Vous êtes sur la page 1sur 31

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TERHADAP REALISASI TATA KELOLA ANGGARAN PEMBANGUNAN DI SEKTOR PENDIDIKAN PEMERINTAH KABUPATEN

JOMBANG

NOVIA ANDRIANA MAGISTER ILMU EKONOMI

NAMA PEMBIMBING UTAMA Prof. Dr. Pudjihardjo, SE., MS.

NAMA PEMBIMBING II Dr. Susilo, SE., MS.

Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

ABSTRACT Novia Andriana: Postgraduate Economics Faculty of Brawijaya University, Februari 11th 2011. Analysis of Local Income Expenditure Budgeting toward Arrangement System Realitation of Development Budgeting in Jombang Regency Government Education Sector. Supervisor: M. Pudjihardjo, co-supervisor: Susilo. This research specifically analyzes how: (1) the consistency between local income expenditure budgeting with arrangement system realitation of development budgeting in jombang regency government education sector that see from financial aspect, (2) efficiency and effectivity degree arrangement system realitation of development budgeting education sector that was allocated from local income expenditure budgeting that see from budgeting realitation, expenditure estimate and education sector expenditure realitation of Jombang regency government. Location of case study in Jombang regency in 2004 until 2008 year periode. The measurement analysis use balance score card method financial aspect also efficiency and effectivity degree value for money. The result of this research shows that: (1) there is consistency between local income expenditure budgeting with arrangement system realitation of development budgeting in jombang regency government education sector that see from financial aspect, (2) arrangement system of education sector development budgeting that was allocated from local income expenditure budgeting that see from budgeting realitation, expenditure estimate and education sector expenditure realitation of Jombang regency government was efficient with the result that more than 90% and effectivity degree 100% by knowing the realitation outcome achievement.

Keywords: efficiency and effectivity, local income expenditure budgeting, education sector development budgeting, education budgeting regulation arrangement.

ABSTRAK

Novia Andriana: Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 11 Februari 2011. Analisis Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terhadap Realisasi Tata Kelola Anggaran Pembangunan di Sektor Pendidikan Pemerintah Kabupaten Jombang. Ketua Pembimbing: Pudjihardjo, Komisi Pembimbing: Susilo. Penelitian ini secara spesifik menganalisis bagaimana: (1) konsistensi antara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang yang dilihat dari aspek finansial, (2) tingkat efisiensi dan efektivitas tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan yang teralokasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang dilihat dari realisasi anggaran, rencana belanja dan realisasi belanja sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang. Lokasi studi kasus di Kabupaten Jombang pada periode tahun 2004 sampai tahun 2008. Analisis pengukurannya menggunakan metode Balance Score Card aspak finansial dan Value For Money tingkat efisiensi dan efektivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terjadi konsistensi antara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang yang dilihat dari aspek finansial, (2) tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan yang teralokasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang dilihat dari realisasi anggaran, rencana belanja dan realisasi belanja sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang dikatakan efisien dengan nilai lebih dari 90% dan tingkat efektifitas 100% dengan memperhatikan outcome yang dicapai.

Kata kunci: Efisiensi dan efektivitas, APBD, Anggaran pembangunan sektor pendidikan, Tata kelola anggaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Negara Indonesia, pembangunan suatu negara sangat berpengaruh pada potensi daerah dengan sumber daya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting sekali untuk ditingkatkan guna menunjang peningkatan ekonomi nasional. Dalam konteks ini, peran kebijakan pemerintah yang efektif dan efisien sangatlah penting diperlukan baik kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah pusat. Sukses tidaknya pembangunan suatu negara pada umumnya dan daerah pada khususnya dalam menghadapi persaingan di era globalisasi, sangat dipengaruhi kuantitas dan kualitas dari sumber daya yang dimilikinya, baik Sumber Daya Alam (Natural Resources) berupa tanah yang subur, kandungan mineral berharga, dan bahan mentah bernilai ekonomis maupun Sumber Daya Manusia (Human Resources) berupa jumlah penduduk serta tingkat keterampilan atau pendidikannya. Namun perlu diketahui bersama, bahwa kemajuan suatu negara tidak sepenuhnya bergantung kepada sumber daya alam. Contoh nyata dapat dilihat dari kemajuan dari negara-negara yang secara potensial miskin sumber daya alamnya seperti Jepang dan Korea, tetapi karena usaha peningkatan kualitas sumber daya manusianya hebat maka kemajuan negara tersebut cukup pesat, sebaliknya negaranegara yang potensial sumber daya alamnya (misalnya beberapa negara di Asia Tenggara) tetapi kurang mementingkan sumber daya manusianya, tingkat kemajuan negaranya kalah dengan Jepang dan negara maju lainnya. Menyangkut sumber daya manusia, Todaro (2003) mengatakan : Sumber daya manusia (Human Resources) jumlah penduduk serta tingkat keterampilan dan pendidikannya. Lebih jauh sumber daya manusia tidak hanya jumlah penduduk dan tingkat kekerampilannya, namun juga meliputi pandangan hidup mereka, kebudayaan, sikap-sikap atau penilaian mereka terhadap pekerjaan, akses mereka untuk

mendapatkan informasi, dan besar kecilnya keinginan untuk memperbaiki diri secara kreatif dan otonom. Selanjutnya tingkat kecakapan administratif juga merupakan komponen sumber daya manusia yang penting karena hal tersebut seringkali menentukan dan ketetapan waktu pemerintah dalam memperbaiki struktur produksi secara keseluruhan. Selanjutnya UNDP dalam laporannya tentang Pembangunan Sumber Daya Manusia (Human Resouces Development) tahun 2000 menyatakan bahwa Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur yang panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Pernyataan tersebut memberikan penekanan bahwa pembangunan berpusat kepada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat pembangunan. Pembangunan membutuhkan suatu perubahan dinamika kehidupan masyarakat. Dinamika perubahan tersebut harus berkembang terus menerus menuju ke keadaan yang lebih baik dan maju. Untuk mencapai suatu perubahan dinamika tersebut diperlukan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud menyangkut kuantitas dan kualitas pendidikan dan kesempatan masyarakat untuk mengakses pendidikan tersebut. Pendidikan merupakan sebuah investasi sumber daya yang sangat bermanfaat. MC Mahon dalam Nurkholis (2002) menyebutkan : Pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat nonmeneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya.

