Vous êtes sur la page 1sur 2

Usus Buntu (Appendix vermiformis) Berperan Sebagai Organ Imunologik

Usus buntu dalam bahasa latin disebut Appendix vermiformis, organ ini dan ditemukan beberapa pada

manusia, mamalia, burung,

jenis reptil.

Apendiks merupakan suatu organ berbentuk tabung, panjangnya sekitar 3-15cm dengan diameter 0,5-1cm dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal. Struktur apendiks mirip dengan usus mempunyai 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria dan serosa. Apendiks mungkin tidak terlihat karena adanya membran Jackson yang merupakan lapisan peritoneum yang menyebar dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup caecum dan apendiks. Apendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi minggu ke-8 yaitu bagian ujung dari protuberans sekum. Pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya kasus insiden apendisitis pada usia tersebut. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) di mana memiliki/berisi kelenjar limfoid. Walau belum ada kesepakatan mengenai kesimpulan bersama mengenai fungsi dan kegunaan apendiks diantara kalangan ahli, berikut beberapa pendapat para ahli: 1. Tidak Memiliki Fungsi Sama Sekali Teori inilah yang selama ini mengemuka di beberapa dekade terakhir, bahwa apendiks tidak memberikan manfaat apapun. Isu ini dilatarbelakangi oleh pendapat Charles Darwin yang menganalisa apendiks sebagai bentuk sisa dari proses evolusi. Darwin yang meyakini manusia awalnya adalah kera, berasumsi apendiks dulunya berguna dalam mencerna dedaunan dan tumbuhan sebagaimana yang didapati pada primata. Seiring dengan proses evolusi, kebiasaan pola makan manusia mulai lebih sedikit

mengonsumsi sayuran. Hal ini diduga membuat organ tersebut kian mengecil guna memberikan ruang untuk kompensasi perkembangan lambung. 2. Memiliki Manfaat untuk Imunitas Tubuh Loren G. Martin, seorang profesor fisiologi dari Oklahoma State University berpendapat bahwa memiliki dwifungsi pada manusia ketika manusia berupa janin di kandungan ibu serta ketika manusia berusia dewasa pula. Pada usia janin 11 minggu, apendiks mengambil peran penting dalam proses mekanisme kontrol biologis. Dimana apendiks mengambil kendali dalam proses ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan keimbangan yang dinamis secara konsisten. Dimana Martin dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa ditemukan sel endokrin pada janin yang berusia 11 minggu. Sementara pada tubuh manusia berusia dewasa, apendiks memiliki fungsi sebagai organ limfatik. Dalam penelitiannya pula Martin menemukan bahwa apendiks memiliki kandungan sel limfoid yang mengindikasikan kuatnya kemungkinan apendiks mengambil peran dalam mekanisme sistem imun manusia. 3. Kesehatan Pencernaan William Parker, Randy Bollinger, dan rekan-rekannya dari Duke University berpendapat bahwa fungsi apendiks adalah sebagai naungan yang aman untuk beberapa bakteri yang sifatnya baik dalam kesehatan pencernaan manusia. Ketika manusia dihadapi oleh kondisi infeksi seperti halnya disentri Amuba yang dapat menyebabkan kematian massal seluruh bakteri yang ada dalam organ pencernaan, usus buntu menjadi safe house bagi bakteri baik untuk bernaung sementara hingga menunggu pemulihan pasca situasi perang atau diare. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan seluruh tubuh. Jaringan lymphoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu setelah lahir. Jumlahnya meningkat selama masa pubertas, dan menetap saat dewasa dan kemudian berkurang mengikuti umur. Setelah usia 60 tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks komplit.

Vous aimerez peut-être aussi