Vous êtes sur la page 1sur 4

BAB II LANDASAN TEORI

II.1 PENGERTIAN KONFLIK Konflik adalah suatu hal yang sering manusia hadapi dalam hidupnya. Keberadaan konflik dalam kehidupan manusia sendiri tidak dapat dihindari. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan konflik? Menurut Andrew Heywood, Konflik adalah kompetisi antara pihak-pihak yang berlawanan, yang memiliki pendapat,preferensi, kebutuhan dan kepentingan yang berbeda.1 Sedangkan menurut Simon Fisher dkk., Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (baik individu ataupun kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan.2 Litterer berpendapat bahwa konflik adalah sebuah tipe tingkah laku yang muncul ketika dua atau lebih pihak bertentangan sebagai hasil yang dirasakan dari kurangnya aktivitas-aktivitas atau interaksi dengan orang atau pihak lain.3

II.2 PENYELESAIAN KONFLIK SECARA DAMAI Konflik akan selalu ada dalam kehidupan manusia. Namun, konflik bukanlah sesuatu yang patut dihindari, melainkan diselesaikan. Penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang terpenting adalah konflik tersebut diselesaikan secara damai, bukan dengan kekerasan apalagi perang.
1 2

Andrew Heywood, 1997, Politics, London: Macmillan. Simon Fisher dkk., 2000, Working with Conflict: Skills and Strategies for Action , New York: Palgrave Macmillan, halaman 4. 3 Litterer dalam M. Afzalur Rahim, 2011, Managing Conflict Organizations,4th Ed., New Jersey: Transaction, halaman 15-16.

PBB, sebagai organisasi internasional yang bertujuan memelihara perdamaian dunia, mengkategorikan beberapa cara penyelesaian konflik secara damai. Dalam Piagam PBB Bab VI pasal 33 disebutkan:
1. Para pihak yang bersengketa, yang keberlanjutannya kemungkinan dapat membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan dunia, harus, pertamatama, mencari solusi dengan negosiasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, judicial settlement, penyelesaian pada tahap regional atau pengaturan, atau jalan damai lain sesuai pilihan mereka. 2. Dewan Keamanan, harus, ketika diperlukan, memanggil pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan masalah mereka secara damai. 4

Dari paparan pasal 33 Piagam PBB tersebut dapat diambil kesimpulan terdapat paling tidak tujuh cara penyelesaian konflik secara damai, yaitu negosiasi (negotiation), penyelidikan (inquiry), mediasi (mediation), konsiliasi (conciliation), arbitrase (arbitration), judicial settelement, dan penyelesaian damai pada tahap regional (resort to regional agencies or arrangements).

II.3 ARBITRASE Dari beberapa penyelesaian konflik secara damai, salah satunya adalah arbitrase. Arbitrase merupakan upaya penyelesaian konflik menggunakan hukum diluar pengadilan.

Menurut William H. Gill,


An artibtration is the reference of a dispute or difference betweetn not less than two persons for determination after hearing both sides in judical manner by another person or persons, other than a court of competent jurisdiction.5

Sedangkan menurut Subekti,

Charter of The United Nations and Statute of The International Court of Justice. (Online). (http://untreaty.un.org/ilc/texts/instruments/english/conventions/9_2_1963.pdf0). Diakses 14 November 2011 pukul 16.35. 5 William H. Gill dalam Nurul Hakim, 2008, Efektivitas Pelaksanaan Sistem Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Hubungannya dengan Lembaga Peradilan, (Online), (efektifitas.pdf (application/pdf Object), halaman 12.

Arbitrase itu adalah penyelesaian suatu perselisihan (perkara) oleh seorang atau beberapa orang wasit (arbiter) yang bersama-sama ditunjuk oleh para pihak yang berperkara dengan tidak diselesaikan lewat Pengadilan. 6

Di Indonesia sendiri telah dibuat undang-undang mengenai arbitrase, yakni UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS). Di Indonesia juga telah ada institusi khusus yang mengurusi masalah arbitrase, yakni Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

DAFTAR PUSTAKA Charter of The United Nations and Statute of The International Court of Justice. (Online). (http://untreaty.un.org/ilc/texts/instruments/english/conventions/9_2_1963.pdf0 ). Diakses 14 November 2011 pukul 16.35. Fisher, Simon dkk., 2000, Working with Conflict: Skills and Strategies for Action. New York: Palgrave Macmillan. (Online). (http://books.google.co.id/books?id=YCPEoKBlS54C&pg=PT24&dq=conflict +definition+simon+fisher&hl=id&sa=X&ei=LNVmT7vG8zIrQeq25y9Bw&sqi=2&ved=0CDYQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false). Diakses 19 Maret 2012 11.53. Hakim, Nurul. 2008. Efektivitas Pelaksanaan Sistem Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Hubungannya dengan Lembaga Peradilan. (Online). (efektifitas.pdf (application/pdf Object). Diakses 19 Maret pukul 12.17. Heywood, Andrew. 1997. Politics. London: Macmillan.

Subekti dalam Nurul Hakim, 2008, Efektivitas Pelaksanaan Sistem Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Hubungannya dengan Lembaga Peradilan, (Online), (efektifitas.pdf (application/pdf Object), halaman 13.

Rahim, M. Afzalur. 2011. Managing Conflict Organizations,4th Ed. New Jersey: Transaction. (Online). (http://books.google.co.id/books?id=qauUlGypkhEC&pg=PA15&dq=definitio n+of+conflict&hl=id&sa=X&ei=4I1mT_PlKMLorAeJ0YzQCg&ved=0CEYQ 6AEwAQ#v=onepage&q=definition%20of%20conflict&f=false). Diakses 19 Maret 2012 12.01.

Vous aimerez peut-être aussi