Vous êtes sur la page 1sur 2

Asal-usul Tapak Tuan

Alkisah hiduplah sepasang naga di sebuah pulau yang letaknya tidak jauh dari pantai Aceh Selatan. Tubuh mereka sangat besar, berkaki empat, dengan kuku-kukunya yang sangat tajam dan badannya bersisik. Tingginya hampir mengimbangi puncak-puncak pohon yang tumbuh di pulau itu. Gigi dan taringnya sangat runcing, bagai belincong besar. Sedangkan lidahnya, bercabang pada ujungnya dan sering menjulur meng mengucurkan air liur yang amis. Mereka tidak tahu pasti, sejak kapan bagaimana mulanya hidup di pulau itu. Pulau itu kosong tiada makhluk hidup lainnnya, kecuali sepasang naga itu dan tumbuh-tumbuhan yang subur. Mereka benarbenar hanya berdua dalam kerukunan dan kedamaian. Tetapi amat kesepian. Mereka tidak merasa kekurangan pangan, tetapi sangat membutuhkan teman selain mereka berdua. Mulanya, Naga Jantan selalu mengharapkan Naga Betina mengandung kemudian melahirkan. Tapi harapan itu tidak pernah terwujut, akhirnya mereka tidak pernah berharap lagi. Pada suatu hari mereka berjalan-jalan di pantai. Menghirup udara laut yang segar, memandang ombak yang bergelojak. Melihat hamparan laut yang seolah-olah tak mempunyai batas. Naga Jantan tiba-tiba behenti dan memandang ke arah laut, memperhatikan titik hitam yang dipermainkan gelombang. Apa yang kau perhatikan? tanya Naga Betina. Lihatlah titik hitam itu, semakin lama semakin dekat. Kata sang jantan. Ah, hanya sebuah perahu layar kecil? Apa anehnya? Tanya si betina. Anehnya? Lihat dengan seksama, dia seperti menuju pulau kita ini. Kata sang jantan. Naga Betina membuka matanya lebar-lebar. Meneliti layar kecil yang semakin jelas. Layar perahu itu robek! Ah, rupanya teseret angin. Kehilangan arah. Dan lihalah penumpangnya. Hanya sepasang manusia. Mungkin suami isteri! kata Naga Jantan BUkan sepasang, tapi bertiga dengan anaknya yang digendong oleh perempuan itu. Lihatlah jelasjelas. Tangan anak itu meronta-ronta dari balik pangkuan. Dan . . . ah, rupanya menangis! tukas Naga Betina. Lihatlah, mereka ketakutan. Rupanya telah melihat kita! Wah, yang laki-laki berusaha membelokkan perahunya. Agar tidak melaju ke arah pulau kita. Ha ha ha ha lucu sekali, seperti kucing terbakar ekor. Serba salah dan ketakutan! Seru si Naga Jantan. Aku tertarik pada anak kecil yang digendong si perempuan. Lihatlah, ia meronta-ronta dengan keras. Membuat si perempuan menjadi bingung. Wah, manisnya anak itu? Seperti Boneka! Sahut Naga Betina. Apakah kita menontonninya terus, atau memberikan pertolongan? Tanya Naga Jantan. Kita ambil anaknya saja! Aku kira, kita bisa memeliharanya. Bisa membesarkannya. Siapa tahu akan menjadi anak angkat kita yang baik. Yang akan menghangatkan suasana di pulau ini? Kata Naga Betina. Ya, aku setuju! Setuju sekali. Lalu bagaimana dengan ayah dan ibu anak itu? Apakah kita ambil juga? Tanya Naga Jantan. Tidak usah. Setelah anaknya kita ambil, tiuplah perahunya. Dengan Begitu, perahunya akan kembali ke asalnya! Naga Jantan mengangakan mulutnya. Selebar-lebarnya. Lalu menghembus. Mula-mula pelan. Lalu mengeras. Semakin keras. Dan akhirnya keras sekali. Sehingga gelombang laut semakin mendidih. Bergelojak dengan menggulung-gulung. Bagaikan angin menelan perahu layar kecil yang layarnya telah rusak itu.

