Vous êtes sur la page 1sur 15

MAKALAH PERSEPSI SENSORI LP DAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA

DISUSUN OLEH : 1. 2. 3. 4. 5. Afif Noviana Beny Setiawan Dida Rosadi Hanif Ancahyani Puji Agustina

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.Glaukoma disebut sebagai 'pencuri penglihatan' karena sering berkembang tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut.Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

1.2 Anatomi Anatomi Makro Terdiri dari : a) Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan kelopak di posterior (sklera).Sambungan keduanya disebut limbus. b) Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segment posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam kornea. c) Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah. d) Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang diantara lensa dan korpus siliaris. e) Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisis oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jaringan trabekula).pada sklera diluar jalinan ini, canal schlemm mengalirkan akueous humor dari bilik anterior ke dalam sistim vena, sehingga terjadi drainase okueous.Daerah ini dinamakan sudut drainase.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEVINISI


Glaukoma adalah penyakit mata akibat dari tekanan intra okular (TIO) yang tinggi,dimana didapatkan tekanan TIO tinggi, kelainan syaraf optik dan kelainan lapangan pandang.TIO normal 15-20 mmHg. Tekanan > 21 mmHg sudah harus diikuti teliti TIO dipertahankan karena adanya dinamika akuos humor dalam mata. Gangguan dari dinamika ini akan mengakibatkan TIO naik/ tinggi, terjadi glaukoma.

Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata.( Klinikmatanusantara, 2008 ) Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropatik optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okuler pada papil saraf.Iskemia tersendiri pada papil saraf optik juga penting.Hilangnya akson juga dapat menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral terkena.( lecturing notes :oftalmologi, 2006 ) Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991). 2.2 ETIOLOGI Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut : a Trauma b Pembedahan mata c Terkait dengan penyakit mata lainnya (misal uveitis ) d Peningkatan tekanan vena episklera e Terinduksi steroid 2.3 KLASIFIKASI Klasifikasi glaukoma berdasarkan pada mekanisme berkurangnya absorpsi dibagi menjadi: a Glaukoma primer Dibedakan lagi menjadi : Glaukoma sudut terbuka primer Struktur jalinan trabekula terlihat normal namun terjadi peningkatan resistensi aliran keluar aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan okuler. Glaukoma sudut terbuka kronis Epidemiologi

Mengenai 1 dari 200 orang pada populasi diatas 40 tahun, mengenai laki-laki dan perempuan sama banyak.prevalensi meningkat sesuai usia sampai hampir 10% pada populasi berusia lebih dari 80 tahun.Mungkin terdapat riwayat keluarga meski cara penurunan belum jelas. Genetika Keluarga derajat pertama(terdekat) pasien dengan glaukoma sudut terbuka kronis memiliki kemungkinan hingga 16% mengalami penyakit ini.pewarisan keadaan ini kompleks.

Penyebabnya adalah : Penebalan lamela trabekula yang mengurangi ukuran pori. Berkurangnya jumlah sel trabekula. Peningkatan bahan ekstraselular pada jalinan trabekula. Glaukoma sudut tertutup Keadaan ini timbul pada mata yang kecil (sering pada hipermetropia) dengan bilik mata anterior yang dangkal.kadang sebagei respon terhadap dilatasi pupil, resistensi ini meningkat dan gradien tekanan menyebabkan iris melengkung ke depan sehingga menutup sudut drainase. Epidemiologi Mengenai 1 dari 1000 orang yang berusia lebih dari 40 tahun, perempuan lebih sering terkena dibanding laki-laki.Pasien dengan sudut tertutup primer kemungkinan besar rabun dekat karena berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.

