Vous êtes sur la page 1sur 26

Ethics and Whistleblower Programs 2011

ETHICS AND WHISTLEBLOWER PROGRAMS


A. SEJARAH WHISTLEBLOWING Undang-undang terbaru whistleblowing adalah Sarbanes-Oxley Act (SOx) yang mendorong pegawai untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi tanpa ada rasa takut tindakan balas dendam. Undang-undang yang muncul karena skandalskandal besar yang terjadi di AS, seperti Enron dan Worldcom, juga menyebutkan, usaha balas dendam terhadap seorang whistleblower merupakan pelanggaran. Di negara-negara lain pun, whistleblowing telah memilki dasar hukum yang kuat. Di Australia ada Australian Standard AS8004 sedangkan di Inggris ada Public Concern at Work. Inti isinya sama dengan undang-undang yang berlaku di Amerika. (Learning Center Group, 2006). Dalam konteks badan usaha, whistleblower diperlukan untuk mencegah terjadinya fraud melalui pengawasan lingkungan. Dengan adanya mekanisme whistleblower diharapkan perusahaan dapat menegakkan standar pelayanan dan etika, menerapkan sistem pencegahan dini (early warning system) dan meningkatkan confidence di dalam organisasi. Namun, menerapkan

whistleblowing di Indonesia tentu tidak semudah itu. Budaya umum pegawai mungkin belum mendukung terciptanya mekanisme whistleblowing.

B. PENGERTIAN WHISTLEBLOWING SECARA UMUM Whistleblowing adalah usaha yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang karyawan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipercayai sebagai kecurangan atau pelanggaran, baik yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya. Pihak yang dilapori itu bisa saja atasan yang lebih tinggi atau masyarakat luas. Whistleblowing menarik perhatian dunia luar dengan melaporkan kesalahankesalahan organisasinya atau keluhan karyawan ke banyak orang.

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Contoh : 1. Whistleblowing adalah tindakan seorang karyawan yang membocorkan penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan dengan membuang susu dalam jumlah besar demi mempertahankan stabilitas harga susu. 2. Manipulasi di bagian produksi yang mengurangi atau menaikkan kadar unsur kimia tertentu dari standar normal dengan maksud untuk mengurangi biaya produksi atau membuat konsumen ketagihan dan pada akhirnya mendatangkan keuntungan besar bagi perusahaan. 3. Laporan mengenai manipulasi atas neraca perusahaan hanya untuk bisa go public. Laporan mengenai kecurangan-kecurangan ini bukan pembocoran rahasia.

WHISTLEBLOWING Berdasar pembagiannya, whistleblowing dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Whistleblowing Internal Whistleblowing internal terjadi ketika seorang atau beberapa orang karyawan tahu mengenai kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya kemudian melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih tinggi. Motivasi utama whistleblowing adalah motivasi moral yaitu, demi mencegah kerugian bagi perusahaan. Hanya saja, tidak mudah mengetahui apakah motivasinya baik. Jadi, pemimpin harus bersikap hati-hati dan netral bukan dalam pengertian tidak peduli (indiferent), melainkan serius menanggapinya dan tetap memegang prinsip praduga tak bersalah. Di pihak lain, motivasi si pelapor bisa saja memang baik tapi bisa saja jahat. Dengan sikap seperti ini maka bisa dicegah dua kemungkinan yang sama-sama merugikan. Sikap langsung percaya bisa memperdaya pemimpin ketika ternyata motivasi

Ethics and Whistleblower Programs 2011

dasar pelapor itu jahat, dan ternyata laporan itu tidak benar. Sikap tidak tanggap juga bisa merugikan karena bisa saja motivasi pelapor memang baik dan ternyata isi laporan itu benar. 2) Whistle Blowing Eksternal Whistleblowing eksternal menyangkut kasus dimana seorang pekerja mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaannya lalu membocorkannya kepada masyarakat karena dia tahu bahwa kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Dalam kasus whistleblowing eksternal, keraguan atas loyalitas karyawan jauh lebih kuat dari pada whistleblowing internal. Seringkali semua karyawan dilarang untuk membocorkan kecurangan perusahaan pada pihak luar karena tindakan itu dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip loyalitas. Dasar pemikiran dari pernyataan di atas, karyawan itu sudah diberi gaji karena itu ia tidak boleh membocorkan kecurangan perusahaan yang merusak nama baik perusahaan. Seharusnya dasar pemikiran yang benar karyawan tidak ingin perusahaan dituntut, diboikot dan bangkrut, dan karena itu lebih baik kecurangan tersebut dibongkar. Semakin lama tindak kecurangan tidak dibongkar, maka dampak negatif terhadap perusahaan akan semakin besar. Sebaliknya karyawan yang berusaha mendiamkannya harus dianggap sebagai tidak loyal, tidak peduli, dan tidak punya komitmen moral terhadap perusahaannya. Seorang Whistleblower akan mendapatkan 2 macam jasa, yaitu : 1. Jasa sebagai seorang pahlawan bagi orang yang mendapat keuntungan dari tindakan whistleblowing yang dilakukan.

