Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Didalam urin dapat didiagnosa
adanya gangguan fisiologi pada system perkemihan sehingga dilakukan
beberapa pemeriksaan pada urine .
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat yang sudah tidak dapat
di absorbsI kembali didalam tubuh. Misalnya ekskresi berupa veses,
keringat.
Ginjal adalah salah satu sistem perkemihan. Ginjal terletak di
bagian belakang abdomen atas, di belakang peritonium, di depan dua
kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus
lumborum dan psos mayor.
Sekresi adalah proses pengeluaran zat-zat dari kelenjar yang
masih dapat digunakan kembali, misalnya sekresi dari kelenjar air liur,
sekresi dari lambung.



B. Rumusan Masalah
1. Berapa nilai berat jenis , pH , warna , bau dan kristal urat dari
spesimen urine probandus
2. Apakah urine probandus terdapat glukosa dengan larutanbenedick
C. Maksud Praktikum
1. Menentukan berat jenis Urine
2. Melakukan pemeriksaan Fisika Urine
3. Melakukan pemeriksaan zat organic dalam Urine
D. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kepekatan urine dengan mengukur bobot jenisnya
2. Menentukan warna dan bau yang timbul dalam urin
3. Mengetahui derajat keasaman urin
4. Mengamati komponen-komponen yang terdapat dalam urin seperti
eritrosit, leukosit dan Kristal urat.
5. Memeriksa secara kualitatif adanya glukosa dalam urine.
E. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
adanya gangguan fisiologi dan mendiagnosa penyakit ginjal dan infeksi
pada saluran kemih .




