Vous êtes sur la page 1sur 30

LAPORAN PENDAHULUAN TEORI LANSIA

Konsep Teori Lansia BATASAN LANSIA Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi : 1) 2) 3) 4) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun. Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

PROSES MENUA Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan: 1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, 2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, 3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996) Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu:

1) lain, 2) 3) 4) 5)

Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa.

pola hidupnya, meninggal atau pindah, bertambah banyak dan Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992). Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi Selalu mengingat kembali masa lalu Selalu khawatir karena pengangguran, Kurang ada motivasi, Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain. TEORI - TEORI PROSES MENUA 1) a) Teori teori biologi Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). b) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak). c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. d) Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory) Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh. e) Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. f) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

g)

Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. h) Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati. 2) a) Teori - teori kejiwaan social Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. - Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. - Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia b) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. c) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : 1. 2. 3. kehilangan peran hambatan kontak sosial berkurangnya kontak komitmen

PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain : (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42) 1) Permasalahan umum a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan. b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. c) Lahirnya kelompok masyarakat industri. d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. 2) Permasalahan khusus : a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c) Rendahnya produktifitas kerja lansia. d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) Hereditas atau ketuaan genetik Nutrisi atau makanan Status kesehatan Pengalaman hidup Lingkungan Stress

PERUBAHAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA 1) Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. 2) Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. b) Kesehatan umum c) Tingkat pendidikan d) Keturunan (hereditas) e) Lingkungan f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. 3) Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970) PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA LANSIA Penyakit-penyakit yang umum menjangkiti lansia adalah: 1) Rematik 2) Hipertensi 3) Jantung Koroner 4) Diabetes Melitus. 5) Osteoporosis 6) Kepikunan 7) Malnutrisi/Anoreksia 8) Konstipasi

9) Dehidrasi

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

1. PENGERTIAN Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90 mmHg. 2. ETIOLOGI Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain: - Kelelahan - Keturunan - Stress - Proses penuaan - Diet yang tidak seimbang - Sosial budaya

Akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi : Gagal jantung, gagal ginjal, stroke (kerusakan otak), kelumpuhan. 3. PATOFISIOLOGI Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahanperubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner. 4. TANDA DAN GEJALA - Sakit kepala - Vertigo - Perubahan penglihatan - Sesak nafas - Nyeri dada - Perdarahan hidung - Mual muntah - Kesemutan pada kaki dan tangan - Kejang atau koma

1. DATA DASAR PENGKAJIAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI - Aktifitas/ istirahat Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung - Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner. Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia. - Integritas Ego Gejala : Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang. - Eliminasi Riwayat penyakit ginjal, obstruksi. - Makanan/ cairan Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedema. - Neurosensori Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan. Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan. - Nyeri/ ketidaknyamanan Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa. - Pernafasan Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan.

- Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara berjalan. 5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK - Hb - BUN : untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan : memberi informasi tentang fungsi ginjal. katekolamin (meningkatkan hipertensi). - Kalsium serum - Kalium serum - Kolesterol dan trygliserid - Px tyroid - Urin analisa - Foto dada - CT Scan - EKG PRIORITAS KEPERAWATAN : - Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler. - Mencegah komplikasi. - Kontrol aktif terhadap kondisi. - Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan. 6. PENCEGAHAN a. Pencegahan Primer Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk: 1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb. 2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok. 3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam. 4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan. (viskositas). - Glukosa : mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar

b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa: - Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer. - Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin. - Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol. - Batasi aktivitas. 7. KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan : 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan/ kriteria: - Klien mampu melakukan aktivitas ringan. - Berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan. Intervensi: - Kaji respon terhadap aktifitas fisik. - Anjurkan pada klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. - Anjurkan pada klien untuk beristirahat bila lelah dalam melakukan aktivitas. - Anjurkan pada klien tentang teknik menghemat energi - Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan. - Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan. 2. Nyeri, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang. Intervensi: - Menganjurkan tirah baring selama fase akut. - Lakukan massase pada kepala dan leher. - Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang. - Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi. - Anjurkan pada pasien untuk menghindari/meminimalkan aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala/nyeri.

