Vous êtes sur la page 1sur 22

SURVEI PENGARUH SITUS PORNO TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA (Studi kasus siswa SMA di Provinsi DKI Jakarta)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Survei Contoh

Disusun oleh: Ade Marsinta Arsani(08.5548) Betsy B. Donggori() Indra Tri Mahardika() Nur Jannah Mega Anindita() Raudlatul Faizah() Roni Antonia Hutajulu()

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK JAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang menganut Pancasila,yang yakin dengan Tuhan yang satu dan menjunjung tinggi moral seharusnya mampu menerapkan setiap sila dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh rakyat Indonesia memeluk agama yang mereka yakini. Menurut data,diperkirakan kira-kira 85,1% penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang religius. Namun sangat disayangkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengungkap data mengkhawatirkan. Belanja akses situs porno dari Indonesia ternyata mencapai US$3.673 per detik atau setara dengan Rp33 juta lebih setiap detiknya. Mengacu pada data Kementerian Kominfo, pengakses situs-situs porno itu bervariasi, termasuk kalangan siswa. Pengakses dari kalangan siswa SMP mencapai 4.500 pengakses, sedangkan 97,2 persen siswa SMU diperkirakan pernah mengakses situs esek-esek ini. Di Indonesia, pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Informasi tentang pornografi tersebut akan menjadi dasar respon, sikap, dan perilaku seseorang terhadap suatu objek, terutama pada pemahaman dan sudut pandang remaja, sehingga akan merubah sikap dan perilaku remaja terhadap seks bebas (Supriati, 2009). Menurut World Health Organitation (WHO) (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Soetjiningsih, 2004). Survei yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek (2005) dengan 1.705 responden remaja memperoleh hasil bahwa lebih dari 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situssitus internet. Survei lain juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah, menurut remaja laki-laki yang pernah berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film porno(baik dlam bentuk film maupun video di situs porno). (BKKBN, 2006). Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010 menunjukkan, 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah. Beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pra nikah juga dilakukan beberapa remaja. Misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan. Melihat data di atas,maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana sebenarnya pengaruh situs porno terhadap perilaku seksual di kalangan remaja.

1.2. OBJEK DAN TUJUAN SURVEI Objek dari survei ini adalah siswa SMA Negeri dan swasta di provinsi DKI Jakarta. Survei ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seberapa besar remaja yang pernah mengakses situs porno 2. Mengetahui perilaku seksual remaja yang pernah dilakukan 3. Mengetahui pengaruh akses situs porno terhadap perilaku seksual remaja

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 KONSEP DAN DEFINISI Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif (Purwanto, 2009). Pendit. dkk, dalam Qomariyah (2010) berpendapat bahwa sesuai dengan kepanjangannya, internet adalah sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa jaringan (Internet Service Provider) yang saling terhubung dimana masing-masing jaringan komputer yang terhubung dikelola secara independen. Akses materi pornografi di internet atau yang biasa disebut Cyber-porno merupakan salah satu bentuk pornografi yang menonjol akhir-akhir ini. Adapun pengertian dari pornografi menurut Borong (2010) adalah: Tulisan, gambar atau rekaman tentang seksualitas yang tidak bermoral; bahan atau materi yang menonjolkan seksualitas secara eksplisit terang-terangan dengan maksud utama membangkitkan gairah seksual; tulisan atau gambar yang dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu birahi orang yang melihat atau membaca; tulisan atau penggambaran mengenai pelacuran, dan penggambaran hal-hal cabul melalui tulisan, gambar atau tontonan yang bertujuan mengeksploitasi seksualitas.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian

tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi. Damayanti dalam BKKBN (2007) menyatakan beberapa Perilaku seksual remaja SLTA di Jakarta: 1) Ngobrol Curhat 2) Pegangan tangan 3) Berangkulan 4) Berpelukan 5) Berciuman pipi 6) Berciuman bibir 7) Meraba-raba dada 8) Meraba alat kelamin 9) Menggesek kelamin 10) Melakukan seks oral 11) Hubungan seks. Mengobrol/Curhat adalah bercakap-cakap atau berbincang santai tanpa pokok pembicaraan tertentu, didorong oleh hasrat seksual. Berpegangan tangan adalah saling berpegang,berpaut, berteguh, didorong oleh hasrat seksual. Berangkulan adalah saling melingkarkan lengan pada pundak,memepetkan badan pada badan,yang didorong hasrat seksual. Berpelukan adalah saling mendekap sesuatu(tangannya) yang didorong hasrat seksual. Berciuman pipi adalah saling bersentuhan antara bagian depan dua benda(dalam hal ini: pipi) yang didorong hasrat seksual. Berciuman bibir adalah saling melekatkan bibir atau hidung yang didorong hasrat seksual. Meraba-raba dada adalah menyentuh karena hendak merasai atau mencari sesuatu( dalam hal ini: dada) yang didorong hasrat seksual.

Meraba alat kelamin adalah menyentuh dengan telapak tangan karena hendak merasai atau mencari sesuatu(dalam hal ini: alat kelamin) Menggesek kelamin adalah menyentuh dengan gesekan(dalam hal ini: menyentuh alat kelamin) Melakukan seks oral adalah aktivitas-aktivitas seksual yang mencakup penggunaan mulut, lidah, dan kerongkong untuk merangsang genitalia. Biasanya, seks oral dilakukan sebagai pembukaan atau foreplay sebelum bersetubuh (coitus). Seks oral mencakup memberi atau menerima stimulasi oral (seperti menghisap atau menjilat) genitalia, yaitu: penis, vagina, atau anus. Hubungan seks adalahmelakukan hubungan kelamin .Istilah hubungan seksual merujuk pada area yang lebih luas dalam aktivitas seksual dibandingkan dengan istilah coitus, yang hanya merujuk pada seks antar alat kelamin pria dan wanita.

Klasifikasi pengguna internet berdasarkan intensitas penggunaan internet, The Graphic, Visualization & Usability Center, The George Institute of Technology dalam Qomariyah (2010) menggolongkan pengguna internet menjadi tiga kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan: 1) Heavy Users (lebih dari 40 jam per bulan) 2) Medium Users (antara 10-40 jam per bulan) 3) Light Users (kurang dari 10 jam per bulan)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMA dari kelas X, XI, XII baik dari SMA negeri maupun swasta di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode ini dipakai untuk memperoleh data primer mengenai pengaruh situs porno terhadap perilaku seksual pada remaja Sekolah Menengah Atas. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu seminggu dengan waktu revisit dua hari untuk mengantisipasi adanya siswa yang tidak masuk pada saat pengumpulan data.

3.2. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden/siswa-siswa yang terpilih sebagai sampel di setiap SMA. Kemudian kuesioner tersebut akan diisi secara self enumeration atau pengisian sendiri oleh responden. Sebelum survei yang sebenarnya dilaksanakan terlebih dahulu diadakan uji validitas dan reliabilitas.

3.2.1 Uji Validitas Validitas adalah 2006). keadaan suatu yang menggambarkan yang valid tingkat atau instrument sahih yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur( Arikunto, dalam: Damayanti instrument instrument adalah kesesuaian mempunyai validitas tinggi,sebaliknya validitas rendah. Validitas dicapai yang apabila digunakan terdapat validitas antara internal. bagian validitas instrument internal secara yang kurang valid berarti memiliki

keseluruhan. Pengujian validitas dari kuesioner dilakukan dengan menguji validitas setiap item pernyataan. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan korelasi product moment(r) sebagai berikut: rxy= dimana: rxy = koefisien korelasi n = jumlah sampel X = skor item pertanyaan Y = skor total item pernyataan Kemudian berikut: menghitung korelasi terkoreksi(rpq) dengan rumus sebagai

rpq =

dimana: rpq = koefisien korelasi terkoreksi rxy = koefisien korelasi SDx =standar deviasi butir pertanyaan SDy = standar deviasi skor total Dasar pengambilan keputusannya:

1. Apabila nilai r bernilai positifdan r > rtabel, maka item tersebut valid 2. Apabila nilai bernilai negative dan r < rtabel, maka item tersebut tidak valid

3.2.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas cukup dipercaya : Damayanti menunjuk untuk kepada suatu sebagai suatu alat pengertian alat pengukir bahwa dipakai instrument dua kali dapat untuk

digunakan

pengumpul

data(Arikunto,dalam

2006).

