Vous êtes sur la page 1sur 6

Judul Buku Music Penulis

: Music In Human Life : Anthropological Perspective on

: John Edmund Kaemmer

Penerbit/Tahun Terbit : University Of Texas Press, 1993

Salah satu bagian penting dalam perspektif antropologi terhadap musik atau cara disiplin ini memahami musik adalah dengan menyadari bahwa betapa pentingnya sikap (attitudes) manusia itu sendiri terhadap music. Karena dalam perspektif antropologi sikap-sikap tersebut seringkali berasal dari pengaruh kekuatan social (social forces) yang tidak kita sadari, sehingga pemahaman kita terhadap music itu sendiri menjadi terbatas. Karena itu, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa masyarakat(society) sebenarnya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap munculnya sikap-sikap (attitudes)dan perilaku manusia apabila dibandingkan dengan musik itu sendiri. Kekuatan social yang mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan musik; beroperasi tidak hanya pada masyarakat eksotis saja, tetapi juga masyarakat industry modern. Maka dari itu, salah satu tujuan penting antropologi secara umum adalah mengembangkan perspektif baru melalui suatu masyarakat, dengan cara meningkatkan sensitivitas tentang bagaimana cara hidup orang-orang yang berada pada masyarakat yang lain. Ada berbagai macam cara atau bentuk tentang bagaimana orang-orang terhubung dengan musik. Bentuk yang paling umum dan nyata adalah praktik; yaitu mencipta dan mendengarkan musik. Dan yang lain adalah wacana (discourse), yang meliputi obrolan dan penulisan tentang musik. Perbedaan antara praktik dan wacana ini terlihat pada tradisi orang timur yang menjadikan partisipasi dalam musik dan verbalisasi terhadap music sebagai seni yang berbeda atau terpisah. Selain itu,perbedaan lain adalah; praktik akan selalu memiliki orang-orang yang menampilkan musik (performers) dan juga pendengar(listeners) dalam aktivitasnya. Perspektif yang diambil oleh orang-orang yang merumuskan

wacana(discourse/diskursus) tentang musik mempengaruhi bentuk dan hasil dari

semua wacana-wacana yang ada didalam musik. Wacana-wacana yang ada, kebanyakannya di susun oleh para pemusik; dengan tujuan untuk membuat musik mereka lebih menarik dan lebih dapat dinikmati oleh orang-orang. Pada umumnya, mereka menggunakan perspektif artistik dalam menampilkan wacana tersebut; dimana perhatian yang utama ditujukan kepada kualitas dan ke-efektifan suatu music sebagai bentuk dari ekspresi diri. Kebanyakan wacana-wacana tentang musik, merefleksikan gagasan-gagasan yang secara umum mengandung kepercayaan dari orang-orang yang berada dalam masyarakat. secara kultural hal tersebut menandakan bahwa kepercayaan telah mempengaruhi perspektif pandangan umum (commonsense) masyarakat setempat. Dengan kata lain, apa yang selalu orang-orang tidak sadari selama ini adalah; cara mereka melihat sesuatu sebagian besar dibentuk oleh pengalaman-pengalaman mereka ketika tumbuh pada suatu masyarakat dalam waktu tertentu. Misalkan; perspektif pandangan umum (commonsense) yang telah diberikan oleh masyarakat akan menuntun orang-orang untuk mempercayai bahwa tujuan mereka bernyanyi dan menari adalah untuk memberkati roh-roh leluhur mereka, meskipun orang-orang asing yang melihatnya tidak memandangnya seperti itu. Disamping sekedar menggambarkan atau mengevaluasi, tujuan utama dari sains (science) adalah untuk menjelaskan sesuatu(explain things). Menggambarkan (describing), pada dasarnya adalah langkah pendahuluan atau awal; yang selanjutnya akan diteruskan kepada mengklasifikasi (classification) serta menjelaskan (explanation) data yang telah diperoleh. Menggambarkan sangat penting untuk dilakukan, sebab dengan menggambarkan akan menuntut adanya pemaparan tentang sifat-sifat (nature) dari objek yang di observasi, lalu diikuti dengan penjelasan mengenai objek tersebut (explain). Tugas penting yang perlu dijelaskan oleh perspektif saintifik (scientific) dalam menjelaskan musik adalah dengan mendefinisikan musik sendiri seperti apa. Studi lintas budaya dan studi komparatif terhadap praktik-praktik music yang ada sangat memerlukan definisi yang jelas, sebab pengertian atau konsep mengenai musik itu sendiri beragam antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Keragaman ini diakibatkan oleh banyaknya macam-macam kata atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan musik pada suatu masyarkat tertentu. Selain itu, terdapat

juga masyarakat yang tidak memiliki bahasa atau kata kerja untuk menerjemahkan seperti apa bentuk music itu (meskipun mereka melakukan kegiatan bermusik). Setiap masyarakat memiliki kata-kata tersendiri untuk menunjukan pada kegiatan bernyanyi, memainkan alat musik, dan menari, tetapi tidak memiliki kata yang dapat mencakup dua kata yang telah disebutkan (bernyanyi dan memainkan alat music), sebagaimana kata musik dalam bahasa kita. Klasifikasi adalah tahap selanjutnya dari perspektif saintifik(scientific) untuk memahami musik dalam masyarakat. Pada tahap ini, terdapat sistem (baca: kerangka/acuan/kriteria) klasifikasi yang digunakan untuk mengeliminasi setiap kasus-kasus yang telah didapatkan melalui pembandingan dan pemisahan. Secara umum klasifikasi selalu dikaitkan dengan genre (jenis music) atau tipe-tipe music yang ditampilkan dalam lingkungan masyarakat. Setiap kriteria yang digunakan dapat membedakan setiap genre yang satu dengan yang lain, misalkan, fungsi musik (lagu untuk nina bobok, lagu untuk perang, dan lagu untuk ritual), bentuk-bentuk penampilan (solo, chant, chorus), dan instrument yang digunakan(koto, violin, perkusi). Namun terdapat permasalahan yang timbul dalam peng-klasifikasian ini. Masalah yang timbul adalah setiap system klasifikasi ini beragam pada setiap masyarakat. Membuat sebuah klasifikasi yang universal terhadap music agaknya akan sulit karena keragaman tersebut. Saat fokus penelitian kita hendak mencari tentang hubungan antara masyarakat dan musik, maka fokus terhadap musik itu sendiri saja tidak akan cukup. Jadi tipe klasifikasi yang perlu dilakukan, agar dapat mengetahui hubungan musik dengan masyarakat adalah dengan mengklasifikasi tipe-tipe acara musik (types of music events) yang eksis dalam suatu masyarakat. Penjelasan(explanation), sebagai tahap akhir dalam perspektif sainstifik (scientific). Akan lebih menekankan kepada proses yang menuntun terbentuknya suatu objek (baca: music) yang sedang diteliti, ketimbang melihat bentuk yang sudah jadi. Karena, setiap proses akan mengandung hukum-hukum (baca: prinsip-prinsip) atau keteraturan yang tidak disadari hingga objek (musik dan apapun yang mempengaruhinya) itu terbentuk. Para ilmuwan sosial telah melihat prinsip-prinsip tersebut, namun sikap atau perilaku manusia mengandung banyak variable yang kompleks; sehingga untuk menentukan perumusan yang tetap terhadap suatu objek akan sangat sulit. Jadi, apa yang hendak dijelaskan atau didapatkan dari perspektif sainstifik terhadap music adalah; keteraturan (regularities), prinsip-prinsip perilaku

yang berlaku secara umum, khususnya dalam perilaku bermusik (musical behavior) yang ada pada suatu masyarakat. Metode Pendekatan Holistik Istilah holistic berasal dari kata keseluruhan atau whole dalam bahasa Inggris, dan dalam studi saintifik mengenai perilaku manusia; pertama pendekatan holistic yang digunakan ini bersifat inklusif; yang berarti tidak mengecualikan atau mengkhususkan setiap manusia yang menjadi objek penelitiannya di seluruh dunia. Meskipun disiplin ilmu antropologi sebagai disiplin pertama yang menggunakan kata holistic selalu memilih masyarakat yang terisolasi sebagai objek studinya. Tetapi tetap, tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang umat manusia secara keseluruhan (siapapun dimanapun); melalui sifat-sifat atau cara-cara alamiah manusia dalam mengorganisasikan dirinya; serta menghidupi dirinya dimuka bumi. Lalu yang kedua adalah integratif, pendekatan holistic selalu melihat bahwa setiap aspek dalam kehidupan manusia saling berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, meskipun aspek-aspek tersebut terpisah atau berbeda; tetapi tetap aspek tersebut saling terkait, sehingga apabila terdapat perubahan dalam satu aspek; maka aspek yang lain pun akan ikut berubah. Aspek-aspek ini disebut oleh para ilmuwan social baik sosiolog atau antropolog sebagai bagian dari system sosio-kultural yang ada pada masyarakat. Aspek ini pun terbagi menjadi 3 jenis komponen, yaitu material, social, dan ekspresi. Material, merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan manusia untuk makan, berlindung, juga benda-benda yang dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupannya. Yang kedua adalah sosial, aspek ini berkaitan dengan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dan aspek social yang dilihat terbagi kedalam dua jenis, yaitu hubungan social dan institusi social. Hubungan sosial melihat bagaimana hubungan orang-orang dengan sesamanya, seperti konflik, animositas, kecemburuan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan individu-individu yang tergabung dalam kelompok. Lalu institusi sosial, memuat standar-standar bagaimana manusia saling berhubungan satu sama lain, seperti kelompok kekerabatan, serta institusi-institusi yang bersifat legal dan edukasional; juga organisasi khusus yang dibentuk untuk mengikat para musisi atau grup music (performing group). Dan yang ketiga adalah aspek ekspresif (the expressive aspect),

yang mencakup kebutuhan kognitif dan emosional manusia. Didalam aspek ini akan sulit untuk mengetahui perbedaan antara kebutuhan (baca: sifat) yang didorong oleh kehidupan social individu, dan kebutuhan yang merupakan sifat alami(baca: universal) manusia. Meskipun begitu, yang jelas adalah; kebutuhan ini adalah hasil dari pengalaman manusia yang perlu untuk di ekspresikan, agar mendapatkan reaksi positif dari orang-orang disekelilingnya. Gagasan untuk menggunakan system sosio-kultural dalam mempelajari music sangat penting untuk dilakukan, sebab gagasan ini menggarisbawahi bahwa perubahan sosial merupakan bagian integral (yang tidak terpisahkan) dari institusiinstitusi musik (musical institution) dan pengetahuan music (musical knowledge)orang-orang yang berada diseluruh dunia. Metode yang paling efektif untuk mengetahui prinsip-prinsip perilaku dalam bermusik tersebut, adalah dengan melihat bagaimana interaksi antara musisi dengan audiens mereka, aktivitas musisi dalam suatu institusi sosial, dan ide-ide atau gagasan tentang music yang berada dalam masyarakat. terkandung Selain itu, dalam system musical (the musical system) dari para musisi dan orang-orang yang motivasi-motivasi

mengorganisasikan acara musik (organizer of musical events). Juga akan selalu music memiliki keterkaitan (baca: peran) yang penting dalam setiap aspek, seperti pengaturan ekonomi, aksi-aksi politik, agama, kesenian-kesenian yang lain, juga bahasa. Pendekatan holistic akan berupaya untuk menjelaskan keterkaitan antara music dengan aspek-aspek kultural tersebut. Seperti apa praktik pendekatan metode holistic ini?apa yang mesti dilakukan seorang peneliti untuk dapat melakukan penelitian saintifik terhadap music? Setelah peneliti telah menentukan tujuan dan teoritis perspektif yang mesti digunakan, maka perlu dilakukan dilakukan observasi yang bersifat empiris sekaligus eksperimental. Didalam sains, peneliti memerlukan kondisi yang dapat dikontrol agar dapat menguji hipotesis mereka terhadap objek yang mereka teliti. Sebagai contoh, John Blacking yang meneliti lagu-lagu dari masyarakat Venda di afrika selatan, secara sengaja menyanyikan lagu-lagu orang Venda dengan berbagai bentuk variasi, untuk mengetahui sampai dimana tingkat variasi lagu yang dapat diterima oleh orang-orang Venda. Apa yang dilakukan oleh John Blacking ini selain eksperimental disebut sebagai partisipan observasi (participant observation). Partisipan observasi ini kadang disebut juga sebagai praktik lapangan (fieldwork) peneliti.

Adapun didalam mempelajari perilaku manusia terhadap musik (musical behavior), terdapat 2 tipe kesadaran yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Yaitu kesadaran praktik (practical consciousness) dan kesadaran diskursif (discursive consciousness). Kesadaran praktik adalah kesadaran atau pengetahuan yang dimiliki oleh individu untuk menghadapi situasi-situasi khusus yang sedang mereka hadapai. Tetapi kesadaran atau pengetahuan tersebut ini jarang sekali terlihat atau sangat sulit digambarkan oleh pelaku melalui kata-kata. Kesadaran praktik ini terbentuk saat kita tumbuh dalam lingkungan masyarakat tertentu, yang juga ikut mempengaruhi sikap dan perilaku kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya, kesadaran praktik ini termasuk kedalam perspektif pandangan umum (commonsense perspektif) yang ada dalam suatu masyarakat. Kesadaran praktik akan terlihat jelas saat seorang musisi (musician) sedang memainkan sesuatu lewat instrumennya, namun tidak bisa menjelaskan kepada orang lain; bagaimana mereka memainkannya secara verbal. Didalam pengetahuan kultural (cultural knowledge) hal ini disebut juga sebagai budaya (baca: perilaku) yang implisit, samar-samar, atau tacit culture. Lalu selanjutnya adalah kesadaran diskursif. Kesadaran diskursif adalah aspek dari pengetahuan yang dapat diungkapkan atau juga dijelaskan. Sama halnya dengan kesadaran praktik, kesadaran ini pun terbentuk pada saat kita sedang tumbuh dan berkembang didalam suatu masyarakat tertentu. Dan sering kali disebut sebagai budaya yang eksplisit, terlihat, atau manifest (manifest culture). Kedua tipe kesadaran ini sangat operatif dan sangat penting dalam mempelajari perilaku bermusik (musical behavior).

Vous aimerez peut-être aussi