Dikatakan pahlawan karena whistleblower menjunjung tinggi nilai moral diatas kepentingan pribadinya. 2. Jasa sebagai seorang pengkhianat bagi organisasi atau oknum yang telah sengaja melakukan tindak kecurangan. Selain itu,

Ethics and Whistleblower Programs 2011

dikatakan sebagai seorang pengkhianat karena mengexpose kesalahan. Whistleblowing tidak akan diproteksi ketika: a. Tuduhan karyawan tidak relevan atau tidak berdasarkan pada fakta yang ada sehingga tuduhan tersebut merupakan tuduhan yang tidak bertanggungjawab. b. Membuka rahasia badan usaha yang berkaitan dengan rencana untuk pengembangan produk. Hal ini tidak dapat disebut sebagai whistleblowing, tetapi membocorkan rahasia badan usaha. c. Membuka rahasia pribadi seseorang dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baik pribadi tersebut. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum seseorang

melakukan whistleblowing, yaitu: 1. Menguji motif apa yang diinginkan seseorang sebelum melakukan whistleblowing. 2. Harus mencari data, karena whistleblowing harus disertai dengan bukti-bukti atau fakta-fakta yang akurat. 3. Menentukan dugaan secara spesifik. 4. Melakukan konsultasi dengan pengacara terlebih dahulu. Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar whistleblowing tidak terjadi: 1. Mengembangkan prosedur keluhan internal atau pekerja secara efektif. Misalnya dengan menyediakan saluran untuk menampung keluhan internal karyawan. 2. Memberikan sesuatu reward and punishment kepada karyawan. Apabila seorang karyawan memiliki prestasi yang bagus, maka bisa diberi hadiah atau bonus. Namun apabila seorang karyawan melakukan kesalahan, maka bisa diberikan sanksi.

Ethics and Whistleblower Programs 2011

3. Menunjukkan

tanggung

jawab

eksekutif

senior

dengan

cara

melakukan investigasi dan mencatat kesalahan. 4. Menindak kegiatan-kegiatan yang ilegal. Apabila diketahui melakukan kesalahan, maka dilakukan eksekusi seperti melakukan pemecatan agar para karyawan menjadi disiplin.

C. PRO DAN KONTRA TERKAIT WHISTLEBLOWING Whistleblowing merupakan fenomena yang marak terjadi di abad 21 terhadap ketidakpuasan karyawan terhadap manajemen. Pada awalnya,

Whistleblower dianggap sebagai orang yang tidak loyal karena menjatuhkan perusahaannya sendiri atau mengungkapkan keburukan dari perusahaannya. Tetapi seiring berjalan waktu, whistleblowing mulai mendapat pengakuan dari pemerintah. Negara juga memberikan fasilitas perlindungan terhadap pelaku whistleblowing dengan konsekuensi bukti dan fakta akurat berisi kebenaran. Whistleblowing sering disamakan begitu saja dengan membuka rahasia perusahaan, padahal keduanya tidak sama. Rahasia perusahaan adalah sesuatu yang konfidensial dan harus dirahasiakan, dan umumnya tidak menyangkut efek yang merugikan apa pun bagi pihak lain, entah itu masyarakat atau perusahaan lain. Whistleblowing umumnya menyangkut kecurangan tertentu yang merugikan baik perusahaan sendiri maupun pihak lain, dan apabila kecurangan tersebut dibongkar akan mempunyai dampak yang merugikan bagi perusahaan, dampak terkecilnya yaitu dapat merusak nama baik perusahaan tersebut.

D. HUBUNGAN AUDITOR

ANTARA

WHISTLEBOWER

DENGAN

INTERNAL

Internal auditor sering kali dipandang sebagai ethical leader dalam suatu bisnis. Ketika ada kasus atau pertanyaan yang berkaitan dengan fraud dalam operational perusahaan, pihak manajemen selalu meresponnya dengan memanggil

Ethics and Whistleblower Programs 2011

internal auditor untuk mengivestigasi kemungkinan fraud tersebut. Karena memiliki standar profesi yang kuat, yang juga dikenal sebagai kode etik profesi, internal auditor sudah seharusnya menjadi panutan atau contoh dalam melakukan sesuatu yang beretika (ethical leader) dalam bisnis. Pengetahuan dan pemahaman atas kode etik profesi memiliki peran yang jauh lebih besar dari sekedar fungsi internal auditor dalam suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang telah berkomitmen untuk menjalankan bisnis dengan memegang prinsip etika, tetapi hal tersebut seringkali tidak bertahan lama. Dalam Sarbanes Oxley Act (SOx), telah ditekankan mengenai pentingnya dalam menerapkan suatu lingkungan yang beretika pada perusahaan dalam menjalankan bisnis. Banyak inisiatif yang juga sudah dilakukan oleh departemen lain, seperti human resource department dan corporate legal. Selain menekankan pada lingkungan bisnis yang beretika, perusahaan juga harus menekankan pada kode etik setiap stakeholder perusahaan, pengakuan pada nilai-nilai bisnis yang dianut oleh perusahaan, dan juga program whistleblower. Konsep dari program whistleblower adalah semua karyawan atau stakeholder lainnya dapat melaporkan suatu kecurangan atau aktivitas yang tidak sesuai dengan kode etik yang berlaku. Program whistleblower ini telah menjadi elemen dari SOx. Internal auditor harus mengerti tentang peran dari whistleblower dan memahami bagaimana aktivitas ini berpengaruh bagi lingkungan pengendalian dalam bisnis.

E. ENTERPRISE ETHICS, COMPLIANCE, AND GOVERNANCE Para investigator, regulator, dan wartawan menyatakan bahwa mayoritas perusahaan-perusahaan yang terkenal, gagal dalam menjalankan bisnisnya kerena perilaku tidak etis yang dilakukan oleh manager dari berbagai level. Kegagalan dalam bisnis seperti yang diungkapkan di atas, bukan merupakan suatu hal yang baru lagi.