Glaukoma konginetal Ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.( Klinikmatanusantara,2008 ) Glaukoma kongenital terdiri dari berbagai penyakit.dapat timbul dari lahir ataupun dalam tahun pertama. Gejala dan tanda : o Mata berair berlebihan o Peningkatan diameter kornea (buftalmos ) o Kornea berawan karena edema epitel o Terpisahnya membran descement

Glaukoma sekunder Disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut. Pada glaukoma sekunder tekanan intraokuler biasanya meningkat karena tersumbatnya jalinan trabekula.jaringan ini dapat tersumbat oleh : o Darah (hifema), setelah trauma tumpul terutama yang merusak sudut (resesi sudut) dan juga penutupan sudut. o Sel-sel radang (uveitis). o Pigmen dari iris (sindrom dispersi pigmen). o Deposisi bahan oleh yang dihasilkan epitel lensa, iris, dan badan siliar pada jalinan trabekula (glaukoma pseudoeksfoliatif). o Obat-obatan yang meningkatkan resistensi jaringan (glaukoma yang terinduksi steroid). o Pembuluh darah irs yang abnormal dapat mengobstruksi sudut dan menyebabkan iris melekat pada kornea perifer, sehingga menutup sudut (rubeosis iridis). o Melanoma koroid yang besar dapat mendorong iris ke depan mendekati kornea perifer sehingga menyebabkan serangan akut glaukoma sudut tertutup. o Katarak dapat membengkak dan mendorong iris kedepan sehingga menutup sudut drainase. o Uveitis dapat menyebabkan iris menempel ke jaringan trabekula

2.4 PATOFISIOLOGI
1.Glaukoma akut

Usia

Anatomi

Kemunduran

BMD. sempit

Lensa > kedepan Lensa > tebal

BMD. dangkal

Faktor pencetus

Emosi

Sinar terang

Obat- obatan

Dilatasi pupil

Blok pupil (hambatan pupil)

Iris

Kedepan kornea

Trabeculae tertutup TIO Peregangan kornea Hambatan drainage

N. opticus

Nyeri Kornea kabut + oedem

Visus

G3 persepsi sensori viual

Vagus Resikocedera Mual-muntah Perubahan pola nutrisi

2.Glaukoma kronis

Kelainan pd trabekel

Kelaianan pd kanal slem

Kelainan saluran intra sklera

Hambatan

Tekanan

Ischemia

Atropi

Serabut syaraf optik terdesak

Cupping

G3 lapang pandang

Buta

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN 1. Riwayat atau adanya faktor risiko: Riwayat keluarga positif Umur penderita >40 tahun Riwayat penyakit mata: tumor mata, hemoragi intraokuler, uveitis Riwayat operasi mata Riwayat gangguan pengelihatan Penggunaan obat-obatan: antihistamin, kortikosteroid

2. Pemeriksaan fisik Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat Kaji ketajaman penglihatan snelen chart bila tersedia Awitan tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai sakit kepala, mual dan muntah Keluhan-keluhan sinar halo pelangi (bayangan disekitar mata),

pengelihatan kabur dan penurunan persepsi sinar 3. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan mata secara teratur dan deteksi dini adalah cara terbaik untuk mencegah kerusakan penglihatan akibat glaukoma. Riwayat penyakit Anda akan diteliti dokter spesialis mata Anda untuk mencari faktor resiko glaukoma. Sebuah alat khusus yang disebut Tonometer di gunakan untuk mengukur tekanan pada mata. Mengukur tekanan okuler dengan Tonometer Tekanan normal sebesar 15,5 mmHg.Batasannya ditentukan sebagai 2 standar deviasi diatas dan dibawah rata-rata (11-21 mmHg).Pada glaukoma sudut terbuka kronis , tekanan ini biasanya sebesar 22-40 mmHg.Pada glaukoma sudut tertutup, tekanan meningkat hingga diatas 60 mmHg. Memeriksa sudut iridokornea dengan lensa Genioskopi Untuk mengetahui adanya sudut terbuka. Pemeriksaan lempeng optik dengan bantuan Oftalmoskop Cupping merupakan ciri niomal dari lempeng optik.Lempeng dinilai dengan memperkirakan rasio ventrikal mangkuk terhadap lempeng sebagai suatu keseluruhan (rasio mangkuk terhadap lempeng, cup to disc ratio). Pada mata normal, rasio tidak lebih dari 0,4.namun terdapat kisaran angka yang cukup besar (0-0,8).ukuran amngkuk optik berkaitan dengan ukuran lempeng optik.Pada glaukoma kronis, mangkuk sentral meluas dan pinggir serabut saraf (pinggir neuroretina) menjadi lebih tipis. Pemeriksaan lapang pandang Pemeriksaan lapang penglihatan atau Perimetry bertujuan untuk melihat luasnya kerusakan syaraf mata. Selama pemeriksaan ini Anda akan diminta untuk melihat suatu titik di tengah layar dan menekan tombol ketika Anda melihat munculnya titik-titik cahaya di sekitar layar.

