Vous êtes sur la page 1sur 116

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan tersebut, maka pendidikan harus melaksanakan proses balajar
mengajar yang mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi secara
maksimal dalam belajarnya.
Prestasi belajar merupakan tolak ukur utama keberhasilan suatu proses
pembelajaran. Menurut Tuu (2004:75) prestasi belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Untuk mencapai
prestasi belajar yang maksimal ada beberapa faktor yang mempengaruhinya
yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa dan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar.


2

Slameto (2003:54) berpendapat bahwa faktor intern terdiri dari faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan sedangkan faktor ekstern
terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Keberhasilan seseorang
dalam belajar dapat diukur dari prestasi belajar setelah pembelajaran. Salah
satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa atau keefektifan kegiatan
belajar siswa adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah kekuatan mental
yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita (Dimyati dan
Mudjiono, 1994: 99). Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berhasil
atau sukses dalam belaajar pada umumnya (Prayitno,1989: 67). Motivasilah
yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Menurut Slavin,
Motivasi sebagai proses di dalam individu yang aktif, mendorong, memberikan
arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Baharuddin dan Esa, 2010: 22).
Seseorang yang memiliki motivasi belajar akan berusaha mencurahkan segenap
perhatian dan kemampuannya untuk menguasai ilmu yang dipelajarinya agar
mencapai hasil belajar yang optimal. Motivasi bukan saja menjadi faktor
penyebab belajar, namun motivasi juga memperlancar belajar dan hasil belajar
(Anni, 2006: 157). Menurut (Ibtesan Halawah, 2007: 91) dalam jurnalnya
mengatakan bahwa, Higher-achieving students are likely to have the following
characteristics; attribute their success in high school to such things as hard
work, self-discipline, organization, ability, and high motivation; tend to watch


3

relatively little television during the school week; tend to associate with
students hwo also were successful in school (siswa berprestasi lebih tinggi
cenderung memiliki karakteristik, yaitu: kerja keras, disiplin diri, organisasi,
kemampuan, dan motivasi yang tinggi, cenderung relatif sedikit menonton
televisi selama sekolah seminggu, cenderung untuk bergaul dengan siswa yang
juga berhasil disekolah). Dalam jurnalnya (Ibtesam Halawah, 2007: 92)
mengatakan Gottfried found positive correlations between motivation and
achievement ( Gottfried menemukan korelasi positif antara motivasi dan
prestasi).
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya
proses pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya (fisik, social dan budaya), utamanya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal
(Tirtarahardja, 1994: 169). Salah satu macam lingkungan pendidikan adalah
lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama (Suwarno, 2009: 40). Keluarga memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar
kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya. Dalam jurnalnya
(Ibtesam Halawah,2007: 91) mengatakan the family is the primary social
system for children (keluarga adalah system sosial utama anak-anak). Orang
tua dan guru memiliki peran penting untuk memastikan bahwa anak menjadi
berprestasi. Pengaruh orang tua telah teridentifikasi sebagai suatu faktor


4

penting yang mempengaruhi siswa berprestasi. Untuk mengoptimalkan
kemampuaan dan kepribadian anak, orangtua harus menumbuhkan suasana
edukatif dilingkungan keluarganya sedini mungkin. Suasana edukatif yang
dimaksud adalah orangtua yang mampu menciptakan pola hidup dan tata
pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan (Suwarno,
2009: 40). Orangtua seyogianya bersikap demokratis terhadap anak. Artinya,
orangtua mampu menciptakan suasana dialogis dengan anak, sehingga dapat
menumbuhkan hubungan keluarga yang harmonis, saling menghormati,
disiplin, dan tahu tanggung jawab masing-masing. Suasana demikian akan
sangat mendukung kepribadian anak, sehingga anak akan terbiasa dengan sikap
yang baik dilingkungannya, baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun di
masyarakat. Kondisi lingkungan keluarga yang baik dan harmonis merupakan
kondisi yang sangat diperlukan untuk membantu tercapainya pembinaan anak
dalam lingkungan keluarga sehingga menjadikan anak berhasil dalam
belajarnya.
Kegiatan belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar, lancar dan berhasil. Ada siswa yang dapat dengan
cepat menangkap apa yang dipelajari, namun ada juga yang lambat
mempelajari suatu materi pelajaran (Sardiman,2006: 12). Dalam suatu proses
pendidikan seorang siswa dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan
program pendidikan tepat waktu dengan hasil belajar yang baik. Prestasi
belajar yang baik merupakan hal yang paling didambakan oleh setiap siswa
yang sedang belajar, prestasi belajar dapat dijadikan indikator keberhasilan


5

seseorang dalam kegiatan belajar (Sardiman, 2006: 49). Dengan prestasi yang
baik, siswa dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas ketika mereka
dihadapkan pada pilihan untuk bekerja atau melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Lebih lanjut, fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang tertentu, tetapi juga sebagai indikator
kualitas sekolah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu
strategi belajar. Strategi belajar adalah taktik untuk berlatih atau berusaha
mendapatkan pengetahuan (Kamus lengkap Bahasa Indonesia, 1997: 40).
Menurut Weinstein dan Mayer dalam jurnalnya (Manuchehr Irandoust dan
Niklas Karlsson, 2002: 41) Learning strategies are defined as the behaviours
and thoughts tha students use to select, organize, and integrate new
information with their existing knowledge (strategi belajar didefinisikan
sebagai perilaku dan pikiran yang digunakan siswa untuk memilih, mengatur,
dan mengintegrasikan sesuatu informasi baru dengan pengetahuan yang ada).
Strategi belajar dalam penerapannya pada siswa memiliki tujuan untuk
membentuk siswa mandiri dan diharapkan siswa memiliki kesadaran yang
timbul dari dalam, mau dan mampu belajar.
Berdasarkan hasil observasi di SMK Taman Siswa Kudus khususnya
kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran bahwa prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan kurang memuaskan, masih banyak
siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


6

yaitu 72. Apabila dilihat dari hasil ulangan tengah Semester adalah sebagai
berikut :























7


























8

Tabel 1.2
Kriteria Hasil Ulangan Tengah Semester
Kelas Jumlah
Siswa
KKM % Tuntas % Belum Tuntas
XI
AP1
46 72 86,96% 13,04%
XI
AP2
42 72 28,57% 71,43%
Sumber : Data Sekolah yang sudah diolah
Terlihat pada tabel 1.2 diatas hasil ulangan tengah semester siswa
kelas XI AP1 dari 46 siswa, sebesar 86,96% atau 40 siswa sudah tuntas
dan 13,04% atau 6 siswa belum tuntas, dan siswa kelas XI AP2 dari 42
siswa 28,57% atau 12 siswa sudah tuntas dan 71,43% atau 30 siswa
belum tuntas. Padahal harapan guru semua siswa harus tuntas dalam
belajarnya. Hal ini membuat guru harus melakukan pengajaran
remedial.
Dari hasil wawancara dengan sejumlah siswa kelas XI AP,
diperoleh informasi bahwa siswa menyenangi mata pelajaran mengelola
sistem kearsipan, sehingga pada saat pelajaran berlangsung siswa selalu
memperhatikan penjelasan guru. Dari lingkungan keluarga sebagian
besar siswa berasal dari kondisi keluarga menengah kebawah, namun
perhatian dan pengawasan orangtua terhadap anaknya mengenai


9

pendidikan serta tersedianya dana yang cukup untuk biaya pendidikan
dapat mendorong anak untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Berdasarkan Observasi yang peneliti lakukan di SMA Taman Siswa
Kudus strategi belajar siswa diduga sudah baik, terlihat dari aktivitas
siswa didalam kelas baik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan dilihat situasi siswa yang tenang ketika pada saat guru
memberikan meteri pelajaran, tetapi prestasi siswa yang dihasilkan
belum optimal.
Berdasarkan hal diatas, motivasi belajar, lingkungan keluarga dan
strategi belajar siswa pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan
sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan siswa untuk
mencapai prestasi belajar. Melihat keadaan yang demikian, peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan mengambil judul penelitian
Pengaruh Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga, Dan Strategi
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mengelola
Sistem Kearsipan Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran
SMK Taman Siswa Kudus
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah adalm
penelitian ini sebagai berikut :


10

1. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata
pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan adminintrasi
perkantoran SMK Taman Siswa Kudus?
2. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar mata
pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi
perkantoran SMK Taman Siswa Kudus?
3. Adakah pengaruh strategi belajar terhadap prestasi belajar mata
pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi
perkantoran SMK Taman Siswa Kudus?
4. Adakah pengaruh motivasi belajar, lingkungan keluarga, dan strategi
belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola system
kearsipan kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Taman Siswa
Kudus?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan topik permasalahan yang dikemukakan diatas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi belajar
terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan
kelas XI jurusan adminintrasi perkantoran SMK Taman Siswa
Kudus.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan keluarga
terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan


11

kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Taman Siswa
Kudus.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh strategi belajar
terhadap prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan
kelas XI jurusan administrasi perkantoran SMK Taman Siswa
Kudus.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi belajar,
lingkungan keluarga dan strategi belajar terhadap prestasi belajar
mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan
administrasi perkantoran SMK Taman Siswa Kudus.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana tambahan
referensi dan bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan
di bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil keputusan/kebijaksanaan sehubungan dengan partisipasi
orangtua dalam menangani pendidikan anaknya.
b. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk terus
meningkatkan prestasi belajarnya.


12

c. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca paada umumnya
dari penulis sendiri pada khususnya dalam menerapkan ilmu-ilmu
yang diperoleh di bangku kuliah dengan praktik yang sesungguhnya.

1.5. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika skripsi disusun agar pokok-pokok masalah dapat dibahas
secara urut dan terarah untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dari
skripsi ini, secara garis besar dibagi menjadi tiga pokok sebagai berikut :
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi terdiri dari : sampul, lembar berlogo, halaman judul,
persetujuan pembimbing, Pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan
persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
Bab I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II. Landasan Teori, berisi tentang landasan teori penelitian yang
menggambarkan dari beberapa teori yang berhubungan dengan skripsi
dan hepotesis yaitu dugaan sementara terhadap hasil penelitian.
Bab III. Metode Penelitian, berisi tentang metode-metode yang
digunakan dalam penelitian, meliputi: populasi, variabel penelitian,
metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis
data.


13

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil dari
pengumpulan data, analisis data dan pembahasan.
Bab V. Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.
3. Bagian akhir penulisan skripsi berisikan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.




















14




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Belajar
2.1.2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar
dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-
pelatihan atau pengalaman-pengalaman (Baharuddin dan Esa,
2010: 11). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, secara
etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Menurut Gagne dan Berliner dalam
bukunya (Anni, 2006:2) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena
hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman kelakuanya sendiri


15

dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah
aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada
aspek-aspek tersebut. Adapaun aspek-aspek itu adalah:
pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap
dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan
belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa
aspek tingkah laku tersebut (Hamalik, 2009:38).
2.1.3. Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar (Baharuddin dan esa, 2010: 15), yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
(change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya
dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan
tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil
belajar, kita tidak akan dapaat mengetahui ada tidaknya hasil
belajar.
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk


16

waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi,
perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada
saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku
tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat
atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
2.1.4. Unsur-Unsur Belajar
Menurut gagne, belajar merupakan sebuah sistem yang
didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengkait
sehingga menghasilkan perubaan perilaku (Anni, 2006:4).
Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga
belajar, dan peserta pelatihan.
b. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang
penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus.
c. Memori. Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan
yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.