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Pembentukan urine, Ginjal memproduksi urine yang mengandung
zat sisa metabolic dan pengatur komposisi cairan tubuh melalui 3 proses
utama : filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus
(Ganong,1997)
a. Filtrasi glomerular
1. Definisi. Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat
terlarut dari kapiler glomerular, dalam gradien tekanan tertentu
kedalam kapsul bowman. Filtrasi ini dibantu oleh factor berikut :
a. Membran kapiler glomerular lebih permeable dibandingkan
kapiler lain dalam tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan
sangat cepat.
b. Tekana darah dalam kapiler glomerular lebih tinggi
dibandingkan tekanan darah dalam kapiler lain karena
diameter arteriol eferen lebih kecil dibandingkan diameter
arteriol aferen.
2. Mekanisme filtrasi glomerular
a. tekanan hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan
zat terlarut keluar dari darah dan masuk keruangan kapsul
bowman.
b. Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik
glomerular; Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam
kapsul bowman. Tekanan ini cenderung untuk mengarahkan
cairan keluar dari kapsul menuju glomerulus, tekanan osmotic
koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh protein plasma
adalah tekanan yang menarik cairan dari kapsuul bowman
untuk memasuki glomerulus.
c. Tekanan filtrasi efektif (effective filtration force (EFP)) adalah
tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah selisih antara
tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar glomerulus
menuju kapsul bowman dan tekanan cenderung mengarahkan
cairan kedalam glomerulus dan kapsul bowman. EFP =
(tekanan hidrostatik glomerular)-(tekanan kapsular)+(tekanan
osmotic koloid glomerular)
3. Laju filtarsi glomerular (glomerular filtration rate (GFR) adalah
jumlah filtrasi yang terbentuk per menit pada semua nefron dari
kedua ginjal. Pada laki-laki, laju filtrasi ini sekitar 125 ml/menit
atau 180 L dalam 24 jam : paad perempuan, sekitar 110 ml/menit.
4. Faktor yang mempengaruhi GFR
a. tekanan filtarsi efektif. GFR berbanding lurus dengan EFP dan
perubahan tekanan yang terjadi akan mempengaruhi GFR.
Derajat kontruksi arteriol eferen dan aferen menentukan aliran
darah ginjal, dan juga tekanan hidrostatik glomerular.
1. Kontriksi arteriol eferen menurunkan aliran darah dan
mengurangi laju filtrasi glomerular.
2. Kontriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan
darah tambahan dalam glomerulus dan meningkatkan GFR.
b. Autroregulasi ginjal. Mekanisme autoregulasi intristik ginjal
mencegah perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat
variasi visiologis rerata tekanan darah arteri. Autoregulasi
seperti ini berlangsung pada rentang tekanan darah yang lebar
(Antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
1. Jika rerata tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg)
meningkat, arterior aferen berkontriksi untuk menurunkan
aliran darah ginjal dan mengurangi GFR. Jika rerata tekanan
darah arteri menurun terjadi Vasodilatasi arterior aferen
untuk meningkatkan GFR. Dengan demikian, perubahan-
perubahan mayor GFR dapat dicegah.
2. Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari
reseptor-reseptor pelegang dalam dinding arteriol dan dari
apparatus jukstaglomerular.
3. Di samping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan
tekanan arteri dapat sedikit menigkatkan GFR. Karena begitu
banyak filtrate glomerulat yang dihasilkan sehari, perubahan
yang terkecilpun dapat meningkatkan haluaran urine.
c. Stemulasi simpatis, suatu peningkatan implus simpatis, seperti
yang terjadi saat stress, akan menyebabkan kontriksi arteriol
eferen menurunkan aliran darah kedalam glomerulus dan
menyebabkan penurunan GFR.
d. Obstruksi aliran urinaria, oleh batu ginjal atau batu dalam ureter
akan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsul bowman
dan menurunkan GFR.
e. Kelaparan, diet sangat rendah protein atau penyakit hati akan
menurunkan tekanan osmotic koloid darah sehingga
meningkatkan GFR.
f. Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas
kapilar glomerular dan meningkatkan GFR
5. Komposisi filtrate glomerulat
a. Filtrate dalam kapsul bowman identik dengan fitrat plasma
dalam hal air dan zat terlarut dengan berat molekul rendah,
seperti glukosa, klorida natrium, kalium, fosfat, urea, asam urat,
dan kreatinin.
b. Sejumlah kecil albumen plasma dapat difiltrasi tetapi sebagian
besar diabsorbsi kembali dan secara normal tidak tampak pada
urine.
c. Sel darah merah dan protein tidak difiltasi penampakannya
dalam urine menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel
darah putih biasannya menandakan adanya infeksi bakteri
pada traktus urinaria bagian bawah.
b. Reabsorpsi tubulus. Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif
direasorpsi dalam tubulus ginjal melalu difusisi pasif gradient kimia atau
listrik, transpor aktif terhadap gradien tersebut , atau difusi terfasilitasi.
Sekitar 85% natriun klorida dan air srta semua glukosa dan asam
amino pada fitrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus kontortus
proksimal, walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian
nefron.
1. Reabsorpsi ion natrium
a. Ion-ion natrrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi
(dengan carrier) dari lumen tubulus kontortus proksimal ke dalam
sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih
rendah.
b. Ion-ion natrium yang ditranspor secara aktif dengan popma
natrium-kalium , akan keluar dari sel-sel epitel untuk masuk ke
cairan intersitisialdidekat kapilar peritubular.
2. Reabsorbsi glukosa, fruktosa dan asam amino
a. Carier glukosa dan asam amino sama dengan carier ion natrium
digerakkan melalui kontrapsor
b. Maksimum transport. Carier pada membrane sel tubulus memiliki
kapasitas reabsorbsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis
asam amono, dan beberapa zat terabsorbsi lainnya. Jumlah ini
dinyatakan dalam maksimum transport (transport maximum (TM).
c. maksimum transport (TM) untuk glukosa adalah jumlah
maksimum yang dapat ditranspor (reabsorbsi) per menit, yaitu
sekitar 200 mg glukosa/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah
melebihi nilai TMnya berarti melewati ambang plasma ginjal
sehingga glukosa muncul di urine (glikosuria).
3. Reabsorbsi air. Air bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium
berpindah dari urea berkonsntrasi air tinggi dalam lumen tubulus
kontortus proksimal ke area konsentrasi air rendah dalam cairan
interstisial dan kapiler peritubular.
4. Reabsorbsi urea. Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi
oleh glomerulus. Sekitar 50 % urea secara pasif direabsorbsi.
Dengan demikian, 50 % urea yang difiltrasi akan dieksresikan dalam
urine.
5. Reabsorbsi ion anorganik lain, seperti kalsium fosfat, dan
sulfat, serta sejumlah ion organic adalah melalui transport aktif.
c. Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat
keluar dari darah dalam kapilar peritubular nmelewati sel-sel tubular
menuju cairan tubular untuk dikeluarkan dalam urine.
1. Zat-zat seperti ion hydrogen, kalium, dan ammonium, produk akhir
metabolic kreatinin, dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu
penisilin secara aktif disekresi ke dalam tubulus.
2. Ion hydrogen dan ammonium diganti dengan ion natrium dalam
tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang
selektif terhadap ion hydrogen dan ammonium membantu dalam
pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam basa cairan tubuh.
3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk
mengeluarkan zat-zat kimia asing atau tidak diinginkan.

B. Uraian Bahan
1. Pereaksi Benedict
a. Na
2
CO
3


(FI.III,1979 ;400)
Nama Resmi : Natrii Carbonas
Sinonim : Natrium karbobat
RM/BM : Na
2
CO
3
/ 124,00
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur
putih
Kelarutan : mudah larut air, lebih mudah larut dalam air
mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : komposisi benedict
b. CuSO
4
(FI.III,1979 ;731)
Nama Resmi : Cuprii Sulfas
Sinonim : tembaga (II) sulfat
RM : CuSO
4
Pemerian : prisma triklinik atau serbuk hablur, biru
Kelarutan : larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian
gliserol P, sangat mudah larut dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : komposisi benedict
c. C
6
H
5
NaO
7
2H
2
O

(FI.III,1979 ;406)
Nama Resmi : Natrii Citras
Sinonim : Natrium sitrat
RM/BM : C
6
H
5
NaO
7
2H
2
O / 294,10
Pemerian : hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur
putih
Kelarutan : mudah larut air, lebih mudah larut dalam air
mendidih,praktis tidak larut dalam
etanol(95%)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : komposisi benedict
d. air suling (FI.III,1979 ;96)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Sinonim : air suling
RM/BM : H
2
O / 18,02
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : komposisi benedict






BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu bunsen, gegep
kayu, gelas ukur, kertas pH universal, piknometer, pipet tetes, pot plastic,
rak tabung tabung reaksi, tabung sentrifuge dan timbangan analitik
B. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu reagen benedict,
dan sampel urine sewaktu.
C. Cara Kerja
1. pemeriksaan bobot jenis urin
Ditimbang piknometer kosong, dipipet urin kedalam piknometer hingga
mencapai mulut piknometer, ditimbnag berat piknometer+urin,
kemudian dicatat masing-masing bobotnya, dan ditentukan berat
jenisnya.
2. Pemeriksaan warna urin
Dipipet 5 ml urine kedalam tabung reaksi, kemudian tinjaulah warna
urine pada cahaya tembus. masukkan pengamatan dalam tabel
pengamatan
3. Pemeriksaan bau urin
Dipipet 5 ml urine kedalam tabung reaksi, kemudian ciumlah bau yang
ditimbulkan urine. masukkan pengamatan dalam tabel pengamatan
4. Pemeriksaan pH urin
Dipipet urin kedalam tabung reaksi, dicelupkan kertas lakmus , diamati
perubahan warna kertas lakmus, diamati pHnya dan dicatat.
5. pemeriksaan sedimen urine (mikroskopik)
Urine disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm,
supernatannya dibuang dan diambil endapannya, diteteskan diatas
objek gelas diamati dibawah mikroskop 40x, difoto gambar (eritrosit,
leukosit dan Kristal urat ).
6. Pemeriksaan glukosa urine
Dimasukkan 5 m reagen benedict kedalam tabung reaksi kemudian
teteskan 8 tetes urin, dipanaskan diatas Bunsen selama 2 menit,
diamati perubahan warnanya.












BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A. Hasil Pengamatan
1. Gambar Pengamatan
Berat jenis Urin
a. Gambar Berat jenis Urin (Puasa)







b. Gambar Berat jenis Urin (Tidak Puasa)








Kel I (A)
Kel I (B)
Kel II (A)
Kel II (B)
Pemeriksaan Glukosa
a. Glukosa (puasa dan tidak puasa)






Gambar pemeriksaan urin dengan mikroskop
a. Mikroskopik (puasa)






b. Mikroskopik (Perempuan)






Kel I
Kel I (A)
Kel II (A)
Kel I (B) Kel II (B)
Kel II
2. Data Pengamatan

No

spesimen

Pengamatan urin
warna bau pH
Bj
g/dL
eritrosit leukosit
Kristal
urat
glukosa

1

I.A
Kuning
keruh
amoniak 5 1,06286 - - + Negatif
2 I B
Kuning
jernih
amoniak 6 0,95361 - - + Negatif
3 II A Kuning amoniak 6 1,01732 - - + Negatif
4 II B
Kuning
jernih
amoniak 5 1,00413 - - + Negatif
5 III A Kuning amoniak 7 1,00541 - - + Negatif
6 III B kuning amoniak 6 1,00765 - - + Negatif
7 IV A Kuning amoniak 6 1,01068 - - + Negatif
8 IV B kuning amoniak 6 1,03004 - - + Negatif







3. Perhitungan
I. kelompok I
a. urine puasa (A)
Pikno kosong = 29,6030 g
Pikno kosong+urin = 82,7443 g
BJ =
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ =

50

= 1,06286 g/ml

b. urine tidak puasa (B)
Pikno kosong = 32,6501 g
Pikno kosong+urin = 80,3306 g
BJ =
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ =
-
50

= 0,95361 g/ml

2. kelompok II
a. Laki-laki (A)
Pikno kosong = 30,069 g
Pikno kosong+urin = 80,9354 g
BJ =
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ =

50

= 1,017328 g/ml

b. Laki-laki
pikno kosong = 18,5775 g
Pikno kosong+urin = 68,7843 g
BJ=
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ=

50

= 1,004136 g/ml
3. kelompok III
a. Urine puasa (A)
Pikno kosong = 31,7789 g
Pikno kosong+urin = 82,0497 g
BJ=
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ=

50

= 1,005416 g/ml

b. Urine tidak puasa (B)
pikno kosong = 31,9953 g
Pikno kosong+urin = 82,3210 g
BJ=
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ=

50

= 1,006514 g/ml

4. kelompok IV
a. Laki-laki (A)
Pikno kosong = 31,777 g
Pikno kosong+urin = 82,311 g
BJ=
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ=

50

= 1,01068 g/ml

b. Perempuan (B)
pikno kosong = 32,063 g
Pikno kosong+urin = 83,5652 g
BJ=
(berat pikno kosong+urin)- (pikno kosong)
volume piknometer

BJ=

50

= 1,03004 g/ml









C. Pembahasan
Pada pembentukan urine, ginjal memproduksi urine yang
mengandung zat sisa metabolic dan pengatur komposisi cairan tubuh
melalui 3 proses utama : filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi
tubulus. Pembentukan Urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan
yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula bowman.
Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi secara
bebas sehingga konsentrasinya pada filtrate glomerulus dalam kapsula
bowman hamper sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah
difiltrasi ini meninggalkan kapsula bowman dan mengalir melewati tubulus,
cairan diubah oleh reabsorbsi air dan zat terlarut spesifik yang kembali
kedalam darah oleh sintesis zat-zat lain dari kapiler peritubulus kedalam
tubulus. Pada umumnya reabsorbsi tubulus secara kuantitatif lebih penting
daripada sekresi tubulus dalam pembentukan urine, tetapi sekresi
berperan penting dalam menentukan jumlah ion kalium dan hydrogen
serta beberapa zat lain yang diekskresi dalam urin. Banayak zat yang
harus dibersihkan dari darah, terutama prodak akhir metabolisme seperti
urea, kreatinin, asam urat, dan garam-garam asam urat, direabsorbsi
sedikit, karena itu, diekskresi dalam jumlah besar kedalam urine.
Jumlah urin yang dihasilkan tergantung pada berbagai faktor
termasuk tingkat hidrasi, kegiatan, faktor lingkungan, berat individu, dan
kesehatan individu. Pada manusia dewasa rata-rata produksi adalah
sekitar 1 - 2 L per hari. Memproduksi urin sedikit terlalu banyak atau terlalu
memerlukan perhatian medis: Poliuria adalah suatu kondisi berlebihan
produksi urin (> 2,5 L / hari), berbeda denganoliguria mana <400 mL
dihasilkan per hari, atau anuria dengan produksi <100 mL per hari.
Bj rendah biasanya dijumpai pada penyakit ginjal seperti
glomerulonefteritis,pielonefritis ADH, gangguan metabolic seperti dieresis
pada DM, hidrasi berat berkepanjangan. Biasanya Bj urin tinggi dijumpai
pada keadaan puasa dan glukosuria.BJ dewasa yaitu 1,005-1,030 g/ml.
dari hasil praktikum diperoleh BJ 0,998452 dan Bj tidak puasa 1,00741
lebih kecil dari 1,005 g/ml kemungkinan banyak minum, penyakit ginjal
dan adanya diabetes.
Urin adalah solusi transparan yang dapat berkisar dari tak berwarna
kuning tapi biasanya kuning pucat. Dalam urin individu yang sehat, warna
terutama berasal dari kehadiran urobilin . Urobilin pada gilirannya adalah
produk akhir sampah yang dihasilkan dari
pemecahan heme dari hemoglobin selama penghancuran sel darah
penuaan.
Urin tak berwarna menunjukkan over-hidrasi, yang biasanya
dianggap jauh lebih sehat daripada dehidrasi (sampai batas tertentu
namun selama-hidrasi dapat menghapus garam penting dari
tubuh). Dalam konteks tes obat, bisa menunjukkan upaya potensi untuk
menghindari deteksi obat terlarang dalam aliran darah melalui over-
hidrasi.
[8]

Urin kuning tua sering indikasi dehidrasi.
Menguning oranye / cahaya bisa disebabkan oleh penghapusan
kelebihan vitamin B dari aliran darah.
Obat tertentu seperti rifampisin dan Phenazopyridine dapat
menyebabkan urin jeruk.
Kencing berdarah disebut hematuria , berpotensi tanda infeksi
kandung kemih atau karsinoma.
Oranye gelap untuk urin coklat bisa menjadi gejala penyakit
kuning , rhabdomyolysis , atau sindrom Gilbert .
Urin hitam atau berwarna gelap disebut sebagai melanuria dan
mungkin disebabkan oleh melanoma .
Fluorescent urin kuning / kehijauan dapat disebabkan oleh vitamin
tambahan makanan, khususnya vitamin B.
Konsumsi bit dapat menyebabkan urin untuk memiliki warna merah
muda, dan asparagus konsumsi bisa berubah urin kehijauan.
Urin kemerahan atau coklat mungkin disebabkan
oleh porfiria . Meskipun lagi, konsumsi bit dapat menyebabkan urin
untuk memiliki warna, tidak berbahaya merah muda atau
kemerahan sementara.
Bau urin dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Makan
asparagus diketahui menyebabkan bau yang kuat dalam urin
manusia. Hal ini karena kerusakan tubuh asam asparagusic .
[9]
makanan
lain dan minuman yang berkontribusi terhadap bau
termasuk kunyit , alkohol , kopi , kalkun , dan bawang . Terutama
makanan pedas dapat memiliki efek yang sama, sebagai senyawa yang
tidak dipecah oleh ginjal dan melewati tubuh dalam urin.
[10]

[11]

[12]

pH urin menggambarkan fungsi ginjal dalan mengatur ekskresi
bahan asam yang tidak mudah menguap dan diproduksi pada proses
metabolism, dimana pH urin normal adalah 4,58,0, dari hasil praktikum
diperoleh pH 6 jadi terdapat pada range pH urin normal.
pH urin dapat membantu mengidentifikasi jenis Kristal,pH asam
dapat ditemukan Kristal amorf dan asam urat, pada pH alkalis dapat
ditemukan krisal fosfat,kalsium fosfat,oksalat dan kalsium karbonat. Pada
percoba didapatkan Kristal urat.
Pada urin normal tidak ditemukan eritrosit, sedangkan leukosit
ditemukan dalam jumlah kecil 0-5/LPK. Adanya eritrosit dalam urin disebut
hematuria, sedangkan leukosit melebihi batas normal disebut piuria.
Dalam praktikum tidak ditemukan adanya leukosit dan eritrosit.
Pemeriksaan glukosa urin untuk mengetahui keadaan fungsi ginjal,
idalam praktikum tidak diperoleh adanya glukosa dalam darah.
Adapun factor kesalahan dalam percobaan ini adalah adanya
kurang ketelitian dari para praktikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum maka disimpulkan bahwa :
1. Berat jenis spesumen Urine
Kelompok IA = 1,06286g/dL
Kelompok IB = 0,95361 g/dL
Kelompok IIA = 1,01732 g/dL
Kelompok IIB = 1,00413
2. Warna spesimen urine
Kelompok IA = kuning keruh
Kelompok IB = kuning jernih
Kelompok IIA = kuning
Kelompok IIB = Kuning jernih
3. Bau urine
Dari ke empat spesimen kesemuanya berbau amoniak
4. Kristal uarat dari spesimen Urine
Dari keempat spesimen urine kesemuanya positif mengandung
kristal urat .
5. Kadar glukosa dari spesimen Urine
Dari keempat spesimen urine kadar glukosa negatif

B. Saran
Ada pun saran yang dapat diajukan dalam praktikum ini adalah
agar praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum serta praktikum yg di
ujikan bisa lebih banyak lagi
















DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM,1979. Farmakope Indonesia ed.III, Jakarta : Depkes RI
Alwi,khidri,Dr,2004. Buku Ajar Biomedik I. Fakultas farmasi, Universitas
Muslim Indonesia. Makassar.
F. Ganong, William. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Guyton, dan hall, 1987. Fisiologa Manusia dan Mekanisme Penyakit
Edisi III. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Kimball, john W, 1987. Biologi Edisi V jilid II, Erlangga. Jakarta.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC.
Jakarta













LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
PEMERIKSAAN URIN






OLEH:

NAMA : KHOMAENI ARIEF
N.I.M. : 150 280 180
KELAS : W-3
ASISTEN : WINDA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2008

Vous aimerez peut-être aussi