hangat; caranya selimuti bayi untuk menghindarkan kehilangan panas, bayi bisa ditaruh di incubator, 2) bayi tetap diberikan air susu ibu (ASI) meskipun reflek menghisapnya kurang, 3) hindarkan dari risiko infeksi caranya dengan cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, 4) timbang berat badan secara ketat. Prinsip lebih lanjut penanganan bayi BBLR sebagaimana tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

16

KRITERIA Kategori Penialaian Penanganan Puskesmas

Berat Lahir Bayi < 2500 gram Bayi Berat Lahir Sangat Bayi Berat Lahir Rendah Rendah (BBLSR) (BBLR) BBL < 1500 gram BBL 1500-2500 gram 1. Keringkan bayi dengan handuk secepatnya 2. Kain yang basah ganti dengan kain yang kering, pertahankan tubuh tetap hangat 3. Pertahankan lingkungan sekitar tetap hangat, kurangi pelepasan panas dari bayi dengan cara; suhu ruang tidak dingin. 4. Beri lampu 60 watt, dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi 5. Kepala bayi ditutup topi 6. Beri oksigen 7. Tali Pusat dalam keadaan bersih Tetesi ASI bila dapat menelan, Beri ASI, bila tidak dapat bila tidak mampu bayi bisa menghisap, berikan secara dirujuk ke Rumah Sakit tetes langsung ke mulut. Bila tidak dapat menelan dirujuk ke RS. 1. Sama dengan penanganan di Puskesmas 2. Beri minum dengan sonde/tetesi ASI 3. Bila tidak mungkin berikan infuse dextrose 10% + Bicarbonas natrius 1,5% perbandingan 4:1. Pemberian hari I sebanyak 60 cc/Kg/hari Hari II sebanyak 70 cc/Kg/hari 4. Berikan antibiotika sesuai prosedur 5. Bila tidak dapat menghisap putting susu/ tidak dapat menelan langsung/sesak/biru/ada tanda hipotermia berat observasi ketat dan terangkan kondisi kritis bayi pada keluarga.

Rumah Sakit

5. Kadar Hemoglobin (Hb) Kehamilan merupakan keadaan yang meningkatkan kebutuhan akan zat besi utnuk memenuhi kebutuhan fetal, plasenta dan penambahan massa eritrosit selama kehamilan (Cunningham FG, 2001). Simpanan besi yang tidak mencukupi sebelum kehamilan akibat asupan besi yang tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi selama

17

kehamilan. Anemia pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak pada ibu dan janin. Dampak pada ibu antara lain; perdarahan postpartum, persalinan premature, pertumbuhan janin terhambat yang berdampak pada penyakit kardiovaskuler pada saat dewasa, dan dapat mempengaruhi vaskularisasi plasenta (Herbech, 2000). Menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi tidaklah mudah, rendahnya kadar hemoglobin tidak selalu berarti anemia defisiensi besi, bahkan sebelum terjadi anemia orang tersebut sudah kekurangan simpanan zat besi dalam tubuhnya. Sehingga prevalensi kekurangan zat besi lebih tinggi dibanding keadaan anemia defisiensi besi (Milmann, 1999). Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, 2002:169). Seorang ibu hamil dinyatakan anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 11 gr% (Sitorus,1999:63). Penurunan kadar hemoglobin pada ibu hamil terjadi karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah. Penurunan kadar hemoglobin pada ibu hamil bisa terjadi pada kehamilan 8-32 minggu (Sitorus, 11999:64). Anemia pada ibu hamil juga terjadi karena menurunnya cadangan zat besi untuk kebutuhan janin. Anemia yang sering ditemukan pada ibu hamil akibat kekurangan zat besi, prevalensinya sebesar 70% (Supariasa, 2002:169). Kadar hemoglobin ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Kurnagnya suplai nutrisi dan oksigen pada plasenta merupakan penyebab utama pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat. Anemia pada ibu

