Vous êtes sur la page 1sur 14

Asas Hardy-Weinberg

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Asas Hardy-Weinberg untuk dua alel: sumbu horizontal menunjukkan frekuensi alel p dan q, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan frekuensi genotipe. Tiap-tiap kurva menampilkan satu dari tiga genotipe yang memungkinkan. Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik. Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan seleksi terhadap sifat-sifat tertentu. Contoh paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus tunggal beralel ganda: alel yang dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a. Kedua frekuensi alel tersebut ditandai p dan q secara berurutan; freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1. Apabila populasi berada dalam kesetimbangan, maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam populasi, freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot. Konsep ini juga dikenal dalam berbagai nama: Kesetimbangan Hardy-Weinberg, Teorema Hardy-Weinberg, ataupun Hukum Hardy-Weinberg. Asas ini dinamakan dari G. H. Hardy dan Wilhelm Weinberg.

[sunting] Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg


Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama Perkawinan terjadi secara acak Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar. Tidak terjadi migrasi Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar

Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan konstan dan evolusi pun tidak akan terjadi. Tetapi dalam kehidupan, syaratsyarat tersebut tidak mungkin terpenuhi sehingga evolusi dapat terjadi. http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Hardy-Weinberg 1

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel
Andri Rizki Aminulloh 13506033
Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Insitut Teknologi Bandung Email: if16033@students.if.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas aplikasi beberapa teori kombinatorial dan peluang diskrit untuk menyelesaikan beberapa masalah di dalam Hukum Pewarisan Sifat Mendel. Adapun teori-teori kombinatorial yang digunakan adalah kaidah dasar menghitung, kombinasi, peluang diskrit dan pohon. Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: 1. Hukum segregasi secara bebas (Ing. independent segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep mengenai alel. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua betina. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif, yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk. 2. Hukum berpasangan secara bebas (Ing. independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Hukum ini menjelaskan bahwa pola penurunan suatu sifat tidak mempengaruhi pola penurunan sifat yang lain. Dalam Hukum Pewarisan Mendel ternyata ditemukan beberapa masalah yang berhubungan dengan cara pengaturan yang dapat diselesaikan dengan kombinatorial. Diantaranya adalah mencari jumlah gamet, dan sebagainya. Kata Kunci : genotip, fenotip, dominan, resesif, 1. Pendahuluan Kombinatorial adalah cabang matematika yang mempelajari pengaturan objek-objek. Solusi yang dapat diperoleh dengan kombinatorial adalah jumlah cara pengaturan objek-objek tertentu di dalam himpunannya. Teori kombinatorial yang banyak digunakan dalam makalah ini adalah kaidah perkalian dan kombinasi bentuk umum. Di dalam kombinatorial, kita harus menghitung semua kemungkinan pengaturan objek. Bila percobaan 1 mempunyai p hasil percobaan yang mungkin terjadi, percobaan 2 menghasilkan q percobaan, maka jika keduanya dilakukan bersamaan, percobaan tersebut

menghasilkan pxq kemungkinan. Ini disebut juga dengan kaidah perkalian. Kombinasi adalah jumlah pemilihan tidak urut dari sebuah himpunan elemen. Kombinasi entuk umum biasanya dituliskan dengan notasi C(n,m), dimana n adalah jumalah pemilihan dan m adalah jumlah elemen.

!( )! ! (,) mnm n Cnm


Antara Kombinatorial dan teori peluang sebenarnya terkait erat. Teori peluang banyak menggunakan konsep-konsep kombinatorial. Kombinatorial didasarkan pada percobaan. Himpunan hasil

2
percobaan tersebut dinamakan ruang contoh dan hasil percobaan di dalam himpunan tersebut dinamakan titik contoh. Peluang terjadinya sebuah titik contoh dalam sebuah ruang contoh dinamakan peluang diskrit. Dalam Hukum Pewarisan Mendel ternyata ditemukan beberapa masalah yang berhubungan dengan cara pengaturan yang dapat diselesaikan dengan kombinatorial dan teori peluang. 2. Hukum Pewarisan Mendel
Gambar 1 Percobaan Mendel

Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: 1. Hukum segregasi secara bebas (Ing. independent segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok: Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep mengenai alel. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua betina. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Alel resesif, yang tidak terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk. 2. Hukum berpasangan secara bebas (Ing. independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Hukum ini menjelaskan bahwa pola penurunan suatu sifat tidak mempengaruhi pola penurunan sifat yang lain.
Gambar 2 Hukum Pewarisan Mendel

Gen adalah unit terkecil bahan-bahan sifat menurun yang terletak berderet teratur pada kromosom. Lokasi

gen pada kromosom disebut lokus. Tiap lokus meemuat satu gen. Tiap-tiap gen mengandung satuan informasi genetik dan mengatur sifat menurun tertentu. Gen dapat berduplikasi pada saat terjadi pembelahan sel artinya dapat membentuk gen yang serupa sedemikian sehingga dapat menyampaikan informasi genetik pada keturunannya. Gen selalu berpasangan. Anggota dari sepasang gen yang terletak pada lokus yang bersesuaian dari kromosom homolognya (kromosom pasangannya) disebut alel. Pada beberapa sifat dapat ditemukan gen dengan alel lebih dari satu. Contohnya golongan darah. Misalkan gen untuk golongan darah adalah I, maka untuk system golongan darah ABO dapat dituliskan sebagai berikut. Seri Alel: IA , IB , IO Golongan Darah A: IA IO / IA IA Golongan Darah B: IB IO / IB IB Golongan Darah AB: IA IB Golongan Darah O: IO IO Dalam Hukum Pewarisan Mendel terdapat beberapa istilah yang perlu untuk diketauhui. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut: Parental : Induk dari sebuah keturunan, baik jantan maupun betina Fillal : Keturunan dari induk, biasanya dilambangkan F yang diikuti dengan angka berdasarkan tingkat keturunannya.(contoh: F1 untuk fillal pertama, F2 untuk fillal kedua,
Gen A terletak pada lokus yang bersesuaian dengan gen a, maka gen A adalah alel gen a. Kromosom homolog gen lokus

Gambar 3 Gen Pada Kromosom

3
yang merupakan fillal pertama dari F1, dan seterusnya) Hibrid : Hasil perkawinan antara 2 individu dengan perbedaan sifat dari masing-masing individu Fenotip : suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Genotip: istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi.. Dibagi menjadi 2: 1. Genotip Homozigot: pasangan gen sama. Contoh: AA, aa, AAaa,AAbb 2. Genotip Heterozigot. Contoh: Aa, Bb, AaBB, AABbccDd Sifat gen 1. Dominan : sifat gen yang tidak dapat dipengaruhi oleh gen lain, dalam hokum pewarisan Mendel biasanya dilambangkan dengan huruf kapital. 2. Resesif sifat gen yang dipengaruhi oleh gen lain. Fenotipe dari gen ini

