Vous êtes sur la page 1sur 12

1. pengertian Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature.

Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Doenges, ME., Moorhouse, MF danGeissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin(1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadikarena tekanan pada tulang yang berlebihan. Pengertian fraktur menurut Dorland (1994) adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan karena trauma atau keadaan patologis, sedangkan menurut Apley (1995) adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.

2. etiologi

A.Definisi Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya danterputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF danGeissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin(1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadikarena tekanan pada tulang yang berlebihan. B.Etiologi Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: 1.Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, dan penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. 2.Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan. Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula dan metatarsal .

3.Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh Hampir setiap tulang di kaki dapat mengalami patah tulang (fraktur ). banyak diantara patah tulang ini yang tidak membutuhkan pembedahan, sedangkan yang lainnya harus diperbaiki melalui pembedahan untuk mencegah kerusakan yang menetap. Di daerah diatas tulang yang patah biasanya membengkak dan nyeri.Pembengkakan dan nyeri bisa menjalar ke luar daerah patah tulang jika jaringan lunaknya mengalami memar. eng Lewis (2000) argues that the bone is relatively fragile, but has sufficient strength and resiliency to withstand the pressure. Fractures can be caused by several things: 1.Fraktur due to trauma events. Most fractures are caused by a sudden force that can be either excessive beatings, destruction, and withdrawal. When the pressure force can fracture the bone directly on the affected place and also the soft tissue would have were damaged. Beatings software usually cause a fracture also would be were damaged. Beatings and transverse fractures usually cause damage to the skin above it. The destruction is likely to cause fracture komunitif accompanied by extensive soft tissue damage. 2.Fraktur due to fatigue or stress events. Cracks can occur in bone as well as on metal and other objects due to repeated pressure. This situation is most often expressed in the tibia, fibula and metatarsals.

3.Fraktur pathological because of weakness in the bones. Fractures can occur by normal pressures if the bones are soft (eg by a tumor) or the bones are very brittle Almost every bone in the foot can suffer broken bones (fractures). many of these fractures that do not require surgery, while others must be corrected through surgery to prevent permanent damage. In the area above the broken bone is usually swollen and nyeri.Pembengkakan and pain may spread to other regions if the fracture had soft tissue bruises. Fraktur tulang metatarsal (tulang pertengahan kaki) sering terjadi.Penyebab yang paling sering adalah terlalu banyak berjalan atau penggunaan berlebihanyang menyebabkan tekanan tidak langsung. penyebab lainnya adalah benturan hebatyang terjadi secara mendadak. Untuk memungkinkan penyembuhan tulang, makadilakukan imobilisasi dengan sepatu bertelapak keras. Jika tulang terpisah sangat jauh,mungkin diperlukan pembedahan untuk meluruskan pecahan-pecahan tulang yang patah. English Metatarsal fracture is the most common traumatic foot injuries.the most reason often is too much running or causing excessive use of indirect pressure. Another cause is the great collision that occurs

suddenly. To allow healing of bone, then do immobilization with hard soles shoes. If the bones are very far apart, it may take surgery to straighten the broken pieces of a broken bone. 3. anatomi & fisiologi Tulang metatarsal adalah kelompok lima tulang panjang di kaki yang terletak antara tulang tarsal daribelakang dan pertengahan phalang kaki dan jari-jari kaki. Lima bagian tulang itu saling berkaitan dalam satu unit. Fungsinya untuk membagi beban pada tubuh dan mengadaptasikan tubuh pada tanah yang tidak rata. metatarsal pertama besar dan pendek, metatarsal kedua paling panjang diantara yg lainnya. 4.patofisiologi Fraktur / patah tulang terjadi karena benturan tubuh, jatuh / trauma (long, 1996 : 356). Baik itu karena trauma langsung, misalnya : tulang kaki terbentur bumper mobil, karena trauma tidak langsung , misalnya : seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa oleh karena trauma akibat tarikan otot misalnya tulang patella dan dekranon, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000 : 147). Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000 : 346). Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi pendarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembekakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan dan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan syndrom kompartemen. (Brunner & Suddarth, 2002 : 2287). Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepitulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhantulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsumtulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkndilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasihistamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein

plasma hilang dan masuk keinterstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement Klasifikasi fraktur Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi :a.Fraktur komplitAdalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagimenjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain sertamengenai seluruh kerteks. b.Fraktur inkomplitAdalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).2.Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunialuar, meliputi:a.Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulangtidak menonjol malalui kulit. b.Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungandengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot

Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,syaraf otot dan kulit.3.Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu: 12

a.Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek b.Transverse yaitu patah melintangc.Longitudinal yaitu patah memanjangd.Oblique yaitu garis patah miringe.Spiral yaitu patah melingkar 4.Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukanfragmen yaitu:a.Tidak ada dislokasi b.Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:

Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut

Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh

Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang

Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang berjauhan danmemendek.

tanda & gejala 1. Nyeri pada atau dekat kursi fraktur.