10

3. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses menua. Kriteria hasil: - Klien terhindar dari cedera - Klien lebih berhati-hati ketika berjalan. - Klien tidak lagi merasa lemah. Intervensi: lemah lagi. lemah. Anjurkan klien untuk lebih sering menggerakan kakinya. Anjurkan klien untuk lebih berhati-hati saat berjalan Anjurkan klien meminta bantuan apabila klien merasa Anjurkan klien cara untuk menggerakan badan agar tidak

11

DAFTAR PUSTAKA
Ader, Felten DL, Cohen N (1991) Psychoneuroimmunology, Academic Press Inc. 2nd edition. New York Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia dim Usia Senja, Medi Media, Jakarta Kozier, Barbara (1991) Fundamentals of Nursing, Concepts, Pocess and Practice, 2th edition, Addison Wesley Co. California Lueckenote A.G (1996) Gerontologic Nursing, Mosby Year Book Co. Inc, Missourri Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta Setyabudhi T, Hadiwinoyo (1999) Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WISMA MELATI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA BANJARBARU

I.

PENGKAJIAN Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku/Bangsa Identitas Klien : Ny. Y : 70 Tahun : Perempuan : Islam : Jawa/Indonesia : SD : Kawin Janda : Gang Rahayu Rt.09 Kelurahan Teluk Dalam Kota Banjarmasin Ruangan Dirawat Tgl Masuk Panti : Wisma Melati : 28 Agustus 2006

Pendidikan Terakhir Status Perkawinan Alamat

Tgl Pengkajian : 14 Maret 2012 Diagnosa Medis : Hipertensi

Identitas Penanggung Jawab Klien Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan : Dr.W : ----: Perempuan : Dokter

13

Alamat Hubungan dgn Klien II.

: Banjarmasin : Majikan Klien

RIWAYAT MASUK PANTI Klien bekerja di rumah seorang dokter sebagai pembantu, klien tidak mempunyai anak lagi, anak klien dua orang dan sudah meninggal keduanya dan suami klien juga sudah meninggal. Klien di Kalimantan bekerja sebagai pembantu di rumah seorang dokter, tapi karena dokter tersebut akan pindah dari pulau Kalimantan, maka klien disarankan oleh majikannya untuk tinggal di PSTW Budi Sejahtera. Atas rujukan dokter tersebut klien dibawa ke panti, dan akhirnya klien tinggal di PSTW Budi Sejahtera sampai sekarang.

III.

RIWAYAT KELUARGA Klien merantau ke Kalimantan setelah suami dan kedua anaknya meninggal, klien di Kalimantan bekerja sebagai pembantu di rumah seorang dokter. Dan karena dokter tersebut akan pindah dari pulau Kalimantan, maka klien disarankan untuk tinggal di PSTW Budi Sejahtera agar klien ada yang merawat.

IV.

RIWAYAT KESEHATAN Menurut penuturan klien, klien mempunyai riwayat darah tinggi. Yang dirasakan klien saat di panti sekarang adalah klien mengeluh sering mengalami sakit kepala.

V.

SOSIALISASI Hubungan dengan petugas. Klien mampu berkomunikasi dengan baik kepada petugas, serta apa yang ditanyakan oleh petugas mampu di jawab klien dengan baik. baik, Hubungan dengan teman sewisma. dan klien mampu bersosialisasi dengan baik dengan penghuni Klien di wisma tidur berdua sekamar dengan Ny. J dan hubungannya cukup penghuni lain di Wisma Melati.

VI.

STATUS MENTAL Fungsi Kognitif Klien mampu mengingat kebutuhannya di masa lalu dan mampu menceritakannya pada petugas. Fungsi Afektif

14

Emosi klien labil, apalagi ada salah satu penghuni wisma yang membuat kesalahan, klien langsung berbicara lepas. VII. RIWAYAT SPIRITUAL Klien beragama islam, klien mampu mengikuti kegiatan kerohanian yang diadakan di musholla yang ada di komplek panti. VIII. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN a. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Klien mengerti dengan keadaannya sekarang dan berusaha menjaga kondisi kesehatannya dengan berolahrga seperti : jalan-jalan di sekitar wisma. b. Pola Nutrisi Klien mampu makan 3x sehari dengan menu berupa nasi, ikan, sayursayuran, serta klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh panti. Tapi klien tidak menyukai ikan. c. Pola Eliminasi Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi padat lembek serta tidak ada keluhan lain dalam BAB, BAK klien 4-5x sehari tetapi tergantung dari banyaknya cairan yang diminum klien. d. Pola Aktivitas Kemampuan perawatan diri klien seperti makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas fisik semuanya dapat dilakukan klien secara mandiri. e. Pola Tidur dan Istirahat Klien mengatakan apabila tidur siang kurang nyenyak karena klien jarang tidur siang, kalau pada malam hari klien tidak ada keluhan apa apa. f. Pola Perseptual Pendengaran, penciuman, pengecapan, dan penglihatan klien baik, tidak mengalami gangguan serta tidak ada keluhan lain. g. Pola Peran Hubungan Baik dengan petugas maupun yang ada di Panti / Wisma Melati hubungan terjalin dengan harmonis. bisa juga