Artinya bila

mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relative konsisten, maka alat tersebut reliabel( Singarimbun dan Effendi dalan Damayanti: 2006). Untuk menguji reliabilitas instrument dapat digunakan rumus alpha sebagai berikut:

dimana: = koefisien reliabilitas (Cronbach alpha) k = banyak butir pertanyaan


2 t =varians 2 b =varians

skor total skor butir pertanyaan Arikunto(dalam Damayanti : 2006), untuk menginterpretasikan koefisien

Menurut

korelasi reliabilitas dapat dikelompokkan menjadi lima kriteria,yaitu:

1. 0.800 - 1.000 = sangat tinggi 2. 0.600 - 0.800 = tinggi 3. 0.400 0.600 = cukup tinggi 4. 0.200 0.400 = rendah 5. 0.000 0.200 = sangat rendah

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Cakupan Survei Sesuai dengan tujuan survei yaitu mendapatkan informasi dan menganalisis pengaruh situs porno terhadap perilaku seksual pada remaja Sekolah Menengah Atas, maka digunakan pendekatan siswa SMA. Untuk tersebut sendiri mendapatkan diperoleh kuesioner data yang diperlukan, digunakan metode pengambilan sampel dengan Stratified Two Stage Sampling With Proportional enumeration, Alocation. Data-data dengan yang metode self yaitu responden mengisi diberikan. Cakupan

dalam survei ini adalah :

a. Populasi survei : Semua siswa SMA di DKI Jakarta b. Populasi target : Semua siswa SMA di DKI Jakarta yang pernah mengakses situs porno c. Unit observasi : siswa di SMA di DKI Jakarta d. Unit sampling : 1).Primary Sampling Unit 2).Ultimate Sampling Unit e. Unit analisis : siswa SMA f. Responden : siswa yang terpilih sebagai sampel di SMA di DKI Jakarta
3.3.2 Penetapan Jumlah Sampel Rumus penentuan jumlah sampel siswa yang digunakan adalah Multiple Indicator Cluster Survey (MICS). MIS ini cocok digunakan untuk penarikan sampel bertahap, terutama untuk Two Stage Sampling. Rumus MICS mempunyai kelebihan yaitu memperhitungkan besanya design effect nya (deff. Selain itu pada rumus MICS juga diperhitungkan non response sebesar r persen. Berikut adalah rumusnya :

: SMA : siswa SMA

dimana,

: banyaknya sampel rumahtangga diperlukan untuk cakupan Pulau Madura : 1,96 untuk tingkat kepercayaan 95% p r : perkiraan proporsi kejadian dari indikator yang akan diperkirakan (proporsi kejadian terhadap target populasi) : persentase perkiraan nonrespon Karena pertanyaan pada penelitian ini merupakan pertanyaan sensitive, maka ditoleransi non respons sebesar 6%. deff : design effect, rasio variance suatu desain sampling dibagi variance desain acak sederhana (simple random sampling) ; deff = 2 Digunakan deff=2 karena pada umumnya SRS lebih efisien daripada two stage sampling. e : persentase margin of error (relative standard error) terhadap p (bisa ditentukan berbeda untuk setiap indikator) k : proporsi kejadian dari target populasi terhadap populasi
= 1; karena unit samplingnya adalah siswa maka rata-rata banyaknya siswa per unit sampling adalah siswa itu sendiri. Komisi Perlindungan Anak (2010) mengungkapkan 97 persen remaja pernah menonton atau mengakses pornografi. Didapatkan pula sebanyak 62,7 persen remaja pernah melakukan hubungan badan atau dalam istilah remaja ML (making love). Sehingga pada rumus ini digunakan k=0,97 dan p=0,627.
2 Z E / 2 p.(1  p ).(deff )(1  r ) 1,96 2 0,627.(1  0,627) 2 (1  0,06) = ! 1997,917 } 2000 (ep) 2 k x ( 0,05 0,627) 2 0,97 1

m0 !

Dari rumus MICS, diperoleh jumlah sampel siswa optimum sebesar 2000 siswa dengan perkiraan RSE sebesar 5%.

3.4. Metode Penarikan Sampling Metode pengambilan sampel dengan Stratified two stage sampling with Proportional Alocation, di mana SMA-SMA di DKI Jakarta terlebih dahulu distratakan menjadi

SMA negeri

dan SMA swasta.