hanya akan muncul jika tidak ad gen dominant 3. Intermedier : Sifat dimana jika suatu individu memiliki gen dominan dan gen resesif yang mempangurhi suatu sifat secara bersamaan, maka menghasilkan suatu fenotipe yang lain. Untuk lebih jelasnya tentang sifat gen ini mari kita lihat contoh berikut ini. Misalnya warna bunga pada sebuah tanaman dipengaruhi oleh gen M dan m. Gen M mewakili warna merah dan gen m mewakili warna putih. Gen M bersifat dominan. Maka, jika terdapat minimal satu gen M, fenotipe yang akan muncul adalah merah. Sebaliknya jika tidak ada satupun gen M yang berarti semua gen yang dimiliki tanaman ini adalah m maka fenotipe yang muncul adalah putih. Gamet : Dalam ilmu biologi biasa disebut juga dengan istilah sel kelamin. Gamet adalah hasil pembelahan sel pada sebuah individu yang nantinya akan melebur dengan gamet lain yang berasal dari individu yang berjenis kelamin berbeda dan membentuk individu baru. Secera genetika gamet memiliki separuh kromosom induknya. Kromosom- kromosom yang terdapat pada gamet adalah kromosom yang terpisah dari pasangannya, sehingga setiap sifat pada individu tersebut akan diwakili oleh sebuah gen (bukan berpasangan seperti pada individu).Contoh : Misalkan gamet seekor tikus memiliki gen Ab dimana induknya memiliki gen Aa untuk warna bulunya dan gen bb untuk panjang ekornya. 3. Aplikasi Kombinatorial 3.1 Mencari Jumlah Kemungkinan Gamet Untuk menghasilkan sebuah keturunan sebuah individu harus menghasilkan sebuah gamet yang nantinya akan melebur dengan gamet dari lawan jenisnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa gen yang terdapat dalam sebuah gamet bergantung pada gen yang dimiliki induknya, Jika gen induknya hanya terdiri dari satu jenis maka kemungkinan jenis gamet yang terbentuk hanya satu. Sebaliknya jika gen induknya terdiri dari berbagai jenis, maka kemungkinan jenis gametnya pun lebih banyak. Kita dapat lihat kembali contoh sebelumnya. Pada contoh tersebut seekor tikus memiliki gen Aabb. Untuk warna bulunya tikus tersebut meiliki 2 jenis gen dan 1 jenis gen untuk panjang ekornya sehingga terdapat 2 kemungkinan gamet yang terbentuk seperti terlihat pada gambar 2. Sekarang mari kita misalkan seekor tikus lain memiliki gen AaBb. Untuk kedua sifatnya tikus yang satu ini memiliki masing-masing 2 jenis gen. Maka, kemungkinan jenis gamet yang dapt terbentuk adalah AB, Ab, aB, ab (4 buah). Kita dapat menghitung jumlah kemungkinannya dengan menuliskan semua kemungkinannya, tetapi akan menjadi masalah ketika kita akan menentukan jumlah

kemungkinan dengan banyak sifat. Dalam masalah ini kita dapat menggunakan kaidah perkalian untuk menemukan solusinya. Untuk contoh yang terakhir dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut

Aa BbBb Sifat 1 Sifat 2


Gambar 5 Diagram Gamet

Induk Aabb Gamet Ab atau ab


Gambar 4 Gamet

4
Karena pada setiap gamet pasti terdapat satu alel dari setiap pasangan gen, maka jumlah gamet tergantung pada jumlah pasangan gen heterozigot. Untuk contoh diatas dapat kita tuliskan seperti dibawah ini: Menurut kaidah perkalian jumlah gamet yang dapat terbentuk = 2 x 2 = 4 = 22 Untuk kasus lain misalkan terdapat suatu sifat dengan gen trihibrid(memiliki 3 pasangan gen yang berbeda) AABbCc, maka perhitungannya menjadi seperti berikut: Maka jumlah gamet yang dapat terbentuk = 1 x 2 x 2 = 4 =22 Dari kedua contoh tersebut dapat kita asumsikan bahwa untuk menghitung jumlah kombinasi gamet kita dapat tentukan sebuah rumus yaitu 2 n , dimana n adalah jumlah pasangan gen heterozigot. Mencari jumlah kemungkinan gamet berguna untuk menghitung jumlah kemungkinan kombinasi yang dapat dibentuk dari perkawinan gamet. 3.2 Mencari Jumlah Kombinasi Hasil Perkawinan Hasil perkawinan 2 buah gamet akan mengahasilkan sebuah kombinasi gen. Kombinasi gen yang terbentuk bergantung kepada gamet-gamet pembentuknya. Oleh karena itu jumlah kombinasi hasil perkawinan yang dapat terbentuk bergantung pada jumlah gamet yang dapat terbentuk dari masing-masing induknya. Misalkan tikus Aabb diatas kawin dengan tikus AaBB maka harus ada salah satu dari sekian kemungkinan gamet dari masing-masing individu. Setelah melebur maka kedua gamet tersebut akan membentuk seekor tikus dengan gen hasil kombinasi 2 gamet. Jika kita lihat kembali kemungkinan-kemungkinan gamet yang dapat terbentuk dari masing-masing tikus, maka dapt kita tuliskan kemungkinan kombinasinya seperti berikut: AABb, AaBb, AaBb, aaBb. Kita dapat lihat bahwa terdapat beberapa hasil kombinasi yang sama yang dihasilkan dari perkawinan yang berbeda. Jika perkawinan ini digambarkan dengan diagram, maka akan menjadi seperti berikut Berdasarkan kaidah perkalian kemungkinankemungkinan di atas dapat kita tuliskan seperti di bawah ini Maka jumlah kemungkinan kombinasi perkawinan dua buah gamet tersebut = 2 x 2 = 4. Dari contoh diatas dapat kita asumsikan bahwa untuk mencari jumlah kemungkinan kombinasi perkawinan gamet dapat digunakan rumus kombinasi = gamet induk 1 x gamet induk 2.