Kedua naga itu sangat sakti. Dapat menciptakan topan dan badai. Kalau perlu, meeka pun dapat menciptakan api. Kali ini, untuk mengambil anak kecil dari perahu layar itu, mereka tengah menciptakan topan yang dasyat. Yang membuat perahu kecil itu berkali-kali terangkat, lalu menukik bagai akan menyelam. Naga Jantan menghembus dengan keras, membuat ai laut semakin melonjak-lonjak. Sedang perahu layar tiba-tiba terangkat, bagai dilambungkan ke langit. Penumpangnya berusaha menguasai diri agar tidak jatuh ke luar perahu. Tapi anak kecil yang dalam gendongan jadi terlepas. Terpental keluar. Dengan kesaktiannya itu, Naga Jantan berhasil menerbangkan anak kecil itu. Lalu menariknya dengan mengerahkan sedotan yang dasyat. Membuat anak kecil itu bergerak ke arah pulau. Bagaikan selembar daun kering diterpa angin. Sedangkan perahunya, terdorong ke arah menjauh. Tidak lama kemudian laut tenang kembali. Karena Naga Jantan telah menghentikan kesaktiannya. Perahu yang layarnya rusak meluncur ke arah pantai pulau seberang. Dengan kedua penumpangnya tak kurang suatu apa. Selamat, sampai di pantai. Namun mereka sangat bersedih, karena anaknya telah hilang. Mereka menangisinya. Mereka meratapinya. Orang-orang ikut berprihatin atas kejadian itu. Mereka hanya dapat berdoa, sambil melerai kesedihan penumpang perahu layar itu. Dan mereka beranggapan, anak kecil yang hilang itu tentunya tidak akan tertolong lagi. Lenyap. Kalau tidak ditelan laut, tentunya menjadi mangsa-mangsa ikan. Sebenarnya anak kecil yang tidak tahu apa-apa itu, tidak kurang suatu apa. Setelah di terbangkan sedotan yang dikerahkan Naga Jantan, lalu menukik dengan pelan. Naga Betina menyambutnya dengan sundulan kepalanya. Hingga anak kecil itu tidak jatuh ke tanah. Tapi seolah-olah disanggap oleh suatu yang empuk, sehingga tidak membuat dirinya cedera. Anak kecil itu menangis sejadi-jadinya. Apalagi ketika melihat kedua naga itu. Ia sanga ketakutan. Berusaha lari, tetapi sia-sia. Naga Jantan segera mengerahkan kesaktiannya lagi. Menghembuskan tiupan lembut, yang membuat anak kecil itu tidak takut dan tidak menangis. Dan menjadi sangat penurut. Anak manis dan mungil! kata Naga Betina. Benar-benar seperti boneka. Ah, senang sekali aku merawatnya! Lanjutnya Aku akan mencarikan makanannya, agar ia dapat tumbuh dengan sehat dan gemuk! Sekarang Baiklah kubuatkan tempat tidurnya dahulu! Kata Naga Jantan. Jangan lupa buatkan mainannya! Kata Naga Betina Ya! Jawab Naga Jantan singkat. Dan, wah bagaimana dengan pakaiannya? Tanya Naga Betina lagi. Jangan kuatir, dengan kesaktianku akan kuciptakan segala-galanya. Agar dia merasa senang bersama kita. Tunggu dulu, aku belum tahu namanya! Kata Naga Jantan dengan penasaran. Namanya? Ah, ya aku lupa bahwa kita tidak tahu namanya. Tapi cobalah kita tanyakan padanya. Dia pasti tahu namanya. Eh, aku belum memeriksanya dengan seksama, laki-laki atau perempuan anak itu? Kata si Betina. Anak kecil itu tidak rewel. Serba menurut. Tidak merasa takut atau canggung, berada di antara du ekor naga. Hal itu berkat kesaktian Naga Jantan. Naga Jantan mendekati anak kecil itu. Lalu dengan kedua kaki depannya, mengankat anak kecil itu dan menimang-nimangnya. Anak kecil itu sangat senang, hingga tertawa-tawa dengan manisnya.

Vous aimerez peut-être aussi