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Internal auditor tentu sudah tidak asing lagi dengan program-program etika dan kode etik (code of conduct). Code of conduct merupakan komponen utama dari standar profesi internal audit. Telah banyak internal auditor yang terlibat dalam mereview dan membantu dalam meningkatkan program etika perusahaan yang telah disusun. SOx telah mengatur secara khusus mengenai kode etik dari karyawan senior dan juga mengenai program whistleblower yang diarahkan oleh komite audit. Dalam SOx, telah diatur bahwa CFO (Chief Financial Officer) harus menandatangani kode etik yang ada dalam perusahaan. Hal ini dilakukan karena tidak ada suatu jaminan bahwa CFO akan selalu mengikuti kode etik yang berlaku dalam perusahaan. Hal-hal yang diatur dalam SOx hanya terbatas bagi senior financial officer. Perusahaan dalam hal ini harus secara umum mengimplementasikan nilai-nilai etis yang telah diatur dalam SOx kedalam keseluruhan perusahaan dan kepada para stakeholdernya. Beberapa kode etik sangat spesifik dan memang diperuntukkan bagi financial officer, tetapi perusahaan secara keseluruhan juga membutuhkan nilai-nilai yang lebih besar atau umum untuk diaplikasikan kedalam perusahaan. Program etika yang efektif bagi perusahaan dimulai dengan pemahaman mengenai resiko lingkungan bisnis. Penekanan kode etik tersebut mungkin akan berbeda pada tiap level jabatan dalam perusahaan, tetapi setiap orang harus memperhatikan nilai-nilai dalam perusahaan dan juga misi perusahaan. Internal auditor menjadi posisi penting dalam mengimplementasikan kode etik pada perusahaan tersebut. Internal auditor tidak hanya harus megerti mengenai internal accounting control perusahaan, tetapi juga harus memiliki pemahaman mengenai program etika perusahaan yang efektif. (a) Ethics First Step: Developing A Mission Statement Setiap perusahaan, baik yang berskala kecil maupun besar harus memiliki misi yang mendeskripsikan tujuan dan nilai yang dianut perusahaan tersebut. Misi harus menjadi sumber arahan bagi para

Ethics and Whistleblower Programs 2011

karyawan, pelanggan, stockholder mengenai apa yang hendak dicapai oleh perusahaan. Misi perusahan yang efektif dapat membantu menciptakan etika organisasi yang kuat dan menciptakan good corporate governance dalam perusahaan. Misi yang efektif tersebut juga dapat menjadi suatu aset yang berharga bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. (b) Understanding the Ethics Risk Environment Setiap perusahaan pasti memiliki resiko bisnis yang dapat membatasi aktivitas operasional perusahaan, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas maupun hal lainnya. Program etika yang efektif yang telah disusun oleh perusahaan tidak dapat dijadikan sebagai suatu pegangan atau patokan bahwa perusahaan tersebut dapat bebas dari resiko, seperti gempa bumi atau bencana besar, tetapi program etika tersebut dapat membantu menjadi perisai untuk menghadapi berbagai resiko bisnis yang mungkin terjadi di luar faktor tersebut. Beberapa karyawan akuntansi memutuskan untuk melanggar peraturan yang ada sebelum SOx, dimana pengabaian terhadap etika ini dapat memunculkan resiko dalam berbagai hal. Contoh: karyawan yang mengcopy software komputer dan menggunakannya di personal computer miliknya, pekerja pabrik yang mengabaikan prosedur pengecekan produk final, supplier yang

mengirimkan barang dalam jumlah yang lebih sedikit dari yang dipesan karena tidak pernah dilakukan pengecekan terhadap shipping notice. Contoh di atas merupakan contoh terhadap pelanggaran aturan yang ada dan dapat berpotensi menimbulkan resiko dalam bisnis. i. Ethics-Related Findings From Past Audits Or Special Audits Jika internal audit telah menyelesaikan sejumlah besar kepatuhan terkait operasional perusahaan dan juga terhadap audit keuangannya, pemeriksaan ulang terhadap working paper dan laporan audit dapat memberikan gambaran terkait sikap etika secara

Ethics and Whistleblower Programs 2011

keseluruhan. Temuan-temuan dalam working paper yang meliputi kesalahan-kesalahan yang ringan yang terjadi secara terus-menerus menunjukkan tren secara keseluruhan terhadap perilaku etis. Contoh: kesalahan berkelanjutan yang dilakukan oleh karyawan dalam beberapa proses yang relatif kecil seperti mengamankan atau memastikan tanda tangan persetujuan kedua atas transaksi bernilai kecil, dimana kebijakan mengharuskan untuk tanda tangan kedua, atau kegagalan untuk mendokumentasikan aplikasi teknologi informasi baru, meskipun ada persyaratan dokumentasi pengembangan sistem. Tim audit yang bertanggung jawab dapat memutuskan untuk memasukkan temuan yang dianggap kecil tersebut untuk disertakan dalam laporan audit, dan temuan-temuan tersebut merujuk pada permasalahan sikap etis. Beberapa temuan kecil yang terjadi tersebut mengakibatkan beberapa peraturan dalam perusahaan perlu diubah. ii. Employee And Stakeholder Ethics Attitude Surveys Survey yang dilakukan terhadap para karyawan, stakeholder dapat menjadi salah satu cara untuk menilai perilaku etis dalam perusahaan. Dengan survey tersebut, kita dapat memperoleh banyak informasi terkait perilaku etis dan praktek dari tiap-tiap pihak yang terlibat dalam aktivitas bisnis, seperti pekerja pabrik, staff karyawan, manajer senior, supplier dan lainnya. Survey tersebut dapat berisi pertanyaan-pertanyaan yang umum, tetapi tiap-tiap kelompok akan menerima pertanyaan yang spesifik terkait tanggung jawabnya. Contoh pertanyaan survey dapat dilihat pada halaman 555 Exhibit 24.1. Survey terkait etika yang dilakukan tersebut akan mempermudah auditor internal, tim penyusun kode etik yang berlaku dalam perusahaan, maupun pihak-pihak lainnya untuk mendapatkan

pemahaman mengenai lingkungan yang beretika dalam perusahaan.