15

h. Pola Manajemen Koping Stress Perubahan yang terbesar adalah klien merasa sudah tua dan menyadari klien tidak mampu beraktivitas seperti dulu lagi. i. Psikososial Klien tampak tenang dan ceria serta tidak mengeluh tentang keadaan dirinya. j. Sistem Nilai dan Keyakinan Klien beragama islam, klien sering mengikuti acara acara kerohanian di musholla yang ada di panti. IX. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum Saat pengkajiaan klien terorientasi baik terhadap tempat, waktu dan orang. Kesadaran klien compos mentis. Pemeriksaan tanda vital pada hari Rabu 14 Maret 2012 jam 10.00 WITA : TD Nadi = 150/110 mmHg. = 86 x/menit. Respirasi Suhu = 25 x/menit. = 36,2 C.

B. Kulit Kulit tampak bersih, kekenyalan dan kelembaban kulit kurang karena proses degenaratif (menua), warna kulit kuning langsat. Keadaan kulit kering dan keriput.

C. Kepala dan Leher Struktur kepala simetris, kulit kepala bersih, rambut sebagian beruban, rambut klien pendek dan ikal, tidak ada luka maupun peradangan serta benjolan pada kepala klien. Klien menyatakan kepalanya sering pusing. Tidak ada keluhan pada pergerakan leher, tidak ada sakit pada tenggorokan klien, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada leher klien. Tidak ada suara serak dan peradangan pada leher klien. Dan juga tidak ada lesi atau luka.

16

D. Mata Struktur mata simetris, keadaan mata cukup bersih, tidak ada peradangan pada mata klien. Klien tidak menggunakan kacamata ataupun alat bantu penglihatan lainnya.

E. Penciuman Struktur hidung simetris, tidak ada kelainan pada bentuk hidung, tidak ada nyeri pada hidung, tidak ada sekret maupun cairan yang keluar dari rongga hidung. Fungsi penciuman masih baik, yaitu klien masih dapat membedakan bau

parfum dan bau balsem.

F. Pendengaran / Telinga Struktur telinga kanan dan telinga kiri simetris, tidak ada kelainan pada bentuk luar, ada sedikit serumen (kotoran) pada telinga, tidak ada cairan yang keluar dari telinga klien, fungsi pendengaran menurun karena faktor usia sehingga kalau berbicara dengan klien harus harus dengan suara yang agak keras. Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

G. Mulut Mulut dan gigi bersih, sebagian gigi sudah ada yang tanggal. Tidak ada peradangan pada mulut, fungsi mengunyah agak terganggu apabila makan makanan yang agak keras karena gigi klien sudah tidak lengkap lagi. Klien masih dapat membedakan rasa manis, asam, asin, dan pahit. Fungsi pembicaraan masih baik, yaitu isi pembicaraan klien masih dapat dimengerti. Tidak ada mual dan muntah.

17

H. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi Struktur dada simertis, pola nafas teratur dengan frekuensi 25 x/menit, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan dalam bernafas. Pengembangan dada simetris sewaktu bernafas. Tidak ada massa (benjolan) dan lesi maupun peradangan pada dada klien. Tidak ada spuntum (dahak) dan darah yang keluar.

I. Perut, Abdomen Keadaan kulit sekitar perut bersih, tidak ada nyeri tekan pada perut klien. Tidak ada acites (bengkak) pada perut klien, tidak ada lesi atau luka, tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran hati (hepar).

J. Genitalia/Reproduksi Klien berjenis kelamin perempuan. Klien sudah berhenti menstruasi (menoupause). Klien mengatakan tidak ada nyeri sewaktu BAB maupun BAK.

