Vous êtes sur la page 1sur 11

2012

AKAD SALAM
AKUNTANSI SYARIAH

PRESENTED BY: AULIANA PUTRI FITRI SANTI MAISARAH HERMALIA RAHMADHANI RINA AZHARA

0901103010072 0901103010065 0901103010075 0901103010163

ACER SYSTEM-X 1/1/2012

AKAD SALAM
A. PENDAHULUAN Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas, sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli mendapat jaminan memperoleh barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Akad salam biasanya digunakan untuk pemesanan barang tertentu.

B. PENGERTIAN AKAD SALAM Salam berasal dari kata As Salaf yang berarti pendahulaun, karena pemesanan barang menyerahkan uang di muka. Para fuqaha menamainya Al Mahawiij (barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walupun barang yang diperjual belikan tidak ada di tempat. Mendesak, dilihat dari sisi pembeli karena ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan uang tersebut. Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK mendefinisikan Salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syaratsyarat tertentu.

Sedangkan, definisi Salam yang diberikan oleh para fuqaha berbeda-beda. Fuqaha Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari. Fuqaha Hanabilah dan Syafiiyah mendefinisikannya dengan Akad yang telah disepakati untuk membuat sesuatu dengan ciri-

ciri tertentu dengan membayar harganya terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kepada pembeli dikemudian hari. Sedangkan Fuqaha Malikiyah mendefinisikannya dengan: Jual-beli yang modalnya dibayar terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Sekilas, transaksi salam mirip dengan ijon. Padahal jual-beli Salam tidak sama dengan jual beli Ijon, karena dalam jual beli Salam kualitas dan kuantitas barang serta waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati sebelumnya, sehingga di dalamnya tidak ada unsur gharar. Karena itu, bila panen buah-buahannya kurang, penjual harus memenuhinya dari pohon yang lain. Tetapi bila lebih, maka kelebihannya itu menjadi milik penjual. Dalam murabahah, kita kenal ada penjualan tangguh yang artinya barang diserahkan terlebih dahulu sedangkan pembayaran kemudian. Salam merupakan kebalikannya, dimana pembayaran dilakukan terlebih dahulu dan penyerahan barang dilakukan kemudian. Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pembayaran modal salam dapat berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi tidak boleh berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja sehinnga dapat digunakan oleh pembeli untuk menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan. Manfaat akad salam bagi pembeli adalah jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang telah disepakatinya diawal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktifitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual, dan dapat juga dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-pemasok yang disebut sebagai salam paralel. Resiko yang muncul dalam kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirimkan barang maka ia tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, resiko lain barang yang dikirimkan pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh si pembeli sehingga perusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus mencari pembeli lain yang berminat. Sedangkan ia tetap memiliki kewaiban kepada pembeli dan pemasok.

C. JENIS AKAD SALAM 1. Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. 2. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilikibarang pesanan dan memesan kepada pihak lainuntuk menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam parallel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

Perbedaan antara Salam, Forward, dan Future


Salam Forward Future

Penentuan harga dan Saat kontrak dibuat kuantitas produk yang akan dikirimkan Pengiriman barang

Saat kontrak dibuat

Saat kontrak dibuat

Di masa depan sesuai Di masa depan sesuai Tidak dengan kontrak dengan kontrak

harus

ada

pengiriman karena pembeli atau menutup penjual dapat

kewajibannya

dengan bertukar posisi Pembayaran pembeli oleh Saat kontrak dibuat, Saat barang diterima Saat melakukan pembelian pembeli harus dimasa depan sesuai atau penjualan, investor harus menyimpan uang di clearing house dan setiap hari akan proses mark to the market Barang yang menjadi Barang yang halal dan Sesuai objek kontrak dengan Barang yang

melunasi seluruh nilai dengan kontrak kontrak yang disetujui

harus mudah ditemui kehendak pembeli dan ditransaksikan dipasar penjual membuat forward yang distandarisasi. Umumnya

kontrak future memperjualbelikan komoditas keuangan dan asset

Tujuan kontrak

dibuatnya Memberikan

modal Lindung

nilai

dan Lindung spekulasi

nilai

dan

kerja kepada penjual spekulasi untuk memproduksi

D. DASAR SYARIAH AKAD SALAM

Sumber Hukum Akad Salam


Al-Quran Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang Hai ditentukan, hendaknya yang kamu menuliskannya penuhilah dengan benar. (Q.S 2:282) 5:1) orang-orang itu.(Q.S

beriman

akad-akad

Al hadits Barang siapa melakukan salam, hendaknay ia melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui. (HR. Bukhari Muslim) Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh

muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah)

Rukun dan Ketentuan Akad Salam


Rukun salam ada tiga, yaitu: 1. 2. Pelaku, terdiri atas penjual(muslim illaihi) dan pembeli(al muslam) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam (rasu maalis salam) 3. ijab Kabul/serah terima