3.3 Mencari Rasio Fenotipe Dari sebuah perkawian dua buah gamet dapat terbentuk berbagai macam genotipe yang akan memuncuklakn beberapa fenotipe. Beberepa genotipe dapta memunculkan sebuah fenotipe yang sama. Jumlah fenotipe yang dapat terbentuk bergantung pada genotipe induk. Jika salah satu induk memiliki genotip heterozigot untuk satu sifat, maka hasil perkawinannya akan menghasilkan 2 kemungkinan fenotip. Sedangkan jika semua genotip nya homozigot maka hanya ada satu kemungkinan kfenotip keturunan. Kemudian sesuai kaidah perkalian, jika terdapat n sifat maka berlaku 2n kemungkinan untuk heterozigot. Msalah selanjutnya adalah menentukan banyaknya genotip yang mewakili sebuah fenotipe. Perbandingan jumlah kombinasi genotipe untuk masing-masing fenotipe disebut rasio fenotipe. Untuk menunjukkan cara mencari asio fenotipe kita ambil satu contoh. Misalkan sebuah tanaman merah tinggi (MmTt) dengan gen M dominan mewakili Merah dan T dominan mewakili tinggi dikawinkan dengan tanaman merah pendek (Mmtt). Pertama-tama kita cari dulu jumlah kombinasinya sesuai dengan cara di subbab 3.2. Jika dihitung dengan benar maka akan diapatkan 8 kombinasi.
Ab ab AB aB AB aB Gamet 1 Gamet 2 Gambar 3 Diagram perkawinan

Ab/ab 2 AB/aB 2
Kemungkinan Kemungkinan Gamet 2

A
1 B/b 2 C/c 2
Sifat 1 Sifat 2 Sifat 3

A/a 2 B/b 2
Kemungkinan Kemungkinan Sifat 1 Sifat 2 Kemungkinan Kemungkinan Gamet 1

5
Kemudian kita cari jumlah fenotipenya. Dari atas kita dapat lihat bahwa terdapat 2 sifat dengan gen dominan maka jumlah fenotipe = 4. Setelah itu kita cari jumlah genotipe untuk masingmasing fenotipe. Untuk fenotipe pertam kita ambil fenotipe dengan gen M dan T. Kita dapat mencari banyaknya cara mendapatkan keturunan dengan genotipe M dengan kombinasi. Ada 3 kemungkinan untuk mendapatkan fenotipe merah(C(3,1)).