Ethics and Whistleblower Programs 2011

(c) Summarizing Ethics Surveys Results: Do We Have a Problem? Hasil dari survey terkait etika atau penilaian yang dilakukan oleh audit internal pada masa lalu dapat menyediakan suatu jaminan terhadap proses atau tindakan yang telah dilakukan dengan cukup baik di dalam perusahaan. SOx membahas mengenai etika dan juga permasalahan terkait whistleblower terkait karyawan bagian keuangan senior dan juga terhadap kemungkinan terjadinya fraud terhadap laporan keuangan. Program etika yang efektif tersebut akan membawa manfaat bagi perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki program etika, internal audit adalah langkah yang tepat untuk membantu menyediakan program etika ini bagi perusahaan.

F. KODE ETIK PERUSAHAAN Kode etik ini telah ditempatkan di tempat yang utama dalam suatu perusahaan selama bertahun-tahun. Sox mensyaratkan bahwa setiap perusahaan harus memiliki kode etik profesi untuk dapat memahami berbagai konflik kepentingan yang mungkin timbul maupun untuk menguji kepatuhan terhadap peraturan pemerintah yang berlaku. (a) Kode etik berisikan : Apa yang seharusnya menjadi pesan dari kode etik tersebut? Kode etik haruslah berupa serangkaian aturan yang jelas, tidak membingungkan, dan menguraikan seluruh harapan yang ingin dicapai baik oleh stakeholders maupun oleh seluruh anggota perusahaan. Kode itu haruslah didasarkan pada nilai-nilai dan permasalahan yang ada dalam perusahaan. Kode etik ini harus dapat diterapkan kepada semua anggota perusahaan dari level atas sampai level paling bawah yang ada dalam perusahaan.

10

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Jika suatu perusahaan sudah memiliki suatu kode etik, internal auditor harus menjadwalkan peninjauan kembali kode etik tersebut dari waktu ke waktu. Kode etik yang lama seringkali hanya dirancang hanya untuk karyawan level bawah dan sedikit mengatur mengenai karyawan perusahaan yang lebih senior. Internal audit dapat bekerja sama dengan manajemen senior serta komite audit untuk memeriksa setiap kode etik yang ada, apakah masih layak atau relevan dengan SOx. Setiap lintas fungsi manajemen, dapat bersatu bersama untuk mengembangkan atau meninjau kembali kode etik yang ada. Tim tersebut harus dapat memeriksa permasalahan bisnis apa saja yang sedang dihadapi perusahaan, dan merancang serangkaian aturan yang dapat diaplikasikan sesuai untuk permasalahan tersebut. Setiap perusahaan memiliki kode etik yang berbeda, dari segi cara, format, dan ukurannya. (b) Komunikasi terhadap stakeholders, dan memastikan Kepatuhan Kode etik perusahaan haruslah seperti dokumen yang hidup, maksudnya harus selalu berkembang menyesuaikan kondisi lingkungan yang ada. Jika dokumen menampilkan suatu kode etik yang baru, atau yang telah mengalami revisi, perusahaan harus mengambil tindakan untuk mengatasi dampak yang akan terjadi, dengan cara menyampaikan salinan dari kode etik tersebut kepada seluruh karyawan dan stakeholders. Berdasarkan aturan SOx yang ada, langkah awal yang baik haruslah dapat menampilkan secara formal kode etik yang baru kepada top management perusahaan, khususnya kepada karyawan keuangan. Tim manajemen senior, harus menyatakan bahwa mereka telah membaca, memahami, dan akan mematuhi kode etik yang ada. Perusahaan haruslah mmenyampaikan kode etik tesebut ke seluruh stakeholders perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai tahapan, yang pertama menyampaikannya pada unit atau level yang lebih kecil dalam

11

Ethics and Whistleblower Programs 2011

perusahaan, barulah ke stakeholder. Bukan hanya sekedar membuat aturan tertulis mengenai kode etik tersebut, tetapi perusahaan harus memiliki upaya formal untuk menampilkan kode etik tersebut dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian. Suatu kode etik yang baru dapat dikomunikasikan oleh CEO melalui video, website, pelatihan, dan cara-cara lainnya untuk menekankan bahwa kode etik itu merupakan sesuatu yang penting. Perusahaan haruslah memastikan seluruh stakeholders telah mengetahui dan mematuhi kode etik yang ada. Hal ini dapat tercapai melalui pertanyaan berikut : Apakah anda telah menerima dan membaca kode etik yang ada? Apakah anda mengerti tentang isi dari kode etik tersebut? Apakah anda setuju untuk mematuhi semua kebijakan dan aturan yang ada di dalamnya? Perusahaan juga harus memastikan bahwa setiap karyawannya telah memahami dengan baik dan menyanggupi untuk patuh terhadap kode etik. Mengikuti kode etik yang ada adalah suatu bagian dari aturan kerja, dan apabila karyawan gagal mematuhi kode etik secara terusmenerus maka bisa dijadikan alasan untuk pemutusan hubungan kerja. (c) Pelanggaran Kode Etik dan Tindakan Perbaikan (Korektif) Kode etik adalah serangakian aturan yang menyiratkan tindakan yang diharapkan terjadi di dalam suatu perusahaan. Sebagai tambahan selain mempublikasikan kode etik dan memperoleh penerimaan dari stakeholders, dibutuhkan juga suatu mekanisme untuk melaporkan pelanggaran terhadap kode etik yang ada, melakukan investigasi pada pihak-pihak terkait, serta bagaimana cara penanganan terhadap

pelanggaran tersebut.