Ketentuan sayriah, terdiri: 1. Pelaku adalah cakap hokum dan baligh 2. Objek akad a. Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam, yaitu: 1) Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya. 2) Modal salam bebrbentuk uang tunai

3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau pelunasan piutang. b. Ketentuan syariah barang salam , yaitu: 1) Barang tersebut harus dapat dibedakan mempunyai spesifikasi dan karakteristik yang jelas sehingga tidak ada gharar. 2) Barang tersebut harus dapat dikuantifikasikan. 3) Waktu penyerahan barang harus jelas. 4) Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan. 5) Apabila barang tidak ada pada waktu yang ditentukan amaka akad menjadi fasakh/ rusakdan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad. 6) Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak. 7) Apabila barang yang dikirimmemiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran 8) Apabila barang yang dikirim kualitasnya rendah, pembeli boleh memilih atau menolaknya. 9) Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempoasalan diketahui oleh kedua belah pihak. 10) Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara syariah. 11) Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.

12) Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah. 3. Ijab kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho diantara pelaku-pelaku akad baik secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara kmunikasi modern.

Berakhirnya Akad Salam Dari penjelasan diatas, hal-hal yang dpat membatalkan kontrak adalah:

1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan. 2. Barang yang dikirim cacat atau tudaks esuai dengan yang disepakati dalam akad. 3. Barangyangdikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak atau membatalkan akad. 4. Barang yang dikirim kualitsnya tidak sesuai akd tetapi pembeli menerimanya. 5. Barang diterima.

Apabila barang yang dikirim tidak sesuai kualitsnya dan pembeli memilih untuk membatalkan akad, maka pembeli berhak atas pengembalian modal salam yang sudah diserahkannya. Pembatalan diungkinkan untuk keseluruhan barang pesanan, yang mengakibatkan pengembalian semua modal salam yang telah dibayarkan. Dapat juga berupa pembatalan sebagian penyerahan barang pesanan dengan pengembalian sebagian modal salam

ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD SALAM Modal Salam dalam bentuk Uang Tunai
Transaksi (dalam ribuan rupiah) 1 januari 2007 Pembeli memberikan modal salam kepada penjual senilai Rp 100.000 secara tunai Pengiriman akan dilakukan setelah tgl 31 maret 2007/masa panen 31 maret 2007 Barang dikirim oleh penjual. Barang yang dikirim sesuai akad Utang salam Penjualan 100.000 100.000 Aset salam 100.000 100.000 Kas 100.000 100.000 Piutang salam 100.000 Kas 100.000 penjual pembeli

Utang saham

Piutang salam

Barang yang dikirim tidak sesuai dengan akad Jika pembeli menerima; Nilainya lebih tinggi Utang salam Penjualan 100.000 100.000 Aset salam 100.000 100.000

dari nilai akad salam (asumsi nilai barang Rp 120.00)

Piutang salam

Nilainya lebih rendah dari nilai akad salam (asumsi nilai barang Rp 95.000)

Utang salam Penjualan

100.000 100.000

Aset salam Kerugian

95.000 5.000 100.000

Piutang salam Atau jika dilakukan salam paralel Utang salam Keuntungan Penjualan 100.000 5.000 95,000 Asaet salam Kerugian

95.000 5.000

Piutang salam 100.000

Jika pembeli tidak menerima Penjuala diberikan Perubahan dilakukan secara teknis operasional Utang salam Utang lain-lain Utang lain-lain Kas Pembeli pesanan membatalkan dan pembeli 100.000 100.000 100.000 100.000 Perubahan dilakukan secara teknis operasional Piutang lain-lain 100.000 Piutang salam Kas 100.000

tambahan waktu Pembeli pesanan, melunasi membatalkan dan penjual

100.000

Piutang lain-lain 100.000

memiliki jaminan. Saaat terima jaminan Dilakukan secara off balance sheet Dilakukan secara off balance sheet Saat jaminan dijual asumsi jaminan Piutang 20.000 Utang salam 100.000 Aset 120,000 Kas 120.000 Piutang salam 100.000 Utang 20.000

dijual oleh pembeli Rp 120.000

Kas Piutang Saat jaminan dijual, asumsi jaminan

20.000 20.000

Utang Kas

20.000 20.000 20.000 80.000

dijual oleh pembeli Rp 80.000

Utang salam Aset Utang

100.000 80.000 20.000

Piutang Kas

Piutang salam Utang Kas 20.000 20.000

100.000

Kas

20.000 20.000 5.000 denda

Piutang Jika pihak penjual lalai sehingga dikenakan denda, sebesar Rp 5.000, denda tersebut dibayar secara tunai. Kerugian Kas 5.000 5.000

Dana kebijakan kas Dana 5.000

kebijakan

Referensi : Nurhayati, Sri, Akuntansi Syariah Indonesia, Jakarta:Salemba Empat , 2011

Hidayat, Mohammad, MBA, An Introduction to the Sharia Economic, Jakarta: Zikrul Hakim, 2010

Vous aimerez peut-être aussi