K. Ekstremitas atas dan bawah Pada ekstremitas (lengan) atas tidak ada kelainan dan tidak ada keterbatasan gerak, tidak ada oedema (bengkak). Pada eksterimitas bawah (kaki dan tungkai) tidak terdapat oedema (bengkak). Terdapat bekas tanda gatal-gatal dan hitam, tidak ada bekas luka. Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik dan tanpa bantuan orang lain.

X.

ANALISA DATA

18

Nama : Nenek Y Umur : 70 Tahun No 1.

Wisma : Melati Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Etiologi Masalah

Data Subjektif dan Data Objektif DS : Klien mengatakan kadang kadang kepala pusing, nyeri DO : - Tanda - Tanda Vital TD : 150/110 mmHg Nadi : 86 x/mnt RR : 25 x/mnt

Peningkatan tekanan vaskuler Nyeri kepala selebral

Suhu : 36,2 C 2. DS : Klien mengatakan

bahwa dia kadang merasa lemah apabila keletihan. Klien mengatakan Kelemahan fisik Resiko dan menua Lantai di depan kamar tinggi

kadang mengalami nyeri/pusing pada kepala DO : -

proses terhadap cedera

mandi dan WC agak basah dan licin. Klien berjalan

perlahan-lahan dan nampak berhati-hati. Lantai wisma keramik.

19

XI.

Usia klien 70 Tahun. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan fisik dan proses menua.

20

XII.

RENCANA KEPERAWATAN Wisma : Melati Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera

Nama : Nenek Y Umur : 70 Tahun Diagnosa No 1.

Tujuan Keperawatan Nyeri kepala Setelah dilakukan berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Kriteria : Klie keperawatan diharapkan nyeri berkurang/hilang. tindakan

Rencana intervensi 1. Menganjurkan

Rasionalisasi 1. Meng

tirah baring selama fase akut. 2. Lakukan

urangi rasa nyeri/sakit kepala. 2. Untuk

massase pada kepala dan leher. 3. Ciptakan

melancarkan peredaran darah dan melemaskan Ajarkan teknik otot leher. 3. Supay

n mengatakan bahwa nyeri/sakit kepalanya berkurang/hila ng. Eks

lingkungan nyaman dan tenang. 4.

relaksasi dan distraksi. 5. Anjurkan pada

a klien dapat beristirahat dan memulihkan tenaga 4. Untuk

pasien untuk menghindari/meminimal kan aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala/nyeri.

presi wajah klien rilek.

mengurangi rasa nyeri. 5. tas yang berlebihan bisa Aktifi

21

menyebabkan sakit kepala.

2.

Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan fisik proses menua. dan kriteria : Klie keperawatan harapkan memenuhi di klien tindakan

Ajarkan klien cara untuk menggerakan badan agar tidak lemah lagi. 2. Anjurkan klien untuk lebih sering menggerakan kakinya. 3. Anjurkan klien untuk lebih berhati-hati saat berjalan. 4. Anjurkan klien meminta bantuan apabila klien merasa lemah.

1. Dengan lebih sering bergerak badan klien menjadi lebih bertenaga. 2. Agar tidak terjadi kekakuan pada sendi sendi kaki. 3. Agar resiko cedera tidak terjadi. 4. Meminimal kan resiko cedera.

n tidak lagi merasa lemah Klie

n lebih berhati hati ketika berjalan. Kli

en terhindar dari cedera.

22

XIII. No 1.

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari/Tgl Rabu 14 2012 Maret Dx I Implementasi Menganjurkan tirah baring selama fase akut. 2. Melakukan Evaluasi Klien mengatakan

1.

S:

kepalanya sakit. O: Tanda tanda Vital TD : 150/110 mmHg N : 86 x/menit

massase pada kepala dan leher. 3. Menciptakan

RR : 25 x/menit Suhu : 36,2 C A: Masalah belum teratasi

lingkungan nyaman dan tenang. 4. Mengajarkan

P: Intervensi dilanjutkan

teknik relaksasi dan distraksi. 5. Menganjurkan

pada pasien untuk menghindari/meminimal 2. Rabu 14 II kan aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala/nyeri. 1. Mengajarkan klien cara untuk S: Klien mengatakan lemah

