Vous êtes sur la page 1sur 2

Assalamualaikum waroh matullohi wabarokatuh

Jamaah jumah rokhimakumulloh Sudah sepatutnya puji dan sukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita , sehingga pada kesematan kali ini kita dapat menjalankan suatu kewajiban yang di perintahkan oleh setiap kaum adam ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Rasululloh Muhammad SAW. Semoga shalawat tersebut juga tercurah kepada keluarga, shabat umumnya umat Islam dan khususnya kepada kita. Selanjunya khotib tak lupa berwasiat , umumnya kepada Jamaah jumah dan khususnya kepada diri pribadi khotib, marilah kita agar selalu dapat meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, taqwa yang sebenar benarnya taqwa. Taqwa yang menuntun kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang, taqwa yang dapat membawa kita kepada Amar maruf dan Nahi mungkar, semoga Allah selalu meridhoi ikhtiar kita untuk menggapai maqom tertinggi tersebut. Amin. Dikalangan pendidikan, khususnya kita yang berada di lingkungan sekolah belum lama ini kita kembali telah melaksanakan tradisi pemerintah untuk menguji hasil belajar siswa kelas akhir yang dikenal sebagai UNAS. Mereka yang baru saja melaksanakan ujian tersebut tentu merasakan perasaan yang sama, dalam menanti hasil dari test yang mereka laksanakan. Berbagai rasa mencampur menjadi satu, segala ikhitiar di jalankan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Bercermin dari hal tertsebut tampak bahwa UNAS merupakan usaha ulil amri atau pemerintah kita untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan di negara kita tercinta ini. Namun kenyataannya UNAS yang di umpamakan sebagai lokomotif kereta yang apabila lokomotif itu tidak berjalan maka kereta tersebut juga tak akan sampai, nampaknya menjadi momok di kalangan siswa. DiDalam islam sendiri menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban yang dibebeankan oleh setiap kaum muslim dengan hukum Fardu Ain. Sebagaimana yang di sabdakan nabi: Tholabul ilmi farii dhotun alaa kulli muslimin; menuntut ilu itu wajib atas setiap kaum muslim. Itu berearti pahala dan dosa kelak akan dipertanggungjawabkan oleh setiap kaum muslim apabila ia tidak menutut ilmu ataupun sebaliknya. Menuntut ilmu itu pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan yang tidak perlu untuk diujikan karena ilmu yang haqiqi hanyalah milik Allah SWT. Kadar maupun tingkat ilmu memang berbeda namun yang perlu di perhatikan adalah manfaat, keikhlasn dan, nilai yang didapatkan dari menyntut ilmu utu sendiri. Sebab ilmu yang di anggap memiliki nilai ibadah adalah ilmu yang akan berguna bagi sesama, bukan untuk pamer, bukan pula untuk mencari kedudukan dan derajat. Karena Allah sudah menjanjikan yar faillahulladziina aamanu minkum, walladzina uutul ilma daa raajaat; niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dengan orang oreng yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Maka dari hal tersebut kita hendaknya sadar atas kebutuhan dan kewajiban kita untuk menuntut ilmu. Al Quran yang merupakan sumber ilmu bagi setiap kaum muslim nampaknya seiring dengan kian merambahnya Globalisasi mulai menjadi barang yang hampir atau sangat jarang tersentuh oleh kaum pelajar. Mereka lebih banyak mengandalkan internet, sebagai kamus dan sumber refrensi mereka, dibandingkan dengan mengkaji Alquran. Mereka sekarang lebih suka membaca artikel, kata mutiara dan tesis ataupun kiriman lainnya yang berada di dinding facebook mereka, dibandingkan dengan melantunkan ayat quran dengan murotal atau tartil. Penyakit semacam inilah yang sedang menjangkit kaum muda kita. Padahal Al-quran yang merupakan wahyu Allah yang didalamnya berisikan kisah, perintah, larangan, serta ilmu pengetahuan yang sengaja diturunkan kepada

nabi muhammad secara berangsur angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari agar dapat disampaikan kepada kaumnya untuk di pelajari yang isisnya memuat tata cara berkehidupan di dunia yang fana ini dan kehidupan kelak di akhirat. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan dan pemecahan solusi terkait dengan masalah tersebut sehingga seiring dengan berkembangnya jaman, kita masih dapat menciptakan generasi qurani. Pada dasarnya permasalahan mengapa Al-quran pada era ini seringkali dikesampingkan itu dikarenakan kaum muslim sendiri yang menganggap bahwa Al-quran merupakan koran bekas yang kumuh dan usang, yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Hal ini adalah kesalahan terbesar kaum kita yang mengasumsikan Al- quran sebagai buku spiritual yang kuno yang tidak ada apa apanya melainkan hanya kitab yang membahas masalah perintah dan larangan Allah, serta kisah para nabi dan rasul. Namun perlu adanya klarifikasi dan pembenaran bahwa apa yang meraka pikirkan tersebut benar benar salah. Al quran tidak saja Allah turunkan hanya untuk membahas masalah ukhrawi tetapi juga menyangkut masalah kehidupan kita didunia termasuk ilmu pengetahuan. Ambil saja contoh, berapa orang dari kita saat ini, telah mengaku beriman bertuhakan Allah, bernabikan Muhammad dan berkitabkan Al-quran dengan lantang dan kukuh mengucapkan 2 kalimah syahadat,.... tapi hingga saat ini belum percaya dengan apa yang dikatakan Al-quran. Satu contoh, keterlambatan kita sebagai kaum muslim untuk menjadikan Al-quran menjadi sumber refrensi penelitian. Tetntu kita kenal siapa Albert einsten, ilmuwan yang terkenal dengan rumus e=mc2nya ini justru telah membuktikan wahyu Allah. Siapa yang tidak mengetahui teori big bang yang merupakan teori dasar penciptaan alam jagad raya. Sebelumnya banyak pendapat yang dikemukakan oleh kaum ateis tentang terbentuknya alam jagad raya ini. mereka mengemukakan pendapat bahwa terbentunya alam jagad raya ini dengan menggunakan teori keberadaan dan ketapan kestabilan yang berarti bumi,bulan, matahari dan bintang serta planet lainnya telah diciptakan secara teratur tanpa adanya proses pembentukan. Namun hai ini kemudian dibantah oleh einsten dengan penelitian lanjutannya yang membuktikan bahwa benda-benda angkasa tersebut termasuk bumi dahulunya adalah satu yang kemudian meledak dan memisah yang akhirnya kini menjadi teori yang di akui dunia. Hal yang lebih mencengangkan lagi adalah Jika kita merujuk pada Al-quran Surah al anbiya ayat 30 Awalam yaralladziina kafaruuu annassamaawaati walard, kaanataa rotz qon fafataqnaahuma; dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalalah satu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya,. itu berarti jika kita sebagai kaum muslim benar benar berpegang teguh pada Al-quran maka seharusnya kita sudah bisa mengetahuinya lebih dahulu. Hal ini cukup membuktikan bahwa apa yang dikatakan di dalam Al-quran

Vous aimerez peut-être aussi