Kemudian cari banyaknya cara mendapatkan fenotipe tinggi, karena T besar hanya terdapat pada induk 2 maka banyak cara hanya 1. Kemudian sesuai kaidah perkalian keduanya kita kalikan sehingga kita dapatkan rasio untuk fenotipe merah tinggi adalah 3 x 1 = 3 Cara yang sama dapat dilakukan untuk fenotipr yang lain sedemikian sehingga pada akhirnya akan kita daptkan rasio 3:3:1:1. 3.4 Mencari Peluang Munculnya Fenotipe yang Diinginkan Salah satu kegunaan dari Hukum Pewarisan Mendel adalah kita dapat menentukan kemungkinan keturunan yang kita inginkan. Hal ini sangat membantu para peneliti pertanian yang ingin menghasilkan tanaman dengan sifat-sifat unggul. Dengan kombinatorial kita dapat menghitung dengan mudah jumlah kemungkinan munculnya keturunan yang diinginkan. Kita ambil contoh seorang ilmuwan menginginkan sebuah tanaman berbuah lebat dan manis dari perkawinan tanaman bergenotipe MmBb dan MMBb. Misalkan gen yang mempengaruhi tanaman tersebut berbuah lebat adalah gen resesif b dan gen yang mempengaruhi kemanisan buah tersebut adalah gen dominan M. Jika kita andaikan tiap lokus gen adalah sebuah kotak maka masing-masing kotak dapat diisi 2 buah M(masing-masing satu dari kedua induk), 1 buah m dari induk 1, 2 buah B, dan 2 buah b. Untuk mendapatkan sifat lebat maka kita perlukan sepasang gen b. Oleh karena itu hanya ada satu cara agar 2 kotak terisi gen b(C(2,2)). Untuk mendapatkan sifat manis hanya dibutuhkan 1 gen M. Maka banyaknya kemungkinan dapat kita hitung menggunakan teori kombinasi. Dalam contoh ini kita dapat memilih satu dari 2 gen M, maka banyaknya cara agar muncul minimal 1 gen M adalah C(2,1). Maka sesuai dengan teori peluang, peluang munculnya hasil perkawinan yang berbuah lebat dan manis = 1 x C(2,1)/8. * adalah jumlah kemungkinan kombinasi. Perhitungan dengan cara ini akan sangat membantu ketika kita dihadapkan pada sifat poligen. Sifat poligen adalah sifat yang dipengaruhi oleh lebih dari satu pasang gen. Warna mata pada manusia adalah salah satu sifat poligen. Warna mata dipengaruhi oleh 4 pasang gen dan memiliki 9 fenotipe. Fenotipe-fenotipe tersebut dipengaruhi oleh banyaknya gen dominan pada poligen tersebut.
Tabel 1 Warna Mata Pada Manusia

Warna gen Dominan Coklat Tua 8 Coklat Medium 7 Coklat Muda 6 Merah 5 Hijau 4 Abu-abu 3 Biru Tua 2 Biru Medium 1 Biru Muda 0 Mari kita ambil contoh untuk kasus poligen. Misalkan seorang pria bermata hijau menikah dengan wanita yang juga bermata hijau. Pasangan ini ingin

mengetahui kemungkinan anak mereka bermata abuabu. Untuk mendapatkan anak yang bermata abu-abu, maka anak tersebut harus memiliki tiga gen dominan. Dari kedua orang tua yang bermata hijau kita memiliki 8 gen dominan, 4 dari ayahnya dan 4 dari ibunya. Dari delapan gen dominan ini hanya dibutuhkan 3 gen dominan maka ada C(8,3) cara untuk memilih gen dominan sedemikian sehingga kemungkinan anak mereka bermata abu-abu = C(8,3) / 16 x 16 = 56/256. 4. Kesimpulan Beberapa teori dalam matematika diskrit dapat diaplikasikan pada ilmu lain selain ilmu informatika dan salah satunya adlah genetika. Teori-teori tersebut antara lain kombinatorial yang dapat digunakan dalam memecahkan beberapa masalah dalam Hukum Pewarisan Sifat Mendel seperti mencari jumlah gamet, mencari rasio fenotip dan sebagainya. Selain kombinatorial, teori matematika diskrit lainnya yang dpat diaplikasikan dalam ilmu genetika adalah teori peluang diskrit yang dapat digunakan untuk
Merah Tinggi Merah pendek Putih pendek Putih tinggi

3311

6
mencari kemungkinan munculnya keturunan dengan sifat tertentu. 5. Daftar Referensi [1] Wikipedia (2007).Gregor Mendel. http://en.wikipedia.org/wiki/Gregor_Mendel. Tanggal akses: 26 Desember 2007 pukul 11:00. [2] Wikipedia (2007). Mendels Laws. http://en.wikipedia.org/wiki/Mendelian_Inher itance. Tanggal akses: 26 Desember pukul 11:00. [3] Munir, Rinaldi. (2004). Diktat Kuliah IF2151 Matematika Diskrit Edisi Keempat. Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung. [4] Drs. Slamet Prawirohartono,Drs. Ono Herdiana. Prof.Dr. Suhargono (1995). SAINS Biologi. Bumi Aksara.

http://www.informatika.org/~rinaldi/Matdis/2007-2008/Makalah/MakalahIF2153-0708043.pdf Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Mainkan Mitosis - Shockwave Flash

Mitosis in real time

Mitosis in Action!