Maret 2012

kadang

merasa

apabila keletihan. O: - Di depan kamar mandi dan WC tampak

23

menggerakan badan agar tidak lemah lagi. 2. Menganjurkan

licin dan basah. Klien

tampak tertatih saat berjalan. 70 Tahun A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan Usia klien:

klien untuk lebih sering menggerakan kakinya. 3. Menganjurkan

klien untuk lebih berhatihati saat berjalan. 4. Menganjurkan

klien meminta bantuan apabila klien merasa lemah

24

Kamis 15 Maret 2012 No 1. Hari/Tgl Kamis 15 2012 Maret Dx I 1. Implementasi Menganjurka n tirah baring selama fase akut. 2. Melakukan S: Evaluasi Klien mengatakan

kepalanya tidak pusing dan nyeri. O: Tanda tanda Vital TD : 140/100 mmHg N : 85 x/menit

massase pada kepala dan leher. 3. Menciptakan

RR : 24 x/menit Suhu : 36,4 C A: Masalah teratasi

lingkungan nyaman dan tenang. 4. Mengajarkan

P: Hentikan intervensi

teknik relaksasi dan distraksi seperti tarik nafas yang dalam lewat 2. Kamis 15 II hidung dan keluarkan lewat mulut secara perlahan. 1. Mengajarkan S: Klien mengatakan letih

Maret 2012

masih

merasa

apabila beraktivitas. O: - Di depan kamar

25

klien cara menggerakan badan agar tdk lemah lagi. 2. Menganjurkan

mandi dan WC sudah tidak licin lagi. Klien masih

tampak tertatih saat berjalan. 70 Tahun A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Usia klien:

klien untuk lebih sering menggerakan kakinya. 3. Menganjurkan

klien untuk lebih berhatihati saat berjalan. 4. Membantu

klien apabila ingin beraktivitas yg berat. Jumat 16 Maret 2012 No 1. Hari/Tgl Dx Jumat 16 II 1. Maret 2012 Implementasi Menjelaskan kepada klien bahwa dia harus berhati-hati apabila ke WC / Kamar Mandi. 2. Mengawasi S: Evaluasi Klien mengatakan

sudah mengerti apa yg di katakan dan diajarkan

oleh perawat. O: - Klien tampak berhati hati ketika akan ke WC/ Kamar Mandi. depan Keadaan dan dalam

klien ketika klien berjalan ke WC / Kamar Mandi.

WC/ Kamar Mandi sudah tdk licin lagi. A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi

26

Sabtu 17 Maret 2012 No 1. Hari/Tgl Dx Sabtu 17 II 1. Maret 2012 Implementasi Menjelaskan kepada klien bahwa dia harus berhati-hati apabila ke WC / Kamar Mandi. 2. Membersihkan lantai WC / Kamar Mandi. 3. Mengeringkan lantai di depan pintu masuk WC / Kamar Mandi. 4. Mengawasi S: Evaluasi Klien mengatakan memahami di ajarkan apa oleh

sudah yang

perawat. O: - Klien tampak berhati hati ketika akan ke WC/ Kamar Mandi. depan Keadaan dan dalam

WC/ Kamar Mandi sudah tdk licin lagi. A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi

klien ketika klien berjalan ke WC / Kamar Mandi.

27

Senin 19 Maret 2012 No Hari/Tgl Dx Implementasi Evaluasi

28

1.

Senin

19 I

1.

Menganjurkan klien untuk istirahat di kamar nya.

S:

Klien

mengatakan

Maret 2012

kepala terasa sakit. O: Tanda tanda Vital TD : 140/100 mmHg N : 79 x/menit RR : 25 x/menit tampak Klien menahan

2.

Melakukan massase pada kepala dan leher klien.

3.

Menciptakan lingkungan aman dan tenang.

nyeri pada kepala nya. A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi

Selasa 20 Maret 2012 No Hari/Tgl Dx Implementasi Evaluasi

29

1.

Selasa

20 I

1.

Menganjurkan klien agar tidak terlalu letih beraktivitas.

S:

Klien

mengatakan

Maret 2012

sudah tidak pusing lagi. O: Tanda tanda Vital TD : 130/90 mmHg N : 81 x/menit RR : 24 x/menit Klien

2.

Memeriksa tanda tanda vital klien.

3.

Menjelaskan kepada klien kenapa klien bisa mengalami sakit kepala lagi.

tampak rileks Klien

kembali beraktivitas seperti biasa. A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi

30

Vous aimerez peut-être aussi