Dari

masing-masing strata dipilih sampel

dengan

tahapan sebagai berikut :

Tahap I
Memilih kelas menggunakan metode Probability Proportional to Size(PPS) Linear Systematic Sampling dengan size jumlah siswa dalam tiap sekolah yang diperoleh dari data Kementerian Pendidikan Nasional. Pemilihan dilakukan pada masing-masing strata secara terpisah. Semakin banyak jumlah siswa di SMA, maka peluang terpilihnya SMA tersebut juga akan semakin besar.

Tahap II
Memilih ( ). 25 siswa dengan menggunakan systematic linear sampling.

Alasan metode sampling ini digunakan, antara lain :

a.

Tersedianya

kerangka

sampel

Sekolah

Menengah

Atas

yang

lengkap.

Kerangka sampel ini bisa didapatkan di Kementrian Pendidikan Nasional. Kerangka sampel ini berupa direktori atau daftar nama-nama SMA negeri dan swasta yang ada di DKI Jakarta. Selain itu, direktori ini berisi alamat dan jumlah siswa di masing-masing SMA. b. Dengan menjadikan SMA sebagai kluster diharapkan c. sampel siswa yang terpilih menekan biaya dan mempersingkat waktu. Adanya variabel pendukung yaitu jumlah siswa pada setiap SMA, sehingga dapat dijadikan dasar peluang penarikan sampel SMA. d. dapat swasta. membandingkan hasil survei antara SMA negeri dengan SMA pada tidak penarikan tahap pertama, menyebar sehingga dapat

3.5. Pembentukan Strata dan Alokasi Sampel


Strata dibuat dengan menggunakan status sekolah yaitu negeri dan swasta. Hal ini dilakukan dengan asumsi kedua strata itu memiliki lingkungan dan karakteristik yang berbeda. Selain itu, alasan dibentuknya strata karena pada penelitian ini akan dilakukan estimasi pada setiap strata untuk melihat perbedaan dari SMA negeri dan SMA swasta.

Berdasarkan status sekolah strata yang terbentuk adalah sebagai berikut : keseluruhan sampel siswa SMA negeri dan swasta. total sampel ini akan dialokasikan pada kedua strata secara proporsional berdasarkan jumlah siswa di setiap strata.  Di mana : Mh : Jumlah seluruh siswa SMA pada strata ke-h : Jumlah seluruh siswa SMA di DKI Jakarta 

nh n

: Jumlah

sampel SMA pada strata ke-h

: Jumlah seluruh sampel SMA do DKI Jakarta SMA

Strata

Jumlah Sekolah

Jumlah Siswa

perkiraan jumlah sampel sekolah di setiap strata

Jumlah sampel siswa per SMA

Jumlah sampel siswa per strata

SMA Negeri SMA Swasta Total

116 381 479

91886 85731 177617

41 39 80

25 25

1035 965 2000

Penarikan Unit Sampel Tahap Satu


Pemilihan SMA di tahap pertama ini dilakukan dengan teknik PPS- systematic linear dengan size jumlah siswa siswa di


di setiap
 

setiap SMA


SMA. di


Langkah

pertama strata.

adalah Kemudian

mengkumulatifkan

jumlah

masing-masing

menentukan interval di mana : Interval strata ke-h = Pengambilan pengambilan sampel, sampel dengan
      

ini

dilakukan

dengan untuk

memilih

nilai

random

start

yang untuk

terdapat di TAR. Pemilihan TAR dilakukan dengan berdasarkan pada hari dan tanggal ketentuan hari menentukan halaman, tanggal

menentukan baris, dan bulan untuk menetukan kolom. Dari hasil pemilihan sampel tahap pertama akan diperoleh SMA-SMA yang terpilih sebagai sampel.

Penarikan Unit Sampel Tahap Kedua


Jumlah sampel siswa yang akan diambil pada masing-masing SMA adalah sama. Pemilihan dengan sampel siswa  pada tiap SMA menggunakan metode Sytematic Linear

Metode dilakukan dengan cara mengurutkan nomer induk siswa di setiap SMA yang terpilih sebagai sampel pada tahap pertama berdasarkan tingkatan kelas, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Kerangka sampel tahap II ini didapatkan dari dari hasil listing.