12

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Jika perusahaan telah menyampaikan dengan tegas kode etik yang ada dengan sebuah pesan dari CEO tentang pentingnya tindakan yang etis, semua stakeholders diharapkan untuk mengikuti aturan tersebut. Bagaimanapun juga, manusia tetap saja manusia, dan akan selalu ada yang melanggar aturan atau berjalan diluarnya. Suatu perusahaan haruslah membuat suatu cara untuk membuat karyawan atau pihak luar dapat melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang potensial terjadi atas kode etik tersebut, melalui cara yang aman dan rahasia. Banyak cara pelaporan tersebut dapat dilakukan melalui whistleblower. Kode etik merupakan serangkaian aturan untuk tindakan yang diharapkan terjadi oleh perusahaan, maka ketika aturan ini dilanggar, hal tersebut haruslah diinvestigasi dan ada tindakan perbaikan harus diambil secara konsisten. Kebanyakan pelanggaran terhadap kode etik ini dapat ditangani melalui prosedur normal bagian HRD perusahaan, yang mana harus menciptakan proses tindak lanjut, yang pertama tama dapat dilakukan melalui peringatan verbal, atau bisa dengan kemungkinan pemutusan hubungan kerja untuk pelanggaran yang telah dilakukan berulang kali. Beberapa pelanggaran, harus dilaporkan kepada pihak yang berwajib di luar perusahaan. Pelanggaran terhadap aturan SOx, seperti misalnya pencurian barang di gudang akan dilaporkan kepada jaksa penuntut yang ada di wilayah bersangkutan. Ketika hal ini diberitahukan dan dilaporkan ke pihak luar, hal tersebut telah keluar dari kendali atau tanggung jawab perusahaan. Keseluruhan tujuan dari semua ini adalah perusahaan memiliki beberapa proses untuk memastikan seluruh stakeholders berlaku baik dan beretika, seperti yang telah dijelaskan di dalam kode etik, dan untuk menyediakan mekanisme pelaporan pelanggaran yang konsisten, dan pengambilan tindakan disiplin apabila dibutuhkan.

13

Ethics and Whistleblower Programs 2011

(d) Menjaga Kode Etik Tetap Dilaksanakan Banyak dari aturan dasar perusahaan tentang berperilaku baik dan beretika, dan aturan-aturan spesifik lainnya, tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Seperti contoh, aturan yang menyatakan bahwa stakeholders memiliki tanggung jawab untuk menjaga aset, properti, kas, dan sumber daya lainnya, aturan tersebut tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perusahaan haruslah melakukan peninjauan kembali terhadap kode etik yang telah dipublikasi secara berkala, paling tidak satu kali dalam dua tahun, untuk memastikan bahwa petunjuk atau arahan itu masih bisa berlaku dan masih dapat diterima pada saat ini. Peninjauan berkala ini bisa meliputi pernyataan yang menyatakan kebutuhan akan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu pada semua level dalam perusahaan, atau bisa meliputi komitmen perusahaan untuk menghindari segala bentuk kecurangan fnansial. Setiap perubahan atau revisi yang dilakukan terhadap kode etik perusahaan, haruslah disampaikan kepada semua pihak dengan proses yang sama jelasnya seperti pada saat kode etik itu pertama kali dipublikasikan. Revisi atau perubahan itu juga harus disampaikan kepada semua stakeholders, dengan penjelasan tentang perubahan yang dilakukan dan keharusan untuk memahaminya. Apabila ada karyawan atau stakeholder baru yang bergabung dalam perusahaan, mereka juga harus diberikan kode etik yang berlaku di perusahaan, dan mereka harus membaca serta bersedia mematuhinya. Pertimbangan bagi karyawan baru, mereka bisa djelaskan dan diberikan pemahaman mengenai kode etik yang ada, serta komitmen perusahaan dalam menjalankannya, melalui online video. Begitu juga apabila kode etik itu mengalami revisi atau tidak, seluruh stakeholders harus ditanya secara berkala untuk menegaskan kembali mereka telah membaca kode etik tersebut dan bersedia terus patuh terhadapnya.

14

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Sejalan dengan misi yang telah ditetapkan, perusahaan harus menjaga konsistensi dari kode etik dan aturanaturan yang ada didepan seluruh stakeholders di setiap saat. Hal ini dapat tercapai melalui poster bulletin board yang ditempelkan di areaarea tertentu dalam perusahaan, dimasukkan dalam segment tertentu saat ada pelatihan karyawan. Internal auditor harus memainkan peranan penting dalam mendorong berlakunya kode etik ini dan memonitor kepatuhan tiap anggota perusahaan melalui review, serta kontak berkelanjutan terhadap perusahaan. Internal auditor harus sangat waspada terhadap kode etik perusahaan, dan

menggunakannya sebagai dasar dalam pelaporan adanya pelanggaran, serta dalam membuat rekomendasi sepanjang melakukan internal audit.

G. MENDESAIN MEKANISME WHISTLEBLOWER YANG SESUAI DENGAN PERUSAHAAN Dalam mengatasi dan menginvestigasi adanya indikasi penyimpangan, perusahaan sangat memerlukan pengelolaan yang baik di dalam perusahaan. Dalam banyak kasus penyimpangan yang terjadi, biasanya manajemen puncak perusahaan atau pejabat tinggi perusahaan merupakan pihak yang menjadi sorotan utama, namun sebenarnya penyimpangan perilaku tersebut bisa juga terjadi di berbagai lapisan kerja organisasi. Penyimpangan pengelolaan perusahaan ini dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Selain itu, secara tidak langsung penyimpangan ini juga dapat membangun budaya yang tidak baik, bukan hanya pada hubungan internal organisasi perusahaan, namun juga terhadap hubungan eksternal dengan para pihak yang menjadi mitra kerja perusahaan. Oleh sebab itu, dapat dilihat bahwa dampak yang terjadi sangat signifikan bagi perusahaan jika penyimpangan ini dilakukan secara terus menerus tanpa adanya suatu usaha perbaikan pengelolaan perusahaan.

