Vous êtes sur la page 1sur 12

MAKALAH

MENINGKATNYA PELANGGARAN HAM KARENA TIDAK TUNTASNYA KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM DI MASA LALU

Kelompok : Muhammad Akmal (F14110113) Yoshua Andrino M. (G44110039) Fadhlan Rizal (G64110009) Trio Mukhwarsyah (G64110073) Fahmi Banafie (G64110094)

Pendidikan Pancasila (PP) Nama Dosen : Sedarnawati Yasni Tempat : RK. A1 Hari/Tanggal : Rabu, 7 Desember 2011

DIREKTORAT TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembiaran berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu menjadi petunjuk masih kuatnya impunitas aktor-aktor negara. Hal itu pula yang menjadi pemicu bagi pelanggaran HAM saat ini. Peneliti Setara, Ismail Hasani, mengatakan, berdasarkan wawancara 71 praktisi HAM, birokrasi dan akademisi, skor penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu ini meraih poin terendah dalam penentuan indeks kinerja penegakan HAM 2011. Ismail mengatakan, nyaris tidak ada terobosan dari pemerintah terkait penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu, seperti kasus Tanjung Priok, Semanggi I dan II, 13 orang hilang tahun 1998 dan lain-lain. Bahkan, untuk yang sudah jelas mendesak, yaitu pembentukan pengadilan HAM ad hoc juga tidak ditanggapi, katanya (Jakarta, Kompas 6 Desember 2011). Sulit dibayangkan bahwa negara yang kita sayangi ini ternyata menyimpan sejarah kelam. Hampir setiap tragedi HAM tidak diusut oleh pemerintah. Pentingnya pemunculan kembali kasus tersebut adalah untuk mencari titik terang dari kasus tersebut sekaligus untuk memberitahukan pada masyarakat bahwa pemerintah telah meningkatkan penegakan HAM di Indonesia. Namun, kasus-kasus tersebut seakan-akan dibiarkan dan tidak ditanggapi sedikitpun oleh pemerintah dan akhirnya menyebabkan meningkatnya kasus pelanggaran HAM. Bahkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) secara nasional setiap tahun yang dilaporkan sebanyak 5.000 sampai 6.000 kasus (H Tri, 2011). Untuk itulah kita harus membuka kembali kasus-kasus yang telah di kotak-eskan oleh pemerintah. Karena hal tersebutlah makalah ini berjudul Meningkatnya Pelanggaran HAM Karena Tidak Tuntasnya Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Masa Lalu.

1.2. Rumusan Masalah 1. Kasus-kasus HAM di masa lalu. 2. Penyebab meningkatnya jumlah kasus-kasus pelanggaran HAM. 3. Cara menurunkan jumlah kasus-kasus pelanggaran HAM. 1.3. Tujuan Memunculkan kembali kasus-kasus HAM berat yang telah di kotak-eskan oleh pemerintah agar dapat diungkap lagi kebenarannya dan menangkap serta mengadili pelakunya.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Masa Lalu Kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu pasti sangatlah banyak, namun beberapa kasus besar pelanggaran HAM yang belum terpecahkan, bahkan dibiarkan begitu saja seperti kasus Tanjung Priok, Semanggi I dan II dan 13 orang hilang tahun 1998. Berikut kasus-kasus tersebut. 2.1.1. Kasus Tanjung Priok Peristiwa tanjung priok adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada tanggal 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta yang mengakibatkan sejumlah korban tewas dan luka-luka serta sejumlah gedung rusak terbakar. Berikut kronologis peristiwa tersebut. Tanjung Priok, Sabtu, 8 September 1984 Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala as-Saadah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang. Tanjung Priok, Ahad, 9 September 1984 Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984) di Mushala as-Saadah menjadi pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaan kepada jamaah kaum muslimin. Tanjung Priok, Senin, 10 September 1984 Beberapa anggota jamaah Mushala as-Saadah berpapasan dengan salah seorang petugas Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat. Usul mereka supaya semua pihak minta penengahan ketua RW, diterima. Sementara usaha penegahan sedang.berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala as-Saadah.

Tanjung Priok, Selasa, 11 September 1984 Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata sia-sia. Tanjung Priok, Rabu, 12 September 1984 Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Saadah, terus berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang bukan mubalig dan memang tidak pernah mau naik mimbar. Akan tetapi, dengan latar belakang rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, Mari kita buktikan solidaritas islamiyah. Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela kebenaran meskipun kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus memprotesnya. Selanjutnya, Amir Biki berkata, Kita tidak boleh merusak apa pun! Kalau adayang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang dimaksud bukan dan jamaah kita). Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua: sebagian menuju Polres dan sebagian menuju Kodim. Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan. Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak, Mundur-mundur! Teriakan mundur-mundur itu disambut oleh jamaah dengan pekik, Allahu Akbar! Allahu Akbar! Saat itu militer mundur dua langkah, lalu memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada. Malahan ada anggota militer yang berteriak, Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak! Lebih sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka ditembak lagi sampai mati. Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap

dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh mobil truk tersebut. Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil truk besar terdengarjelas oleh para jamaah umat Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi jalan. Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militermiliter itu untuk mengambil mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan melempar karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni. Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya and di sisinya, sampai bersih. Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Amir Biki. Kira-kirajarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu jaraknya kira-kira 7 meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh tersungkur menjadi syahid. Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD). Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang dan mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain. Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi apabila PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar kepada

media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan seawal mungkin. Ini karena pada tanggal 11 September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan Kolonel Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan, disebabkan membakar motor petugas. Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di saat saya ditangkap tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12 September 1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel Jaya (Faridz Ally Muhammad Abduh Ibnu, 2010). Menurut laporan Komnas HAM tentang kasus ini telah terjadi beberapa pelanggaran HAM yaitu : 1. Pembunuhan kilat; 2. Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang; 3. Penyiksaan; dan 4. Penghilangan secara paksa.

2.1.2. Semanggi I dan II Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada11-13 November 1998,masa pemerintah transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh Jakarta serta menyebabkan 217 korban luka-luka. Pada tanggal 11 November 1998, mahasiswa dan masyarakat yang bergerak dari Jalan Salemba, bentrok dengan Pamswakarsa di kompleks Tugu Proklamasi (Ckinthana Marsha Rindu dkk, 2008). Pelanggaran HAM yang terjadi adalah 1. 2. Pembunuhan kilat dan Penyiksaan

2.1.3. 13 orang hilang tahun 1998 Kasus penculikan aktivis yang terjadi pada 1997-1998 tak pernah benar-benar selesai. Satu orang terbunuh, 11 orang disiksa, 12 orang dianiaya, 23 orang dihilangkan secara paksa, 19 orang dirampas kemerdekaan fisiknya secara sewenang-wenang, dan dari 23 orang yang dihilangkan paksa, 13 orang belum diketahui nasibnya (Natalia Maria, Margianto Heru. 2011).
Daftar 13 orang hilang
No 1 Nama Yani Afri (Rian) Keterangan Pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997 Pendukung PDI Megawati Pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 MegaBintang Pengusaha, aktivis PPP Sopir Deddy Hamdun Penyair aktivis JAKER/PRD Aktivis SMID/PRD Aktivis SMID/PRD Aktivis SMID/PRD Mahasiswa Perbanas Alumnus Sekolah Pelayaran Siswa SMU Waktu Hilang Hilang di Jakarta pada 26 April 1997 Hilang di Jakarta pada 26 April 1997 Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997 Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997 Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997 Hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998 Hilang di Solo pada 12 Februari 1998 Hilang di Jakarta, 12 Maret 1998 Hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998 Diculik saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta Hilang di Jakarta saat kerusuhan 14 Mei 1998 Hilang saat kerusuhan di Glodok, Jakarta, 15 Mei 1998 Hilang saat kerusuhan 14 Mei 1998, Jakarta

2 3

Sonny Deddy Hamdun

4 5 6 7 8 9 10 11 12

Noval Alkatiri Ismail Wiji Thukul Suyat Herman Hendrawan Petrus Bima Anugerah Ucok Munandar Siahaan Yadin Muhidin Hendra Hambali

13

Abdun Nasser

Kontraktor

Pelanggaran HAM yang terjadi adalah 1. Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang; 2. Penyiksaan; dan 3. Penghilangan secara paksa.

2.2. Penyebab meningkatnya kasus pelanggaran HAM Tidak dapat dipungkiri, bahwa pelanggaran HAM saat ini sudah sangat meresahkan. Setiap tahun telah dilaporkan 6000 kasus pelanggaran HAM. Bahkan dikatakan tetap meningkat. Berikut penyebab dari meningkatnya kasus pelanggaran HAM. 1. Tidak jelasnya penyelesaian kasus masa lalu. Kasus-kasus pelanggalan masa lalu tidak ada yang jelas kepastiannya. Bukan hanya seperti contoh diatas, tapi juga seperti kasus pembunuhan Munir, kasus-kasus kekerasan di Wamena dan Wasior dan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya yang terjadi sekitar tahun 1990-1998. Dimana banyaknya terjadi pelanggaran HAM pada masa tersebut. Karena ketidak jelasan penanganan kasuskasus tersebut akhirnya malah berdampak pada masa kini. Yaitu bertambahnya kasus-kasus pelanggaran HAM. 2. Presiden yang tidak berani. Presiden sebagai kepala negara, juga sebagai pemilik kekuasaan tertinggi karena dipilih oleh rakyat dengan suara mayoritas harus mampu atau berani mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu mengatasi kasus-kasus pelanggaran HAM. Namun, presiden saat ini bahkan tidak mampu lagi menjalankan kewajibannya sebagai kepala negara, bahkan mulai terikat dengan partai polotik, sehingga setiap keputusan tergantung partai politiknya. Sungguh ironis dibalik negara yang demokratis. 3. Undang-undang yang tak spesifik. Undang-undang yang tak spesifik itu contohnya adalah Apabila kita melihat ketentuan Pasal 7 dan Pasal 9 UU 26/2000, jelas bahwa yang diakui sebagai pelanggaran HAM yang berat hanyalah pelanggaran terhadap hak-hak sipil dan politik saja. Sedangkan pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya tidak dikategorikan sebagai pelanggaran HAM yang berat. Padahal apabila kita memperhatikan kebanyakan kasus-kasus pelanggaran terhadap hakhak sipil dan politik yang terjadi di Indonesia, biasanya dilatar