18

hamil merupakan risiko terjadinya berat badan lahir rendah. Upaya sederhana yang bisa dilakukan petugas kesehatan untuk mengukur kadar hemoglobin menggunakan metode Sahli. Rata-rata kandungan besi pada manusia dewasa sehat sekitar 4-5 gram (40-50 mg Fe/Kb BB). Enam puluh lima persen besi tubuh terkandung dalam eritrosit sebagai besi yang terikat hemoglobin. Pada mioglobin, beberapa enzim dan sel-sel lainnya sebesar 5% sebagai besi aktif. Sebesar 0,1% dalam bentuk transferin pada plasma darah dan 1530% disimpan pada system retikuloendotelial dan sel parenkim hati terutama dalam bentuk feritin (Andrews NC, 1999). Hemoglobin adalah protein globuler yang mengandung besi. Terbentuk dari empat rantai polipeptida (rantai asam amino), terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Masing-masing rantai polipeptida terdiri dari 141-146 asam amino. Setiap rantai mengandung grup prostetik yang dikenal sebagai heme, yang bertanggungjawab pada warna merah pada darah. Molekul heme mengandung cincin porphirin. Setiap dari empat grup heme pada molekul hemoglobin dapat secara reversible mengikat satu molekul oksigen, yang menghasilkan oksigenasi

hemoglobin. Selanjutnya keberadaan sel darah merah (eritrosit) dijaga oleh control pembentukkannya dan bukan oleh masa hidupnya. Oleh karena itu pembentukan sel darah merah sangat penting diketahui jumlahnya yang beredar dalam pembuluh darah. Pembentukan eritrosit ini dikendalikan oleh hormone eritropoetin di ginjal.

19

1. Pelayanan Antenatal Care a. Pengertian Pelayanan Antenatal Care Pelayanan antenatal adalah upaya untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Syaifuddin, dkk, 2000:6). Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas Puskesmas (Depkes RI, 1997). b. Tujuan Pelayanan Antenatal Care Tujuan pelayanan antenatal care adalah menyiapkan ibu hamil secara fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga keadaan mereka pasca persalinan sehat, normal, tidak hanya fisik tetapi juga mentalnya. Menurut Wiknjosastro (1994:154) dalam pelayanan antenatal care harus diusahakan ; 1) wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat, 2) adanya kelainan fisik atau psikologis harus ditemukan dini dan diobati, 3) wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan mentalnya. Menurut Syaifuddin, dkk (2000:90) tujuan pelayanan antenatal antara lain; 1) memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

20

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, 2) meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi, 3) mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, 4) mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, 5) mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pelayanan antenatal ini sangat penting untuk menjamin proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya. Paradigma pelayanan kesehatan pada ibu hamil dinyatakan bahwa semua ibu hamil memiliki risiko yang sama terhadap kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu setiap petugas kesehatan yang menemukan adanya ibu hamil selama proses kehamilan sampai masa nifas harus diwaspadai dan memiliki pola pikir bahwa mereka beresiko terhadap ancaman kesehatan. c. Cakupan Pelayanan Antenatal Care Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil (K-1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga (K-4).

21

Pelayanan K-1 adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil yang baru ditemukan sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil. Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal empat kali sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah semua ibu hamil dalam satu tahun dikalikan seratus persen.
2. Hubungan antara Kenaikan Berat Badan dengan Berat Bayi Lahir

Bertambahnya berat badan ibu saat kehamilan sangat berarti sekali bagi kesehatan ibu dan janin. Pada ibu hamil yang mengalami kekurangan energy kronik (KEK), maka ukuran plasenta menjadi lebih kecil. Dampak yang ditimbulkan ke janin adalah kekurangan suplai oksigen dan nutrisi. Kekurangan suplai makanan ini menyebabkan janin mengalami retardasi perkembangan janin dalam kandungan dan beresiko bayi berat lahir rendah (BBLR) (Samsudin&Tjokronegoro, 1996;24). Menurut Higgins dalam Pudjiaji (2002:8) dilaporkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara berat badan lahir bayi maupun berat badan ibu, jadi ukuran antropometri ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Pertambahan berat badan selama kehamilan sangat dipengaruhi oleh jumlah zat gizi yang dikonsumsi. Faktor lain pola makan, keadaan penyakit penyerta selama kehamilan juga berpengaruh terhadap

22

pertamahan berat badan selama hamil, karena hubungannya dengan nafsu makan. Kecukupan akan zat gizi yang dikonsumsi secara tidak langsung dipengaruhi oleh daya beli masyarakat akan bahan-bahan makanan pokok. Kemampuan daya beli sangat tergantung oleh faktor penghasilan dan pendapatan per kapita keluarga per bulan.Akar permasalahan utama dari status gizi ini pada dasarnya terletak pada kemiskinan.Oleh karena itu faktor social ekonomi keluarga secara tidak langsung sangat