Cell Division explained in "Thread of Life" Mitosis adalah proses pembahagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel. Proses ini menghasilkan dua sel anak yang identik, yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang nyaris sama. Mitosis dan sitokenesis merupakan fasa mitosis (fase M) pada siklus sel, di mana sel awal terbagi menjadi dua sel anakan yang memiliki genetik yang sama dengan sel awal. Mitosis terjadi hanya pada sel eukariot. Pada organisme multisel, sel somatik mengalami mitosis, sedangkan sel kelamin (yang akan menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui proses yang berbeda yang disebut meiosis. Sel prokariot yang tidak memiliki nukleus menjalani pembelahan yang disebut pembelahan biner. Karena sitokinesis umumnya terjadi setelah mitosis, istilah "mitosis" sering digunakan untuk menyatakan "fase mitosis". Perlu diketahui bahwa banyak sel yang melakukan mitosis dan sitokinesis secara terpisah, membentuk sel tunggal dengan beberapa inti. Hal ini dilakukan misalnya oleh fungi dan slime moulds. Pada hewan, sitokinesis dan mitosis juga dapat terjadi terpisah, misalnya pada tahap tertentu pada perkembangan embrio lalat buah.

[sunting] Garis besar

Hasil utama dari mitosis adalah pembagian genom sel awal kepada dua sel anakan. Genom terdiri dari sejumlah kromosom, yaitu kompleks DNA yang berpilin rapat yang mengandung informasi genetik vital untuk menjalankan fungsi sel secara benar. Karena tiap sel anakan harus identik secara genetik dengan sel awal, sel awal harus menggandakan tiap kromosom sebelum melakukan mitosis. Proses penggandaan terjadi pada pertengaha intefase, yaitu fase sebelum fase mitosis pada siklus sel. Setelah penggandaan, tiap kromosom memiliki kopi identik yang disebut sister chromatid, yang berlekatan pada daerah kromosom yang disebut sentromer. Sister chromatid itu sendiri tidak dianggap sebagai kromosom. http://id.wikipedia.org/wiki/Mitosis
Diposkan oleh Anisa Kapty di 06:25

Pertumbuhan adalah meningkatnuya jumlah kuantitas massa sel dengan cara terbentuknya sel-sel baru. Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari kemampuan sel dalam membentuk protoplasma baru dari nutrient yang tersedia dilingkungan. Pada bakteri, pertumbuhan secara aseksual disebut dengan pembelahan biner. Pembelahan biner berlangsung dengan interval yang teratur dengan penambahan atau kelipatan secara eksponensial. Pada setiap pertumbuhan bakteri dalam suatu medium terdapat fase-fase atau tahapan pertumbuhan, tahapan tersebut antara lain fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. 1. Fase lag adalah kondisi dimana bakteri baru saja di inokulasikan atau dibiakan dalam medium. Pada fase ini bakteri belum melakukan pembelahan, tetapi terjadi peningkatan massa volume, sintesis enzim, protein, RNA dan peningkatan aktifitas metabolik. Pada fase tersebut bakteri lebih banyak melakukan adaptasi dengan lingkungan. 2. Fase eksponensial adalah fase dimana bakteri melakukan pembelahan secara biner dengan jumlah kelipatan (eksponensial). Pada fase ini, terjadi lonjakan peningkatan jumlah biomassa sel, sehingga bisa diketahui seberapa besar terjadi pertumbuhan secara optimal dan tingkatan produktifitas biomassa sel. 3. Fase stasioner adalah fase dimana bakteri sudah tidak melakukan pembelahan lagi. Ada 3 penyebab utama yang menyebabkan fase tersebut, yaitu : 1. ketidaktersediaan nutrient, 2. penumpukan metabolit penghambat dan produk akhir, 3. kekurangan ruang gerak. Pada fase stasioner juga disebut lack of biological space. 4. Fase kematian adalah fase dimana akan terjadi pengurangan jumlah sel bakteri yang hidup. Pembelahan bakteri dapat ditentukan dalam hitungan waktu. Pembelahan (waktu) bakteri tergantung pada :