2. Kelembutan ketidaknyamanan pada tekanan getle diatas area yang terpengaruh.

3. Pembengkakan tentang kursi fraktur. Pembengkakan sering membuat sulit untuk melihat tanda-tanda fraktur dan perawatan harus diambil karena itu tidak untuk mengobati kondisi tersebut sebagai cedera kurang serius.

4. Kerugian atau kekuasaan; bagian yang cedera tidak dapat dipindahkan secara normal

5. Deformitas ekstremitas, tungkai dapat mengambil posisi yang tidak wajar dan salah-shapen.

Otot-otot kontraktor dapat menyebabkan bagian yang patah tulang untuk mengesampingkan, sehingga menghasilkan pemendekan lemas itu.

6. Ketidakteraturan tulang. Jika fraktur dekat kulit ketidakteraturan tulang dapat dirasakan.

7. Krepitus (kisi tulang) dapat didengar atau dirasakan.

8. Wajar gerakan di kursi fraktur.

Dua yang terakhir tanda-tanda tidak harus dicari dengan sengaja, tetapi mereka dapat dicatat selama pemeriksaan.

Salah satu atau semua tanda-tanda dan gejala mungkin tidak hadir: mereka yang dapat bervariasi dalam derajat.

Perbandingan dengan sisi terluka akan membantu dalam diagnosis.

Selain tanda-tanda dan gejala, tanda pada pakaian atau kulit dapat berfungsi untuk mencari fraktur. Snap tulang mungkin telah mendengar atau merasa.

5. SIGNS AND SYMPTOMS

1. Pain at or near the seat of fracture.

2. Tenderness of discomfort on getle pressure over the affected area.

3. Swelling about the seat of fracture. Swelling frequently render it difficult to perceive other signs of fracture and care must be taken therefore not to treat the condition as a less serious injury.

4. Loss or power; the injured part cannot be moved normally

5. Deformity of the limb; the limb may assume an unnatural position and be mis-shapen.

The contracting muscles may cause the broken ends of the bone to override, thereby producing shortening of the limp.

6. Irregularity of the bone. If the fracture is near the skin the irregularity of the bone may be felt.

7. Crepitus (bony grating) may be heard or felt.

8. Unnatural movement at the seat of the fracture.

The last two signs should never be sought deliberately, but they may be noted during examination.

Any or all of these signs and symptoms may not be present: those which are may vary in degree.

Comparison with the uninjured side will assist in the diagnosis.

In addition to these signs and symptoms, marks on the clothing or skin may serve to locate the fracture. The snap of the bone may have been heard or felt. 6. Komplikasi 1) Komplikasi Awal a. Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. b. Kompartement Syndrom Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat. c. Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam. d. Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat. e. Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia. f. Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama a. Delayed Union Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang. b. Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. c. Malunion Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

7. Penatalaksanaan Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan sebagai pertolongan awal untuk menangani korban luka patah tulang: 1. Kenali ciri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena; benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien mengalami patah tulang. Biasanya, pasien akan mengalami rasa nyeri yang amat sangat dan bengkak hingga terjadinya perubahan bentuk yang kelihatannya tidak wajar (seperti; membengkok atau memuntir). 2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan usahakan untuk menghentikan pendarahan dengan dibebat atau ditekan dengan perban atau kain bersih.

Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah ke posisi semula) namun hal ini tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli atau yang sudah biasa melakukannya. 3. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai/ papan dari kedua sisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisinya tetap stabil. Jenis-jenis fraktur reduction yaitu: 1. Manipulasi atau close red Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum. 2. Open reduksi Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM. 3. Traksi Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam yaitu: 4. Skin traksi Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam). 5. Skeletal traksi

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang. 6. Maintenance traksi Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses

penyembuhan secara periodic 2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak. 3. 4. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun

( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma 5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple

atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

http://www.scribd.com/doc/22938507/fraktur-colles Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis Penulis Evelyn C Pearce Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Fraktur_tulang http://shanbizindia.hubpages.com/hub/GENERAL-SIGNS-AND-SYMPTOMS-OF-FRACTURE http://www.scribd.com/doc/23128712/Asuhan-Keperawatan-Klien-dengan-Fraktur

Vous aimerez peut-être aussi