mempengaruhi kenaikan berat badan ibu saat hamil. 3. Hubungan antara Lingkar Lengan Atas dengan Berat Bayi Lahir Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita KEK atau tidak bisa diketahui dari ukuran lingkar lengan atas (LILA). Bila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan menderita KEK atau kurang gizi. Ibu hamil yang KEK beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia dari semua WUS sepertiganya (35,65%) menderita KEK (Depkes RI, 2002:7). Lingkar lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum untuk mengidentifikasi kurang gizi pada anak di Negara berkembang, khususnya di Indonesia juga digunakan untuk menjaring ibu hamil yang berpotensi terhadap kemungkinan melahirkan bayi berat lahir rendah. Dibanding dengan indicator antropometri lainnya, LILA paling praktis

penggunaannya di lapangan. Beberapa penelitian merekomendasikan bahwa LILA perlu diteliti lebih lanjut untuk dapat digunakan dalam

23

memprediksi hasil kehamilan. Indikator antropometri lainnya berupa tinggi badan, berat badan, pertambahan berat badan telah digunakan sebagai proksi status kesehatan dan proksi keadaan gizi ibu hamil hubungannya dengan berat bayi lahir. Ukuran LILA berfluktuasi dengan bertambah tuanya umur kehamilan. Pada bulan pertama kehamilan, nilai median untuk LILA adalah 24,0 cm, turun pada bulan kedua menjadi 23,5 cm, naik pada bulan kelima menjadi 23,9 cm, kemudian turun kembali pada akhir kehamilan menjadi 23,4 cm, oleh karena perbedaan ukuran LILA dari median tertinggi dan terendah sebesar 0,6 cm, maka dapat dikatakan bahwa ukuran LILA relative tidak berubah selama periode kehamilan (Husaini, 1998). Umur kehamilan empat bulan dipakai untuk mengestimasi cut off point ukuran LILA, karena pada usia empat bulan ini memiliki hubungan yang kuat pada tingkat 50th persentil. 4. Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Berat Bayi Lahir Status gizi ibu hamil dapat diketahui dengan pengukuran secara laboratorium terhadap kadar hemoglobin darah. Bila kadar hemoglobin kurang dari 11 gr% maka ibu hamil tersebut menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenisasi utero plasenta. Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Soeharyo, 1999).

24

Penelitian Purdyastuti (1994) di Jakarta menyatakan bahwa status gizi ibu mempunyai pengaruh terhadap berat bayi lahir. Penelitian serupa juga didukung oleh Bondevik (2000) di Nepal bahwa anemia berhubungan secara signifikan terhadap meningkatnya kejadian BBLR. Kandungan besi dalam tubuh bayi baru lahir cukup bulan adalah 6590 mg/KgBB terbagi dalam konsentrasi tertinggi pada hemoglobin sekitar 50 mg/KgBB, cadangan besi dalam bentuk ferritin dalam hati, limpa dan system retikuloendotelial sekitar 25 mg/KgBB, dan sisanya sekitar 5 mg/KgBB sebagai mioglobin dan besi jaringan. Kebutuhan besi meningkat pada periode pertumbuhan cepat seperti masa bayi dan pubertas. Pada waktu lahir persediaan besi bayi tergantung pada beberapa faktor seperti status besi ibu, berat badan lahir, dan waktu mengikat tali pusat. Pemotongan tali pusat terlalu cepat setelah persalinan kala II akan mengurangi kandungan besi sekitar 15-30%, sedang bila ditunda sekitar 3 menit dapat menambah jumlah volume sel darah merah sekitar 85% (Lubis B, 2008). Status besi ibu sangat tergantung pada status gizi ibu. Ibu hamil yang menderita KEK, maka cadangan zat besi pada tubuh ibu berkurang, sehingga kemampuan mengikat oksigen juga berkurang. Dampak akibat kemampuan sel darah merah mengikat oksigen berkurang maka oksigenisasi utero plasenta menjadi berkurang, sehingga

pertumbuhan janin terhambat.

25

B.

Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti, (Setiadi;2007). Gambaran kerangka konseptual hubungan antara factor status gizi, peningkatan berat badan, kadar hemoglobin, dengan berat bayi lahir adalah sebagai berikut ;
Faktor Internal

UMUR Usia Kehamilan Penyakit Status Gizi Berat Badan Hb. Ibu Hamil Kesehatan Bumil BBL Status Kes.