17

d. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.



2.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dibedakan atas dua kategori (Baharuddin dan Esa, 2010:
19), yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis
dan psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan denngan kondisi fisik individu. Faktor
psikologis adalah keadan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, dan bakat.
b. Faktor Eksternal
Menurut syah menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Lingkungan Sosial


18

a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antar ketignaya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik
disekolah.
b. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar
siswa.
c. Lingkungan sosial keluarga, lingkungan ini sangat
memngaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-
sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat member dampak
terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Lingkungan Nonsosial
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat,
atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
tenang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar siswa akan terhambat.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam, yaitu : hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga


19

dan lain sebagainya. Software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan lain
sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan siswa).
2.1.6. Teori-Teori Belajar
Ada banyak teori belajar yang dikemukakan oleh
berbagai ahli, diantaranya adalah (Slameto, 2003: 8) :
1. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari
Jerman, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia.
Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan
hukum dalam belajar yaitu:
a) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-
unsurnya.
b) Gestalt timbul lebih dahulu dari pada bagian-bagiannya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian
pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting
bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi
mengerti atau memperoleh insight.
2. Teori Belajar Menurut J. Bruner
Menurut Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah
laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah


20

menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah. Sebab itu Bruner mempunyai pendapat,
alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di
dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif
dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan.
3. Teori Belajar dari Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan
orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa
dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas
untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati
dunia sekitarnya.
b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap
tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua
anak.
c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan
itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu
untuk berlatih dari satu ke tahap yang lain tidaklah selalu
sama pada setiap anak


21

d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu kemasakan, pengalaman, interaksi sosial, dan
equilibration (proses dari ketiga faktor sebelumnya
bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki
struktur mental)
e) Ada 3 tahap perkembangan yaitu:
Berpikir secara intuitif 4 tahun
Berorientasi secara konkret 7 tahun
Beroperasi secara formal 11 tahun
4. Teori dari R. Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua
definisi, yaitu:
a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku.
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang
dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 katagori
yang disebut The Domain of Learning yaitu:
Keterampilan motoris (motor skill)
Informasi verbal
Kemampuan intelektual


22

Strategi kognitif
Sikap
2.1.7. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Menurut
Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Intern
a) Faktor Jasmaniah
1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu.
2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.
Siswa yang cacat, belajarnya juga terganggu.



23



b) Faktor Psikologis
1) Intelegensi
Untuk memberikan pengertian tentang
intelegensi, J.P. Chaplin (dalam Slameto, 2003:55)
merumuskannya sebagai:
The ability to meet and adapt to novel situations
quickly and effectively.
The ability to utilize abstract concepts effectively.
The ability to grasprelationships and to learn
quickly.
Jadi intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat
dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto,
2003:56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek
(benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat


24

menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga
ia tidak suka lagi belajar.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya.
4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard (dalam
Slameto, 2003:57) adalah: the capacity to learn.
Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk
belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai
dengan bakanya, maka hasil belajarnya lebih baik


25

kerena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia
lebih giat lagi dalam belajarnya itu.

5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu
dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai
itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorongnya.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya
sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Anak
yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih
berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan
baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari
kematangan dan belajar.
7) Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever
(dalam Slameto, 2003:59) adalah: Preparedness to
respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk


26

memberi response atau bereaksi. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat belajar
dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan dalam belajarnya.
2. Faktor Ekstern
a) Faktor Keluarga
1) Cara Orang Tua Mendidik Anak
Cara orang tua mendidik anaknya besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang
kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya,
misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar
anaknya, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak


27

menyediakan/melengkapi alat belajarnya dan lain-lain,
dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam
belajarnya.
2) Relasi Antar Anggota Keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan
anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam
keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah
hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang,
disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-
hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
3) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga
di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang
gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi
ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar
anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tenteram.

4) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya
dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan,


28

pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar,
meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku
dan lain sebagainya. Fasilitas belajar itu hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
5) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian
orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu
dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak
mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi
pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat
mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah.
6) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam
keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu
kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
b) Faktor Sekolah
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang
harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru
yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa
yang tidak baik pula.


29


2) Kurikulum
Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah
kegiatan yang diberikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu
mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang
baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh
relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara
belajar siswa juga di pengaruhi oleh relasinya dengan
gurunya.
4) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di
dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di
perpustakaan.
5) Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara
belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh


30

guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa
untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada
siswa.
6) Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses
belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari,
siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa
masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus
beristirahat tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga
mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan
sebagainya.
7) Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang
salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan
cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar
siswa. Siswa perlu belajar secara teratur setiap hari,
dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara
belajar yang tepat dan cukup istirahat akan
meningkatkan hasil belajar.


31


c) Faktor Masyarakat
1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya.
Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, belajarnya akan
terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam
mengatur waktunya.
2) Mass Media
Yang trmasuk dalam mass media adalah bioskop,
radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan
lain-lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang
baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh
jelek terhadap siswa.
3) Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa
lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita
duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik
terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan
agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan


32

pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari
orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.
4) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang
terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, pejudi,
suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak
baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang
berada di situ.
2.2. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan
Prestasi belajar merupakan tolak ukur utama keberhasilan
suatu proses pembelajaran. Menurut Suryabrata (2001: 232) dalam
Nopitahari (2009: 19) prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil
kecakapan yang baru dari proses belajar seseorang yang mempunyai
prestasi yang baik dalam belajarnya. Berarti siswa mendapatkan hasil
kecakapan yang baru dari apa yang dipelajarinya.
Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan murid dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk angka atau skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu (Tuu, 2004: 75). Berdasarkan hal
ini prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut :


33

1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa
ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran
di sekolah.
2. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dalam aspek kognitifnya
karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka dari hasil evaluasi yang digunakan oleh guru terhadap tugas
siswa dan ulangan ulangan atau ujian yang ditempuh.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
mata pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan merupakan hasil belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik di dalam proses belajar mengajar
yang dinyatakan dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh melalui
hasil tes pada sejumlah mata pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan.

2.3. Motivasi
2.3.1. Pengertian Motivasi
Menurut Slavin, motivasi merupakan proses internal yang
mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang
secara terus-menerus (Anni, 2006: 156). Sedangkan menurut
Thomas dan Jere (Prayitno, 1989: 8), motivasi sebagai suatu
energi penggerak , pengarah dan memperkuat tingkah laku.
Menurut Sardiman (2007 :73), motivasi berasal dari kata motif


34

dapat dikatakan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu, atau motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Mitchell,
1992 (Ibtesam Halawah, 2007: 92) Students motivation for
learning is generally regarded as on of the most critical
determinants, if not the premier determinant, of the success and
quality of any learning outcome (motivasi siswa untuk belajar
secara umum dianggap paling kritis penentu, walaupun bukan
penentu utama, dari keberhasilan dan kualitas hasil pembelajaran).
Mc Donald (Hamalik, 2009: 106) merumuskan,
bahwa..Motivation is an energy change within the peson
characterized by affective arousal and anticipatory goal
reaction ( bahwa motivasi adalah suatu perubahan energy dalam
diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan).
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi timbul karena adanya suatu dorongan
dalam diri manusia atau seseorang sehingga manusia tersebut
berusaha melakukan aktivitas atau tindakan tertentu baik dalam
bekerja, belajar maupun kegiatan lainnya guna mencapai tujuan
yang diinginkannya.. Selain itu motivasi mempunyai sifat selalu


35

ingin mencapai kepuasan untuk memenuhi sesuatu yang ada
dalam dirinya melebihi yang dicapai oleh orang lain.
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam
(inner component) dan komponen luar (outer component).
Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan
merasa tidak puas, ketegangan psikologi. Komponen luar ialah
keinginan, dan tujuan yeng mengarahkan perbuatan seseorang.
Komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipuaskan, sedangkan komponen luar dalah tujuan yang hendak
dicapai ( Hamalik, 2009: 107). Antar kebutuhan- motivasi
perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan terdapat
hubungan dan kaitan yang erat. Seiap perbuatan disebabkan oleh
motivasi. Adanya motivasi karena seseorang merasakan adanya
kebutuhan dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Apabila
tujuan tercapai, maka ia merasa puas. Tingkah laku yang
memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk
diulang kembali, sehingga menjadi lebih kuat dan mantap.
2.3.2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil
belajar akan lebih optimal, kalau ada motivasi. Menurut
Sardiman (2010: 84) motivasi mempunyai fungsi sebagai
berikut:


36

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegaiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.3.3. Jenis Motivasi
Dikenal dua jenis motivasi (Prayitno, 1989: 10), yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Thornburg, motivasi intrinsik adalah
keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri (internal) individu. Individu bertingkah laku
karena mendapatkan energi dan pengarah tingkah laku yang
tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Individu yang
digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau
kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang terlibat
dalam kegiatan itu.


37

Didalam proses belajar siswa yang bermotivasi
secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun
dalam mengerjakan tugas-tugas balajar karena merasa
butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan
keterlibatan dan aktifitas yang tinggi dalam belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang
keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar.
Misalnya adanya pengaruh dari keluarga dalam hal ini
adalah orangtua, pengaruh dari teman sekolah maupun
teman bergaul.
Antara motivasi intrinsic dan ekstrinsik itu saling
menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik
dapat membangkitkan motivasi intrinsik.
2.3.4. Ciri-Ciri Motivasi
Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-
ciri sebagai berikut (Sardiman, 2010: 83):
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
7. Senang mencari masalah dan memecahkan soal-soal.



38

2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Ada enam faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
(Anni, 2006:158), yaitu:
1. Sikap
Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi,
dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk
merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau obyek
tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar
siswa karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan
dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang
dapat membantu dalam menjelaskan dunianya.Sikap akan
memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk
mereaksi secara lebih otomatis.
2. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh
individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu
siswa untuk mencapai tujuan. Perolehan tujuan merupakan
kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan
kebutuhan dan tekanan. Apabila kebutuhan yang lebih
rendah tidak dipenuhi secara sempurna, maka sulit bagi
kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya mempengaruhi
perilaku seseorang.


