Vous êtes sur la page 1sur 8

» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.

com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

- dakwatuna.com - http://www.dakwatuna.com -

Khawarij dan Sifat-sifatnya


Posted By Tim dakwatuna.com On 27 Oktober 2008 @ 07:54 In Aqidah Muslim | 5 Comments

1 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

[1] dakwatuna.com - Surat-surat yang pertama turun


adalah yang berkaitan dengan masalah aqidah. Oleh karena itu untuk memahami bagaimana
Rasulullah saw. memahami aqidah, kita harus benar-benar memahami ayat-ayat atau surat-surat
Makiyah tersebut. Manhaj aqidah secara umum dibagi dua: manhaj yang benar lagi menyeluruh
( ‫ﻨﻤ)ﻟاﺢ ﯿﺤﺼ ﻟا ﻞ ﻣ ﺎﺸ ﻟا‬dan
‫ ج ﺎﮭ‬manhaj yang parsial ( ‫)ﻟا ئ ﺰﺠ ﻟا‬.‫ج ﺎﮭ ﻨﻤ‬

Disebutkan dalam atsar yang diriwayatkan Abdullah bin Umar oleh Al‑Hakim bahwa generasi umat
dibagi jadi dua: (1)‑ umat yang diberi keimanan terlebih dahulu, kemudian baru diberi Al Qur’an (2)‑
umat yang mengambil pelajaran Al‑Qur’an lebih dahulu sebelum didapatkan keimanan. Kemudian
Atsar itu menyebutkan perilaku dari kedua kelompok generasi itu, dimana kelompok yang pertama
terdiri dari para Salafushshaleh dan pembesar‑pembesar sahabat yang mengetahui yang diwajibkan
dari yang dilarang dan alasannya; sementara kelompok yang kedua cuma pandai membaca
Al‑Qur’an dengan lancar dan mengkhatamkannya dengan cepat tanpa tahu mana yang diperintahkan
dan mana yang dilarang serta batasan‑batasannya. Pada akhirnya kedua kelompok ini melahirkan
manhaj yang berbeda, dan dari kelompok yang kedualah munculnya Al‑Firaq Al‑Bathilah (aliran‑aliran
yang sesat), di antaranya Al‑Khawarij.

Tujuan pembahasan Firaq Bathilah ini agar pada kita tidak terjadi Firaq ini, sebagaimana yang
pernah ditanyakan oleh Hudzaifah bin Al‑Yaman dalam sebuah haditsnya yang panjang.

‫ﻨﻛر ﺪﯾ‬
‫ﺮﺸ ﻟا ﺔ ﻓﺎﺨ ﻣ ﻲن أ‬
‫ﻦﻋ‬ ‫نسﺎﻛ ﺎﻨﻟانﻮ ﻟﺄﺴ ﯾ لﻮﺳر ﷲ ا ) ص(ﺮ‬
‫ﻦﻋﯿﺨ ﻟا ﺖ ﻨﻛو ﮫ ﻟﺄﺳ ا‬

“Orang-orang biasanya bertanya kepada Rasulullah perihal kebaikan, tapi saya bertanya kepadanya
perihal keburukan karena takut hal itu menimpa diriku.”

Di samping itu pengetahuan tentang Firaq ini menjadi kebutuhan kita untuk memberi hujjah kepada
orang-orang yang mungkin memiliki sikap‑sikap yang juz’i dan menyimpang dari Islam.

AL-KHAWARIJ ( ‫جر اﻮﺨ)ﻟا‬

Secara bahasa kata khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Kata ini dipergunakan oleh
kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib r.a.
karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase)
dari kelompok Mu’awiyyah yang dikomandoi oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin (37H/657). Jadi,
nama khawarij bukanlah berasal dari kelompok ini. Mereka sendiri lebih suka menamakan diri
dengan Syurah atau para penjual, yaitu orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga
mereka demi keridhaan Allah, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah (2):207. Selain itu, ada
juga istilah lain yang dipredikatkan kepada mereka, seperti Haruriah, yang dinisbatkan pada nama
desa di Kufah, yaitu Harura, dan Muhakkimah, karena seringnya kelompok ini mendasarkan diri
pada kalimat “la hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain hukum Allah), atau “la hakama illa Allah”
(tidak ada pengantara selain Allah).

Secara historis Khawarij adalah Firqah Bathil yang pertama muncul dalam Islarn sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al‑Fatawa,

‫جرﺑ اﻮﺨ ﻟا‬


‫ﺔﻋ ﺪ‬ ‫ﻼﺳﻹ ا‬ : ‫ﻦ ﺑإﺔ ﯿﻤ ﯿﺗ‬
‫لو أﺔﻋ ﺪ ﺑ ارﻮﮭﻇ مﻲ ﻓ‬

“Bid’ah yang pertama muncul dalam Islam adalah bid’ah Khawarij.”