Faktor Eksternal

Sosial Ekonomi

Kecukupan Nutrisi

Sarana Kes. Pelayanan Kes. Gambar:2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara factor status gizi, peningkatan berat badan, kadar hemoglobin, dengan berat bayi lahir Keterangan:

: Diteliti : Tidak diteliti

26

Berat bayi lahir (BBL) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; faktor lingkungan internal, faktor lingkungan eksternal dan faktor penggunaan sarana kesehatan. Faktor lingkungan internal meliputi umur ibu, usia kehamilan, status gizi ibu, penyakit penyerta kehamilan, paritas dan kadar hemoglobin ibu saat hamil. Sedangkan factor lingkungan eksternal berkaitan dengan akar masalah kecukupan asupan nutrisi yang disebabkan karena faktor sosial ekonomi keluarga. Faktor penggunaan sarana kesehatan lebih menekankan pada frekuensi pemeriksaan kehamilan (ANC). C. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian , patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam suatu penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara factor status gizi, kenaikan berat badan, kadar hemoglobin, dengan berat bayi lahir di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan.

27

BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desaian Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan desain cross sectional. Yang artinya variable resiko dan kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu. B. Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja penelitian adalah tahapan atau langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang diteliti untuk mencapai tujuan penelitian.
Populasi:Seluruh ibu hamil yang bersalin di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan yang tercatat di buku KIA Ibu Hamil selama tahun 2010 sebesar 321.

Sampel: Dengan (Teknik simple random sampling)

Pengumpulan data:Melalui studi dokumentasi dgn intrumen buku KIA ibu hamil

Pengolahan data Editing,coding,tabulating,analising

Analisis Data: Uji statistic deskriptip dan Regresi Linear

Gambar:3.1 Kerangka Kerja Penelitian


28

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002 :79).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang bersalin di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan yang tercatat di buku KIA Ibu Hamil selama tahun 2010 sebesar 321. 2. Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang bersalin di wilayah Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan dan tercatat di buku register Bidan dan memiliki buku KIA selama tahun 2010 Besar Sampel Besar sampel survey didasarkan pada rumus tersebut dibawah ini(Lameshow, 1990:40) N n = -------------1+N(d)2 Keterangan n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d = Tingkat signifikansi (p) Dimana N = 321 d = 0,05

Jadi besar sampel penelitian sejumlah =178

29

3. Teknik Sampling Untuk memenuhi jumlah sampel minimal sebesar 178 dari total populasi seluruh di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan sebanyak 321 menggunakan teknik simple random sampling. Langkah yang

dilakukan peneliti dalam teknik sampling ini adalah; membuat list daftar nama-nama ibu hamil yang bersalin di dua wilayah Puskesmas di Poncol untuk data tahun 2010 yang berasal dari buku KIA ibu hamil. Langkah selanjutnya setelah list daftar nama-nama dibuat, adalah melakukan undian untuk menentukan sejumlah minimal sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. D. Identifikasi Variabel Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variable penelitian ini meliputi : 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulasi yang dimanipulasi oleh peneliti, menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2003:102).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah; LILA, Kenaikan Berat Badan (BB), Kadar Hemoglobin.

30

2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003:102). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Berat Bayi Lahir (BBL) E. Definisi Operasional Variabel Difinisi operasional adalah merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitia (Setiadi;2007)

Tabel :3.1 Definisi Operasional Penelitian Variable


Karakteristik Ibu Umur Hasil hitungan usia yang didasarakan selisih tanggal pendataan dan tanggal kelahiran yg diperoleh dari buku KIA Didasarkan dari jumlah anak yg dilahirkan Umur tahun dalam Buku KIA Nominal Reproduksi Sehat 20 s/d 35 th) Reproduksi Tidak Sehat < 20 th dan > 35 th.

Difinisi

Parameter

Alat Ukur

Skala

Skor

Paretas

Aterm, Prematur, Sirutinus

Buku KIA

Ordinal

Umur Kehamilan

Penghitungan lama kehamilan sampai pada persalian didasarkan HPHT, dari buku KIA

Dihitung dalam Minggu

Buku KIA

Ordinal

Primi Para Anak ke I Multi Anak ke 2-4 Grande Anak >5 Prematur <36 mgg Aterm 36-40 mgg Serutinus >40 mgg

Tinggi Badan

Hasil

pengukuran

Dalam

centi

Buku KIA

Nominal

Normal > 145 Cm Tidak Normal <

31

badan dari telapak kaki sampai ujung kepala dengan meteran Independen Status Gizi Adalah Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu hamil Trimester III menggunakan LILA meter yang tercatat pada buku KIA

meter

145 cm

Besar Lingkar Lengan Atas.

LILA Meter

Nominal KEK:< 23,5 cm NonKEK:23,5 cm

Kenaikan Badan.