15

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Seiring dengan semakin meningkatnya perhatian berbagai pihak terhadap tata kelola suatu perusahaan, kini banyak organisasi di beberapa negara yang telah membuat saluran pengaduan tanpa nama, atau yang dikenal dengan sebutan Whistleblower Mechanism. Kenapa mekanisme Whistleblower dianggap penting? Selain karena di beberapa negara, sistem tersebut diwajibkan oleh peraturan, faktanya, informasi dugaan (tips) merupakan metode yang dianggap paling berhasil dalam menemukan adanya fraud dibandingkan dengan metode lainnya. Hal ini dibuktikan oleh Association of Certified Fraud Examiner yang melakukan survey di perusahaan-perusahaan Amerika pada tahun 2004-2006.

Sebenarnya di Indonesia mekanisme di atas sudah diterapkan, bukan hanya di perusahaan, namun juga dipemerintahan, yaitu dengan adanya beberapa institusi yang memang menerima pelaporan dari masyarakat, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Pedoman tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia juga merekomendasikan agar Negara harus dapat menciptakan situasi kondusif untuk

16

Ethics and Whistleblower Programs 2011

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dengan memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk melindungi saksi pelapor yang memberikan informasi mengenai suatu kasus yang terjadi pada suatu institusi, baik perusahaan maupun bentuk lain. Memang saat ini belum ada peraturan yang mewajibkan keberadaan mekanisme Whistleblower dalam sebuah organisasi, namun Indonesia sudah memiliki Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban (UU No.13/2006) untuk menjamin perlindungan kepada saksi korban dalam semua tahap proses peradilan pidana walaupun memang perlindungan ini belum mencakup saksi pelapor dan tidak memberikan insentif seperti pengurangan hukuman bagi pelapor yang terlibat dalam sebuah tindakan fraud. Selain sebagai salah satu alat untuk mendeteksi fraud, sebenarnya mekanisme whistleblower juga bermanfaat sebagai alat untuk mendeteksi berbagai permasalahan yang ada dalam organisasi, seperti diskriminasi, pelecehan, atau penyimpangan perilaku lainnya yang tidak sesuai dengan standar etika yang berlaku di organisasi. Sehingga, jika diimplementasikan dengan serius, mekanisme whistleblower ini juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendalian dan pengawasan, yang dapat membantu meningkatkan perilaku etis dalam organisasi, yang juga dapat mendorong perubahan kultur organisasi ke arah yang lebih baik. Si pemberi informasi ini dapat berasal dari manajemen, karyawan sebuah organisasi, ataupun pihak lain yang memiliki interaksi dengan perangkat organisasi. Terdapat beberapa pilihan model mekanisme whistleblower yang dapat diterapkan pada organisasi, yang tentu saja harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi organisasi. Mekanisme whistleblower adalah suatu sistem yang dapat dijadikan media bagi saksi pelapor untuk menyampaikan informasi mengenai tindakan penyimpangan yang diindikasi terjadi di dalam suatu organisasi.

17

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Pedoman GCG Indonesia merekomendasikan kepada dunia usaha untuk melaksanakan fungsi ombudsman yang dapat menampung informasi

penyimpangan yang terjadi pada perusahaan, dan fungsi ombudsman ini dapat dilaksanakan bersama pada suatu kelompok usaha atau sektor ekonomi tertentu. Mekanisme whistleblower, umumnya harus dapat menerima informasi dari pelapor tanpa identitas (anonymous). Alasannya tentu saja agar pelapor dapat lebih bebas dan tidak takut untuk menyampaikan informasi. Namun walaupun tanpa identitas, diharapkan pelapor menyampaikan informasi secara obyektif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu perlu ada sebuah sistem yang dirancang dengan baik, agar informasi yang dilaporkan dapat disaring dengan benar, sehingga tidak menimbulkan dugaan yang tidak beralasan atau bahkan rekayasa untuk menjatuhkan seseorang untuk kepentingan pribadi serta untuk menjaga keamanan pelapor.

18

Ethics and Whistleblower Programs 2011

Pedoman tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di Indonesia merekomendasikan kepada setiap perusahaan untuk menyusun peraturan yang menjamin perlindungan terhadap individu yang melaporkan terjadinya

pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan. Idealnya, mekanisme whistleblower mencakup adanya hotline yang menyediakan akses 24 jam 365 hari setahun yang dilengkapi dengan interviewer yang handal. Jadi tentunya hotline yang disediakan bukan hanya searah saja dalam penerimaan informasi, dan lebih dari sekedar pelaporan tertulis melalui surat, email, atau sms. Untuk hasil terbaik dan untuk menyederhanakan komunikasi, organisasi harus menyediakan hanya satu mekanisme untuk melaporkan berbagai permasalahan yang ada dalam organisasi, termasuk fraud, pelecehan, maupun diskriminasi. Dengan sentralisasi pelaporan, informasi kemudian akan disalurkan ke para pihak yang paling sesuai. Pedoman GCG Indonesia juga merekomendasikan bahwa Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan pengaduan atau pelaporan tentang pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku, peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat waktu. Agar sesuai dengan rekomendasi ini, Dewan Komisaris dapat saja mendelegasikan aktivitas ini kepada perangkatnya, misalnya kepada Komite Audit. Namun, ada baiknya pelaporan tidak hanya diterima oleh satu pihak karena dapat mengurangi risiko penyembunyian informasi tertentu dengan sengaja dan tentu saja menjaga integritas mekanisme pelaporan. Organisasi dapat memilih untuk menjalankan sendiri mekanisme whistleblower, mulai dari penerimaan pengaduan hingga tindak lanjutnya, atau melakukan outsourcing fungsi penerimaan pengaduan tersebut kepada pihak eksternal yang independen. Pihak tersebut bertanggungjawab untuk

menyampaikan laporan hasil pengaduan yang ada kepada Dewan Komisaris, melalui tim khusus yang dibentuk untuk menangani pengaduan yang ada. Tim