Kemudian hadits‑hadits yang berkaitan dengan firaq dan sanadnya benar adalah hadits‑hadits yang
berkaitan dengan Khawarij scdang yang berkaitan dcngan Mu’tazilah dan Syi’ah atau yang lainnya
hanya terdapat dalam Atsar Sahabat atau hadits lemah, ini menunjukkan begitu besarnya tingkat

2 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

bahaya Khawarij dan fenomenanya yang sudah ada pada masa Rasulullah saw. Di samping itu
Khawarij masih ada sampai sekarang baik secara nama maupun sebutan (laqob), secara nama masih
terdapat di daerah Oman dan Afrika Utara sedangkan secara laqob berada di mana‑mana. Hal
seperti inilah yang membuat pembahasan tcntang firqah Khawarij begitu sangat pentingnya apalagi
buku‑buku yang membahas masalah ini masih sangat sedikit, apalagi Rasulullah saw. menyuruh kita
agar berhati‑hati terhadap firqah ini.

Fakta munculnya Khawarij bukanlah pada masa Ali r.a. sebagaimana sebagian para ahli sejarah
menyebutkan, tapi sudah muncul pada masa Utsman r.a. baik secara ajaran maupun dalam bentuk
aksi nyata. Buku sejarah banyak menyebutkan ini seperti buku sejarahnya Imam At‑Thabari dan
Ibnu Katsir. Dalam buku tersebut orang yang memberontak kepada Utsman r.a. disebut Khawarij.
Hal ini dikuatkan oleh fakta sejarah berikutnya dimana mereka berhasil membunuh Utsman r.a.
Kemudian umat Islam membai’at Ali r.a. termasuk sebagian besar orang‑orang yang telah
membunuh Utsman r.a. Sementara itu Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Aisyah, dan
sahabat yang lain keluar dan menuntut pembelaan terhadap Utsman r.a. Ali r.a. berkata, “Saya
setuju dengan pendapat Anda, tapi mereka sangat banyak dan bercampur dalam pasukan kami.” Ali
r.a. menghendak masalah Khalifah diselesaikan dahulu baru menyelesaikan orang‑orang yang
membunuh Utsman. Kemudian antara pihak Ali r.a. dan Aisyah r.a. sudah terjadi kesepakatan bahwa
mereka tidak akan berperang kecuali untuk menuntut pembunuh Utsman, tapi orang‑orang yang
membunuh Utsman membuat fitnah lagi dalam Perang Jamal. Mereka memisahkan diri jadi dua,
sebagian bersama Ali dan sebagian bersama Aisyah; dan mereka berdua saling melempar lembing,
dan satu sama lain mengatakan bahwa Ali telah berkhianat dan Aisyah telah berkhianat, maka
terjadilah apa yang terjadi dalam Perang Jamal.

Pada waktu terjadi peperangan antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a., mereka juga bersama Ali
dalam suatu peperangan yang terkenal dalam sejarah disebut Perang Shiffin. Dalam buku‑buku
tarikh Syi’ah juga ditulis dalam buku‑buku tarikh Sunnah, disebutkan ada pihak ketiga yang netral di
antaranya Abdullah bin Umar, Abu Musa Al‑Asyari, Zaid bin Tsabit, dan yang lainnya yang mencoba
mengadakan ishlah pada keduanya dan mempertemukan keduanya. Terjadilah suatu dialog antara
utusan Ali r.a. dengan Muawiyah bin Abi Sofyan.

“Apakah Anda memerangi Ali karena Anda ingin menjadi khalifah?” Muawiyah berkata, “Saya tahu
diri saya. Saya tahu diri saya jauh di bawah Ali, dan tidak ada dalam benak saya keinginan untuk
menjadi khalifah. Saya keluar berperang untuk menuntut darah Utsman.” “Apa betul Anda tidak ingin
menjadi khalifah?” Berkata Muawiyah, “Andaikata Ali menyerahkan siapa pembunuh Utsman niscaya
saya orang yang pertama berbai’at.” Akantetapi suasana dikacaukan oleh orang‑orang tadi yang
akhirnya terjadi Perang Shifiin.

Ketika pihak Muawiyah hampir kalah, atas usulan Amru bin Al‑Ash untuk meletakkan mushaf di pucuk
pedang sebagai tanda ingin berunding. Ali r.a. tahu bahwa ini tipu daya tetapi orang‑orang Khawarij
meminta Ali untuk menerimanya bahkan memaksa dan mengancam:

‫ﺎﻤﻛ ﺎﻨﻠﺘﻗن ﺎﻤ ﺜﻋ‬ ‫ﻦ ﻠﻌ ﻔﻨﻟ ﻚ ﺑ ﺎﻤﻛﺎﻨﻠﻌنﻓ ﺎﻤ ﺜﻌ ﺑﻚ ﻨﻠﺘﻘﻨﻟ‬


ّ‫ﺖ ﯿﺗأ‬
‫ﻦ ﺌﻟ‬

“Jika engkau menolak, kami akan memperlakukan Anda sebagaimana kami memperlakukan Utsman
dan kami akan membunuh Anda sebagaimana kami telah membunuh Utsman.”

Akhirnya Ali r.a. menerima dengan terpaksa, kemudian menyuruh panglima perangnya Asytar
An‑Nakha’i untuk menerima tahkim. Tapi Asytar juga keberatan atas perintah itu karena ia tahu
benar unsur tipuannya sangat besar. Namun, lagi‑lagi orang‑orang Khawarij memaksa Asytar dan
mengatakan apa yang dikatakan kepada Ali r.a., maka Asytar pun menerima tahkim itu.