1. jenis dan strain bakteri 2. faktor lingkungan, a. nutrient b. pH c. temperature d. kelembaban Ada beberapa contoh bakteri yang membelah dengan satuan waktu, misalnya : a. E. coli 17 menit. b. Staphylococcus aureus 27-30 menit c. Treponema pallidum 1980 menit. Dengan demikian pertumbuhan bakteri berdasarkan waktu bisa diperkirankan. Fase-fase pembelahan biner adalah sebagai berikut : 1. kromosom melekat pada membran sel dan terjadi penggandaan kromosom 2. membran, dan dinding sel memanjang. Bakteri menjadi dua kali ukuran semula 3. munculnya sekat diikuti oleh pertumbuhan dinding sel yang melintang 4. tahap terakhir terbentuk dua sel baru yang identik http://kapty.blogspot.com/2010/05/pembelahan-biner-bakteri.html Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri pembelahan secara meiosis adalah:

Terjadi di sel kelamin Jumlah sel anaknya 4 Jumlah kromosen 1/2 induknya Pembelahan terjadi 2 kali

Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II) Pada proses Meiosis I. pada tahap Pofase I DNA dikemas dalam kromosom.Pada akhir profare I terbentuk kromosom homolog yang berpasangan membentuk tetrad. Tahap Profase I dibagi menjadi 5 subfase, yaitu: -Leptonema : Benang-benag kromay\tin memendek dan menebal ,serta mudah menyerap zat warna dan membentuk kromosom mengalami KONDENSASI. -Zigonema : Sentromer membelah menjadi dua dan bergerak kearah kutub yang berlawanan,sementara itu kromosom homolog saling berpasangan ( SINOPSIS). -Pakinema : Terjadi duplikasi kromosom. -Diplonema : Kromosom homolog saling menjauhi, erjadi perlekatan berbentuk X yang disebut KIASMA dan merupakan tempat terjadinya Crossing Over. -Diakenesis : Terbentuk benang-benang spindel, dua sentriol sampai pada kutub yang berlawanan, membran inti dan nukleus menghilang. TAHAP Metafase I : Pasangan kromosom homolog berderet di daerah ekuator. Sentromer menuju kutub dan mengeluarkan benang2 spindel. TAHAP Anafase I : Kromosom homolog berpisah dan bergerak ke kutub yang berlawanan. Benang spindel dan seluruh isi sel memanjang ke arah kutub.

Pada manusia dan hewan, meiosis terjadi di dalam gonad dan menghasilkan sel gamet seperti spermatosit atau sel telur. Pada tumbuhan, meiosis terjadi pada anthers dan ovaries dan menghasiklan meiospor yang perlahan terdiferensiasi menjadi sel gamet juga.[1]

[sunting] Rujukan
http://id.wikipedia.org/wiki/Meiosis Kita mengenal tiga jenis reproduski sel, yaitu Amitosis, Mitosis dan Meiosis (pembelahan reduksi). Amitosis adalah reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada sel-sel yang bersifat prokariotik, misalnya pada bakteri, ganggang biru. MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada tahap interfase inti sel melakukan sintesis bahan-bahan inti. Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada mitosis adalah sebagai berikut: 1. Profase : pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom dan kromosom mulai berduplikasi menjadi kromatid. 2. Metafase: pada tahap ini kromosom/kromatid berjejer teratur dibidang pembelahan (bidang equator) sehingga pada tahap inilah kromosom /kromatid mudah diamati dan dipelajari. 3. Anafase: pada fase ini kromatid akan tertarik oleh benang gelendong menuju ke kutubkutub pembelahan sel. 4. Telofase: pada tahap ini terjadi peristiwa KARIOKINESIS (pembagian inti menjadi dua bagian) dan SITOKINESIS (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Meiosis (Pembelahan Reduksi) adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap pembelahan seperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan (reduksi) jumlah kromosom. Meiosis terbagi menjadi due tahap besar yaitu Meiosis I dan Meiosis II Baik meiosis I maupun meiosis II terbagi lagi menjadi tahap-tahap seperti pada mitosis. Secara lengkap pembagian tahap pada pembelahan reduksi adalah sebagai berikut : [[simple http://id.wikipedia.org/wiki/Reproduksi_sel

Vous aimerez peut-être aussi