Berat

Selisih

berat

Adalah ukuran badan awal Injak dan akir Med kenaikan kehamilan. pertambahan berat badan ibu selama hamil yang diperoleh dari catatan kenaikan pertambahan berat badan terakhir saat inpartu pada buku KIA Adalah kadar Darah hemoglobin ibu hamil trimester III yang diukur menggunakan pemeriksaan hemoglobin metode Sahli yang dilakukan oleh bidan dan tercatat pada buku KIA Adalah ukuran Berat Badan berat badan bayi yang diukur langsung setelah bayi lahir oleh petugas
Kadah Hb

Timbangan One

Nominal Gizi Kurang : Kenaikan < 7 kg Gizi Baik : Kenaikan 7kg

Kadar Haemoglobin(Hb)

Hb Meter dari Sahli

Nominal

Anemia : Hb < 11gr % Tdk Anemia : Hb 11gr%

Dependen Berat Bayi Lahir

Timbangan

Rasio

32

menggunakan timbangan bayi dan tercatat pada buku KIA


F.

Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data ANC yang berupa data status gizi ibu hamil, kenaikan berat badan dan kadah Hb ibu hamil adalah lembar pengumpulan data dan Buku KIA serta Regester Kohort Ibu Hamil tahun 2010 di wilayah kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Data variabel independent berupa data kejadian Berat Badan Bayi Lahir adalah berupa lembar pengumpulan data dan Buku Bantu Persalinan serta PWS KIA di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan pada tahun 2010. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kerja Puskesmas Poncol Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Pemilihan lokasi ini ditentukan berdasarkan jumlah BBLR dan jumlah ibu hamil. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan April 2011.
3. Proedur Pengumpulan Data

Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu catatan hasil pemeriksaan ANC yang ada di buku KIA dan atau buku regester kehamilan dan persalinan yang ada di wilayah penelitian. Setelah mendapatkan ijin penelitian, langkah pengumpulan data dimulai dengan

33

melakukan pencatatan data LILA(status gizi), Berat Badan ibu hamil dan Hb ibu hamil yang ada di buku KIA dipindah ke format data. Data dari buku KIA ibu hamil selama tahun 2010 dikumpulkan di pusat lokasi Posyandu, Puskesmas, Polindes pada saat kunjungan nifas atau kunjungan penimbangan Balita. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh bidan desa setempat, kader Posyandu dan ibu balita.
4. Pengolahan dan Analisis data

Prosedur pengolahan dan analisis data hasil penelitian sesuai langkah berikut : a. Editing: langkah ini bertujuan untuk meneliti kembali setiap hasil pencatatan sudah sesuai dengan ketepatan pengukuran dan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Coding: langkah ini bertujuan untuk memeberikan kode-kode sebagai

pengganti identitas dan memberikan kode-kode kategori hasil pengukuran c. Tabulating: langkah ini bertujuan untuk memudahkan proses perhitungan dan penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi
d. Analisis data untuk mengetahui prevalens BBLR menggunakan

bantuan tabel silang. Sedangkan untuk mengetahui gambaran masingmasing variabel menggunakan pendekatan statitik univariat yaitu; tendency central untuk data interval dan distribusi frekuensi untuk data kategorikal.

34

Untuk

menguji hipotesis dengan menggunakan pendekatan uji

statistic multivariate regresi linear dengan < 0,05. G. Masalah Etika


1. Informed consent (persetujuan subjek penelitian)

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam, 2003:119).
2.

Anonymity (kerahasiaan nama/identitas) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu (Nursalam, 2001:141).
3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti, data tersebut hanya disajikan atau dilaporkan beberapa kelompok yang berhubungan dengan penelitian (Nursalam, 2001:141).

35

H. Keterbatasan Keterbatasan penelitian ini meliputi :


1.

Ada beberapa kelemahan tentang dokumentasi buku KIA, kelemahan utama berkaitan dengan prosedur pencatatan dan kelengkapan catatan. Dari 360 buku KIA yang ada, sebanyak 321 yang dokumentasinya memenuhi kebutuhan data penelitian, selebihnya dokumentasinya tidak lengkap. Dengan demikian kelemahan dari segi metode pengambilan sampel kurang mewakili populasi karena keterbatasan kelengkapan pendokumentasian buku KIA.

2.

Data yang dianalisis berupa data kategori, hasil pengolahan dari data dari data asli dikategorikan sehingga memungkan data ini banyak kehingangan informasi, mengingat data tidak bersifat aslinya.

36

Vous aimerez peut-être aussi