Investasi pendidikan sebenarnya merupakan investasi jangka panjang. Nurkholis (2002), menyebutkan tiga alasan pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Ketiga alasan tersebut adalah, pertama, pendidikan merupakan alat perkembangan ekonomi bukan sekedar pertumbuhan ekonomi; kedua, memberikan nilai balik yang tinggi; ketiga, memiliki banyak fungsi seperti sosialkemanusiaan, politis, budaya, dan kependidikan. Keluaran dari pendidikan tersebut adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk membiayai sebuah Investasi, maka dibutuhkan perencanaan pembangunan bidang pendidikan dan sumber dana. Menurut teori perencanaan pembangunan bidang pendidikan yang dikemukakan Coombs dalam Saud (2005) adalah penggunaan analisa yang rasional dan sistematis terhadap proses pembangunan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan lebih efisien dan menanggapi kebutuhan dan tujuan muridmurid dan masyarakat. Sedangkan perencanaan pendidikan menurut Beeby (Soenarya, 2000), suatu kegiatan jauh melihat kedepan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas dan pembiayaan sistem pendidikan sesuai dengan realitas ekonomi dan sosial suatu negara. Dalam konteks nasional, Pendidikan merupakan salah satu hak dasar warga negara Indonesia. Untuk itu Pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan pendidikan dan memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas. Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut telah mendapat dukungan berupa adanya persetujuan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang menetapkan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 167 UU No. 32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa pemerintah daerah diwajibkan melakukan peningkatan pelayanan dasar pendidikan, dengan ketentuan sekurangkurangnya 20%. Berkaitan dengan alokasi anggaran pendidikan seperti yang tercantum dalam undang-undang tersebut di atas, berarti akan menghabiskan seperlima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Alasan bidang pendidikan mendapat

alokasi besar antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2005-2009 disebutkan bahwa : Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memenuhi hak-hak dasar warga negara. Pada tahun 2003 rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,1 tahun dan proporsi penduduk berusia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SLTP ke atas masih 36,2 persen. Sementara itu angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun ke tas masih sekitar 10,12 persen. Pada saat yang sama Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk 7-12 tahun sudah mencapai 94,4 persen, namun APS penduduk usia 13 15 tahun baru mencapai 81,0 persen dan APS penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 50,97 persen. Tantangan tersebut semakin berat dengan adanya disparitas tingkat pendidikan antar kelompok masyarakat yang cukup tinggi seperti antara antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara penduduk di perkotaan dan perdesaan, dan antar daerah.

Perencanaan dan pengalokasian anggaran menjadi sangat penting untuk membiayai program pemerintah guna menaikkan kuantitas dan kualitas pendidikan. Dimana pendidikan yang baik memerlukan anggaran yang cukup untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Jombang pada khususnya sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah pada tahun 2001, salah satu isu yang menyertai reformasi adalah bergesernya kebijakan dekonsentrasi menjadi desentralisasi dalam asas penyelenggaran pemerintah daerah. Desentralisasi pada dasarnya merupakan transfer dari kekuasaan dan tanggung jawab untuk fungsi-fungsi publik dari pemerintah pusat kepada pemerintahan di bawahnya (daerah Propinsi dan daerah Kabupaten/Kota). Seperti yang dikemukakan oleh Koswara (2001) dalam Nurcholis (2005), PBB memberikan batasan tentang desentralisasi sebagai berikut: Decentralization refers to the transfer of authority away front the national capital wheter bv deconcentation (i.e.delegation) to field office or by devolution to local authorities or local bodies Sedangkan menurut Rondinelli (1983) dalam Nurcholis (2005) merumuskan: Decentralization is the transfer of planning, decision making, or administrative authority from the central government to its field organizations, local administrative units, semiautonomous and parastatal organization, local government, or non government organization Perubahan kebijakan pemerintahan tersebut terwujud dengan keluarnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian digantikan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang kemudian digantikan oleh Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Tujuan pokok dari UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 adalah untuk mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menjadikan daerah otonom yang mandiri dalam rangka menegakkan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan UUD 1945. Sedangkan tujuan pokok dari UU No. 25 Tahun 1999 jo UU No. 33 Tahun 2004 adalah upaya untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, parsitipatif, bertanggung jawab, dan mewujudkan sistem perimbangan keuangan yang baik antara pemerintah pusat dan daerah (Sidik dalam Tambunan, 2001). Maka berdasarkan Undang-undang tersebut, pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Misi utama kedua undang-undang tersebut tidak hanya keinginan untuk melimpahkan keuangan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah peningkatan efisiensi pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat (publik), memudahkan masyarakat untuk untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari APBD, selain untuk menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi yang pada intinya adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah secara partisipatif. Sejalan dengan Undang-undang tersebut, bahwa bidang pendidikan termasuk yang didesentralisasikan.

Pelimpahan kewenangan di bidang pendidikan, dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah atau kabupaten pada hakekatnya merupakan pemberdayaan semua lembaga pendidikan yang ada di daerah. Hal dimaksud agar dapat berperan secara aktif memberikan kontribusi meningkatkan kualitas pendidikan. Jika selama ini pengelolaan sekolah sebagai lembaga pendidikan tersentralisir dan semuanya ditentukan dari pusat, maka pada era otonomi daerah diberikan kewenangan seluasluasnya bagi lembaga pendidikan, untuk mengelola berdasarkan aspirasi maupun kebutuhan masyarakat sekitarnya. Namun tetap berada dalam koridor pendidikan nasional. APBD merupakan salah satu dokumen rencana kinerja dari aspek finansial, dimana anggaran itulah yang akan digunakan pemerintah daerah sebagai dasar untuk melakukan pembangunan daerahnya. Sedangkan indikator kinerja kegiatan pembangunannya adalah ukuran kuantitatif pada kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan yang dikategorikan dalam masukan (input), keluaran (output), hasil (outcomes), manfaat (benefit) dan dampak (impacts) kegiatan pembangunan daerah tersebut. Indikatorindikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini, penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi, dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan kegiatan dan program-program instansi. Dari berbagai indikator tersbut, dapat diketahuilah sejauh mana tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran yang direncanakan dengan realisasinya terhadap pembangunan daerah. Kabupaten Jombang adalah salah satu Kabupaten yang berada di Propinsi

Jawa Timur. Kabupaten Jombang sebagai daerah otonom memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri. Dengan adanya otonomi daerah membawa konsekuensi kepada Kabupaten Jombang harus memenuhi kewajibannya untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan serta berkewajiban untuk mendanai kegiatan pendidikan. Selanjutnya tentang alasan peneliti untuk memilih studi kasus Pemerintah Kabupaten Jombang adalah bahwa Kabupaten Jombang merupakan kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang sudah mampu menyelenggaran APBD yang mandiri. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonominya sejak diberlakukan otonomi daerah, Kabupaten Jombang terus mengalami peningkatan, tahun 2000 sebesar 2%, tahun 2001 sebesar 3,33%, tahun 2002 sebesar 3,97%, tahun 2003 sebesar 4,91%, tahun 2004 sebesar 5,10% kemudian tahun 2005 sebesar 5,15%. Dari data tersebut dapat diketahui secara umum bahwa perekonomian telah berada pada track record yang benar dan terus mempertahankan momentum stabilitasnya. Bahkan ketika inflasi pada tahun melonjak sebesar 15,40 % akibat kenaikan harga BBM kita masih mampu tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan tahun sebelumnya, atau tepatnya lebih cepat sedikit. Double digit inflation. atau inflasi dua digit terbukti tidak terlalu mencemaskan sepanjang faktor-faktor non ekonomi, seperti Kabupaten stabilitas social politik terjaga dengan Jombang baik. didasari oleh Pelaksanaan pembangunan di paradigma pertumbuhan yang pemberdayaan masyarakat dan di pemeratan. Kemudian mengenai data dalamnya APBD, setelah rata-rata juga OTODA mengandung jumlahnya surplus dengan bantuan DAU dan DAK yang relatif unsur terlalu besar tidak dibanding kabupaten lain di Jawa Timur. Namun pada dasarnya surplus atau defisit anggaran bukanlah tolok ukur satu

satunya yang menjadi masalah bahwa Sebelum Otonomi Daerah, banyak suatu perencanaan anggaran itu dapat program-program pembangunan bidang memaksimalkan realisasi program pendidikan yang belum terlaksana dengan pembangunan daerah atau tidak. Tetapi baik karena keterbatasan dana dari bagaimana pemerintah daerah dapat pemerintah yang selalu tersentralisir di bertindak secara efisien serta bertanggung pemerintah pusat. Banyak sarana dan jawab atas anggaran pembangunan serta prasarana sekolah yang tidak memadai, rencana kerja yang baik dengan berbagai gedung sekolah rusak, dan lain indikator kinerja yang sesuai. sebagainya. Masih banyak guru yang

Secara khusus, mengapa penelitian ini maksimal hanya mempunyai jenjang dirasa perlu dilakukan, bahwasanya ada pendidikan sampai D2. beberapa persoalan yang terjadi di Kondisi permasalahan pendidikan Kabupaten Jombang berkaitan dengan lainnya adalah keterbatasan dana APBD realisasi tata kelola anggaran dan manajemen pengelolaan keuangan pembangunan sektor pendidikan. pemerintah daerah untuk prioritas sektor Kabupaten Jombang dalam pendidikan guna meningkatkan kualitas menyelenggarakan pendidikan sumber daya manusia. Sumber dana menghadapi permasalahan pendidikan pembangunan pendidikan adalah berasal menyangkut sarana dan prasarana dari APBD, sedangkan sumber pendidikan, kualitas pendidikan, tenaga penerimaan terbanyak masih berasal dari pendidik serta keperluan sekolah lainnya. DAU dan DAK. Di Kabupaten Jombang, lima tahun direalisasikan di beberapa kabupaten/kota terakhir, anggaran pendidikan yang di Jawa Timur. Sebagai perbandingan, direalisasikan setelah dikurangi gaji guru berikut data realisasi anggaran di beberapa jumlahnya masih kurang dari 10%, ini juga Kabupaten/Kota di Jawa Timur: setara dengan anggaran pendidikan yang Tabel 1.1 Rata-rata Realisasi Anggaran Pendidikan di Beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Sumber : Seknas FITRA, data diolah dari dokumen APBD

Daerah DAK % dari Total Blj APBD (-) DAK Kab. Tuban Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Jombang mengalokasikan anggaran pendidikan dari total belanja APBD dikurangi 10,986,000,000 sebesar 2,6%. Nilai ini DAK pendidikan 5.7 sangat kecil dibandingkan Kabupaten/kota lain di Jawa Timur. Jumlah DAK yang diterima Kab. Lamongan 35,190,000,000 Kabupaten Jombang relatif sedang. Padahal menurut prinsip fiscal gap, jika kapasitas fiskal suatu daerah kecil, maka nilai DAU dan4.6 harus lebih besar. Namun yang DAK Kab. Sidoarjo menjadi penting dari pemabahasan ini bahwa 2,428,000,000 meskipun persentase anggaran dari APBD untuk sektor pendidikan kecil, namun mampu atau tidak untuk menyeleseikan 4.3 permasalahan pendidikan di KabupatenKab. Situbondo Jombang. Namun jika dilihat dari nilai IPM 18,280,000,000 Kabupaten Jombang dibanding IPM di beberapa Kabupaten lain besarnya masih urutan 6.1 ke 7 sebesar 71,85 dari 29 kabupaten di Jawa Timur. Nilai IPM Kabupaten Jombang ini, Kab. Pasuruan besarnya masih di atas IPM nasional dan IPM 37,506,000,000 Propinsi Jawa Timur. 6.9 Kab. Jombang 14,505,000,000 2.6 Kab. Banyuwangi 26,335,000,000 3.5 Kab. Pacitan 23,493,000,000 4.0 Kota Gresik 11,931,000,000 2.8 Kota Madiun 18,409,000,000 3.4 Kota Kediri 8,245,000,000 8.0 Kota Surabaya 2,455,000,000 4.0

Tabel 1.3 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Timur


Sumber: BPS Jawa Timur

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang relatif tinggi dibanding Kabupaten Lain di Jawa Timur dengan anggaran APBD yang relatif kecil dibanding Kabupaten/Kota lain di Jawa Timur. Padahal IPM merupakan gambaran dari kualitas sumber daya manusia suatu daerah. Tetapi anggaran yang dialokasikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (pendidikan) kecil. Ada ketimpangan dalam anggaran pembangunan sektor pendidikan disini. Oleh karena itu, kajian penelitian ini mencoba untuk menganalisis efisiensi dan No efektivitas APBD sebagai sumber dana pembangunan sektor pendidikan terhadap Wilayah realisasi tata kelola IPM anggaran pembangunan sektor pendidikan dari Pemerintah Kabupaten berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja. Maka secara spesifik, judul penelitian ini adalah Nasional 71.17 Analisis Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terhadap Realisasi Tata Kelola Anggaran Pembangunan di Sektor Pendidikan Pemerintah Kabupaten Jombang.
Propinsi Jawa Timur 70.38

1.2 Rumusan Masalah Kabupaten Kota Dengan latar belakang dan permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya adalah: 1Bagaimana konsistensi antara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan pemerintah Kabupaten 1 Jombang pada tahun 2004-2008 yang dilihat dari aspek finansial. Kabupaten Pacitan
70.91 2Bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas tata kelola anggaran pembangunan di 2 sektor pendidikan yang teralokasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang Kabupaten Trenggalek dilihat dari realisasi anggaran, rencana belanja dan realisasi belanja sektor pendidikan 72.15 pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 20042008. 3 Kabupaten Tulungagung 72.45 4 1.3 Tujuan Penelitian Kabupaten Blitar Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 72.74 1 Untuk menganalisis konsistensi antara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 5 Kabupaten Kediri dengan realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan 70.85 pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2004-2008 yang dilihat dari aspek 6 finansial. Kabupaten Sidoarjo 75.35 7 Kabupaten Mojokerto 72.51 8 Kabupaten Jombang 71.85 9 Kabupaten Magetan 71.79 10 Kabupaten Gresik 73.49

Untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan yang teralokasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang dilihat dari realisasi anggaran, rencana belanja dan realisasi belanja sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2004-2008. 2.1 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak lain: 1.4.1 Manfaat Pengetahuan Manfaat dari segi pengetahuan adalah dapat mengetahui apakah optimalisasi perencanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sesuai dengan realisasi pembangunan sektor pendidikan di Kabupaten Jombang, yang dapat dijadikan masukan dalam melakukan kebijakan dan pengalokasian dana yang benar, serta kajian bagi masyarakat luas untuk ikut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perencanaan Pembangunan Daerah 2.1.1.1 Perencanaan Abe (2005) menjelaskan perencanaan adalah susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dimasa depan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi-potensi, faktor-faktor internal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mencapai tujuan tertentu. Nawawi (2003) mengemukakan sebagai berikut Perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan, strategi, metode, anggaran, dan standar (tolok ukur) keberhasilan suatu kegiatan. Pengertian ini menunjukkan bahwa perencanaan merupakan proses atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di wilayahnya. Penelitian ini juga digunakan sebagai bahan referensi dalam proses pengembangan ilmu, terutama dalam hal ini adalah untuk pengembangan ilmu ekonomi publik dan keuangan daerah. 1.4.2 Manfaat praktis 1Bagi mahasiswa dan masyarakat,

sebagai referensi dalam pembuatan karya tulis dan pengembangan penelitian selanjutnya serta sebagai upaya mendorong mahasiswa peka dan kritis terhadap permasalahan yang terjadi seperti ini dan juga ingin menumbuhkan rasa peduli bagi masyarakat tentang adanya masalah yang disampaikan dari penelitian ini. 2Bagi pemerintah, sebagai input dalam pengambilan kebijakan ekonomi khususnya yang menyangkut kebijakan keuangan daerah di sektor pendidikan. berhubungan dalam memilih salah satu dari beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi/perusahaan. Kemudian memilih strategi dan metode untuk mencapai tujuan tersebut. 2.1.1.2 Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi Secara sederhana terminologi pembangunan kerap diartikan sebagai proses perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Pengertian pembangunan menurut Kartasasmita (1997) adalah suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya. Dengan definisi ini pembangunan dapat dimaknai sebagai kegiatan nyata dan berencana untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Irawan dan Suparmoko (1990), mengartikan pembangunan ekonomi sebagai usahausaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping menaikkan pendapatan nasional riil, juga untuk meningkatkan produktivitas.

2.1.1.3 Perencanaan Pembangunan Berdasarkan UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan disebutkan sebagai sebuah sistem, sehingga membentuk sistem pembangunan nasional. Dalam undangundang tersebut yang dimaksud dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara

menurut Beeby (Soenarya, 2000), suatu kegiatan jauh melihat kedepan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas dan pembiayaan sistem pendidikan sesuai dengan realitas ekonomi dan sosial suatu negara. 2.1.3 Manfaat dan Biaya Pendidikan 2.1.3.1 Manfaat Pendidikan Ada dua konsep dasar manfaat dari pendidikan yang diperoleh seseorang, yaitu: 1Pendidikan seringkali diasumsikan sebagai faktor terpenting penentu ekonomi dan kesuksesan sosial seseorang. 2Pendidikan juga sangat berkaitan erat dengan pendapatan dan keberhasilan. 2.1.3.2 Biaya Pendidikan Ada dua konsep dasar biaya dari pendidikan, yaitu: 1. Pengeluaran pendidikan terdiri dari pengeluaran dasar saat ini seperti pembayaran gaji guru dan pengeluaran untuk periode yang akan datang (biasanya disebut anggaran capital). Pengeluaran untuk bangunan baru dan peralatan, perbaikan dan renovasi bangunan, dan lain sebagainya tidak dihitung sebagai biaya dasar.

jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan Pembangunan Daerah perencanaan pembangunan Perencanaan pembangunan daerah untuk merupakan bentuk dari perumusan menghasilkan kepentingan lokal dalam memenuhi kebutuhan daerah itu rencana-rencana sendiri. pembangunan Mendukung pendapat tersebut, Abe dalam (2002) mengemukakan perencanaan jangka daerah merupakan proses menyusun panjang, langkahlangkah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2.1.2 Konsep Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan 2.1.2.1 Pendidikan Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara 2.1.2.2 Perencanaan Pendidikan Perencanaan Pembangunan Pendidikan menurut Coombs dalam Saud (2005) adalah penggunaan analisa yang rasional dan sistematis terhadap proses pembangunan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan lebih efisien dan menanggapi kebutuhan dan tujuan muridmurid dan masyarakat. Sedangkan perencanaan pendidikan 2.1.1.4

2. Pada saat yang sama, biaya yang dikeluarkan saat ini tidak hanya merupakan pengeluaran langsung tetapi semua biaya kesempatan (contohnya: biaya sosial pendidikan sekolah tinggi, dalam hal ini pengeluaran langsung oleh sekolah atau pelajar). 2.1.4 Otonomi Daerah 2.1.4.1 Konsep Otonomi Daerah Otonomi daerah merupakan suatu perwujudan pelaksanaan desentralisasi dan merupakan penerapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasaan secara vertikal, yaitu daerah dibawahnya. Konsep desentralisasi atau otonomi daerah merupakan konsekuensi dari bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana konsep tersebut merupakan sistem perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang akomodatif terhadap inisiatif dan tanggung jawab masyarakat daerah. 2.1.4.2 Tinjauan Otonomi Daerah Berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah (reformasi pemerintahan daerah dan reformasi pengelolaan keuangan daerah di Indonesia). Kedua UU ini telah membawa perubahan mendasar pada pola hubungan antar pemerintahan dengan keuangan antara pusat dan daerah. Dan seiring dengan waktu, pemerintah mengeluarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2.1.5 Desentralisasi dan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 2.1.5.1 Desentralisasi Desentralisasi dapat dimaknai sebagai suatu bentuk transfer kewenangan dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada level pemerintahan yang lebih rendah, atau sektor privat untuk menjalankan fungsifungsi publik. Pengertian desentralisasi menurut Rondinelli dalam Adnan (2001) adalah transfer tanggungjawab dalam perencanaan, manajemen dan alokasi sumber-sumber dari pemerintah pusat,

unit yang berada di bawah level pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonomi, otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang luas atau lembaga privat non pemerintah dan organisasi nirlaba. 2.1.5.2 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah Menurut Supriyono (2003) hubungan keuangan pusat dan daerah menyangkut pengelolaan pendapatan (revenue) dan penggunaannya (expenditure) untuk kepentingan pengeluran rutin maupun pembangunan daerah dalam rangka memberikan pelayanan publik yang berkualitas, responsible dan akuntable. Prinsip pada pembagian sumber keuangan menurut Supriyono (2003) adalah money follow functions yang tercermin dalam undang-undang tentang perimbangan keuangan pusat daerah. Prinsip money follow function menurut Bahl dalam Saragih (2003), setiap penyerahan atau pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut. 2.1.6 Keuangan Daerah Keuangan daerah adalah alat fiskal pemerintah daerah, merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi. Peranan keuangan daerah semakin penting, selain karena keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke daerah berupa subsidi dan bantuan, tetapi juga karena semakin kompleknya persoalan yang dihadapi. Selain itu, peranan keuangan daerah yang makin meningkat akan dapat mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