Foto Syaraf Optik Foto syaraf optik yang baik dapat membantu dokter mata Anda melihat hal-hal detil syaraf optik Anda dan sekaligus mendokumentasikan

perubahan/perkembangan pada syaraf optik Anda dari waktu ke waktu PENATALAKSANAAN MEDIK Tujuan farmakologik adalah untuk mempertahankan kontraksi pupil agar pengaliran humor aqueous lebih baik dan produksi humor aqueous dapat dikurangi Pemberian obat diharapkan haruslah sesuai dengan anjuran Ada beberapa alternatif obat yang diberikan: Pilocarpine Adalah obat miotik yang dipilih dalam pengobatan glaukoma sudut terbuka yang biasanya diberikan dalam bentuk tetes mata atau dalam bentuk lain tetesan membram (ocusert) yang biasanya diletakkan pada diatas // dibawah konjungtiva diberikan pada malam hari agar efek miotik stabil pada pagi harinya dan efek bertahan sampai seminggu, efek yang muncul biasanya seringkali menurunkan penglihatan selama 1 -2 jam dan dapat menyebabkan spasme mata yang sering pada orangorang muda. Contoh : pilocarpine, carbachol( carbecel) efek ialah merangsang reseptor kolinergik, mengkontraksikan otot-otot iris untuk mengecilkan pupil da n menurukan tahanan terhadap aliran humor aqueous juga mengkontraskan otot-otot ciliary untuk meningkatkan akomodasi. Kolonerasi inhibitor (miotik) Physostigmine(eserine),Demecarium bromide(humorsol), isoflurophate(floropryt), echothiopine iodide

(phospoline iodede) yang mempunyai efek menghambat penghancuran asetylchloholine yang berefek sebagai kolinergik tidak digunakan pada glaukoma sudut tertutup(meningkatkan tahanan pupil) Agent penghambat beta adrenergik /adrenigic beta bloker Dapat digunakan secara mandiri atau kombinasi dengan obat-obat lainseperti Betaxolol mempunyai keuntungan sedikit efek samping

pada pulmonal. Penekanan pada lakrimal selama satu menit dapat mencegah efek sisitemik yang cepat. contoh : timolol meleate (timoptic), betaxolol hydrochloride (betoptic), levobunol hydraochloride (betagan) yang berefek memblok impulsimpuls adrenergik (sympathetik) yang secara normal menyebabkan mydriasis, mekanisme yang bisa menurunkan IOP, tidak jelas. Agen osmotik Yang biasanya diberikan pada keadaan yang akut yang berat dalam maksud menurunkan IOP dengan menyerap cairan dari mata, bila osmotik oral tidakefektif atau meyebabkan mual, manitol dapat diberikan secara intravenous Contoh : glicerine, (glycerol, osmoglyn), mannitol (osmitrol), urea (ureaphil, urevert) berefek meningkatkan osmolaritas plasma darah, meningkatkan aliran aqueous humor keplasma Catobat midriatik dan cycloplegik merupakan kontradiksi pada orang dengan glaukoma karena dapat menyebabkan terbatasnya aliran humor aqueous humor. Agen adrenergik seperti efinephryl borate(eppy), epinephrine hydrochloride (glaucon, epifrin), epinephrine bitartrate(epitrate,mucocoll), dipivefrin (propine) berefek menurunkan produksi humor aqueous dan meningkatkan aliran aqueous jangan menggunakan untuk glaukoma sudut tertutup Carbonik anhydrase inhibitor : acetazolamide(diamox),ethoxzolamide(cardase), dichlorhenamide(daramide), methazolamide (neptazane) berefek

menghambat produksi humor aqueous

Terapi pembedahan : Terapi pembedahan dilakukan apabila cara konservatif gagal untuk mengatur peningkatan IOP antara lain iridotomy/iredektomy dengan membuang sebagian kecil iris dan membuka saluran antara ruang posterior dan anteriordan biasanya kalau gagal dapat dilakukan trabeculectomy dengan membuat pembukaan antara anterior dan rongga subkojungtiva