belakangi oleh pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, seperti perampasan tanah-tanah masyarakat adat yang berujung penembakan terhadap masyarakat sipil, atau pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahan transnasional yang berujung penangkapan dan penyiksaan terhadap masyarakat sipil.

2.3. Cara menurunkan jumlah kasus pelanggaran HAM Tidak dapat dipungkiri, kasus pelanggaran HAM akan terus meningkat selama penyebab meningkatnya kasus tersebut belum bisa diselesaikan. Cara untuk menyelesaikannya adalah 1. Menyelesaikan kasus pelanggaran HAM dimasa lalu Dengan menyelesaikan kasus-kasus tersebut, pemerintah dinilai telah meningkatkan penegakan HAM di Indonesia. Pemerintah akan mampu memberikan peringatan bagi siapapun yang melakukan pelanggaran HAM. Sehingga kasus pelanggaran HAM akan menurun. 2. Mencari presiden yang berani, bermoral, jujur dan bertanggung jawab. Saat ini sangat sulit mencari presiden yang berani, bermoral, jujur, apalagi bertanggung jawab. Jika seorang presiden mampu memiliki ciri-ciri tersebut. Maka, presiden akan mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang mendukung rakyat, juga mendukung penegakan HAM di Indonesia. Dengan begitu masyarakat akan berpikir bahwa presidennya prorakyat, serta akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pemerintah. Dengan presiden yang seperti itu, maka kasus-kasus pelanggaran HAM bisa diselesaikan. Tentu saja dengan sistem-sistem dan bawahan yang jujur dan bertanggung jawab juga. 3. Revisi Undang-undang yang tidak relevan. Undang-undang saat ini tidak mempermasalahkan kasus HAM yang bersifat berat. Sehingga hanya kasus pelanggaran berat saja yang disidangkan. Jika begitu, maka akan terus ada kasus-kasus baru setiap harinya. Jika Undang-undang yang tidak relevan tersebut direvisi, maka kasus-kasus pelanggaran HAM bisa diatasi.

10

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan dan Saran 3.1.1. Kesimpulan Sudah bisa dipastikan, bahwa, apabila kasus-kasus

pelanggaran HAM terdahulu tidak dapat diselesaikan maka, pemerintah tidak dapat lagi dipercaya dapat menegakkan HAM. Bahkan pemerintah dinilai tak bisa melindungi HAM. 3.1.2. Saran Sudah saatnya kita memperbaiki Undang-undang tentang HAM, mencari presiden yang bermoral, jujur dan bertanggung jawab, serta menyelesaikan semua kasus-kasus HAM terdahulu. Agar terciptanya pemerintahan menegakkan dan mengadili HAM. yang mampu melindungi,

11

DAFTAR PUSTAKA EDN. 2011. Pembiaran Masa Lalu Picu Pelanggaran Saat Ini. Kompas, 6 Desember 2011. H, Tri. 2011. Pelanggaran HAM "Sebanyak 6000 Kasus Terjadi Selama Setahun". Suara Karya Online. http://www.suarakarya-online. com/news.html?id=292444 (6 desember 2011). Faridz Ally Muhammad Abduh Ibnu. 2010. Kronologi Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984 Oleh Saksi Mata Ust. Abdul Qadir Djaelani. Ally Muhammad. http://27victory.wordpress.com/2010/04/15/kronologi-tra gedi-tanjung-priok-berdarah-1984-oleh-saksi-mata-ust-abdul-qadirdjaelani/ (6 Desember 2011). KBR68H. 2011. Jumlah Kasus Pelanggaran HAM Berpotensi Meningkat. KBR 68H Terpercaya, Menjangkau Nusantara. http://www.kbr68h.com/ berita/nasional/7934-jumlah-kasus-pelanggaran-ham-berpotensi-me ningkat (6 desember 2011). Natalia Maria, Margianto Heru. 2011. 13 Tahun Mencari 13 Orang Hilang. Kompas.com. http://27victory.wordpress.com/2010/04/15/kronologi-tra gedi-tanjung-priok-berdarah-1984-oleh-saksi-mata-ust-abdul-qadir-djae lani/ (6 Desember 2011).

12

Vous aimerez peut-être aussi