2.1.7 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2.1.7.1 Definisi Anggaran Anggaran secara umum dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk suatu periode di masa yang akan datang. Anggaran juga dipahami sebagai pernyataan yang berisi perincian penerimaan dan belanja operasional maupun belanja modal, bersama dengan rencana untuk tahun yang akan datang (Tony Byrne dalam Rinusu, 2003). 2.1.7.2 Fungsi Anggaran Menurut Mardiasmo (2002) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu pertama, sebagai alat perencanaan; kedua, sebagai alat pengendalian, ketiga, sebagai alat kebijakan fiskal, keempat, sebagai alat politik, kelima, sebagai alat koordinasi dan komunikasi, keenam, sebagai alat penilaian kinerja, ketujuh, sebagai alat motivasi, dan kedelapan, sebagai alat menciptakan ruang publik. 2.1.7.3 Struktur Anggaran Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, pembiayaan dan transfer. Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Standar Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas (1) anggaran pendapatan, (2) anggaran belanja, (3) transfer, dan (4) pembiayaan. 2.1.7.4 Proses Anggaran Proses atau tahap-tahap penganggaran dalam pemerintahan pada dasarnya tidak berbeda antara sektor swasta dan sektor publik. menurut Mardiasmo (2002) siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap, yaitu (a) Tahap persiapan anggaran (preparation), (b) Tahap ratifikasi (approval/ratification), (c) Tahap implementasi (implementation) dan Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation). 2.1.7.5 Kemampuan APBD Dalam konteks desentralisasi, apabila Pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif, dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus

didukung sumbersumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan pajak, Pinjaman, maupun Subsidi/Bantuan dari Pemerintah Pusat. 2.1.8 Arti Penting Partisipasi Arti penting partisipasi pada intinya terletak pada fungsinya. Fungsi pertama adalah sebagai sarana swaedukasi kepada masyarakat mengenai berbagai persoalan publik. Dalam fungsi ini, partisipasi masyarakat tidak akan mengancam stabilitas politik dan seharusnya berjalan di semua jenjang pemerintahan. Fungsi lain dari partisipasi adalah sebagai sarana untuk menampilkan keseimbangan kekuasaan antara masyarakat dan pemerintah sehingga kepentingan dan pengetahuan masyarakat dapat terserap dalam agenda pemerintahan. Arti penting partisipasi dapat juga dilihat dari manfaatnya dalam meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat karena didasarkan pada kepentingan dan pengetahuan riil yang ada di dalam masyarakat. Partisipasi juga bermanfaat dalam membangun komitmen masyarakat untuk membantu penerapan suatu keputusan yang telah dibuat. 2.1.9 Anggaran Kinerja PP 105/2000 Penjelasan Pasal 8 : Anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output) dari perencanaan alokasi

biaya (input) yang telah ditetapkan. PP 58/2005, Ps 1 (35) Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang teruku 2.1.10 Komponen Rencana Kinerja Dokumen rencana kinerja memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan, indikator kinerja, dan rencana pencapaiannya. Selain itu, dimuat pula keterangan yang antara lain menjelaskan keterkaitan dengan sasaran, kebijakan dengan programnya, serta keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi/sektor lain (Yuwono, 2005). 2.1.11 Efisiensi Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Jadi pada dasarnya ada pengertian yang serupa antara efisiensi dengan ekonomi karena kedua-duanya menghendaki penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction). Efisiensi diukur dengan rasio antara output dan input. 2.2 Penelitian Terdahulu Ada beberapa peneliti yang sudah melakukan penelitian mengenai perencanaan pembangunan daerah bidang pendidikan dan penyusunan anggaran: Roy Marganda Lumbantobing (2006) melalui penelitian berjudul Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan Berdasarkan Kemampuan APBD Kabupaten Tapanuli Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Tapanuli Utara dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan teknokratik, pendekatan politik,

pendekatan partisipatif, pendekatan atas bawah dan pendekatan bawah atas. Mochammad Zeki Arifudin (2005) melalui penelitian berjudul Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan berdasarkan Kemampuan Keuangan Daerah (Kajian Perencanaan Pembangunan Pendidikan Dasar Di Kota Depok, Jawa Barat). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan bidang pendidikan di Kota Depok, didasarkan pada dokumen Rencana Strategis Kota Depok. Dalam APBD Kota Depok, Dana Perimbangan masih memberikan kontribusi yang paling besar. Alokasi Anggaran pendidikan belum dapat memenuhi ketentuan perundangundangan, sekurang-kurangnya 20% dari total APBD diluar gaji dan pendidikan kedinasan. Nur Fatoni (2005) melalui penelitian berjudul Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Anggaran terhadap Efektivitas Penggunaan Dana Anggaran (Studi pada Desa Ragajaya Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005). Hasil penelitian ini mengidikasikan terdapat pengaruh yang signifikan antara keterlibatan, kontribusi, tanggung jawab secara simultan terhadap efektivitas penggunaan dana anggaran.

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran


Otonomi Daerah Teori Perencanaan Pembangunan Daerah Teori Anggaran

ffd8ffe000104a4649460001020100c800c80000ffe20c584943435f 50524f46494c4500010100000c484c696e6f021000006d6e7472524 7422058595a2007ce00020009000600310000616373704d5346540 000000049454320735247420000000000000000000000000000f6d 6000100000000d32d4850202000000000000000000000000000000 000000000000000000000000000000000000000000000000000000 000000000001163707274000001500000003364657363000001840 000006c77747074000001f000000014626b7074000002040000001 47258595a00000218000000146758595a0000022c0000001462585 95a0000024000000014646d6e640000025400000070646d6464000 002c400000088767565640000034c0000008676696577000003d40 ffd8ffe000104a4649460001020100c800c80000ffe20c584943435f50524f46494c 00000246c756d69000003f8000000146d6561730000040c00000024 4500010100000c484c696e6f021000006d6e74725247422058595a2007ce000200 74656368000004300000000c725452430000043c0000080c675452 09000600310000616373704d53465400000000494543207352474200000000000 430000043c0000080c625452430000043c0000080c746578740000 00000000000000000f6d6000100000000d32d4850202000000000000000000000 0000436f70797269676874202863292031393938204865776c6574 00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 742d5061636b61726420436f6d70616e7900006465736300000000 0000000001163707274000001500000003364657363000001840000006c777470 74000001f000000014626b707400000204000000147258595a000002180000001 00000012735247422049454336313936362d322e31000000000000 46758595a0000022c000000146258595a0000024000000014646d6e6400000254 000000000012735247422049454336313936362d322e3100000000 00000070646d6464000002c400000088767565640000034c00000086766965770 0000000000000000000000000000000000000000000000 00003d4000000246c756d69000003f8000000146d6561730000040c0000002474
656368000004300000000c725452430000043c0000080c675452430000043c000 0080c625452430000043c0000080c7465787400000000436f7079726967687420 2863292031393938204865776c6574742d5061636b61726420436f6d70616e790 000646573630000000000000012735247422049454336313936362d322e310000 00000000000000000012735247422049454336313936362d322e3100000000000 0000000000000000000000000000000000000000000