3.6. Penjelasan Teknik Estimasi Parameter Dengan menggunakan sampling dua tahap, estimasi parameter yang digunakan adalah estimasi menggunakan rumus ketiga sehingga diperoleh estimasi

karakteristik yang unbiased. Rumus ini dapat digunakan dengan anggapan kerangka sampel yang ada di kementrian pendidikan merupakan data yang up to date karena setiap SMA akan meregistrasikan jumlah siswanya. Meskipun berkurang tidak akan terlampau banyak, dengan kata lain, keadaan antara kerangka sampel dan saat pencacahan tidak berbeda jauh. Banyaknya unit di dalam Tahap Populasi Pertama Kedua Sampel Metode penarikan sampel PPS Systematik Peluang pemilihan sampel  Fraksi sampling

, dimana

Keterangan : : karakteristik yang diteliti pada rumah tangga ke-j blok sensus terpilih ke-i pada strata ke-h : rata-rata jumlah sampel siswa pada SMA ke-i = 25 siswa : banyaknya siswa pada SMA ke- I stratake-h

: banyaknya siswa (eligible sampel) pada SMA ke-i pada strata ke-h
: total siswa di strata ke-h : banyaknya sampel SMA terpilih pada strata ke-h : banyaknya populasi SMA strata ke-h : estimasi total karakteristik pada SMA ke-i terpilih pada strata ke-h

: estimasi total karakteristik strata ke-h


: estimasi varians total karakteristik strata ke-h : estimasi total karakteristik : estimasi varians total karakteristik

3.7. Pembahasan Alokasi dan Beban Petugas


Pada penelitian ini, akan dibentuk tim yang terdiri dari empat orang. Setiap tim bertugas untuk menyebarkan kuesioner, mengumpulkan kembali dan mengoreksi dokumen. Petugas hanya bertugas memeriksa karena kuesioner pada penelitian ini digunakan self enumeration (kuesioner diisi sendiri oleh responden). Setiap tim akan bertanggung jawab untuk mengedarkan kuesioner di empat SMA. Jumlah sampel SMA adalah sebanyak 80 SMA, sehingga totalnya terdapat 20 tim.

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti,Deny Eka.2010. Hubungan antara Pemanfaatan Akses Internet dengan Perilaku seks Bebas pada Remaja. Skripsi. Surakarta: Universitas Maret
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

www.liputan6.com www.vivanews.com
http://immarimutanakstikesrsudaya.blogspot.com imadiklus.com/2010/.../pengaruh-situs-porno-terhadap-kesehatan-mental-remaja.html http://episentrum.com/artikel-psikologi/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/

http://www.sejarah-internet.com/pengertian-internet/ http://id.shvoong.com/books/1901179-pengertian-internet/

Lampiran 1 RANCANGAN TABULASI

Tabel 1. Jumlah Siswa SMA yang Mengakses Situs Porno menurut Jenis Kelamin dan Status Sekolah

no 1 2

Jenis kelamin/status sekolah Laki-laki Perempuan Total

Negeri

Swasta

Tabel 2. Jumlah Siswa yang Mengakses Situs Porno menurut Jenis Kelamin, Nama Situs dan Status SMA

No (1) 1 2

Nama Situs (2) Jumlah

Laki-laki Negeri Swasta (3) (4)

Perempuan Negeri Swasta (5) (6)

Total Negeri Swasta (7) (8)

Tabel 3. Alasan yang mendorong siswa SMA mengakses Situs Porno menurut Status Sekolah dan Jenis Kelamin

No (1) 1 2

Alasan (2)

Laki-Laki Negeri (3) Swasta (4)

Perempuan Negeri (5) Swasta (6)

Laki-laki+ Perempuan Negeri Swasta (7) (8)

Jumlah

Lampiran 2 KUESIONER LISTING SISWA Nama Sekolah : Status Sekolah (Negeri/Swasta) : NIS: Alamat Sekolah: Jenis Kelamin No Nomor Induk Siswa Laki-Laki Perempuan Apakah pernah mengakses situs porno? (Ya/Tidak) Ya Tidak

Jumlah:

Lampiran 3

Kuesioner Survei Pengaruh Situs Porno Terhadap Perilaku Sexual Remaja


Petunjuk Pengisian Kuesioner. 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh kemungkinan jawabannya. 2. Tulis jawaban yang paling sesuai menurut anda. 3. Kami sangat mengharapkan semua pertanyaan dijawab dengan jujur, seksama, dan tidak ada yang dilewatkan, karena setiap pertanyaan saling berhubungan. 4. Kami mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Peneliti

Tim

Blok I. Karakteristik Responden


No Responden 1. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Asal SMA: 1. Swasta 2. Negeri 3.Jumlah uang saku per bulan: 1. <Rp 300.000 2. Rp 300.000 Rp 600.000 3. Rp >600.000 4.Apakah Anda pernah/sedang berpacaran? 1.Ya 2.Tidak 5. Apakah Anda pernah mengaksesi internet selama seminggu yang lalu? 1. Ya 2. Tidak (selesai) 6.Berapa kali Anda mengakses internet dalam seminggu? 1. 6-7 kali 2. 4-5 kali 3. 3-4 kali 4. 1-2 kali

Blok II.A Pengaksesan Situs Porno


7.Di manakah biasanya Anda paling sering mengakses internet? 1. Komputer pribadi 2. Warung internet 3. Ponsel(fasilitas internet di ponsel) 4. wifi zone di sekolah 8.Situs yang berkaitan dengan apa sajakah yang paling sering anda kunjungi di internet? 1. Pengetahuan Umum 2. Pendidikan 3. Hiburan 4. Forum-forum diskusi 9.Apakah situs porno termasuk situs yang pernah Anda kunjungi di internet? 1. Ya 2. Tidak (selesai) 10.Jika Ya, sebutkan situs apa yang pernah Anda kunjungi? 1........ 2........ 11.Apakah situs porno termasuk situs yang sering Anda kunjungi di Internet? 1. Ya 2. Tidak(lanjut ke pertanyaan 13) 12.Jika Ya, seberapa sering Anda mengunjungi situs porno dalam seminggu? 13.Darimanakah Anda pertama kali mengetahui tentang adanya situs porno di internet? 1. Obrolan di chat room/forum diskusi di internet 2. Hasil pencarian di search engine 3. Berita di Internet/majalah/suratkabar 4. Teman 14.Apakah alasan utama yang mendorong Anda ingin mengaksessitus porno? 1.Penasaran 2.Sekedar Ingin tahu 3.Ada informasi yang ingin dicari tahu 4.Ikut-ikutan teman

7.Berapa banyak waktu yang Anda habiskan setiap kali mengakses internet? 1. >3jam 2. 2-3 jam 3. 1-2 jam 4. <1jam

Blok II.B Persepsi Pengaksesan Situs Porno


No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pernyataan Saya sering mengakses situs porno Saya merasa terhibur saat mengunjungi situs porno setelah sekali mengakses situs porno Saya berkeinginan untuk melakukan kunjungan berikutnya saya merasa ketagihan untuk mengunjungi situs porno Saya menjadi member di salah satu situs porno Saya sering menggunakan fasilitas chat room yang ada di situs porno Saya sering membuka aplikasi watch videoyang ada di situs porno Saya sering mengunduh (download)gambar dan video dari situs porno SS S R TS STS

BLOK III. Perilaku Seksual


No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Saya sering mengobrol mesra dengan lawan jenis Saya sering berpegangan tangan dengan lawan jenis Saya sering berangkulan dengan lawan jenis Saya sering berpelukan dengan lawan jenis Saya sering berciuman pipi dengan lawan jenis Saya sering berciuman bibir dengan lawan jenis Saya sering meraba-raba dada lawan jenis Saya sering meraba alat kelamin lawan jenis Saya sering menggesek kelamin lawan jenis Saya sering melakukan seks oral dengan lawan jenis Saya sering melakukan hubungan seks (intercourse) dengan lawan jenis Sangat Cukup Kadang- Tidak Sering sering sering Kadang pernah

Keterangan: - untuk Blok I & Blok BI, tuliskan jawaban dalam kotak kecil di kolom jawaban. - untuk Blok BII & Blok III, berikan tanda checklist () pada salah satu kolom jawaban. - SS= Sangat Setuju, S=Setuju, R= Ragu-Ragu TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju

Vous aimerez peut-être aussi