Ketika Ali r.a. tahu bahwa pihak Muawiyah mengutus Amru bin Al‑Ash, seorang yang diketahui ahli
diplomasi, maka Ali r.a. mengutus Abdullah bin Al‑Abbas. Tapi lagi‑lagi orang Khawarij membuat ulah
dan berkata, “Kalau Anda mengutus Ibnu Abbas apa bedanya Anda dengan Utsman. Kami
memerangi Utsman karena dia selalu mengangkat keluarganya sendiri. Sekarang Anda mengutus
Ibnu Abbas, keponakan anda sendiri.” Mereka meminta yang menjadi utusan dari pihak Ali adalah
Abu Musa Al‑Asy’ari, tokoh netral. Tapi Ali tahu kalau Abu Musa bukanlah orang yang cocok pada
masalah ini, dia terlalu lugu (ikhlash). Mereka bersikeras dan mengancam Ali r.a., sampai dalam hal
ini Ali berkata,

‫ﺖﺲ ﻨﻛﻣﻷ ﺎﺑ اﺮ ﯿﻣ أ ﺖ ﻨﻛو مﻮ ﯿﻟاارﻮﻣ ﺄﻣ‬

“Dulu saya bisa memimpin tapi saya sekarang jadi dipimpin.”

Kemudian setelah acara tahkim usai dengan hasil yang sangat merugikan Ali r.a., permasalahan
ternyata belum selesai. Orang Khawarij membuat ulah lagi dengan mengkafrkan Ali r.a. dengan

3 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

berkata,

‫ﻻإ ﷲ‬ ‫ن إ‬, ‫ت ﺮ ﻔﻛ ﻚ ﻧﻷﺖ ﻤﻜﺣ ﻻ ﺎﺟر ﻲ ﻓ ﻢﻜﺣ ﷲ ا‬


‫ﻢﻜﺤ ﻟا‬

“Anda telah kafir karena Anda telah menyerahkan urusan tahkim kepada orang dalam hukum Allah.
Tiada yang berhak menghukum melainkan Allah.”

Dan mereka keluar dari pasukan Ali –jumlah mereka sebanyak 12.000 orang–, maka terpaksa Ali
menghadapi mereka dan menyuruh Ibnu Abbas untuk berdiskusi dengan mereka.

Fenomena sikap Khawarij banyak terjadi sekarang dan biasa disebut Neokhawarijisme bahkan bisa
jadi dekat dengan kita, apalagi hal itu telah diprediksi oleh Rasulullah saw. Ibnu Abbas ketika
mengadakan dialog dengan mereka menyebutkan beberapa ciri‑ciri di antaranya: Mereka sangat
wara’, pakaiannya sangat sederhana, muka mereka pucat karena jarang tidur malam, jidatnya
hitam, telapak tangan dan kakinya kapalan, dan meraka disebut qura’ yaitu orang yang bagus
bacaannya dan lama bila membaca Al-Qur’an.

Untuk melihat sifat‑sifat mereka lebih jauh, kita lihat hadits‑hadits Rasul saw. yang membicarakan
hal ini, diantaranya:

‫ ﺎﻗلﻮﺳر ﷲ ا‬.‫لﻮﺳر ﷲلاﺪﻋ ا ل‬‫ ﺎﯾ‬: ‫ﻮھو ﻞﺟر ﻦﻣﻲ ﻨﺑ ﻢ ﯿﻤ ﺗ ل ﺎﻘﻓ‬ ‫هﺎﺗأﻘﻟاو ذ‬ (‫لﻮﺳر ﷲ ا ) ص‬
‫ﻮھوﻢﺴ ﻘﯾ ﺎﻤﺴةﺮﻗﺼ ﯾﻮ‬ ‫ﻨﯿﺑ ﻦﺤ ﻧ ﺪ ﻨﻋ‬:‫ل ﺎﻗ ﺎﻤ‬ ‫ﯿﻌﺳ ﺬﺨ ﻟا‬
‫ﻦﻋﻲ ﺑأ ﺪي ر‬
(‫ ﺎﻗلﻮﺳر ﷲ ا ) ص‬.‫ﮫ ﻘﻨﻋ ل‬ ‫لﻮﺳر ﷲ ان ﺬ ﺋا ﻲ ﻟبﮫﺮﯿﻓﺿ ا‬ ‫ﺎﻘﻓ ﺮ ﻤﻋ ﻦبﺑ ﺎﻄﺧ ) ض( ﺎﯾ‬.‫ن إ لﻢ ﻟﺪﻋ ا ل‬ ‫ت ﺒﺧﺮﺴﺧ و‬
ُ‫ﺖ‬
ُ ‫ﺪﻗ‬ ‫) صﻚ( ﻠﯾو ﻦ ﻣول ﺪﻌ ﯾ ن إ؟لﻢ ﻟﺪﻋ ا‬
‫ﯿﻣﺮ ﻟا‬
‫قﺮ ﻤ ﯾ ﻢﮭﺴ ﻟا ﺔﻦﻣ‬
‫ﺎﻤﻛ‬ ‫ﻼﺳﻹ ا‬
‫مﻦ ﻣ‬ ‫ﺠ ﯾﻢﮭ ﯿﻗاﺮ ﺗنﻮ ﻗﺮ ﻤ ﯾو‬‫ﺻنﻮ ﺋﺮ ﻘﯾ ن اﺮ ﻘﻟا زو ﺎﻻ‬ ‫ﻊﻣﻢﮭﻣ ﺎﯿ‬ ‫ﺻ و‬
‫ﺻ أ ﺮ ﻘﺤ ﯾﻢﻛﺪﺣ أ ﮫﺗﻼﺻ ﻊﻣﻢﮭﺗﻼﺻﮫﻣ ﺎﯿ‬ ‫ﮫﻋ د ن ﺈﻓﺎﺑﺎﺤﮫ ﻟ‬