3.2 Hipotesa 1Anggaran Pendapatan Belanja Daerah diduga cenderung konsisten dengan realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2004-2008 yang dilihat dari aspek finansial. 2Tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan yang teralokasi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang dilihat dari realisasi anggaran, rencana belanja dan realisasi belanja sektor pendidikan pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2004-2008 diduga cenderung efektif dan efisien. 3Definisi Operasional Variabel Penelitian Ada beberapa variabel yang akan menjadi pertimbangan dalam mengukur efisiensi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terhadap realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan Pemerintah Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini, variabel-

dilakukan dalam wilayah Kabupaten Jombang. Penelitian ini dibatasi pada masyarakat dapat terserap dalam agenda pemerintahan. 1APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD. 2RENSTRA Pendidikan merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. 3Realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan merupakan perwujudan dari rencana strategik dalam tata kelola anggaran pembangunan sektor pendidikan, yang termuat dalam Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pendidikan. 4Efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Efisiensi

variabel yang digunakan terdiri atas: 1RAPBD adalah Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. 2Partisipasi masyarakat merupakan sarana untuk menampilkan keseimbangan kekuasaan antara masyarakat dan pemerintah sehingga kepentingan dan pengetahuan BAB IV METODE PENELITIAN

ffd8ffe000104a4649460001020100c800c80000ffe20c584943435f50524f46494c4500010100000c 484c696e6f021000006d6e74725247422058595a2007ce00020009000600310000616373704d5346 540000000049454320735247420000000000000000000000000000f6d6000100000000d32d48502 0200000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000000000000000001163707274000001500000003364657363000001840000006c77747074000 001f000000014626b707400000204000000147258595a00000218000000146758595a0000022c00 0000146258595a0000024000000014646d6e640000025400000070646d6464000002c4000000887 67565640000034c0000008676696577000003d4000000246c756d69000003f8000000146d656173 0000040c0000002474656368000004300000000c725452430000043c0000080c675452430000043 c0000080c625452430000043c0000080c7465787400000000436f707972696768742028632920313 93938204865776c6574742d5061636b61726420436f6d70616e7900006465736300000000000000 12735247422049454336313936362d322e310000000000000000000000127352474220494543363 13936362d322e31000000000000000000000000000000000000000000000000000000

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk deskriptif kuantitatif. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Secara spesifik penelitian ini

diukur dengan rasio antara output dan input. 5Efektivitas (hasil guna) adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi efisiensi mencapai tujuannya. Apabila suatu dan organisasi berhasil mencapai tujuan, efektivitas maka organisasi tersebut dikatakan anggaran berjalan dengan efektif. pendapatan belanja daerah terhadap pembangunan di sektor pendidikan realisasi Pemerintah Kabupatentata Jombang tersebut. Penelitian ini menggunakan kelola batasan temporal tahun 2004-2008, anggaran dimana jangka waktu tersebut adalah masa diberlakukannya kebijakan otonomi daerah.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan di sini adalah data sekunder dengan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari: 1Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Jombang 2Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jombang 3Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang 4Biro Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber dengan melakukan studi kepustakaan dan pengamatan di lapangan. Data yang diperoleh disesuaikan dengan jangka waktu penelitian, yaitu tahun 2004 sampai 2008. 3.5 Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan analisis pengukuran kinerja. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi efisiensi APBD tersebut terhadap realisasi tata kelola anggaran pembangunan di sektor pendidikan Pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2004-2008. Ada dua tahap, yaitu: 1). Balanced Scorecard Aspek Finansial Balanced Scorecard Model ini pada awalnya memang ditujukan untuk memperluas area pengukuran kinerja organisasi swasta yang profit oriented. Pendekatan ini mengukur kinerja berdasarkan aspek finansial dan non finansial yang dibagi dalam empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal, dan perspektif inovasi dan pembelajaran. Namun dalam penelitian ini, saya menggunakan satu perspektif saja yaitu perspektif finansial karena perspektif tersebut lebih spesifik dan relevan untuk menjawab rumusan masalah pertama yang dikemukakan di atas. Perspektif finansial ini melihat kinerja dari sudut pandang profitabilitas ketercapaian target keuangan, sehingga didasarkan atas sales growth, return of investment, operating income dan cash flow (quinlivan, 2000 dalam Mardiasmo, 2006). 2). Efektivitas Mengukur tingkat output dari organisasi

sektor publik terhadap targettargetpendapatan sektor publik. Pengukuran tingkat efektivitas memerlukan data-data realisasi pendapatan dan anggaran atau target pendapatan. Berikut formula untuk mengukur tingkat efisiensi: Tingkat efektivitas: Realisasi pendapatan X 100% Anggaran Pendapatan K Kriteria efektivitas: Jika diperoleh nilai kurang dari 100% ( (x<100%) berarti efektif Jika diperoleh nilai sama dengan 100% ( (x=100%) berarti efektivitas berimbang Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti tidak efektif Efektivitas (hasil guna) adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan outcome dan output. Outcome merupakan dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat sedangkan output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program aktivitas dan kebijakan. Untuk mengukur tingkat efektivitas dalam pengelolaan keuangan dengan melihat perbandingan anggaran pendapatan dengan realisasinya dan persentase tingkat pencapaiannya (Mardiasmo, 2006). 3). Efisiensi Efisiensi diukur dengan rasio antara output dan input. Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B, unit A adalah lebih efisien tahun ini dibanding tahun lalu, dan seterusnya.

Tabel 5.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun Mengukur tingkat input dari organisasi sektor publik Jumlah (%) terhadap tingkat outputnya sektor publik. Pengukuran tingkat efisiensi memerlukan data-data 2004 realisasi biaya untuk memperoleh pendapatan dan data realisasi 5,40 pendapatan. Berikut formula untuk mengukur tingkat efisiensi: 2005 5,49 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten 2006 Jombang 5.1.1 Pemerintahan Daerah 5,60 Secara administrasi Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 Kecamatan yang terdiri dari 302 2007 dan 4 desa kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. 5.1.2 Penduduk dan Tenaga6,09 Kerja Jumlah penduduk Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2004-2008 2008 mengalami peningkatan sebanyak 18.610 jiwa, berdasarkan hasil registrasi 5,97 jumlah penduduk Kabupaten Jombang akhir tahun 2005 sebesar 1.165.720 jiwa, terjadi kenaikan 4.652 jiwa atau 0,40 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1.161.068 jiwa, sedangkan pada tahun 2007 mencapai 174.050 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,43% per tahun. Sedangkan tingkat kepadatan penduduknya meningkat sebesar 1,5%. 5.1.3 PDRB Sektoral Besaran PDRB per kapita atas dasar harga berlaku adalah sebagaimana pada tabel berikut: Tingkat efisiensi:
Realisasi biaya untuk memperoleh pendapatan x100% Realisasi Pendapatan

Artinya, dibanding tahun sebelumnya telah tumbuh 5,15 %, dengan inflasi (harga produsen) sebesar 15,40 %. Angka-angka itu paling tidak merupakan tanda akan perlunya mempertahankan momentum yang ada untuk mencapai sustainable development atau pembangunan yang PDRB Per kapita berkelanjutan. Tabel 5.1 5.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Usaha pemulihan ekonomi pasca Tahun krisis nampaknya cukup menggembirakan, hal ini terbukti dengan Jumlah (ribu rupiah) angka pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat selama lima tahun terakhir. 2004 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jombang semakin cepat selama 2000 -2004 yaitu berturut-turut 3,33% (2001) 5.697,84 kemudian 3,97%, 4,91%, 5,40% (2004) sedangkan untuk tahun 2004 sampai 2005 2008 kenaikannya tidak terlalu besar, sempat turun sedikit dari tahun 2007 ke 2008, namun secara keseluruhan 6.691,42 pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan cukup baik. Berikut ini datanya: 2006
Sumber: BAPPEDA Kab.Jombang 7.810,07

Secara umum bahwa perekonomian 2007 Kabupaten Jombang telah berada pada track record yang benar dan terus mempertahankan 8.289,58 momentum stabilitasnya. Inflasi pada tahun 2006 berkisar 10%, 2007 2008 berkisar 7% (berada di bawah inflasi Jawa Timur) dan tahun 2008 berada pada 9%. Bahkan ketika 9.636,52 inflasi melonjak sebesar 15,40 % akibat kenaikan harga BBM kita masih mampu tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan tahun sebelumnya, atau tepatnya lebih cepat sedikit. 5.2 Deskripsi Data 5.2.1 Perkembangan Penerimaan APBD Roda pemerintahan dan pembangunan di daerah tidak akan pernah bergerak kalau tidak ada dana/anggaran pendapatan dan belanja yang cukup memadai. Sesuai dengan syarat pembangunan yang berkelanjutan, maka pemerintah daerah akan senantiasa meningkatkan anggaran pendapatan dan belanja daerahnya. Pendapatan daerah selama tahun 20042008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Perkembangan realisasi pendapatan daerah selama tahun 20042008 adalah sebagai berikut:

K Kriteria efisiensi adalah: Jika diperoleh nilai kurang dari 100% ( (x<100%) berarti efisien Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x=100%) berarti efisiensi berimbang ( Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x>100%) berarti tidak efisien Pengukuran efisiensi (efficiency).

Sumber: BAPPEDA Kab.Jombang

Sumber: DISPENDA Kab. Jombang, diolah

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Daerah Kebupaten Jombang Tahun 2004-2008 (jutaan rupiah)
Pendapatan

2004

2005

2006

2007

2008

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil BUMD dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan lain-lain y

10.446 27.605 93 6.391

11.098 33.709 80 4.103

12.999 41.030 150 12.124

14.172 52.429 273 13.564

15.643 67.237 239 14.483

DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil (Pajak dan Bukan Pajak) Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari P

26.987 312.924 5.000 26.873

28.989 328.521 4.000 33.496

54.379 460.000 7.500 32.457

49.755 537.082 9.893 31.179

56.128 591.774 26.024 36.852

JUMLAH PENDAPATAN

Tabel 5.4 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004-2008 Thn


416.320

Indeks Harap an Hidup Indeks Pendi dikan

IPM
620.639

2004 70,45

708.348

Pendapatan daerah Kabupaten 2008 adalah sebagai berikut: 73,75 Jombang dalam lima tahun terakhir 61,00 808.380 masih didominasi oleh pendapatan Dana Sumber : BPKD Kabupaten Jombang 68,40 Perimbangan yang proporsi rata-rata setiap tahunnya sebesar 83 %. Tingginya 2005 Pendapatan daerah Kabupaten proporsi pendapatan dari Dana Jombang dalam lima tahun terakhir 70,53 Perimbangan ini disebabkan adanya masih didominasi oleh pen ndapatan 75,12 kenaikan yang cukup signifikan dari Dana Perimbangan yang prop porsi ratapenerimaan DAU dan DAK terutama 59,04 rata setiap tahunnya sebesar 83%. sejak tahun 2006. Tingginya proporsi pendapatan dari Dana 68,23 5.2.2 Pendidikan Perimbangan ini diseb babkan adanya 2006 Kondisi sektor pendidikan di kenaikan yang cukup signifikan dari Kabupaten jombang pada sampai tahun penerimaan Dana Alokaasi Umum dan 70,57 2008 dapat dibaca diantaranya dana Alokasi Khusus teru utama sejak 77,12 berdasarkan ketersediaan sarana dan tahun 2007. Tabel rasio 62,27 prasarana sekolah. Berdasarkan 5.5 Realiasasi Pendapatan Tahun 2004-2008 (dalam jutaan rupiah) jumlah guru terhadap murid dalam kurun waktu 2004 2008 jumlah murid SD/ MI di Kabupaten Jombang mengalami penurunan sebanyak 3.783 siswa yaitu dari sebanyak 128.492 siswa pada tahun 2005 menjadi sebanyak 124.709 siswa pada tahun 2009 atau turun sebesar 2,94%, sementara jumlah guru mengalami peningkatan sebanyak 1008 orang yaitu dari sebanyak 7.933 orang pada tahun 2005 menjadi sebanyak 8.941 orang pada tahun 2008 atau naik sebesar 12,71%. Pada tingkat SMA/MA/SMK, pada kurun waktu 2004-2008, jumlah sekolah mengalami peningkatan sebanyak 6 unit, 167 unit pada tahun 2004 menjadi sebanya k 173 unit pada tahun 2008. 5.2.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang Angka IPM berkisar antara 0 hingga 100. Semakin mendekati 100, maka hal tersebut merupakan indikasi pembangunan manusia yang semakin baik.
Sumber: Bappeda Kabupaten Jombang
N69,99 o

2007 Pendapatan 70,82 2004 77,33 2005 62,47 2006 70,21 2007 2008 2008 77,04 1 78,34 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 61,59 38.144 72,32 44.887
54.179 66.874 83.119 2 Dana Perimbangan 371.178 395.006 554.336 627.909 710.778 3 Penerimaan Lain-lain yang sah 6.391 4.103 12.124 13.564 14.483 JUMLAH PENDAPATAN 416.320 443.996