19

Ethics and Whistleblower Programs 2011

khusus yang dibentuk untuk menangani pengaduan ini sebaiknya beranggotakan wakil dari Komite Audit dan wakil dari setidaknya 2 fungsi lain di organisasi yang memiliki keterkaitan dengan perilaku dan kepatuhan, misalnya Komite GCG, Bagian SDM, Bagian Hukum, Bagian Audit Internal/Kepatuhan. Aktivitas tindak lanjut tetap merupakan tanggung jawab dari organisasi yang bersangkutan. Agar mekanisme whistleblower ini efektif, tentu perlu dilakukan sosialisasi. Sosialisasi mengenai keberadaan mekanisme whistleblower, juga dapat membantu menciptakan kondisi kerja yang dilandasi etika, melalui adanya deskripsi yang jelas mengenai berbagai jenis perilaku yang diharapkan untuk diterapkan di dalam organisasi. Mekanisme tersebut harus diinformasikan kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan, mitra kerja, dan investor. Selain itu, jika dimungkinkan, tersedianya sistem yang dapat secara otomatis memberikan nomor secara acak kepada telepon yang dilakukan oleh pelapor akan sangat bermanfaat untuk memfasilitasi dilakukannya peneleponan kembali. Termasuk sangat berguna untuk melakukan dialog lebih lanjut dengan pelapor dalam proses investigasi. Namun demikian, tentu harus tetap dipastikan terjaminnya kerahasiaan identitas pelapor dan juga perlindungan terhadap pelapor, agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan atau bahkan membahayakan pelapor. Tanpa adanya kepastian ini, mekanisme whistleblower akan sama sekali tidak bermanfaat dan hanya akan menjadi pajangan saja, karena tidak akan ada orang yang mau melaporkan sesuatu jika tindakan tersebut akan membahayakan dirinya atau bahkan keluarganya.

H. MENINGKATKAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN Sebuah program etika yang kuat, berdasarkan pernyataan misi berarti dan kode etik, merupakan unsur kunci dalam setiap program secara keseluruhan tata kelola perusahaan di perusahaan. Skandal akuntansi yang mengarah ke SOx yang dalam banyak hal, terjadi di tingkat atas perusahaan, baik yang disebabkan

20

Ethics and Whistleblower Programs 2011

oleh petugas keuangan, seorang CEO, atau akuntan publik. Tim eksekutif di perusahaan skandal akuntansi yang menetapkan aturan mereka sendiri dengan pertimbangan yang diberikan ke seluruh perusahaan. Sebagai hasilnya. SOx ini terutama difokuskan pada kelompok senior. Namun etika yang kuat secara keseluruhan akan memperbaiki praktek-praktek tata kelola perusahaan untuk seluruh perusahaan, bukan hanya orang-orang di kantor eksekutif. Sebagai bagian dari peran mereka sebagai pemimpin etika dalam perusahaan mereka, auditor internal harus menyadari kebutuhan untuk tata kelola perusahaan secara keseluruhan di seluruh perusahaan dan kebijakan etika. Auditor Internal harus memiliki etika yang kuat dan program kepatuhan di tempat dalam grup audit internal mereka sendiri dan harus mencari praktek-praktek serupa dalam perusahaan total. Praktek ini dianjurkan untuk dilaksanakan tetapi juga membawa kekhawatiran tentang praktek akuntansi dan keuangan yang menjadi perhatian manajemen. Pernyataan kebijakan tersebut juga harus menekankan bahwa manajemen tidak akan mentolerir pembalasan terhadap karyawan yang menimbulkan kekhawatiran. Kebijakan ini dapat membantu mendorong terbukanya proses untuk menangani isu-isu dengan efektif. Auditor Internal harus menyadari praktek-praktek ini sebagai bagian dari CBOK mereka dan harus memainkan peran kunci dalam membantu baik untuk memulai dan untuk meninjau proses ini.

21

Ethics and Whistleblower Programs 2011

PEMBAHASAN KASUS Whistleblowing & the Environment: The Case of Avco Environmental
Chantale Leroux works as a clerk for Avco Environmental Services, a small toxic-waste disposal company. The company has a contract to dispose of medical waste from a local hospital. During the course of her work, Chantale comes across documents that suggest that Avco has actually been disposing of some of this medical waste in a local municipal landfill. Chantale is shocked. She knows this practice is illegal. And even though only a small portion of the medical waste that Avco handles is being disposed of this way, any amount at all seems a worrisome threat to public health. Chantale gathers together the appropriate documents and takes them to her immediate superior, Dave Lamb. Dave says, "Look, I don't think that sort of thing is your concern, or mine. We're in charge of record-keeping, not making decisions about where this stuff gets dumped. I suggest you drop it." The next day, Chantale decides to go one step further, and talk to Angela van Wilgenburg, the company's Operations Manager. Angela is clearly irritated. Angela says, "This isn't your concern. Look, these are the sorts of cost-cutting moves that let a little company like ours compete with our giant competitors. Besides, everyone knows that the regulations in this area are overly cautious. There's no real danger to anyone from the tiny amount of medical waste that 'slips' into the municipal dump. I consider this matter closed." Chantale considers her situation. The message from her superiors was loud and clear. She strongly suspects that making further noises about this issue could jeopardize her job. Further, she generally has faith in the company's management. They've always seemed like honest, trustworthy people. But she was troubled by this apparent disregard for public safety. On the other hand, she asks herself whether

22

Ethics and Whistleblower Programs 2011

maybe Angela was right in arguing that the danger was minimal. Chantale looks up the phone number of an old friend who worked for the local newspaper.

