Vous êtes sur la page 1sur 4

RUBRIK ILMU dan TEKNOLOGI

Temuan Vortex Induced Vibration (VIV) pada Jembatan Bentang Panjang Resonansi lentur-vertikal kecepatan angin rendah atau Low wind Speed Heaving Resonance (LSHR) merupakan salah satu fenomena penting yang harus dicermati dari Getaran Induksi Vortex atau Vortex Induced Vibration (VIV) jembatan bentang panjang. Fenomena ini timbul akibat terjadinya vortex sekunder dari bagian jembatan yang mengganggu aliran angin permukaan dek jembatan (obstacles), seperti: pagar dan pembatas jalur. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil penelitian promovendeus Fariduzzaman dalam disertasi doctoralnya di Program Doktor Teknik Penerbangan, Fakultas Teknologi Industri, ITB. Fenomena terungkap setelah melakukan eksperimen model-penuh dan model-seksional di terowongan angin Laboratorium Aero-Gas dinamika dan Getaran (LAGG), BPPT.

WIND

deck model

WIND

deck model

LSHR Gambar 1. Fenomena LSHR muncul pada dek yang memiliki penghalang (obstacle) aliran angin permukaan, seperti railing, track-separator atau girder. Hasil penelitian ini merupakan konstribusi penting dalam melakukan perencanaan jembatan bentang panjang yang saat ini banyak dibangun di Indonesia. Analisis eksperimental untuk aerodinamika jembatan bentang panjang masih langka dilakukan di Indonesia, bahkan untuk model penuh, mungkin satu-satunya yang ada di negara-negara Asia Tenggara. Kini setelah

penelitian ini, eksperimen aerodinamika jembatan bentang panjang dapat dilakukan sepenuhnya di Indonesia. Institut Teknologi Bandung memberikan gelar doktor kepada promovendeus Fariduzzaman atas keberhasilannya. Penelitian dibimbing oleh: o Ketua Tim Promotor: Prof. Ir. Amrinsyah Nasution, MSCE., PhD., Guru Besar Rekayasa Struktur dan Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil ITB o Ko-Promotor: Dr. Ir. Leonardo Gunawan, Ketua Program Studi dan Dosen Teknik Penerbangan ITB o Ko-Promotor: Dr. Lavi R. Zuhal, Dosen Teknik Penerbangan Ada dua jenis jembatan bentang panjang yang kini dikenal, jembatan-gantung (suspension bridge) maupun jembatan-cancang (cable-stayed bridge). Jembatan bentang panjang terkadang disebut jembatan fleksibel karena secara keseluruhan strukturnya fleksibel, dimana struktur akan sensitif terhadap aliran angin disekitarnya. Pada struktur tersebut selalu terjadi interaksi dinamik antara gaya-gaya aerodinamika dan dinamika dari struktur tersebut. Interaksi ini dikenal dengan interaksi aeroelastik. Dua fenomena aeroelastik yang dominan adalah getaran induksi vortex atau Vortex Induced Vibration (VIV) dan flutter. Berdasarkan proses fisik yang menandai fenomena tersebut, maka riset ini akan membedakan dua jenis interaksi: Resonance Induced Excitation (RIE) dan Structural Instability Excitation (SIE). Definisi RIE adalah definisi baru yang diajukan promovendeus dan d efinisi SIE agak berbeda dengan definisi penelitian sebelumnya, yang memasukkan Vortex Induced Vibration (VIV) sebagai Instability Induced Excitation (IIE). VIV sebenarnya adalah fenomena resonansi bukan fenomena ketakstabilan. VIV adalah respon getaran RIE yang tampak dengan amplitudo osilasi yang naik tiba-tiba menjelang kecepatan angin kritisnya dan kemudian turun lagi dengan tiba-tiba jika kecepatan angin terus dinaikkan setelah kecepatan angin kritis tersebut. VIV terjadi karena resonansi antara fluktuasi vortex dengan natural frekuensi struktur, dengan demikian struktur terinduksi untuk bergetar. Separasi aliran adalah asal mula terbentuknya vortex tersebut di sekitar struktur, apakah di permukaan dek (vortex sekunder) atau di ujung belakang dek (vortex primer). Sedangkan flutter adalah respon getaran SIE yang tampak sebagai kenaikan tiba-tiba amplitudo osilasi pada kecepatan angin kritisnya dan terus naik jika kecepatan angin bertambah lebih tinggi lagi. Flutter terjadi karena struktur tidak lagi mampu meredam atau mendisipasi energi yang diterimanya dari angin. VIV maupun flutter sama-sama dapat menyebabkan kehancuran struktur, yang katastropik. Saat ini konstruksi jembatan bentang panjang mengikuti suatu standard yang mengatur bahwa kecepatan kritis flutter harus tinggi sekali. Dengan kata lain, jembatan bentang panjang modern didesain untuk tidak flutter di kecepatan angin operasinya yang normal. Namun demikian kecepatan kritis flutter yang tinggi tidak menjamin bahwa jembatan akan bebas d VIV, karena sebenarnya VIV adalah fenomena aeroelastik kecepatan angin ari rendah.

Suspension Bridge
(Kutai Kartanegara ) Di Kalimantan Timur

Cable-stayed Bridge
(Mahakam Kota) Di Kalimantan Timur

Gambar 2. Jembatan Fleksibel Objektif riset ini adalah untuk ekplorasi fenomena VIV pada dek jembatan melalui serangkain eksperimen di terowongan angin. Terutama untuk mengamati efek geometri dan efek tingkat turbulensi dari aliran angin yang datang. Studi diawali dengan melakukan eksperimen model-penuh pada tipikal jembatan yang ada, sehingga dapat dilihat fenomena aeroelastiknya secara lengkap, dalam aliran turbulensi rendah (smooth-wind) maupun aliran turbulensi tinggi (turbulence-wind). Kemudian dilanjutkan dengan eksperimen model-seksional, untuk mengeksplorasi fenomena VIV lebih dalam. Eksperimen dilakukan pada tiga model dek yang generik: tepi-bundar (Round Edges, RE), tepi-tajam (Sharp Edges, SE), tepi-datar (Flat Edges, FE) dan tipikal dek yang ada (SM). Studi ini menyimpulkan bahwa bentuk geometri

dek jembatan mempunyai pengaruh berarti terhadap resonansi VIV, begitupula intensitas turbulensi angin yang melaluinya. Turbulensi angin alam adalah sesuatu yang tak mungkin dikendalikan, namun perancang jembatan dapat mengatur geometri penampang dek jembatan sedemikian sehingga jembatan tetap aman dari gangguan VIV. Untuk jembatan di daerah yang intensitas turbulensi anginnya selalu tinggi, seperti di perkotaan, perancang tidak perlu khawatir dari kemungkinan gangguan VIV. Untuk jembatan yang akan dibangun di daerah yang mungkin intensitas turbulensi anginnya bisa sangat rendah, seperti di atas lautan., perancang hendaknya menggunakan dek yang bentuk geometrinya mendekati streamline Penelitian ini juga menemukan fenomena resonansi baru yang mengeksitasi frekuensi natural gerak lentur-vertikal (heaving) dek jembatan. Promovendeus menyebut fenomena ini sebagai Low wind Speed Heaving Resonance (LSHR). Hasil analisis menunjukkan bahwa fenomena terjadi akibat adanya penghalang aliran angin di permukaan dek jembatan (obstacles), sehingga timbul vortex sekunder. Dengan demikian permukaan yang banyak separasinya akan turun tekanannya, dan mengeksitasi gerak lentur-vertikal dari dek.

Vous aimerez peut-être aussi