39

3. Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi
atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat
seseorang bersifat aktif. Rangsangan meningkatkan
aktivitas otak dan mendorong seseorang untuk menangkap
dan menjelaskan lingkungannya. Perubahan kecil pada
rangsangan akan memperkuat atau menyebabkan seseorang
mengarahkan perhatian ke arah berbagai bentuk
rangsangan. Manusia secara alamiah selalu mencari
rangsangan. Rangsangan secara langsung membantu
memenuhi kebutuhan belajar siswa. Apabila siswa tidak
memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar
akan terjadi pada diri siswa tersebut.
4. Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman
emosional, kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari
individu atau kelompok pada waktu belajar. Siswa
merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi siswa tersebut
dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Afeksi dapat
menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif
pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi
mampu mendorog siswa untuk belajar keras. Apabila buku
pelajaran menimbulkan perasaan heran dan menyenangkan


40

siswa, maka siswa akan senang membaca banyak pelajaran.
Integritas emosi dan berpilir siswa itu dapat mempengaruhi
motivasi belajar dan menjadi kekuatan terpadu yang positif,
sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.
5. Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk
memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori
kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah
berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya
dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi
puas. Didalam situasi pembelajaran, rasa kompetensi pada
diri siswa itu akan timbul apabila menyadari bahwa
pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh telah
memenuhi standar yang telah ditentukan. Perolehan
kompeten dari belajar baru itu selanjutnya menunjang
kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat menjadi faktor
pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.
6. Penguatan
Penguatan merupakan peristiwa yang
mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.
Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif, seperti
penghargaan terhadap hasil karya siswa, pujian,


41

penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai
variabel penting di dalam perancangan pembelajaran.
2.3.6. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Kenneth H. Hoover ( Hamalik, 2009: 114),
mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :
1) Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat
menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu, pujian lebih
efektif dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa.
2) Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat
dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan
itu berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang
dapat memenuhi kebutuhnannya secara efektif melalui
kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan
dalam motivasi belajar.
3) Motivasi yang bersumber dari dalam individu lebih efektif
daripada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam
member kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang
ada dalam diri siswa itu sendiri.
4) Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan
keinginan) perlu dlakukan penguatan.
5) Motivasi mudah menjalar kepada orang lain. Guru yang
berminat dan antusias dapat mempengaruhi siswa, sehingga


42

berminat dan antusias pula, yang ada gilirannya akan
mendorong motivasi rekan-rekannya, terutama dalam kelas
bersangkutan.
6) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan
merangsang motivasi belajar.
7) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akn
menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya
daripada daripada tugas-tugas yang yang dipaksakan dari luar.
8) Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan
cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
9) Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah
efektif untuk memelihara minat siswa.
10) Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam
belajar dan pembelajaran.
11) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat
belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi
siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat
kemampuan.
12) Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat
membantu siswa belajar menjadi lebih baik.
13) Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar,
dan mengganggu perbuatan belajar siswa, Karena perhatiannya
akan terarah pada hal lain.


43

14) Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat
menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat menyebabkan
demoralisas dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar
(misal: mencontoh).
15) Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
16) Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi
belajar dibandingkan dalam paksaan orang dewasa.
17) Motivasi yang erat hubungannya dengan kreativitas. Denga
strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat
ditunjukkan kearah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, maka kan
tumbuh kegiatan kreatifnya.
2.4. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
perkembangan kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak
berada ditengah-tengah keluarganya. Untuk mengoptimalkan
kemampuaan dan kepribadian anak, orangtua harus menumbuhkan
suasan edukatif dilingkungan keluarganya sedini mungkin. Suasana
edukatif yang dimaksud adalah orangtua yang mampu menciptakan
pola hidup dan tata pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak
dalam kandungan (Suwarno, 2009:40). Menurut Wang, Wildman, dan


44

Calhoun (Ibtesam halawah, 2007:93) mengatakan parental influence
has been identifiet as an important factor affecting student
achievement. Result indicate that parent education and encouragement
are strongly related to improved student achievement (pengaruh orang
tua telah teridentifikasi sebagai suatu faktor penting yang
mempengaruhi siswa berprestasi. Hasilnya menunjukkan bahwa oranng
tua pendidikan dan dorongan kuat terkait dengan peningkatan prestasi
siswa). Dan menurut Baumrind ( Pedro F. Casanova, dkk., 2005: 423)
mengatakan current evidence suggests that the influence of parents on
adolescents is not limited to a close family context, but also extends to
the school environment ( sekarang bukti menunjukkan bahwa
pengaruh orangtua pada remaja tidak terbatas ke konteks keluarga
dekat, tetapi juga meluas kelingkungan sekolah).
Begitu pentingnya pengaruh pendidikan anak dalam keluarga,
sehingga orangtua harus menyadari tanggung jawab kepada anaknya.
Tanggung jawab yang harus dilakukan orangtua antara lain :
a. Memelihara dan membesarkannya
Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami yang harus
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan
perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya
Orang tua bertanggung jawab terhadap perlindungan anak,
termasuk menjamin kesehatan anak, baik secara rohani maupun


45

jasmani dari berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
c. Mendidik dengan berbagai ilmu
Orangtua memiliki tanggung jawab besar terhadap
pendidikan anak. Orangtua perlu membekali anaknya dengan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan
anaknya kelak, sehingga pada masa dewasanya mampu mandiri
dan bermanfaat bagi kehidupan sosial, bangsa dan agamanya.
d. Membahagiakan kehidupan anak
Kebahagiaan anak menjadi bagian dari kebahagiaan
orangtua. Oleh sebab itu, orangtua harus senantiasa
mengupayakan kebahagiaan anak dalam kapasitas pemenuhan
kebutuhan sesuai dengan perkembangan usianya, yang diiringi
dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak yang baik.
Untuk melaksanakan berbagai tanggungjawab itu, dalam
konsep pendidikan modern, orangtua seyogianya bersikap
demokratis terhadap anak. Artinya, orangtua mampu menciptakan
suasana dialogis dengan anak, sehingga dapat menumbuhkan
hubungan keluarga yang harmonis, saling menghormati, disiplin
dan tahu tanggung jawab masing-masing. Suasana demikian akan
sangat mendukung kepribadian anak, sehingga anak akan terbiasa
dengan sikap yang baik di lingkungannya, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.


46

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa (Slameto,2003 :60) :
a) Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang / tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak
acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali
akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya
dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
melengkapi/memnyediakan alat belajarnya, tidak memperhatikan
apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kenajuan
belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan
lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam
belajarnya. Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara
mendidik yang kurang baik. Orang tua yang terlalu kasihan
terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar,
bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alas an
segan, adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-larut
anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya
menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya
terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar,
adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan demikian anak
tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar,


47

bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak mengalami gangguan
kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang
demikian biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang
sangat tinggi, atau mereka mengetahui bahwa anakany bodoh tetapi
tidak tahu apa yang menyebabkan, sehingga anak dikejar-kejar unuk
mengatasi/mengejar kekurangannya. Disinilah bimbingan dan
penyuluhan memegang peranan penting. Anak/siswa yang
mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan
memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja
keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan
bimbingan tersebut.
b) Relasi Antar Anggota Keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi
orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi
belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilaan anak,
perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.
Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan
kasih saying, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-
hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c) Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan untuk situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada


48

dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting
yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang
gaduh/ramai dan semrawut tidak akan member ketenangan kepada
anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga
yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang
tegang, rebut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran aantar anggota
keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi
bosan di rumah, suka keluar rumah (ngluyur), akibatnya belajarnya
kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan/betah
tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
d) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan beljar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-
lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain.
Fasilitas belajar itu hanya dapat memenuhi jika keluarga
mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluraga yang
miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya
kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu.




49

e) Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila
anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas dirumah.
Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat
mungkin kesulitan yang di alami anak di sekolah. Kalau perlu
menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
f) Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.

2.5. Strategi Belajar
Strategi belajar adalah taktik untuk berlatih atau berusaha
mendapatkan pengetahuan (Kamus lengkap Bahasa Indonesia, 1997:
40). Menurut ( Gamze S. Selcuk, 2007:511) mengatakan learning
strategies can be defined as behaviors and thoughts tha a learner
engages in during learning and that are intended to influence the
learners encoding process (strategi belajar dapat didefinisikan
sebagai perilaku dan pikiran bahwa seorang pelajar terlibat dalam
selama belajar dan untuk mempengaruhi sampai proses belajar
berakhir). Sedangkan menurut Weinstein dan mayer (Manuchehr


50

Irandoust, 2002: 41) mengatakan learning strategies are defined as
the behaviours and thoughts that students use to select, organize, and
integrate new information with their existing knowledge(Strategi
belajar didefinisikan sebagai perilaku dan pikiran yang digunakan siswa
untuk memilih, mengatur, dan mengintegrasikan informasi baru dengan
pengetahuan yang ada). Strategi belajar dalam penerapannya pada siswa
memiliki tujuan untuk membentuk siswa mandiri dan diharapkan siswa
memiliki kesadaran yang timbul dari dalam, mau dan mampu belajar.
Penentuan strategi belajar umumnya tidak seluruhnya efektif bagi setiap
orang, artinya: mungkin strategi yang digunakan itu efektif untuk
seseorang, namun tidak efektif bagi orang lain. Kebermaknaan strategi
belajar yang efektif itu tergantung pada karakteristik individu dalam
belajar, dan penggunaan strategi belajar dalam mempelajari sesuatu.
Apabila yang dipelajari itu berupa konsep, misalnya, tentu
menggunakan strategi yang berbeda ketika seseorang belajar dengan
fakta.
Weinstein dan Mayer dalam jurnalnya (Gamze S. Selcuk,
dkk.,2007:511) mencantumkan beberapa strategi belajar menjadi
delapan kategori utama, yaitu:
a. Basic rehearsal strategies (latihan dasar strategi), mengulang-ulang
materi pembelajaran.
b. Complex rehearsal strategies, menyalin, menggaris bawahi, atau
membayangi bahan pemebelajaran.


51

c. Basic elaboration strategies (strategi elaborasi dasar), membentuk
citra mental bahan pembelajaran.
d. Complex elaboration strategies (komplek elaborasi strategi),
meringkas materi pembelajaran.
e. Basic organizational strategies, mengelompokkan bahan
pembelajaran.
f. Complex organizational strategies, seperti menjabarkan suatu
bagian.
g. Comprehension monitoring strategies, memeriksa pemahaman
kegagalan.
h. Affective and motivational strategies, waspada dan santai untuk
membantu kecemasan saat test.
Thomas dan Rohwer (Anni, 2006: 64) menyajikan beberapa
prinsip belajar yang efektif sebagai berikut :
a. Spesifikasi (specification). Strategi belajar itu hendaknya sesuai
dengan tujuan belajar dan karakteristik siswa yang
menggunakannya. Misalnya, strategi belajar yang sama dapat
efektif bagi anak laki-laki namun tidak efektif bagi anak
perempuan. Belajar sambil menulis ringkasan mungkin lebih efektif
bagi seseorang, namun tidak efektif bagi orang lain.
b. Pembuatan (Generativity). Strategi belajar yang efektif yaitu yang
memungkinkan seseorang mengerjakan kembali materi yang telah
dipelajari, dan membuat sesuatu menjadi baru. Strategi belajar itu


52

hendaknya mampu melibatkan pengolahan mental tingkat tinggi
pada diri seseorang. Misalnya, membuat ringkasan dari bacaan dan
membuat pertanyaan untuk orang lain, menyusun tulisan ke dalam
bentuk garis besar, dan membuat diagram yang menghubungkan
antar gagasan.
c. Pemantauan yang efektif (Effective Monitoring). Pemantauan yang
efektif yaitu berarti bahwa siswa mengetahui kapan dan bagaimana
cara menerapkan strategi belajarnya dan bagaimana cara
menyatakannya bahwa strategi yang digunakannya itu bermanfaat.
d. Kemujaraban personal (Personal Effecacy). Siswa harus memiliki
kejelasan bahwa belajar akan berhasil apabila dilakukan dengan
sungguh-sungguh
Berdasarkan pada prinsip-prinsip penggunaan strategi belajar
tersebut, Slavin menyarankan tiga strategi belajar yang dapat digunakan
untuk belajar yang efektif, yaitu :
Membuat catatan, strategi yang paling banyak digunakan pada
waktu belajar dari bacaan maupun belajar dari mendengarkan
ceramah adalah membuat catatan. Strategi ini akan menjadi efektif
untuk materi belajar tertentu karena mempersyaratkan pengolahan
mental untuk memperoleh gagasan utama tentang materi yang
dipelajari, dan pembuatan keputusan tentang gagasan-gagasan apa
yang harus ditulis.


53

Belajar kelompok, belajar kelompok ini memungkinkan siswa
membahas materi yang telah dibaca atau didengar dikelas. Banyak
penelitian menemukan bahwa siswa yang belajar kelompok akan
belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari secara lebih baik
dibandingkan dengan siswa belajar sendiri.
Metode PQ4R (Preview, Question, read, Reflect, Recite, dan
Review). Strategi belajar ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari.
a. Preview. Mensurvei atau membaca dengan cepat materi yang
dibaca untuk memperoleh gagasan utama dari pengorganisasian
materi dan topik serta sub-topik.
b. Question. Membuat pertanyaan untuk sendiri mengenai materi yang
akan dibaca.
c. Read. Membaca materi, jangan menulis terlebih dahulu, coba susun
jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan pada saat membaca.
d. Reflect on the material, memahami dan membuat kebermaknaan
informasi yang disajikan.
e. Recite, praktik mengingat informasi denngan cara menyatakan
secara lisan terhadap hal-hal penting, ajukan pertanyaan dan jawab
sendiri.
f. Review, review secara aktif atas materi yang telah dipelajari,
fokuskan pada pertanyaan yang telah dirumuskan dan baca kembali


54

materi yang mendukung jawaban atas pertanyaan yang telah
dirumuskan sendiri.
Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan
strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat
mencapai hasil yang mkasimal mungkin.
Seorang yang menyelidiki berbagai buku tentang cara-cara belajar
yang baik mengumpulkan berbagai macam petunjuk yang penting
seperti berikut ini (Slameto, 2003: 76) :
1) Keadaan Jasmani
Belajar memerlukan tenaga. Karena itu untuk mencapai hasil
yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat. Siswa yang
sakit, yang kurang makan, kurang tidur atau yang kurang baik alat
inderanya tidak dapat belajar dengan efektif. Kekurangan itu harus
ditiadakan lebih dahulu. Kemungkinana diperlukan bantuan dokter.
2) Keadaan Emosional dan Sosial
Siswa yang merasa jiwanya tertekan, yang selalu didalam
keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami kegoncangan
karena emosi-emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian
pula bila seorang siswa tidak disukai oleh temannya akan menemui
kesulitan belajar.




55

3) Keadaan Lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari sekitar. Untuk belajar diperlukan
konsentrasi pikiran, jangan smapai belajar sambil mendengrkan.
Akan tetapi keadaan yang terlampau menyengkan seperti kursi
malas yang empuk dapat merugikan, Sebelum memulai pelajaran
harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan. Buku-buku, kitab
tulis, kertas, pensil dan lain-lain harus telah tersedia rapi, sehingga
belajar tak terputus-putus karena mencari-cari buku atau
meruncingkan pensil, dan lain-lain. Meja tulis harus bersih dan
jangan penuh dengan barang-barang yang tak diperlukan.
4) Memulai Belajar
Pada permulaan belajar sering dirasakan kelambatan,
keengganan bekerja. Kalau perasaan itu kuat, belajar itu sering
diundurkan, malahan tak dikerjakan. Kelambatan itu dapat kita atasi
dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai
pekerjaan itu tepat pada waktunya, misalnya: pukul delapan tepat
tidak kurang atau lewat satu menit pun. Dalam hal ini kita seakan-
akan membagi diri dalam dua bagian, yaitu yang satu memberi
perintah, dan yang satu lagi mematuhi perintah.
5) Membagi Pekerjaan
Sebelum memulai pekerjaan lebih dahulu menentukan apa
yang dapat dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Jangan


56

ambil tugas yang terlampau berat untuk diselesikan. Menyelesaikan
sesuatu tugas yang dengan direncanakan member perasaan sukses
yang mengemberikan serta menambah kegiatan belajar.
6) Adakan Kontrol
Selidiki pada akhir belajar, hingga manakah bahan itu telah
dikuasai. Hasil yang baik menggembirakan. Kalau hasilnya kurang
baik, akan nyata kekurangan-kekurangan yang memerlukan latihan
khusus.
7) Pupuk Sikap Optimistis
Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan
meningkat dank arena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan
segala sesuatu dengan sesempurna-sempurnanya, pekerjaan yang
baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan.
8) Waktu Bekerja
Biasanya orang dapat bekerja dengan penuh perhatian
selama 40 menit, orang yang ingin belajar atau bekerja sungguh-
sungguh bertekad, jangan meninggalkan tempat duduknya selama
40 menit, apa pun yang terjadi. Selama 40 menit kita curahkan
perhatian kepada tugas kita. Kemudian kita adakan istirahat 5 menit
persis tidak lebih atau kuarang, lalu bekerja lagi selama 40 menit
dan seterusnya. Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk
memerintah diri kita. Menyeleweng dari waktu itu berarti
kegagalan.


57

9) Buatlah Suatu Rencana Kerja
Sehari sebelumya, sebaiknya sebelum tidur, kita buat
rencana kerja secara tertulis untuk hari berikutnya. Hanya dengan
rencana kerja yang teliti kita dapat menggunakan waktu kita dengan
efisien. Dengan adanya suatu rencana kerja dengan pembagian
waktu, tampaklah bahwa selelu cukup waktu untuk belajar. Rencana
kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga pelajarannya benar-
benar dapat dipelajari.
10) Menggunakan Waktu
Menghasilkan sesuatu hanya mungkin jika kita gunakan
waktu dengan efisien. Waktu yang lewat sudah hilang dan takkan
kembali lagi. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama smpai
habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh
tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khas.
Bekerja sungguh-sungguh bukan berarti diburu-buru oleh waktu,
meliankan bekerja tenang, teliti dan dengan penuh konsentrasi.
11) Belajar Keras Tidak Merusak
Belajar dengan penuh konsentrasi tidak merusak, Yang
merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar.
Mengurangi waktu istirahat akhirnya akan merusak badan. Cara ini
perlu. Tetapi orang perlu tidur selama 7 jam. Belajar sungguh-
sungguh selama 4-8 jam sehari dengan teratur sudah cukup untuk
member hasil yang memuaskan.


58

12) Cara Mempelajari Buku
Sebelum kita mulai membaca buku lebih dahulu kita coba
memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya. Untuk
itu kita selidiki daftar isi buku. Bila kita hadapi suatu bab tertentu,
kita coba mendapat gambaran tentang isi bab itu dalam garis
besarnya dengan memperhatikan judul, atau kepala bagian-
bagiannya. Kadang-kadang kita harus menggunakan daftar indeks
atau register, biala kita perlu membaca suatu bagian tertentu
mengenai suatu masalah.
13) Mempertinggi Kecepatan Membaca
Selidiki kecepatanmu membaca dengan membaca sebuah
buku selama lima menit. Hitung jumlah perkataan yang telah
dibaca dengan mengalikan jumlah kalimat dengan jumlah
perkataan rata-rata dalam satu kalimat. Dengan membagi jumlah
itu dengan 5 kita peroleh kecepatan rata-rata dalam satu menit.
Tentu saja kecepatan itu juga ditentukan oleh bahan yang dibaca.
14) Jangan Membaca Belaka
Saran-saran untuk mempertinggi efisiensi membaca:
a) Baca suatu pelajaran seluruhnya dengan cepat untuk mengetahui
garis-garis besarnya.
b) Baca lebih lambat untuk kedua kalinya untuk membahas,
bagian-bagiannya serta menyelidiki hubungannya dengan


59

keseluruhannya. Perhatikan (catat, beri garis) hal-hal yang
pokok. Membaca harus selalu dengan pensil.
c) Ulangi dan camkan apa yang telah dibaca
d) Buat rangkuman.
Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan,
sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu
akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan
mempengaruhi belajar, khususnya pembuatan jadwal dan
pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi
bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas (Slameto,
2003:82).
a. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiata
yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Agar belajar
dapat berjalan dengan baik dan berhasil perlulah seseorang
siswa mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya
dengan teratur/disiplin.
b. Membaca dan membuat catatan
Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir
sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agara dapat
belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik pula,
karena membaca adalah alat belajar.



60

c. Mengulangi bahan pelajaran
Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena
dengan adanya pengulangan (review) bahan yang begitu belum
dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam
otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah
membaca, tetapi juga bahkan lebih penting, adalah
mempelajarai. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat
ringkasan, kemudian untuk mengulang cukup belajar dari
ringkasan ataupun juga dapat dari mempelajari soal jawab yang
sudah pernah dibuatnya.
d. Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal
dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan
pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan
semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
Kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap suatu hal atau
pelajaran itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar
atau kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
olah keadaan orang tersebut, lingkungan, latihan/pengalaman.
e. Mengerjakan tugas
Bahwa salah satu prinsip belajar adalahulangan dan
latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan


61

tes/ulangan atau ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk
membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku-
buku ataupun soal-soal buatan sendiri. Sesuai prinsip dimuka,
jelas mengerjakan tugas itu mempengaruhi hasil belajar. Agar
siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas
dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR,
menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku
pegangan, tes/ulangan harian, ulangan umum dan ujian.

2.6. Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan
Dalam dunia pendidikan SMK memiliki tugas khusus
menghasilkan lulusan yang siap kerja di dunia usaha maupun dunia
industri. Oleh karena itu program pendidikan dan pelatihannya pun
harus memiliki komponen yang khusus untuk mengembangkan
keterampilan dan keahlian siswa sehingga lulusannya siap memasuki
dunia kerja. Komponen pendidikan yang ada di SMK terdiri dari
kompenen adaptif, normatif dan produktif. Komponen pendidikan di
SMK yang membedakan dengan pendidikan SMU adalah komponen
produktif. Komponen ini meliputi semua mata pelajaran yang bersifat
kejuruan dan tiap-tiap jurusan mengkaji mata pelajaran produktif yang
berbeda-beda.
Salah satu mata pelajaran produktif yang harus dikuasai oleh
siswa pada jurusan Administrasi Perkantoran adalah mata pelajaran


62

Mengelola Sistem Kearsipan yang diberikan pada saat kelas XI. Dalam
mata pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan, hal yang dipelajari
berhubungan dengan kearsipan yaitu segala kegiatan pencatatan
penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan surat-surat atau warkat-
warkat yang mempunyai arti penting baik kedalam maupun keluar; baik
yang menyangkut soal-soal pemerintahan maupun non-pemerintahan,
dengan menerapkan kebijaksanaan dan sistem tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan (Barthos, 2005: 2).
2.7.Kerangka Berpikir
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam
proses pendidikan disekolah. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar pada umunya
disebut dengan hasil belajar atau prestasi belajar. Setiap orang baik itu
siswa, guru, orang tua, maupun sekolah pasti menginginkan hasil yang
optimal terhadap prestasi belajar mengajar atau pelaksanaan
pendidikannya. Namun dalam pencapaian prestasi belajar yang baik itu
masih banyak mengalami kesulitan. Ada siswa yang memperoleh
prestasi yang tinggi, namun banyak juga siswa yang prestasinya masih
dibawah rata-rata. Tinggi rendahnya prestasi belajar itu dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi belajar baik itu faktor dari
dalam maupun faktor dari luar diri siswa.


63

Beberapa faktor dari dalam diri siswa yang menentukan
berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah faktor
motivasi belajar dan cara belajar atau strategi belajar siswa. Menurut
Mitchell, 1992 (Ibtesam Halawah, 2007: 92) students motivation for
learning is generally regarded as on of the most critical determinants,
if not the premier determinant, of the success and quality of any
learning outcome (motivasi siswa untuk belajar secara umum
dianggap paling kritis penentu, walaupun bukan penentu utama, dari
keberhasilan dan kualitas hasil pembelajaran). Motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Seorang siswa
yang mempunyai intelegensi cukup tinggi boleh jadi gagal karena
kekurangan motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam upaya menumbuhkan minat, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Motivasi dapat datang dan pergi kapan saja
sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu
kita harus selalu menumbuhkan motivasi yang baik agar hasil yang
dicapai maksimal.
Kemampuan, keaktifan dan pemahaman diri siswa terhadap
materi yang dipelajari dalam mempelajari materi suatu mata pelajaran
sangat diperlukan. Untuk menguasai materi diperlukan adanya cara
belajar atau strategi belajar yang mana siswa itu harus belajar dengan
sungguh-sungguh seperti membaca dan mencatat, mengulangi bahan
pelajaran, konsentrasi dan mnegerjakan tugas. Dengan cara belajar yang


64

baik diharapkan siswa akan lebih mudah mempelajari materi yang
disampaikan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut.
Selain pengaruh motivasi dan strategi belajar, pengaruh pertama dan
utamaa bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang
adalah pengaruh keluarga. Lingkungan keluarga meliputi cara orangtua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga dan fasilitas belajar. Cara orang tua mendidik yang
penuh perhatian, relasi antar anggota keluarga yang harmonis, suasana
rumah yang mendukung proses belajar, keadaan ekonomi yang cukup,
serta fasilitas belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.













65

Sehingga hubungan dari faktor-faktor tersebut dapat digambarkan
















Motivasi Belajar (X1):
a. Tekun menghadapi
tugas
b. Ulet menghadapi
kesulitan
c. Berorientasi jauh
kedepan
d. Senang mencari dan
memecahkan
masalah
(Sardiman,2010: 83)
dan (Ibtesam
Halawah,2007:97)
Lingkungan Keluarga
(X2):
a. Cara orang tua
mendidik
b. Relasi antar anggota
keluarga
c. Keadaan ekonomi
keluarga
d. Suasana rumah
(Slameto, 2003:60) dan
(Ibtesam Halawah,
2007: 97)

Prestasi Belajar (Y)
Mata pelajaran
mengelola system
kearsipan
Strategi Belajar (X3) :
a. Membuat jadwal dan
pelaksanaannya
b. Membaca dan
membuat catatan
c. Mengulangi bahan
pelajaran
d. Konsentrasi
e. Mengerjakan tugas
(Slameto,2003: 82) dan
(Manucher Irandhoust,
2002:43)


66

2.8. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti terbukti melalui data
yang terkumpul (Arikunto, 2006:71). Hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
1. Ada pengaruh yang positif motivasi belajar, lingkungan keluarga,
dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran
mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan administrasi
perkantoran SMK Taman Siswa Kudus.
2. Ada pengaruh yang positif motivasi belajar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan
adminintrasi perkantoran SMK Taman Siswa Kudus.
3. Ada pengaruh yang positif lingkungan keluarga terhadap prestasi
belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan
administrasi perkantoran SMK Taman Siswa Kudus.
4. Ada pengaruh yang positif strategi belajar terhadap prestasi belajar
mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan
administrasi perkantoran SMK Taman Siswa Kudus.







67

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
Jurusan Adminitrasi Perkantoran SMK Taman Siswa Kudus yang berjumlah
88 siswa, yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas AP 1 yang berjumlah 46
siswa dan kelas AP 2 yang berjumlah 42 siswa. Karena jumlah populasi
kuarang dari 100 maka peneliti menggunakan metode total sampling yaitu
seluruh populasi menjadi anggota yang akan dianalisis sabagai sampel.

3.2. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Dalam penelitian terdapat 2
variabel,yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Arikunto (2006: 119)
menjelaskan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
sedangkan variabel terikat merupakan variabel akibat.






68

3.2.1. Variabel Bebas (X)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 variabel bebas,
yaitu :
1. Motivasi Belajar
Menurut Mc Donald (Sardiman,2010:73) motivasi
adalah suatu perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Dengan indikator :
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Berorienttasi jauh kedepan
d. Senang mencari dan memecahkan masalah
2. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat
kuat terhadap perkembangan kepribadian anak, karena sebagian
besar kehidupan anak berada di tengah-tengah keluarganya.
Dengan indikator :
a. Cara orang tua mendidik
b. Relasi antar anggota keluarga


69

c. Keadaan ekonomi keluarga
d. Suasan rumah
3. Strategi Belajar
Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat
menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar
diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal
mungkin. Dengan indikator :
a. Membuat jadwal dan pelaksanaannya.
b. Membaca dan membuat catatan
c. Mengulangi bahan pelajaran
d. Konsentrasi
e. Mengerjakan tugas
3.2.2. Variabel Terikat (Y)
Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan variabel terikat,
yakni prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan.

3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah usaha untuk memperoleh data
dengan metode yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk memperoleh data
yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperlukan
cara yang mampu mengungkapkan dan sesuai dengan pokok permasalahan.
Untuk mengungkap data tentang pengaruh motivasi belajar, lingkungan
keluarga dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran


70

mengelola sistem kearsipan, maka peneliti menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
3.3.1. Metode Angket atau Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151).
Kuesioner dalam penelitian ini jenisnya tertutup, kuesioner yang
sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
3.3.2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Metode dokumentasi ini dengan cara mengumpulakan data tentang
siswa : nama-nama siswa kelas XI jurusan AP, daftar nilai ujian
tengah semester dan sebagainya.

3.4. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan Reliabilitas sangat menentukan keberhasilannya dalam
penelitian. Untuk mendapatkan alat pengumpul data yang baik, maka
diperlukan perhitungan validitas dan reliabilitas yang akan digunakan sebagai
alat pengumpul data.
3.4.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto,


71

2006:168). Suatu instrument dikatakan mampu apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrument
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang
dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Dalam menguji tingkat validitas suatu instrument dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : analisis faktor dan analisis butir.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis butir yaitu skor-skor total
butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai
Y (Arikunto, 2006: 176).
Pengujian validitas menggunakan rumus korelasi product moment
yang dikemukakan oleh pearson, yaitu:
r
xy
=
{ }{ }
2 2 2 2
) ( ) ( ) .(
) )( ( .
Y Y N X X N
X XY N

Y

Keterangan :
r
xy
= Koefisien korelasi antara variable X dan Y
N = Jumlah subyek
X = Nilai variabel X
Y = Nilai variabel Y
(Arikunto, 2006: 170)
Hasil perhitungan r
xy
dihitung kemudian dikonsultasikan dengan
r tabel dengan taraf signifikan 5% jika didapatkan harga r
xy
> r
tabel
,
maka butir instrument dapat dikatakan valid, akan tetapi jika harga r


72

xy
< r
tabel
, maka dikatakan bahwa instrument tersebut tidak valid.
(Fathoni, 2006: 122)
Berikut adalah tabel hasil uji validitas angket.
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas
No
item
r
xy
r
tabel
Kriteria

No
item
r
xy
r
tabel
Kriteria
1 0.445 0.423 Valid

16 0.439 0.423 Valid
2 0.271 0.423 Tidak

17 0.507 0.423 Valid
3 0.494 0.423 Valid

18 -0.087 0.423 Tidak
4 0.594 0.423 Valid

19 0.460 0.423 Valid
5 0.484 0.423 Valid

20 0.605 0.423 Valid
6 0.615 0.423 Valid

21 0.627 0.423 Valid
7 0.491 0.423 Valid

22 0.570 0.423 Valid
8 0.639 0.423 Valid

23 0.429 0.423 Valid
9 0.580 0.423 Valid

24 0.501 0.423 Valid
10 0.352 0.423 Tidak

25 0.608 0.423 Valid
11 0.368 0.423 Tidak

26 0.473 0.423 Valid
12 0.460 0.423 Valid

27 0.577 0.423 Valid
13 0.563 0.423 Valid

28 0.486 0.423 Valid
14 0.443 0.423 Valid

29 0.580 0.423 Valid
15 0.640 0.423 Valid

30 0.473 0.423 Valid
Sumber: Data Penelitian Diolah
Dari tabel 3.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 butir pertanyaan
banyaknya soal yang valid sebanyak 26, yang tidak valid sebanyak 4


73

item yaitu soal nomor 2, 10, 11, dan 18. Untuk itu pertanyaan nomor
2, 10, 11, dan 18 tidak diikutsertakan dalam penelitian,karena dengan
ke-4 soal tersebut tidak mempunyai kesejajaran dengan skor total atau
r
tabel
, dan nomor 2 untuk indikator tekun menghadapi tugas dapat
diwakili oleh pertanyaan nomor 1 dan 3, nomor 10 untuk indikator
senang mencari dan memecahkan masalah dapat diwakili oleh
pertanyaan nomor 8 dan 9, nomor 11 untuk indikator cara orangtua
mendidik dapat diwakili oleh pertanyaan nomor 12 dan 13, nomor 18
untuk indikator keadaan ekonomi orang tua dapat diwakili oleh
pertanyaan nomor 16 dan 17.
3.4.2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik (Arikunto: 2006: 178). Dalam hal ini
suatu alat ukur dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat
dipercaya jika alat ukur tetap atau stabil, dapat diandalkan dan dapat
diramalkan.
Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal, yaitu
diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali hasil
pengetesan.
Teknik pengujian menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 2006: 196)
r
xy
=
( )
(

1 k
k
(
(

t
b
2
2
1
o
o



74

Keterangan :
r
xy
r
11
= Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b
o
2
= Jumlah varian butir
t
2
o = Varians total
Sebelum masuk ke rumus alpha, maka perlu dicari varian tiap
butir angket dengan rumus:
2
b o =
( )
N
N
Y
X
2
2
E
E

Varian total dapat dicari dengan rumus :
2
1 o =
( )
N
N
Y
Y
2
2
E
E

Setelah diperoleh nilai varian butir dan varian total kemudian
dimasukkan kedalam rumus alpha, harga r
11
yang diperoleh
dikonsultasikan dengan r
tabel
dengan o = 5%. Berikut adalah hasil uji
reliabilitas angket.







75

Tabel 3.2
Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga,
dan Strategi Belajar.
No Variabel
r11

rtabel
Kriteria
1 Motivasi Belajar 0,759 0,423 Reliabel
2 Lingkungan Keluarga 0,796 0,423 Reliabel
3 Strategi Belajar 0,807 0,423 Reliabel
Sumber:DataPenelitianDiolah
Dari table 3.2 hasil perhitungan reliabilitas dari 20 responden untuk
variabel motivasi belajar diperoleh
r11
0,759, sedangkan
rtabel

dengan taraf signifikan 5% adalah 0,423, karena
r11
>
rtabel
maka
instrument penelitian untuk variabel motivasi belajar dinyatakan
reliabel. Untuk variabel lingkungan keluarga diperoleh
r11
0,796,
sedangkan
rtabel
dengan taraf signifikan 5% adalah 0,423, karena
r11
>
rtabel
maka instrument penelitian untuk variabel lingkungan
keluarga dinyatakan reliabel. Untuk variabel strategi belajar diperoleh
r11
0,807, sedangkan
rtabel
dengan taraf signifikan 5% adalah 0,423,
karena
r11
>
rtabel
maka instrument penelitian untuk variabel strategi
belajar dinyatakan reliabel. Sehingga angket tersebut dapat digunakan
sebagai alat penelitian.





76

3.5. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana hubungan atau pengaruh motivasi belajar, lingkungan
keluarga, dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran
mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan Administrasi Perkantoran SMK
Taman Siswa Kudus, adalah sebagai berikut :
3.5.1. Analisis Deskriptif Persentase
Analisis deskriptif persentase adalah metode yang digunakan
untuk mendeskripsikan masing-masing variabel bebas yaitu motivasi
belajar, lingkungan keluarga, dan strategi belajar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan
Administrasi Perkantoran SMK Taman Siswa Kudus. Dalam analisis
deskriptif ini, perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
persentase skor jawaban dari masing-masing siswa ditulis dengan
rumus sebagai berikut :
% =
N
n
x 100%
Dimana :
n = Jumlah skor jawabaan responden
N = Jumlah skor jawaban ideal
% = Tingkat persentase
(Ali, 1996: 184)
Untuk menghitung variabel motivasi belajar, lingkungan
keluarga dan strategi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran


77

mengelola sistem kearsipan kelas XI jurusan Administrasi
Perkantoran SMK Taman Siswa Kudus. Dengan cara mengisi angket
oleh responden dengan ketentuan :
1) Jawaban a diberi skor 4
2) Jawaban b diberi skor 3
3) Jawaban c diberi skor 2
4) Jawaban d diberi skor 1
Penentuan kategori atau jenis deskriptif persentase yang
diperoleh oleh masing-masing indikator dalam variabel, dari
perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan ke dalam
kalimat. Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut:
1. Menentukan angka presentase tertinggi
al skormaksim
al skormaksim
x 100%
=
4
4
x 100%
= 100%
2. Menentukan angka persentase terendah
al skormaksim
imal skormin
x 100%



78

=
4
1
x 100%
= 25%
3. Menghitung rentang persentase
100% - 25%
= 75%
4. Menghitung interval kelas presentase
eria banyakkrit
g ren tan

=
4
75

= 18,75
Setelah perhitungan diperoleh skor kemudian dihitung
besarnya persentase yang selanjutnya dicocokkan dengan tabel
kriteria, dari perolehan skor masing-masing variabel yang diteliti
apakah termasuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang ataupun
rendah.





79

Tabel 3.3
Kriteria Deskripsi Persentase
Persentase Kriteria
81,26% - 100%
62,51% - 81,25%
43,76% - 62,50%
25% - 43,75%
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sumber : Sugiyono, 2005 : 29
3.5.2. Metode Regresi Linier Berganda
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda dengan dua prediktor, adapun persamaan regresinya yaitu:
2 2 1 1
X b X b a Y + + = +b
3
X
3

Keterangan:
Y = variabel terikat prestasi belajar mata pelajaran mengelola sistem
kearsipan
a = bilangan konstanta
b
1
= koefisien regresi untuk X
1
b
2
= koefisien regresi untuk X
2
b
3
= koefisien regresi untuk X
3

X
1
= motivasi belajar
X
2
= lingkungan keluarga
X
3
= strategi belajar
(Sudjana, 2002: 348)


80

3.6. Uji Asumsi Klasik
3.6.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model
regresi, variabel penggganggu atau residual memiliki distribusi
normal, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Normalitas data dapat dilihat dari grafik normal P-P plot dengan
bantuan program SPSS release 14.0. Hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi apakah model regresi yang diperoleh sudah
memenuhi asumsi Classical Normal Regression Model atau disingkat
CNLRM. (Algifari, 2000: 32).
3.6.2. Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik adalah model regresi yang variabel-
variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari
multikolineritas. (Algifari, 2000: 83). Apabila terjadi multikolineritas
berarti antara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi sehingga
dalam hal ini sulit diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi
variabel terikat. Uji multikolineritas dapat juga dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) variance invlation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang teripilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Pedoman
suatu model regresi yang bebas multikolineritas melalui SPSS adalah
mempunyai nilai VIF disekitar angka satu dan mempunyai angka


81

toleransi mendekati satu (toleransi=1/VIF atau VIF/toleransi). Nilai
cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolineritas adalah nilai tolerance <0.10 atau sama dengan nilai
VIF>10.
3.6.3. Uji Heterokedatisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan mengkaji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda heterokedastisitas. Kebanyakan
data crossection mengandung situasi heterokedastisitas karena data
ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,
dan besar). Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot melalui
SPSS. Model yang bebas dari heterokedastisitas memiliki grafik
scatter plot dengan pola titik yang menyebar di atas dan di bawah
sumbu Y. Uji heterokedastisitas dapat pula dideteksi dengan
menggunakan uji glejser untuk meregresi nilai absolute residual
terhadap variabel bebas. Jika variabel bebas signifikansi secara
statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi
heterokedastisitas.
3.6.4. Uji Simultan (Uji F)


82

Untuk menjelaskan sejauh mana variabel-variabel bebas
secara simultan mampu menjelaskan variabel terikat. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan model SPSS 12, artinya secara
statistik data yang digunakan membuktikan bahwa independen yaitu
motivasi belajar, lingkungan keluarga, dan strategi belajar
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu prestasi belajar, dengan
menggunakan signifikan 5% (0,05) jika signifikan dari variabel bebas
(motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar) > 0,05
maka Ho diterima, dan apabila signifikan dari variabel bebas
(motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar) < 0,05
maka Ho ditolak.
3.6.5. Uji Parsial (Uji t)
Untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial masing-
masing variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
model SPSS 12, menggunakan signifikan 5% (0,05) apabila nilai
signifikan masing-masing variabel bebas > 0,05 maka Ho diterima,
sebaliknya jika nilai signifikan masing-masing variabel bebas < 0,05
maka Ho ditolak. (Algifari, 2000: 73).
3.6.6. Uji Determinasi
Koefisien determinasi (R
2
) secara parsial digunakan untuk
mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh
motivasi belajar, lingkungan keluarga dan strategi belajar jika


83

variabel lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar nilai
R
2
maka semakin besar variasi sumbangan terhadap variabel terikat.
Sedangkan koefisien determinasi (R
2
) keseluruhan
digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik. Jika R
2
yang
mendekati 1 (satu) maka dikatakan semakin kuat model tersebut
dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sebaliknya jika R
2
keseluruhan mendekati 0 (nol) maka semakin
lemah variasi variabel bebas menerangkan variabel terikat.

















84

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. GAMBARAN UMUM
4.1.1. Gambaran Umum Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tamansiswa yang
didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 yang
berpusat di Jogjakarta dan mempunyai cabang diseluruh Indonesia
sebanyak 153, salah satunya yaitu di kota Kudus. Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Tamansiswa Kudus yang berdiri pada tanggal 22
Desember 1971 diatas tanah Hgb seluas kurang lebih 1635 m
2
dengan
luas bangunan sekitar 1274 m
2
dan berdasarkan SK Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Tamansiswa Kudus baru terdaftar pada
tahun 1972, yang dulunya digunakan sebagai pabrik rokok Tatah.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tamansiswa Kudus
mempunyai 4 (Empat) Program Keahlian yaitu Administrasi
Perkantoran, Akuntansi, Penjualan, dan Multimedia.
Adapun Visi dari SMK Tamansiswa Kudus adalah Menjadi
SMK berstandar nasional berlandaskan Jiwa Tamansiswa. Sedangkan
Misi dari SMK Tamansiswa Kudus adalah :
1. Menyiapkan peserta didik yang profesional dengan mempertajam
daya cipta, rasa dan karsa secara kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2. Melaksanakan proses belajar mengajar berbasis multimedia.


85

3. Menyiapkan tenaga pengajar yang memiliki Kompetensi Standar
Nasional.
4. Menyiapkan peserta didik agar lulus ujian nasional dengan nilai
rata-rata 6,00 dan nilai kompetensi keahlian kejuruan minimal
7,00.
5. Menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan yang representative.
6. Mewujudkan manajemen berbasis sekolah secara efektif dan
efisien.
7. Membuka program keahlian baru yang relevan, dan menyiapkan
program keahlian agar dpat menjadi Tempat Uji Kompetensi.
8. Menjalin kerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri yang
relevan.
9. Melestarikan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.
10. Menyiapkan peserta didik agar mempunyai jiwa wirausaha.

4.2. HASIL PENELITIAN
4.2.1. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai deskripsi data
masing-masing variabel penelitian dan pengaruh 3 variabel bebas
(motivasi belajar, lingkungan keluarga, dan strategi belajar) dengan satu
variabel dependen (Prestasi belajar) pada Mata Pelajaran Mengelola
Sistem Kearsipan Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK
Taman Siswa Kudus.
4.2.1.1. Motivasi Belajar
Pada variabel deskriptif motivasi belajar, penilaian dilakukan
dengan 4 indikator, diantaranya adalah tekun menghadapi tugas, ulet
menghadapi kesulitan, berorientasi jauh kedepan, senang mencari dan
memecahkan masalah. Berikut adalah tabel deskriptif persentasi
variabel motivasi belajar.



86

Tabel 4.1
Deskriptif persentasi Motivasi belajar
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
53 60% 85%
Tinggi 62,51% - 81,25%
31 35%
Sedang 43,76% - 62,50%
4 5%
Rendah 25% - 43,75%
0 0%
Jumlah 88
100%
Sumber : Data Penelitian diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang tingkat motivasi belajar sebagai berikut. 53 siswa
(60%) memiliki motivasi belajar dengan kriteria sangat tinggi , 31 siswa
(35%) memiliki motivasi belajar dengan kriteria tinggi. 4 siswa (5%)
memiliki motivasi belajar dengan kriteria sedang. Dan tidak ada siswa
yang memiliki kriteria belajar dengan kategori rendah. Secara kalsikal
persentasi motivasi belajar siswa sebesar 85% dan termasuk dalam
kriteria sangat Tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram
batang tentang motivasi belajar siswa.






87

Diagram 1
Diagram batang deskriptif persentasi tentang motivasi belajar
siswa.

Untuk lebih detailnya mengenai aktivitas siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dari masing-masing subvariabel
observasi dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Tekun Menghadapi Tugas
Berikut adalah dekriptif persentasi ketekunan siswa dalam
menghadapi tugas dari sekolah.







0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
60%
35%
5%
0%
deskripti f persentasi motivasi belajar


88

Tabel 4.2 Tekun Menghadapi Tugas
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100%
81 92% 94%
Tinggi 62,51% -
81,25% 5 6%

Sedang 43,76% -
62,50% 2 2%

Rendah 25% -
43,75% 0 0%

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang tingkat indikator tekun menghadapi tugas sebagai
berikut. 81 siswa (92%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi , 5 siswa
(6%) termasuk dalam kriteria tinggi. 2 siswa (2%) termasuk dalam
kriteria sedang. Dan tidak ada siswa yang memiliki ketekunan
menghadapi tugasnya masuk dalam kriteria rendah. Secara klasikal
persentasi tekun menghadapi tugas sebesar 94% dan termasuk dalam
kriteria sangat Tinggi Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram
batang tentang tekun menghadapi tugas.






89

Diagram 2
Diagram Batang Deskriptif Persentasi Tekun Menghadapi Tugas


2. Ulet Menghadapi Kesulitan
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang keuletan siswa
dalam menghadapi kesulitan.
Tabel 4.3 Ulet Menghadapi Kesulitan
Kriteria Rentang
Frekuensi Persentasi Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
52 59% 83%
Tinggi 62,51% - 81,25%
27 31%

Sedang 43,76% - 62,50%
8 9%

Rendah 25% - 43,75%
1 1%

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator ulet menghadapi kesulitan sebagai
berikut. 52 siswa (59%) termasuk dalam kriteria Sangat tinggi , 27
0%
50%
100%
Sangat Tinggi Tinggi Rendah Rendah sekali
92%
6%
2%
0%
Tekun Menghadapi Tugas


90

siswa (31%) termasuk dalam kriteria tinggi. 8 siswa (9%) termassuk
dalam kriteria sedang. Dan 1 siswa (1%) termasuk dalam kriteria
rendah. Secara klasikal persentasi kesenangan mencari dan
memecahkan masalah sebesar 83% dan termasuk dalam kriteria Sangat
Tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang
ulet menghadapi kesulitan.
Diagram 3
Diagram batang deskriptif persentasi ulet menghadapi kesulitan

3. Berorientasi Jauh Kedepan
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang berorientasi jauh
kedepan.






0%
20%
40%
60%
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah Rendah
sekali
59%
31%
9%
1%


91

Tabel 4.4 Berorientasi Jauh Kedepan

4.



4.2.1.2.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator orientasi masa depan adalah sebagai
berikut. 73 siswa (83%) termasuk dalam kriteria Sangat tinggi , 9 siswa
(10%) termasuk dalam kriteria tinggi. 6 siswa (7%) termasuk dalam
kriteria sedang. Dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kriteria
rendah. Secara klasikal persentasi kesenangan mencari dan
memecahkan masalah sebesar 90% dan termasuk dalam kriteria sangat
Tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang
berorientasi jauh kedepan.






Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-
rata
Klasikal
Sangat Tinggi 81,26% - 100% 73 83% 90%
Tinggi 62,51% - 81,25% 9 10%
Sedang 43,76% - 62,50% 6 7%
Rendah 25% - 43,75% 0 0%
Jumlah 88 100%


92

Diagram 4
Diagram batang deskriptif persentasi orientasi pada masa depan

4. Senang Mencari dan Memecahkan Masalah
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang kesenangan dalam
mencari dan memecahkan masalah.
Tabel 4.5 Senang Mencari dan Memecahkan Masalah
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
36 41% 73%
Tinggi 62,51% - 81,25%
18 20%

Sedang 43,76% - 62,50%
24 27%

Rendah 25% - 43,75%
10 11%

Jumlah
88 100%

Sumber: data penelitian diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator kesenangan dalam mencari dan
memecahkan masalah adalah sebagai berikut. 36 siswa (41%) termasuk
dalam kriteria Sangat tinggi, 18 siswa (20%) termasuk dalam kriteria
tinggi. 24 siswa (27%) termassuk dalam kriteria sedang. Dan 10 siswa
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah Rendah
sekali
83%
10%
7%
0%


93

(11) termasuk dalam kriteria rendah. Secara klasikal persentasi
kesenangan mencari dan memecahkan masalah sebesar 73% dan
termasuk dalam kriteria Tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
diagram batang tentang senang mencari dan memecahkan masalah.
Diagram 5
Deskriptif persentase senang mencari dan memecahkan masalah

4.2.1.2. Lingkungan Keluarga
Pada variabel deskriptif lingkungan keluarga, penilaian
dilakukan dengan 4 indikator, diantaranya adalah cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, keadaan ekonomi orang tua,
dan suasana rumah. Berikut adalah tabel deskriptif persentasi
lingkungan keluarga.



0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
41%
20%
27%
11%
hhhdjhdj


94


Tabel 4.6 Deskriptif persentase Lingkungan Keluarga
Kriteria Rentang
Frekuensi Persentasi Rata-
rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
37 42% 77%
Tinggi 62,51% - 81,25%
39 44%

Sedang 43,76% - 62,50%
9 10%

Rendah 25% - 43,75%
3 3%

Jumlah
88 100%

Sumber: data penelitian diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang tingkat lingkungan keluarga sebagai berikut. 37
siswa (42%) memiliki lingkungan keluarga dengan kriteria sangat
tinggi , 39 siswa (44%) memiliki lingkungan keluarga dengan kriteria
tinggi. 9 siswa (10%) memiliki lingkungan keluarga dengan kriteria
sedang. 3 siswa (3%) memiliki lingkungan keluarga dengan kriteria
rendah. Secara klasikal persentasi lingkungan keluarga sebesar 77% dan
termasuk dalam kriteria tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
diagram batang tentang lingkungan keluarga.





95


Diagram 6
Diagram batang deskriptif persentase Lingkungan Keluarga

Untuk lebih detailnya mengenai aktivitas siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dari masing-masing subvariabel
observasi dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Cara Orang Tua Mendidik
Kehadiran dan persiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran berdasarkan hasil observasi, maka diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel 4.7 Cara Orang Tua mendidik
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 41 47% 77%
Tinggi 62,51% -
81,25% 20 23%

Sedang 43,76% -
62,50% 16 18%

Rendah 25% - 43,75%
11 13%

0%
20%
40%
60%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
42%
44%
10%
3%
deskriptif persentasi lingkungan
keluarga


96

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang tingkat indikator cara orang tua mendidik sebagai
berikut. 41 siswa (47%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi , 20 siswa
(23%) termasuk dalam kriteria tinggi. 16 siswa (18%) termasuk dalam
kriteria sedang. 11 siswa (13%) termasuk dalam rendah. Secara
klasikal persentasi cara orang tua mendidik sebesar 77% dan termasuk
dalam kriteria tinggi Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram
batang tentang cara orang tua mendidik.
Diagram 7
Diagram batang deskriptif persentasi cara orang tua mendidik

2. Relasi Antar Anggota Keluarga
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang relasi antar anggota
keluarga.

0%
50%
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah Rendah
sekali
47%
23%
18%
13%
cara orang tua mendidik


97



Tabel 4.8 Deskriptif persentase Relasi Antar Anggota Keluarga
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 40 45% 76%
Tinggi 62,51% -
81,25% 21 24%

Sedang 43,76% -
62,50% 25 28%

Rendah 25% - 43,75%
2 2%

Jumlah
88 100%

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator relasi antar anggota keluarga sebagai
berikut. 40 siswa (45%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi, 21 siswa
(24%) termasuk dalam kriteria tinggi. 25 siswa (28%) termasuk dalam
kriteria sedang. 2 siswa (2%) termasuk dalam kriteria rendah. Secara
klasikal persentasi relasi antar anggota keluarga sebesar 76% dan
termasuk dalam kriteria tinggi Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
diagram batang tentang relasi antar anggota keluarga.





98



Diagram 8
Diagram batang deskriptif persentasi relasi antar anggota keluarga

3. Keadaan Ekonomi Orang Tua
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang keadaan ekonomi orang tua.
Tabel 4.9 Deskriptif persentasi Keadaan Ekonomi Orang Tua
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 43 49% 79%
Tinggi 62,51% -
81,25% 32 36%

Sedang 43,76% -
62,50% 12 14%

Rendah 25% - 43,75%
1 1%

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator keadaan ekonomi orang tua adalah
sebagai berikut. 43 siswa (49%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi ,
0%
20%
40%
60%
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah Rendah
sekali
45%
24%
28%
2%
relasi antar anggota keluarga


99

32 siswa (36%) termasuk dalam kriteria tinggi. 12 siswa (14%)
termasuk dalam kriteria sedang. 1 siswa (1%) termasuk dalam kriteria
rendah. Secara klasikal persentasi keadaan ekonomi orang tua sebesar
79% dan termasuk dalam kriteria tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut
disajikan diagram batang tentang keadaan ekonomi orang tua.
Diagram 9
Diagram batang deskriptif persentase Keadaan Ekonomi Orang
Tua

4. Suasana Rumah
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang suasana rumah.
Tabel 4.10 Deskriptif Persentase Suasana Rumah
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
43 49% 78%
Tinggi 62,51% -
81,25% 14 16%

Sedang 43,76% -
62,50% 28 32%

Rendah 25% - 43,75%
3 3%

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
0%
20%
40%
60%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
49%
36%
14%
1%
keadaan ekonomi orang tua


100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator suasana rumah adalah sebagai berikut. 43
siswa (49%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi, 14 siswa (16%)
termasuk dalam kriteria tinggi. 28 siswa (32%) termasuk dalam kriteria
sedang. 3 siswa (3%) termasuk dalam kriteria rendah. Secara klasikal
persentasi suasana rumah sebesar 78% dan termasuk dalam kriteria
tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang
suasana rumah.
Diagram 10
Diagram batang deskriptif persentasi suasana rumah


4.2.1.3. Startegi Belajar
Pada variabel deskriptif strategi belajar, penilaian dilakukan
dengan 5 indikator, diantaranya adalah membuat jadwal, membaca dan
membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi, dan
mengerjakan tugas. Berikut adalah tabel deskriptif strategi belajar.


0%
50%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
49%
16%
32%
3%
suasana rumah


101



Tabel 4.11 Deskriptif Persentase Strategi Belajar
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 38 43% 79%
Tinggi 62,51% -
81,25% 45 51%

Sedang 43,76% -
62,50% 4 5%

Rendah 25% -
43,75% 1 1%

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang strategi belajar siswa sebagai berikut. 38 siswa
(43%) memiliki strategi belajar dengan kriteria sangat tinggi , 45 siswa
(51%) memiliki strategi belajar dengan kriteria tinggi. 4 siswa (5%)
memiliki strategi belajar dengan kriteria sedang. 1 siswa (1%) memiliki
strategi belajr dengan kriteria rendah. Secara klasikal persentasi
strategi belajar siswa sebesar 79% dan termasuk dalam kriteria tinggi.
Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang strategi
belajar siswa.





102


Diagram 11
Diagram batang deskriptif persentasi tentang strategi belajar
siswa.

Untuk lebih detailnya mengenai aktivitas siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dari masing-masing subvariabel
observasi dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Membuat Jadwal
Berikut adalah deskriptif persentasi tentang sub indikator
membuat jadwal.
Tabel 4.12 Deskriptif Persentase Membuat Jadwal
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
28 32% 74%
Tinggi 62,51% -
81,25% 39 44%

Sedang 43,76% -
62,50% 17 19%

Rendah 25% - 43,75%
4 5%

Jumlah
88 100%

0%
50%
100%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
43%
51%
5%
1%
deskriptif persentasi strategi belajar
siswa


103

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang tingkat indikator membuat jadwal sebagai berikut.
28 siswa (32%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi , 39 siswa (44%)
termasuk dalam kriteria tinggi. 17 siswa (19%) termasuk dalam kriteria
sedang. 4 siswa (5%) termasuk dalam kriteria rendah. Secara klasikal
persentasi membuat jadwal sebesar 74% dan termasuk dalam kriteria
tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang
membuat jadwal.
Diagram 12
Diagram batang deskriptif persentasi membuat jadwal


2. Membaca dan Membuat Catatan
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang membaca dan
membuat catatan.



0%
50%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
32%
44%
19%
5%
membuat jadwal


104



Tabel 4.13 Deskriptif Persentase Membaca dan Membuat Catatan
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 29 33% 73%
Tinggi 62,51% -
81,25% 29 33%

Sedang 43,76% -
62,50% 27 31%

Rendah 25% - 43,75%
3 3%

Jumlah
88 100%

Sumber: data penelitian diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator membaca dan membuat catatan sebagai
berikut. 29 siswa (33%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi , 29 siswa
(33%) termasuk dalam kriteria tinggi. 27 siswa (31%) termasuk dalam
kriteria sedang. 3 siswa (3%) termasuk dalam kriteria rendah. Secara
klasikal persentasi membaca dan membuat catatan sebesar 73% dan
termasuk dalam kriteria tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan
diagram batang tentang membaca dan membuat catatan.






105


Diagram 13
Diagram batang deskriptif persentasi membaca dan membuat
catatan

3. Mengulangi Bahan Pelajaran
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang mengulangi bahan
pelajaran.
Tabel 4.14 Deskriptif Persentase Mengulangi Bahan Pelajaran
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 46 52% 82%
Tinggi 62,51% -
81,25% 30 34%

Sedang 43,76% -
62,50% 12 14%

Rendah 25% - 43,75%
0 0%

Jumlah
88 100%

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator mengulangi bahan pelajaran adalah
sebagai berikut. 46 siswa (52%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi ,
0%
20%
40%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
33% 33%
31%
3%
membaca dan membuat catatan


106

30 siswa (34%) termasuk dalam kriteria tinggi. 12 siswa (14%)
termasuk dalam kriteria sedang. Dan tidak ada siswa yang termasuk
dalam kriteria rendah. Secara klasikal persentasi mengulangi bahan
pelajaran sebesar 82% dan termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Untuk
lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang mengulangi
bahan pelajaran.
Diagram 14
Diagram batang deskriptif persentasi mengulangi bahan pelajaran


4. Konsetrasi
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang konsentrasi.
Tabel 4.15 deskriptif Persentasi Konsentrasi
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 71 81% 85%
Tinggi 62,51% -
81,25% 7 8%

Sedang 43,76% -
62,50% 10 11%

Rendah 25% -
43,75% 0 0%

Jumlah
88 100%

Sumber : Data Penelitian Diolah, 2010
0%
50%
100%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
52%
34%
14%
0%
mengulangi bahan pelajaran


107

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator konsentrasi adalah sebagai berikut. 71
siswa (81%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi, 7 siswa (8%)
termasuk dalam kriteria tinggi. 10 siswa (11%) termasuk dalam kriteria
sedang. Dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kriteria rendah.
Secara klasikal persentasi konsentrasi sebesar 85% dan termasuk dalam
kriteria sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram
batang tentang konsentrasi.
Diagram 15
Diagram batang deskriptif konsentrasi


5. Mengerjakan Tugas
Berikut adalah dekriptif persentasi tentang mengerjakan tugas.




0%
50%
100%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
81%
8%
11%
0%
konsentrasi


108

Tabel 4.16 Deskriptif Persentasi Mengerjakan Tugas
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% -
100% 43 49% 82%
Tinggi 62,51% -
81,25% 41 47%

Sedang 43,76% -
62,50% 3 3%

Rendah 25% -
43,75% 1 1%

Jumlah
88 100%

Sumber : data penelitian dioalah ,2010
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang indikator mengerjakan tugas sebagai berikut. 43
siswa (49%) termasuk dalam kriteria sangat tinggi , 41 siswa (47%)
termasuk dalam kriteria tinggi. 3 siswa (3%) termasuk dalam kriteria
sedang. 1 siswa (1%) termasuk dalam kriteria rendah. Secara klasikal
persentasi mengerjakan tugas sebesar 82% dan termasuk dalam kriteria
sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang
tentang mengerjakan tugas.
Diagram 16
Diagram batang deskriptif persentasi mengerjakan tugas

0%
20%
40%
60%
Sangat
Tinggi
Tinggi Rendah Rendah
sekali
49%
47%
3%
1%
mengerjakan tugas


109

4.2.1.4. Prestasi Belajar Siswa
Berikut adalah tabel deskriptif persentasi variabel prestasi belajar.
Tabel 4.17 Deskriptif Persentasi Prestasi Belajar
Kriteria Rentang Frekuensi Persentasi
Rata-rata
Klasikal
Sangat
Tinggi
81,26% - 100%
22 25% 79%
Tinggi 62,51% -
81,25% 57 65%

Sedang 43,76% -
62,50% 9 10%

Rendah 25% - 43,75%
0 0%

Jumlah
88 100%

Sumber : data penelitian diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui dari 88 siswa diperoleh
keterangan tentang hasil sebagai berikut. Sebanyak 22 siswa (25%)
mendapatkan prestasi belajar dengan kriteria sangat tinggi, 57 siswa
(65%) mendapatkan prestasi belajar dengan kriteria tinggi, 9 siswa
(10%) mendapatkan prestasi belajar dengan kriteria sedang. Dan tidak
ada prestasi belajar siswa yang termasuk dalam kriteria rendah. Untuk
lebih lengkapnya data tentang prestasi belajar siswa dapat dilihat pada
lampiran.






110

Diagram 17
Diagram Batang Prestasi Belajar Siswa

4.2.2. Asumsi Klasik
Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar, lingkungan
keluarga dan strategi belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat dari
hasil analisis regresi ganda. Dalam analisis tersebut ada beberapa syarat
asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu berdistribusi normal, tidak
mengandung multikolinieritas, tidak mengandung heterokedastisitas.
4.2.2.1. Uji Normalitas Data
Berdasarkan teori statistika model linier hanya residu dari
variabel dependent Y yang wajib diuji normalitasnya, sedangkan
variabel independent diasumsikan bukan fungsi distribusi. Jadi tidak
perlu diuji normalitasnya. Hasil output dari pengujian normalitas
dengan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.



0%
100%
Sangat
Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
25%
65%
10%
0%
deskriptif persentasi prestasi
belajar siswa


111

Tabel 4.18
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov Smirnov



4.2.2.2.






Analisis data :
Kriteria penerimaan H
0
hasil Output :
Uji normalitas data digunakan hipotesis sebagai berikut :
H
0
: Data berdistribusi normal
H
1
: Data tidak berdistribusi
H
0
diterima jika nilai sig (2-tailed) > 5%.
Dari tabel diperoleh nilai sig = 0,351 = 35,1% > 5% , maka H
0
diterima.
Artinya variabel prestasi belajar berdistribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 7.42455544
Most Extreme
Differences
Absolute .099
Positive .069
Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z .931
Asymp. Sig. (2-tailed) .351
a. Test distribution is Normal.


112

Uji normalitas juga dapat dilihat pada grafik Normal P-Plot
sebagai berikut.
Gambar 4.1
Grafik Normal PP-Plot

Sumber : Data primer Penelitian 2010
Pada grafik P-Plot terlihat data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi
normal maka variabel dependen Y memenuhi asumsi normalitas.
4.2.2.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
adalah dengan melihat nilai toleransi dan Variance Inflation Factor


113

(VIF). Apabila nilai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam
model regresi. Berikut hasil perhitungan menggunakan program SPSS
16:
Tabel 4.19
Hasil Uji Multikolonieritas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)
18.077 7.844

2.305 0.024

X1
0.816 0.332 0.272 2.459 0.016 0.573
1.74
6
X2
0.584 0.224 0.238 2.615 0.011 0.85
1.17
7
X3
0.725 0.273 0.292 2.655 0.009 0.58
1.72
5
a.Dependent Variable: Y




Dari tabel diatas terlihat setiap variabel bebas mempunyai nilai
tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.
4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan penyebaran
variabel bebas. Penyebaran yang acak menunjukkan model regresi yang
baik. Dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik


114

scatterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah
sumbu Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan program SPSS 16:
Gambar 4.2
Uji Heterokedastisitas

Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi ini. Selain dengan mengamati grafik scatterplot Selain
dengan mengamati grafik scatterplot uji heterokedastisitas juga dapat
dilakukan dengan uji Glejser. Uji glejser yaitu pengujian dengan
meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen.
Cara melakukan uji glejser dengan SPSS 16 adalah sebagai berikut.
1. Lakukan regresi PS (Currat, DER, ROA, MUR, Size).
2. Dapatkan variabel residual dengan memilih tombol save pada
tampilan windows linear regression dan aktifkan unstandardized
residual.
3. Absolutkan nilai residual (absresPS) dengan mengklik menu
Tranform kemudian pilih Compute.


115

4. Regresikan variabel nilai_abs sebagai variabel dependent dan
variabel Currat, DER, ROA, MUR, Size sebagai variabel
independen.
5. Klik OK.
Output dari proses di atas adalah sebagai berikut
Tabel 4.20
Uji Glejser
Coefficients
a

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant)
-8.2 4.257

-
1.926 0.057
X1
0.085 0.18 0.063 0.47 0.639
X2
0.189 0.121 0.172 1.556 0.123
X3
0.228 0.148 0.207 1.541 0.127
a. Dependent Variable: ABSRES1


Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan semua
variabel independen mempunyai nilai sig 0,05. Jadi tidak ada variabel
independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen abs_res.
Hal ini terlihat dari nilai sig pada tiap-tiap variabel independen
seluruhnya diatas 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heterokedastisitas.
4.2.3. Analisis Regresi Berganda

4.2.4.



116

Vous aimerez peut-être aussi