Dari Abi Said Al‑Khudry berkata, Tatkala kami bersama Rasulullah saw. dan beliau sedang
membagikan ghanimah, datang Dzul Khuwaishirah salah seorang dari Bani Tamim dan berkata,
“Wahai Rasulullah berbuat adillah!” Berkata Rasulullah saw., “Celaka! Siapa yang akan berbuat adil
jika saya tidak berbuat adil? Niscaya saya celaka dan binasa jika saya tidak adil.” Berkata Umar bin
Khattab, “Wahai Rasulullah! Ijinkan saya memenggal lehernya.” Berkata Rasulullah saw.,
“Biarkanlah dia. Sesunggulinya dia mempunyai banyak teman, dirnana dianggap remeh shalat di
antara kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka, mereka membaca
Al‑Qur’an tidak sampai kecuali pada tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam sebagaimana
lepasnya anak panah dari busur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Pada hari Hunain Rasulullah saw. mengutamakan sebagian manusia dalam pembagian ghanimah.
Beliau memberi Al‑Aqra bin Habis Al‑Handhaly 100 unta, memberi Uyainah bin Badrul Fijary dengan
jumlah yang serupa dan memberi para pembesar Arab, beliau mengutamakan mereka dalam
pembagian. Maka berkata salah seorang, “Demi Allah, pembagian ini tidak adil dan tidak bertujuan
untuk mencari ridha Allah!” (HR. Muslim)

‫ﯿﻣﺮ ﻟا‬
‫قﺮ ﻤ ﯾ ﻢﮭﺴ ﻟا ﺔﻦﻣ‬
‫ﺎﻤﻛ‬ ‫ن أﺎﺛوﻷ انﻮ ﻗﺮ ﻤ ﯾ مﻼﺳﻹ ا‬
‫ﻞھ‬ ‫ﻼﺳﻹ ا نﻮﻋ ﺪﯾو‬
‫ﻞھ أ‬
‫ﺠ ﯾﻢھﺮﺟ ﺎﻨﺣ نﻮ ﻠﺘﻘﯾ م‬
‫نﻮ ﺋﺮ ﻘﯾ ن آﺮ ﻘﻟا زو ﺎﻻ‬
‫اﺬھﺎﻣﻮ ﻗ‬ ‫ﺿ‬ ‫ن إ ﺊ‬:
‫ﻦﻣﻀ ﺌ‬ ‫ﻲ ﻓو ﺔ ﯾاور‬
‫ﻢﮭ ﺌﻟﺘﻛر د أ ﻢﮭ ﻨﻠﺘﻗﻷ ﻞ ﺘﻗ د ﺎﻋ‬
‫ﻦ‬

Dalam riwayat yang lain: “Sesungguhnya dari keturunan ini ada kaum yang membaca Al-Qur’an
yang tidak sampai kecuali pada kerongkongan, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan
penyembah berhala, mereka keluar dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya,
jika saya menjumpai mereka pasti akan saya bunuh mereka seperti membunuh kaum Aad.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

‫ء ﺎﮭ ﻔمﺳﻼﺣﻷ ا‬ ‫ثﻗ ﺪﺣ أن ﺎﻨﺳﻷ ا‬


‫مﻮ‬ ‫ﻲ ﻓﺮﺧنآ ﺎﻣﺰ ﻟا‬ ‫جﺮﺨ ﯿﺳ‬

“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka
mengatakan sebaik ‑baiknya perkataan manusia, membaca Al‑Qur’an tidak sampai kecuali pada
kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan
busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

‫ﻢﮭﺗﻼﺻﻢﮭ ﯿﻗاﺮ ﺗ‬ ‫ﻢﮭ ﻟ ﻮھو ﻢﮭ ﯿﻠﻋزو ﺎﺠ ﺗﻻ‬ ‫نﻮ ﺋﺮ ﻘﯾ ن آﺮ ﻘﻟانﻮ ﺒﺴﺤ ﯾ‬


‫مﻮ ﻗ ﻦﻲﻣ ﺘﻣ أ‬ ‫جﺮﺨ ﯾ‬

“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al‑Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu
menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada
kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)

‫ﮫ ﻨﻣ ﻲ ﻓ ءﻲﺷ‬ ‫نﻮ ﺌﯿﺴ ﯾو ﻞﻌ ﻔﻟانﻮﻋ ﺪ ﯾ ﻰ ﻟإب ﺎﺘﻛ ﷲ ا اﻮﺴ ﯿﻟو‬


‫ﻞ ﯿﻘﻟا‬ ‫نﻮ ﻨﺴﺤ ﯾ‬

“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah
padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)