.ANALISA DATA DS / DO 1.DS : Px mengatakan Peningkatan TIO Etiologi Kerusakan serabut saraf Masalah keperawatan Penurunan penglihatan sensori

penglihatan kabur Px mengatakan adanya sambaran seperti kilat DO : Visus TIO 2.DS : Px Sering Mengakui pemahaman DO : Suara gemetaran Tampak gugup Nadi Berkeringat dingin mengatakan Penurunan penglihatan Cemas

Kurangnya pengetahuan

perasaan takut menanyakan

tantang penyakitnya kurangnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Penurunan sensori-persepsi visual b.d kerusakan serabut syaraf oleh karena peningkatan TIO 2) Nyeri b.d peningkatan TIO 3) Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b.d kurang informasi tentang penyakit glaukoma 4) Cemas b.d penurunan pengelihatan aktual. 5) Potensial injuri b.d penurunan lapang pandang

RENCANA KEPERAWATAN 1) Penurunan sensori pengelihatan b.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO Ditandai: Data subyektif: Menyatakan pengelihatan kabur Menyatakan adanya sambaran seperti kilat (halo)

Data obyektif: Visus menurun TIO meningkat

Kriteria Evaluasi: Klien dapat meneteskan obat dengan benar Kooperatif dalam tindakan Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut

INTERVENSI 1. Kaji dan catat ketajaman pengelihatan 2. Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.

RASIONAL 1. Menetukan kemampuan visual

2. Memberikan Sesuaikan

keakuratan

thd

pengelihatan dan perawatan. lingkungan dengan 3. Meningkatkan self care dan

kemampuan pengelihatan: Orientasikan thd lingkungan. Letakan alat-alat yang sering

mengurangi ketergantung 4. Meningkatkan rangsangan pada waktu

dipakai

dalam

jangkuan kemampuan pengelihatan menurun.

pengelihatan klien. Berikan pencahayaan yang cukup. Letakan alat-alat ditempat yang tetap. Berikan Hindari bahan-bahan bacaan

dengan tulisan yang besar. pencahayaan yang

menyilaukan.

3. Gunakan jam yang ada bunyinya. 4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. 5. Anjurkan pada alternatif bentuk

rangsangan seperti radio. TV.

2) Cemas berhubungan dengan penurunan penglihatan, kurangnya pengetahuan. Ditandai: Data subyektif: Menyatakan perasaan takut Sering menanyakan tentang penyakitnya Mengakui kurangnya pemahaman Data obyektif: Suara gemetar Tampak gugup Nadi meningkat Berkeringat dingin

Kriteria evaluasi: Berkurangnya perasaan gugup Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan Posisi tubuh rileks.

INTERVENSI 1. Hati-hati menyampaikan hilangnya 1. Kalau

RASIONAL klien belum siap, akan

pengelihatan secara permanen 2. Berikan kesempatan

menambah kecemasan. klien 2. Pengekspresikan perasaan membantu klien mengidentifikasi sumber cemas. 3. Rileks dapat menurunkan cemas. 4. Dengan penjelasan akan memberikan informasi yang jelas.

mengekspresikan tentang kondisinya. 3. Pertahankan kondisi yang rileks. 4. Jelaskan tujuan setiap tindakan 5. Siapakn bel di tempat tidur dan

intruksikan klien memberikan tanda 5. Dengan memberikan perhatian akan bila mohon bantuan. 6. pertahankan kontrol nyeri yang efektif menambah kepercayaan klien. 6. Nyeri adalah sumber stress

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media. Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta. Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Jakarta. Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi