Vous êtes sur la page 1sur 5

Soal 1. Jelaskan perbedaan antara pelaku dan pembantu! Beserta contoh! 2.

Jelaskan perbedaan antara menyuruh melakukan dan membujuk melakukan! Beserta contoh! 3. Jelaskan perbuatan antara alat, sarana dan kesempatan pada pembujukan dan pembantuan. Berikan contoh! 4. Jelaskan apa yang dimaksud kerja sama kesadaran dan kerja sama fisik dalam turut serta!berikan contoh! 5. Jelaskan pemahaman saudara tentang pasal 55 ayat 2 6. Jelaskan pemahaman saudara tentang 163 BIS ayat 1. Berikan contohnya!

Jawab 1. Pelaku dan pembantu Pelaku atau biasa disebut dader yaitu seseorang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan dalam arti orang yang dengan suatu kesengajaan atau suatu yang tidak disengajakan seperti yang disyaratkan oleh undang-undang telah menimbulkan akibat yang tidak dilarang atau tindakan yang diwajibkaln oleh undang-undang atau dengan perkataan lain adalah orang yang memenuhi semua unsur-unsur suatu delik seperti yang telah ditentukan dalam undang-undang baik itu merupakan unsur-unsur subjektif ataupun unsur-unsur objektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan tindakan pidana tersebut timbul dari dirinya atau timbul karena digerakkan oleh pihak ketiga. Pelaku harus memiliki dua unsur yaitu : - Niat atau mensrea - Melakukan atau actusreus Di mana unsur ini diambil dari teori klasik. Menurut Simons, pelaku adalah orang yang dengan sengaja atau kelalaiannya melakukan perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang. Di mana unsur kesengajaan itu memeliki dua unsur yaitu meliputi menghendaki dan mengetahui. Pelaku memiliki empat bentuk,yaitu : -Mereka yang melakukan tindak pidana - Mereka yang menyuruh melakukan tindak pidana - Mereka yang turut serta melakukan - Mereka yang membujuk melakukan Contoh pelaku yaitu si X yang membunuh si Y Pembantu itu dibagi dalam dua bentuk yaitu

-Saat kejadian atau kejahatan dilakukan caranya tidak ditentukan secara limitative oleh UU - Saat sebelum kejadian atau kejahatan dilakukan caranya ditentukan secara limitattif oleh UU Pembantu dapat dikatakan sebagai pembantu apabila perbuatannya hanya membantu tanpa adanya kepentingan sendiri di dalamnya. Pembantu juga tidak menginginkan atau bermaksud dalam melakukannya. Dalam pembantuan, sanksinya dikurangi 1/3. Contoh : si A merupakan pelaku dan yang mempunyai rencana untuk membunuh C. B membanu dengan cara membelikan pistol buat A dalam membunuh C. 2. Menyuruh melakukan atau doen plogen. Menurut definisi yang dibuat oleh Memorie van Toelitching ini melibatkan beberapa unsur yaitu manusia, yang dipakai sebagai alat. Ini merupakan unsure dalam menyuruh melakukan. Unsur kedua dari menyuruh melakukan adalah orang yang dipakai sebagai alat tersebut tidak dapat bertanggung jawab menurut hukum pidana, yang dapat berupa orang tersebut sama sekali tidak melakukan satu peristiwa pidana atau perbuatannya tidak dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana atau orang tersebut melakukan tindak pidana namun ia tidak dapat dihukum karena ada satu atau beberapa alasan yang menghilangkan kesalahan. Orang yang disuruh melakukan itu tidak bertanggungjawab menurut hukum pidana karena perbuatan yang dilakukannya tidak ada salah satu atau beberapa unsur-unsur subjektif terlebih dahulu dalam tindak pidana yang bersangkutan. Contohnya saja A adalah pelaku, ia hendak mencuri baju di jemuran B,lalu ia mengarahkan C untuk mengambil baju B itu,tetapi C tidak tahu kalau baju yang diambil itu kepunyaan B. Membujuk melakukan itu yang membujuk menghendaki supaya satu delik tertentu dilakukan. Oleh sebab itu maka yang membujuk sengaja mengajak orang lain melakukan delik yang bersangkutan. Unsur sengaja pada pihak yang mengajak ini adalah salah satu unsur membujuk yang harus dipenuhi. Harus dipenuhinya unsur ini ditentukan oleh undang-undang pidana: sengaja membujuk. Sengaja yang ada pada pihak yang membujuk itu harus ditujukan kepada dilakukannya satu delik tertentu. Hubungan antara sengaja pada pihak yang membujuk dengan delik yang dilakukan itu harus langsung. Menurut pasal 55 ayat 1 sub 2e KUHP itu memiliki beberapa unsur yaitu : - dengan memakai salah satu atau beberapa cara yang disebut dalam undang-undang pidana - adanya kehendak yang melakukan(yang dibujuk) untuk melakukan perbuatan yang dilarang undang-undang itu - yang dibujuk telah melaksanakan atau telah mencoba melaksanakan perbuatan yang dilarang undang undang pidana dan dikehendakinya.

Oleh sebab itu, yang dibujuk bertanggungjawab penuh menurut hukum pidana. Unsur sengaja pada pihak yang membujuk ini adalah salah satu unsure membujuk yang harus dipenuhi. Contohnya, A mengarahkan B dengan imbalan sejumlah uang untuk membunuh C lalu B membunuh C atas dasar bujukannya itu tentu dengan janji atau imbalan dari A. Perbedaan antara menyuruh melakukan dan membujuk melakukanitu bahwa kalau menyuruh melakukan yang disuruh tidak dapat dihukum tetapi kalau membujuk melakukan yang dibujuk dapat dihukum. 3. Perbuatan alat, sarana dan kesempatan pada pada pembujukan dan pembantuan Aalat yang dimaksud dalam pembujukan dan pembantuan yaitu manusia atau orang yang dibujuk atau orang yang membantu. Karena manusia disini dianggap sebagai alat dalam proses melakukan tindak pidana itu. Manusia atau alat ini merupakan unsure pokok dalam pembujukan atau pembantuan karena ini adalah alat dari hal-hal itu. Contohnya saja yaitu alat nya manusia. Misalnya saja dalam pembujukan, si A membujuk B untuk membunuh C. Dalam hal ini alat dari A untuk membunuh yaitu si B. Sarana yang dimaksud yaitu merupakan piranti yang dipakai si alat dalam mendukung proses tindak pidana. Pembujukan dan pembuntuan membutuhkan hal ini dalam melakukan hal yang dikehendakinya. Contohnya saja dalam hal ini yaitu bahwa si A hendak membunuh C lalu ia membujuk B untuk ikut membantu dengan cara menggunakan pisau dalam pembunuhan. Kesempatan di sini yang dimaksud yaitu bahwa merupakan suatu peluang dalam hal melakukan suatu pembujukan atau pembantuan dalam suatu tindak pidana. Ini merupakan unsur yang penting. Karena tanpa adanya kesempatan, mustahil tindakan melanggar undang-undang pidana itu bisa terlaksana. Kesempatan di sini sebenarnya kita bisa menghentikannya, namun tidak kita lakukan. Contohnya saja ketika A hendak membunuh B, lalu ada si C, dia tahu hal itu namun si C tetap memberikan kesempatan A untuk membunuh B 4. Kerjasama fisik dan kerjasama kesadaran Syarat penyertaan harus adanya kerjasama fisik dan kerjasama kesadaran Kerjasama kesadaran yaitu kesadaran di mana peserta menyadari akan dilakukannya suatu tindak pidana. Mereka sadar bahwa mereka akan melakukan tindak pidana. Dalam membentuk kesadaran kerjasama itu tidak harus jauh sebelumnya dilakukannya,jadi tidak perlu ada perundingan. Kerjasama dapat terjadi saat terjadinya peristiwa. Contohnya saja ketika A dan B yang sadar akan rencana mereka dalam bekerjasama dalam membunuh si C

Kerjasama fisik, kerjasama fisik itu memang harus terjadi. Namun tidak perlu semua peserta harus terlibat langsung dalam kerjasama ini. Contohnya saja ketika hendak membunuh C, maka A dan B melakukan kerjasama fisik, dengan cara si A memegang kaki dan si B menusukkan pisau ke C. 5. Pasal 55 ayat 2 Bunyi pasal 55 ayat 2 terhadap penganjur,hanya perbuatan sengaja yang dianjurkan sajalah yang diperhitungkan beserta akibat-akibatnya. Jadi, dalam ayat ini dijelaskan kalau perbuatan sengaja yang dianjurkan saja yang dapat dihukum beserta akibat-akibatnya. Dalam kasus misalnya, seorang A menhanjurkan B untuk membunuh C, pada saat akan hendak membunuh, malah B membunuh D secara tidak sengaja. Matinya D merupakan bukan anjuran dari si A atau penganjur. Ini merupakan realisasi dari ayat 2 tentang penganjuran. Penganjur tidak dapat dihukum begitu saja karena itu bukan kesengajaan sesuai dengan anjurannya. Akibat-akibat yang ditimbulkan atau kematian ini tidak dapat diperhitungkan karena bukan anjuran dari si penganjur.

6. 163 BIS ayat 1 Barang siapa dengan menggunakan salah satu sarana tersebut dalam pasal 55 ke-2 berusaha menggerakkan orang lain supaya melakukan kejahatan, dan kejahatan itu atau percobaan untuk itu dapat dipidana tidak terjadi, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah, tetapi dengan pengertian bahwa sekali-kali tidak dapat dijatuhkan pidana yang lebih berat daripada yang dapat dijatuhkan karena percobaan kejahatan atau apahila percobaan itu tidak dapat dipidana karena kejahatan itu sendiri Artinya yaitu bahwa ketika seseorang membujuk orang lain untuk melakukan tindak pidana, namun orang yang disuruh itu tidak melakukan tindak pidana itu, maka si penganjur akan dihukum namun dengan pengertian bahwa sanksi tidak akan terlalu berat karena hal itu tidak terjadi. Contohnya saja ketika A membujuk B untuk membunuh C, lalu si B tidak memenuhi bujukan itu. Dan karena itu si C tidak akan tebunuh. Walau pembujukan itu tidak sepenuhnya berhasil atau bisa dikatakan tidak berhasil namun si penganjur tetap diberikan sanksi hukum.

TUGAS ASAS HUKUM PIDANA PERKEMBANGAN

BRAHMANTYO J 110110100251

Vous aimerez peut-être aussi