‫ﻊﻣﻤ ﻟا ل ﺎﺟ ﺪ ﻟا‬
‫ﺢ ﯿﺴ‬ ‫جﺮﺨ ﯾﻢھﺮﺧ آ‬
‫ﻰ ﺘﺣ‬ ‫نﻮ ﻟاﺰ ﯾﻻنﻮﺟﺮﺨ ﯾ‬

4 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

“Mereka akan senantiasa keluar sampai pada yang terakhir bersama Al-Masih Ad-Dajjal. Jika kalian
bertemu mereka, maka bunuhlah; merekalah sejelek-jelek penciptaan dan sejelek-jelek makhluk.”
(HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim)

‫ب ﻼ ﻛ ﻞھ أر ﺎﻨﻟا‬ ‫جر اﻮﺨ ﻟا‬

“Al-Khawarij adalah anjingnya ahli neraka.”

Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan sifat-sifat, nilai, fenomena, dan kedudukan mereka.

Sifat‑sifat Khawarij

I. Mencela dan Menyesatkan ( ‫ﻦﻌﻄ)ﻟاﻞ ﯿﻠ‬


‫ﻀ ﺘﻟاو‬

Orang‑orang Khawarij sangat mudah mencela dan menganggap sesat Muslim lain, bahkan Rasul saw.
sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian ghanimah. Kalau terhadap Rasul sebagai pemimpin
umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu dengan mudahnya
mereka menganggap kafir. Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat yang lain. Fenomena
ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya mereka saling mengkafirkan adalah
kelompok mereka mudah pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka perbuat.

2. Buruk Sangka ( )
‫ءﻮﺳﻦﻈ ﻟا‬

Fenomena sejarah membuktikan bahwa orang‑orang Khawarij adalah kaum yang paling mudah
berburuk sangka. Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak adil dalam
pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah. Mereka tidak
cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan pembesar‑pembesar
dibanding yang lainnya. Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam rangka dakwah dan ta’liful
qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan menuduh Ali tidak mempunyai visi
kepemimpinan yang jelas.

3. Berlebih‑lebihan dalam ibadah ( ‫ةدﺎﺒﻌ ﻟا‬


‫ﻲﻓ‬ ‫ﺔﻐ ﻟﺎﺒﻤ)ﻟا‬

Ini dibuktikan oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana, pakaian
mereka sampai terlihat serat‑seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka pucat
karena jarang tidur malam, jidat mereka hitam karena lama dalam sujud, tangan dan kaki mereka
‘kapalan’. Mereka disebut quro’ karena bacaan Al-Qur’annya bagus dan lama. Bahkan Rasulullah
saw. sendiri membandingkan ibadah orang‑orang Khawarij dengan sahabat yang lainnya, termasuk
Umar bin Khattab, masih tidak ada apa‑apanya, apalagi kalau dibandingkan dengan kita. Ini
menunjukkan betapa sangat berlebih‑lebihannya ibadah mereka.

4. Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lainnya ( ‫ﻰ ﻠﻋ‬ ‫ﺺ ﺧﺮ ﺘﻟاو‬
‫دﺪﺸ ﺘﻟا ﻦﻰﯿﻤﻠﻋﻠﺴ ﻤ ﻟا‬
‫ﻢھﺮ)ﯿﻏ‬

Hadits Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mereka mudah membunuh orang Islam, tetapi
membiarkan penyembali berhala. Ibnu Abdil Bar meriwayatkan, “Ketika Abdullah bin Habbab bin
Al‑Art berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta kepada
Abdullah untuk menyampaikan hadits‑hadits yang didengar dari Rasulullah saw., kemudian Abdullah
menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah,

‫ﻲﺷﻣﺎﻤ ﻟا‬
‫ﺎﮭ ﯿﻓ ﺮ ﯿﺧ ﻦ‬ ‫ﻢﺋﺎﻘﻟا ﻢ ﺋﺎﻘﻟاو‬
‫ﺎﮭ ﯿﻓ ﺮ ﯿﺧ ﻦﻣ‬ ‫ﺪﻋ ﺎﻘﻟا‬

“Yang duduk pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan….”

Mereka bertanya, “Apakah Anda mendengar ini dari Rasulullah?” “Ya,” jawab Abdullah. Maka
serta-merta mereka langsung memenggal Abdullah. Dan isterinya dibunuh dengan mengeluarkan
janin dari perutnya.

Di sisi lain tatkala mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh kemudian salah
seorang dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain mengingatkan bahwa kurma itu bukan
miliknya, langsung saja orang itu memuntahkan kurma yang dimakannya. Dan ketika mereka di
Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa babi itu milik orang kafir
ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang yang mempunyai babi
tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.

5. Sedikit pengalamannya ( ‫ﺔﺔﺑ)ﻠﻗ‬


‫ﺮﺠ ﺘﻟا‬

5 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang‑orang Khawarij umurnya masih muda‑muda yang
hanya mempunyai bekal semangat.

6. Sedikit pemahamannya ( ‫)ﮫ ﻘﻔﻟا‬


‫ﺔ ﻠﻗ‬

Disebutkan dalam hadits dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada
manusia untuk mengamalkan Al‑Qur’an dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri tidak
mengamalkannya dan tidak memahaminya. Merasa bahwa Al‑Qur’an akan menolongnya di akhirat,
padahal sebaliknya akan membahayakannya.

7. Nilai Khawarij

Orang‑orang Khawarij keluar dari Islam sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw., “Mereka
keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.”

8. Fenomena Khawarij

Mereka akan senantiasa ada sampai hari kiamat. “Mereka akan senantiasa keluar sampai yang
terakhir keluar bersama Al‑Masih Ad‑Dajjal”

9. Kedudukan Khawarij

Kedudukan mereka sangat rendah. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di akhirat
disebut sebagai anjing neraka.

10. Sikap terhadap Khawarij

Rasulullah saw. menyuruh kita untuk membunuh jika menjumpai mereka. “Jika engkau bertemu
dengan mereka, maka bunuhlah mereka.”

Ibroh (Pelajaran) yang kita dapat

1. Berhati‑hati supaya tidak terjatuh pada Khawarijisme ( ‫عﻦﻮﻣﻗﻮ ﻟا‬ ‫ﺮ ﯾﺬﺨ )ﺘﻟا‬

Secara sosial politik Khawarij bisa muncul kapan saja. Kemunculan pertama Khawarij dimulai dari
ketidakpercayaan (‘adamuts tsiqah) sebagian mereka kepada pemimpin kaum Muslimin, yaitu
Utsman bin Affan yang mereka anggap tidak adil, nepotisme, dan mengangkat orang‑orang
dekatnya. Ditambah ada sosok lain yang tidak suka dengan Islam, yaitu Abdullah bin Saba, yang
sangat besar pengaruhnya dalam memecah belah umat Islam. Melihat sejarah awal munculnya
Khawarij, sekarang ini fenomena itu tampaknya ada.

2. Bertaubat jika sudah terjatuh ( ‫ن إ َﻊ َﻗَو‬ ‫ذﺎﻘﻧﻹ)ا‬

Sejarah pun telah membuktikan banyak umat Islam yang sudah terjatuh pada fitnah Khawarijisme.
Di Mesir pada tahun 60‑an banyak kelompok yang keluar dari jama’ah yang benar dan menuduh
pemimpinnya lemah, bahkan menuduh sesama muslim sebagai kafir. Untuk menghadapi
orang‑orang yang sudah terjatuh pada Khawarij minimal dibutuhkan tiga cara: (1) memilih orang
yang cocok untuk menghadapi mereka, (2) cara yang benar, (3) memeranginya jika diperlukan.

Ali, Ibnu Abbas, dan Umar bin Abdul Aziz dianggap orang yang cocok untuk menghadapi Khawarij
disamping mereka bertiga memiliki ilmu yang dalam dan bijaksana serta pandai memilih cara yang
tepat untuk menghadapi mereka.

Pada saat Ali r.a. menghadapi mereka, beliau bertanya, “Apa yang Anda rasa berat dari saya?”
Mereka menjawab, “Karena Anda menyerahkan hak menghukum kepada manusia, padahal tidak ada
yang berhak rnenghukum kecuali Allah.” Jawab Ali, “Apakah jika saya mendatangkan dengan dalil
Al‑Qur’an kepada Anda, Anda akan kembali?” Mereka menjawab, “Kenapa tidak?” Maka Ali
mengambil dalil dari Al‑Qur’an surat An‑Nisa ayat 35 yang artinya, “Dan jika kamu khawatirkan ada
persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakim dari keluarga laki‑laki dan seorang
hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” “Kalau pada masalah pernikahan saja Allah membolehkan mengambil hakim dari
manusia apalagi masalah Khilafah!” Maka sebanyak 4.000 orang dari Khawarij bertaubat.

Begitu juga Ibnu Abbas sebagai sosok yang mampu menghadapi orang‑orang Khawarij. Suatu saat
Ali mengutusnya untuk menghadapi Khawarij, maka Ibnu Abbas bertanya pada mereka, “Hal apakah
yang membuat Anda dendam kepada Ali?” Mereka menjawab, “Ada tiga, pertama, dalam hal agama

6 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

Allah, Ali bertahkim pada manusia; kedua, ia berperang tapi tidak menawan pihak musuh dan tidak
mengambil harta rarnpasan; ketiga, waktu bertahkim ia rela meninggalkan keamirannya.” Maka
jawab lbnu Abbas, “Mengenai bertahkim pada manusia apa salahnya, kemudian beliau membacakan
ayat 95 dari surat AI‑Maidah. Tentang ucapan Anda, ia berperang tidak melakukan penawanan,
apakah Anda menghendaki agar Aisyah, istri Rasul saw., jadi tawanan? Adapun Ali menanggalkan
kekhalifahannya, Ali mencontoh Rasulullah saw. pada saat perjaniian Hudaibiyah.” Demikianlah
setelah Ibnu Abbas menyelesaikan dialognya dengan sangat bijaksana, sekitar 20.000 orang
Khawarij bertaubat.

Begitu juga Umar bin Abdul Aziz melakukan yang serupa dimana pada masa daulah Bani Umayyah
yang paling membahayakan adalah orang‑orang Khawarij. Bahkan daulah punya pasukan khusus
untuk menghadapi mereka yang dipimpin oleh Al‑Muhalab bin Abi Shufroh. Suatu saat Umar
berdialog dengan salah seorang dari mereka yang bernama Al‑Bistom dan berkata, “Kami siap
kembali kepada Anda dengan syarat Anda bertaubat dan melaknati Bani Umayyah.” Umar berkata,
“Baiklah, apakah hal ini ada sanad tarikhnya bahwa orang yang bertaubat harus melaknati
leluhurnya?” Umar melanjutkan, “Apakah Anda pernah melaknati iblis dan Fir’aun? Mengapa Anda
menyuruh saya untuk melaknati orang yang kemungkinan lslamnya masih besar?”

Bukti dari ini semua menunjukkan bahwa Ali, Ibnu Abbas, dan Umar adalah figur yang cocok untuk
menghadapi Khawarij berkat ilmunya yang sangat dalam dan kebijaksanaannya. Mereka juga
memiliki metodologi yang baik dalam menghadapi mereka. Kebaikan cara dan kebijaksanaan Ali
terbukti ketika ditanya, “Apakah Khawarij itu kafir?” Jawab Ali, “Mereka adalah orang yang berusaha
lari dari kekafiran.” “Apakah mereka munafik?” Jawab Ali, “Orang munafik tidak menyebut Allah
kecuali sedikit, padahal mereka orang yang banyak menyebut nama Allah.”

Kelompok Khawarij ini sangat unik. Hal ini terlihat pada kasus ketika mereka mengadakan
kesepakatan untuk membunuh Ali, Muawiyah, dan Amru bin Al‑Ash. Salah seorang yang ditugaskan
untuk membunuh Ali adalah Abdurrahman bin Muljam. Abdurrahman sebenarnya enggan diberi tugas
untuk membunuh Ali, tapi ketika lewat pada perkampungan Khawarij dia mendapatkan orang yang
tercantik di kampung itu dan bapak serta kakaknya sudah tewas terbunuh oleh Ali dalam peristiwa
Harura. Perempuan itu bernama Qutom dan sangat dendam pada Ali. Ibnu Muljam berkata pada
perempuan itu, “Saya ingin mengawini Anda!” “Boleh, tapi mahar apa yang akan engkau berikan
pada saya?” jawab Qutom. “Apa saja yang engkau minta niscaya aku kabulkan,” balas Ibnu Muljam.
Maka Qutom mengatakan, “Saya minta 30.000 hamba sahaya, budak yang bisa menyanyi, dan
membunuh Ali.” “Kalau yang tiga pertama dapat saya kabulkan, tapi yang terakhir engkau jangan
berharap.” Qutom kemudian berkata, “Jika Anda bisa melakukannya, saya akan sembuh dari sakit
hati, Anda bisa menikahi saya. Tapi kalau tidak, maka akhirat lebih baik bagi Anda dari dunia dan
segala isinya.” Maka terjadilah apa yang sudah terjadi. Dari kasus ini menunjukkan ada kasus yang
terselubung dan tidak murni dalam pembunuhan Ali oleh Ibnu Muljam.

Bentuk keunikan lain, mereka adalah kelompok yang mudah dibodohi. Maka, untuk menghadapi
mereka diperlukan cara khusus. Hal ini pernah terjadi pada Amru bin Ubaid, salah seorang tokoh
Mu’tazilah. Suatu saat ia lewat perkampungan Khawarij dengan ternan‑temannya dan dihadang oleh
mereka seraya berkata, “Mana kawan‑kawan Anda, tadi kelihatan banyak?” Jawab Arnru dengan
menyitir ayat 6 surat At‑Taubah, “Kami orang yang musyrik yang meminta perlindungan agar dapat
mendengar firman Allah.” “Boleh, kami melindungi Anda sekalian. Pergilah, Anda mendapat
perlindungan.” Tapi Amru merasa belum aman karena perkampungan Khawarij masih panjang,
maka dia berkata, “Tidak begitu. Antarkanlah ia ke tempat yang aman.” Maka orang‑orang Khawarij
tadi mengantarkannya. Peristiwa ini menunjukkan pemikiran orang-orang Khawarij yang sangat
sederhana yang mengakibatkan mudah diperdaya dengan logika yang sangat sederhana. Sehingga
untuk menghadapi mereka, dibutuhkan cara yang tepat dan tidak perlu logika yang berat‑berat.

Cara yang ketiga, memeranginya jika dianggap perlu. Hal ini terbukti ampuh dan juga pernah
dilakukan Ali r.a. Pada masa Daulah Abbasiyah kekuatan mereka secara politis sudah bisa
dilumpuhkan, kalaupun masih ada hanya bekas‑bekas atau pengaruh pemikiran mereka dan dalam
bentuk nilai seperti menyesatkan dan menganggap kafir orang muslim.

3. Mensyukuri pemahaman yang benar ( ‫ﻔﻟاﺤﺼ ﻟا‬


‫ﻰ ﻠﻋﻢﮭﺢ ﯿ‬ ‫ﺮ ﻜﺸ )ﻟا‬

Kalau kita melihat betapa orang yang ibadahnya sangat rajin, pandai bahasa Arab, masih bisa salah
dalam memahami Islam bahkan dicap oleh Rasul sebagai anjingnya ahli neraka, ini menunjukkan
betapa besarnya nikmat pemahaman yang benar yang diberikan Allah pada kita.

Salah seorang ulama salaf berkata:

‫ﻦعﻣﺪ ﺒﻟا‬ ‫ﺐ ﯿﻨﺠ ﺘﻟاو أ‬


‫ﻔﻟﺎﺑأ ﯿﺤﺼ ﻟا‬
‫ﯾﺂﺑ ﺪﺣﻦإ ﯿﺘﻤﻌ ﻨﻟا ﺮﻜﺷ أﻢﮭ ﺢ‬
‫ي رﻻد أ ﺔ ى‬

7 of 8 15/12/2008 15:52
» Print Khawarij dan Sifat-sifatnya | dakwatuna.com http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/print/

“Saya tidak tahu bagaimana saya harus bersyukur dengan nikmat memahami Islam dengan benar
atau mampu menjauhi dari bid’ah.”

Tokoh-tokoh Khawarij

1. Abdullah ibn Wahhab Al-Rasyibi pemimpin sekte Al-Muhakkimat. Beliau adalah tokoh
utama dari 12.000 orang yang keluar dari barisan Ali r.a. dan menjadikan Haruriah sebagai
basis pergerakan. Di desa itu, Abdullah bersama kroninya mendirikan “khilafah baru” dengan
pemimpinnya Abdulllah sendiri.
2. Nafi’ ibn al-Azraq merupakan salah seorang pengikut sekte Muhakkimah yang tersisa dalam
peprangan di Nahrawan. Bersama kroni-kroninya, ia kembali menyebarkan paham khawarij
dengan berganti baju Al-Azariqah
3. Najdah ibn Amir al-Hanafi, pemimpin sekte al-Najd, merupakan koalisi dari beberapa tokoh
Khawarij –seperti Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil, Atiah Al-Hanafi, dan Najdah sendiri– akibat
kekecewaan terhadap kepemimpinan Nafi’ Al-Azraq.

Ide-ide Pemikiran aliran Khawarij

1. Menganggap kafir orang-orang yang berseberangan dengan mereka, terutama yang terlibat
dalam Perang Shiffin. Karenanya, tidak ada istilah damai untuk penentang Khawarij,
mengingat yang dimaksud ishlah dalam QS. Al-Hujurat: 9 adalah sesama orang Islam, tidak
dengan orang kafir.
2. Orang Islam yang berbuat dosa besar, seperti berzina dan pembunuh adalah kafir dan
selamanya masuk neraka.
3. Hak khilafah tidak harus dari kerabat nabi atau suku Quraisy khususnya, dan orang Arab
umumnya. Seorang khalifah harus dipilih oleh kaum Muslimin melalui pemilihan yang bebas.
Khalifah yang taat kepada Tuhan wajib ditaati. Sebaliknya, khalifah yang mengingkari Tuhan
dan umat yang durhaka kepada khilafah yang wajib ditaati, boleh diperangi dan dibunuh.
4. Orang musyrik adalah yang melakukan dosa besar, tidak sepaham dengan mereka, atau
orang yang sepaham tetapi tidak ikut hijrah dan berperang bersama mereka. Orang musyrik
itu halal darahnya. Nasib mereka bersama anak-anaknya akan kekal di neraka.
5. Mereka menganggap bahwa hanya daerahnya yang disebut dar al-Islam, dan daerah orang
yang melawan mereka adalah dar al-harb. Karenanya, orang yang tinggal dalam wilayah dar
al-harb, baik anak-anak maupun wanita, boleh dibunuh.
6. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua, yakni mengetahui Allah dan rasul-Nya.
Selain dua hal itu tidak wajib diketahui.
7. Melakukan taqiyyah (menyembungikan keyakinan demi keselamatan diri), baik secara lisan
maupun perbuatan adalah dibolehkan bila keselamatan diri mereka terancam.
8. Dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus akan berubah menjadi dosa besar dan
pelakunya menjadi musyrik.
9. Imam dan khilafah bukanlah suatu keniscayaan. Tanpa imam dan khilafah, kaum muslimin
bisa hidup dalam kebenaran dengan cara saling menasihati dalam hal kebenaran.

Kemunculan gerakan Khawarij sangat kental dengan nuansa politiknya. Persoalan teologi hanya
dijadikan komoditi politik untuk melegitimasi gerakan mereka. Allahu a’lam

Article printed from dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com

URL to article: http://www.dakwatuna.com/2008/khawarij-dan-sifat-sifatnya/

URLs in this post:


[1] Image: http://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2008/10/al-quran1.jpg

dakwatuna.com - Right to copy - Berdiri sejak Jan 2007


Tidak dilarang untuk mengcopy dan menyebarkan artikel-artikel pada situs ini dengan menyebutkan URL sumbernya, serta bukan untuk
tujuan komersial

8 of 8 15/12/2008 15:52

Vous aimerez peut-être aussi