Questions for Discussion: 1. What should Chantale do? 2. What are the reasonable limits on loyalty to one's employer? 3. Would it make a difference if Chantale had a position of greater authority? 4. Would it make a difference if Chantale had scientific expertise?

Answers: 1. Chantale sebaiknya melaporkan praktek ilegal perusahaan Avco

Environmental Services tersebut ke bagian eksternal / pihak ketiga yang mampu menangani permasalahan lingkungan seperti yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Yang mana Avco Environmental Services membuang beberapa limbah medis di daerah yang berpenduduk. Walaupun limbah yang dibuang tidak terlalu banyak, namun hal tersebut dapat mengancam kesehatan masyarakat yang ada di daerah pembuangan limbah medis tersebut. 2. Loyalitas karyawan terkait dengan kasus whistleblower pada perusahaan Avco Environmental Services adalah sebagai berikut : a. Ketika seorang karyawan internal, memilih untuk menjadi seorang terhadap

whistleblower

maka

loyalitas

karyawan

perusahaannya tersebut dapat dikatakan baik. Whistleblower internal adalah seorang atau beberapa orang karyawan yang tahu mengenai kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya, namun ia melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih tinggi, bukan kepada pihak diluar perusahaan. b. Sedangkan seorang karyawan yang memilih untuk menjadi

whistleblower eksternal, maka keraguan akan loyalitas seorang

23

Ethics and Whistleblower Programs 2011

karyawan akan jauh lebih kuat daripada whistleblower internal. Whistleblower eksternal merupakan seorang pekerja yang mengetahui kecurangan yang dilakukan di dalam perusahaannya, lalu ia membocorkannya kepada pihak masyarakat karena ia tahu bahwa kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Seringkali karyawan dalam suatu perusahaan dilarang untuk membocorkan kecurangan perusahaan maupun tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh perusahaan kepada pihak lain diluar perusahaan. Hal itu dikarenakan tindakan tersebut dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip loyalitas. 3. Perbedaan yang dapat terjadi apabila Chantale memiliki posisi dan otoritas yang lebih tinggi di dalam perusahaan Avco Environmental Services adalah Chantale dapat menegakkan standar pelayanan dan etika dalam perusahaan tersebut, serta mengantisipasi agar perusahaan tidak melakukan tindakantindakan yang merugikan masyarakat banyak, seperti pembuangan limbah di daerah yang berpenduduk dengan cara mempekerjakan karyawan yang ahli dalam masalah lingkungan. Karena jika semakin lama tindak kecurangan dibiarkan, maka dampak negatif terhadap perusahaan akan semakin besar, apabila nantinya terbongkar pada pihak luar. 4. Dengan memiliki pengetahuan yang lebih, Chantale akan lebih dapat menjelaskan pada atasannya dampak-dampak yang terjadi akibat praktek illegal yang dilakukan. Selain itu, Chantale juga dapat memberikan rekomendasi pada atasannya apa yang seharusnya dilakukan dalam menanggulangi praktek illegal yang dilakukan tanpa menaikkan biaya yang dapat merugikan perusahaan.

24

Ethics and Whistleblower Programs 2011

KESIMPULAN
Tindakan whistleblower dapat dikatakan baik atau buruk bergantung pada motif dibaliknya. Dikatakan baik apabila tujuannya agar tindakan perusahaan tidak berdampak negatif bagi pihak lain, tetapi dapat dikatakan buruk apabila whistleblower dilakukan untuk kepentingan diri sendiri dan merusak nama baik perusahaan. Ada 2 jenis whistleblower, yakni whistleblower internal dan eksternal. Tingkat loyalitas karyawan yang melakukan whistleblower internal dikatakan lebih baik daripada whistleblower eksternal karena tidak memberitahukan pada pihak luar sehingga kerahasiaan perusahaan masih terjaga. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa pada umumnya, whistleblower eksternal dapat terjadi ketika whistleblower tersebut tidak mendapat respon berarti dari pihak internal perusahaan ketika ia melaporkan tindakan ilegal yang mungkin dilakukan perusahaan dimana ia bekerja, seperti pada contoh kasus Avco Environmental. Oleh karena itu, sebaiknya suatu badan usaha perlu membentuk suatu bagian khusus yang menampung aduan atau keluhan dari karyawan. Bagian ini haruslah independen dan dapat menjaga kerahasiaan karyawan tersebut. Yang terpenting ialah, aduan atau keluhan tersebut haruslah ditindaklanjuti, tidak hanya ditampung. Dengan demikian, dapat meminimalisir terjadinya whistleblower eksternal dan perusahaan dapat mengatasi dampak yang mungkin terjadi.

25

Ethics and Whistleblower Programs 2011

DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Eva. 2010. Topic : Andakah Sang Whistleblower? (online).

http://www.gudono.com/apps/forums/topics/show/2858493-andakah-sangwhistle-blower-?page=last. Diunduh pada 8 November 2011 Anonim. 2008. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System). Komite Nasional Kebijakan Governance: Jakarta Daniri, Achmad dan Angela Indirawati Simatupang. 2009. Mendesain Mekanisme Whistleblower yang sesuai untuk Organisasi Anda (online).

http://www.lkdi.org/cms/id/2009/03/31/mendesain-mekanismewhistleblower-yang-sesuai-untuk-organisasi-anda/. November 2011 Moeller, Robert R. Brinks Modern Internal Auditing : A Common Body of Knowledge, 7th edition. John Wiley & Sons: New York Sudimin, Theo. 2003. Whistleblowing : Dilema Loyalitas dan Tanggung Jawab Publik. Jurnal Manajemen dan Usahawan: Vol 32-11 Weiss, Joseph W. 2003. Business Ethics : A Managerial, Stakeholder Approach, 3rd edition.Thomson, South-Western, Canada Diunduh pada 8

26

Vous aimerez peut-être aussi