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai IPM Kabupaten Jombang berada dalam kategori sedang atau menengah untuk nilai IPM antara 50-80. 5.3 Analisis dan Pembahasan 5.3.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Lima Tahun Terakhir Pendapatan daerah selama tahun 20042008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Perkembangan realisasi pendapatan daerah selama tahun 2004-

ffd8ffe0001 ffd8ffe0 ffd8ffe0 ffd8ff ffd8ffeffd8ffe0001 04a4649460 708.348 00104a4 00104a4 e0001 000104 001020100c 04a46494600 6494600 800c80000ff 808.380 6494600 04a46 a46494 e20c5849434 01020100c80 0102010 35f50524f46 0c800c8 0102010 49460 600010 494c450001 0c80000ffe20 0000ffe2 Realisasi Pendap patan Daerah 0c800c80 00102 20100c 0100000c48 c584943435f belanja 0c58494 4c696e6f021 Tahun 2004 -2008 (jutaan rupiah) 000006d6e7 gaji 000ffe20 0100c 800c80 50524f46494 3435f50 4725247422 524f464 c5849434 800c8 000ffe2 058595a200 c4500010100 1,000.00 pegawai yang 94c4500 35f50524 0000ff 0c5849 7ce00020009 000c484c696 800.00 mengambil 0006003100 0101000 600.00 porsi f46494c4 e20c5 43435f 0061637370 e6f02100000 00c484c 4d53465400 400.00 696e6f0 5000101 84943 50524f 0000004945 6d6e7472524 200.00 sebesar 49,76 % 2100000 4320735247 00000c48 435f5 46494c 4200000000 7422058595a dari 6d6e747 to otal 4c696e6f 0524f 450001 0000000000 2007ce00020 2524742 0000000000f belanja; 2058595 0210000 46494 010000 6d60001000 0090006003 dan 00000d32d4 a2007ce 06d6e74 c4500 0c484c 8502020000 1000061637 bantuan 0002000 ffd8ffe000104a4649460001 untuk 7252474 01010 696e6f 0000000000 3704d53465 9000600 0000000000 020100c800c80000ffe20c58 pemeriintah 3100006 0000000000 2205859 0000c 021000 0000000000 4000000004 4943435f50524f46494c4500 desa 1637370 5a2007ce 484c6 006d6e 0000000000 9454320735 Sedangkan untuk penerim maan 4d53465 010100000c484c696e6f0210 0000000000 0002000 96e6f 747252 0000000000 2474200000 4000000 00006d6e747252474220585 Pendapatan Asli Daerah proporsi setia 0049454 9000600 02100 474220 0000000000 0000000000 0000000000 95a2007ce00020009000600 ap tahunnya ratarata sebesar 10%, te 3207352 3100006 0006d 58595a 0116370727 0000000000 erutama berasal pendapatan retribusi 4742000 310000616373704d5346540 4000001500 1637370 6e747 2007ce 0000033646 000f6d60001 daeraah. 0000000 00000004945432073524742 0000000 4d53465 25247 000200 5736300000 00000000d3 1840000006 ffd8ffe000104a464946000102010 5.3.2 Perkembangan RRealisasi 00000000000000000000000 0000000 4000000 42205 090006 c777470740 2d48502020 0000f6d 0c800c80000ffe20c584943435f505 Belanja Lima Tahun Terakhir 00000f6d6000100000000d3 00001f00000 0049454 8595a 003100 0014626b70 0000000000 6000100 24f46494c4500010100000c484c69 2d485020200000000000000 Gambar 5. .2 7400000204 000000d 3207352 2007c 006163 0000001472 0000000000 6e6f021000006d6e7472524742205 00000000000000000000000 32d4850 Realisasi Belanja Dae rah Tahun 2004-2008 4742000 e0002 73704d 58595a0000 0000000000 0218000000 2020000 8595a2007ce00020009000600310 00000000000000000000000 (jutaan r rupiah) 0000000 00090 534654 146758595a 0000000000 0000000 000616373704d534654000000004 00000000000000000000000 0000022c00 0000000 0000000 00600 000000 0000146258 0000000000 9454320735247420000000000000 800.00 00000000000011637072740 0000000 600.00 0000000 31000 004945 595a000002 0000000000 4000000014 0000000 000000000000000f6d60001000000 400.00 00001500000003364657363 646d6e6400 0000f6d6 06163 432073 0002540000 0000000000 0000000 00d32d4850202000000000000000 200.00 000001840000006c7774707 0000000 0.00 0001000 73704 524742 0070646d64 0000000000 0000000000000000000000000000 4000001f000000014626b70 64000002c4 0000000 2004 2005 00000d3 d5346 000000 0000008876 0000000000 0000000 0000000000000000000000000000 74000002040000001472585 2006 2d48502 54000 000000 7565640000 0000116370 0000000 034c000000 0000000000000000000000001163 95a00000218000000146758 0000000 2007 2008 0200000 00000 000000 8676696577 7274000001 7072740000015000000033646573 595a0000022c00000014625 000003d400 0000000 0000000 49454 000000 0000246c75 5000000033 0000000 63000001840000006c7774707400 8595a000002400000001464 0000000 32073 0000f6 6d69000003f 6465736300 0000000 8000000146 0001f000000014626b70740000020 6d6e6400000254000000706 2004 1163707 2005 0001840000 0000000 52474 d60001 d656173000 0040c00000 4000000147258595a00000218000 46d6464000002c400000088 2006 2740000 0000000 20000 000000 0247465636 2007 006c7774707 0150000 000146758595a0000022c0000001 767565640000034c0000008 8000004300 2008 0000000 00000 00d32d 000000c725 4000001f000 sebesar 58,61 % merupakan 0003364 46258595a0000024000000014646 676696577000003d4000000 4524300000 6573630 beelanja tidak langsung, dimana di 0000000 416.3485020 43c0000080c 00000 000014626b Realisasi 444.0 6620.6 708.3 808.3 d6e640000025400000070646d646 246c756d69000003f800000 0000184 dalamny ya termasuk 0000000 00000 200000 6754524300 7074000002 0000006 4000002c40000008876756564000 0146d6561730000040c0000 00043c0000 0000000 00000 000000 080c625452 0400000014 c777470 0034c0000008676696577000003d 00247465636800000430000 7400000 0000000 0000f 000000 430000043c 7258595a000 0000080c74 4000000246c756d69000003f80000 mengambil porsi 7,58 %. Dua j jenis 0000c725452430000043c00 1f00000 0000000 6d600 000000 6578740000 0021800000 belanja tidak langsung ini dalam lim 0014626 0000436f707 00146d6561730000040c00000024 00080c675452430000043c0 0000000 01000 000000 9726967687 0146758595a ma tahun ke depan diperkirakan b707400 74656368000004300000000c7254 000080c625452430000043c 4202863292 0002040 0000000 00000 000000 0313939382 0000022c000 52430000043c0000080c67545243 masisih akan mengambil porsi yang 0000080c746578740000000 0000014 0000001 d32d4 000000 04865776c6 0001462585 574742d506 7258595 0000043c0000080c625452430000 cukup b besar dalam struktur belanja 0436f707972696768742028 1637072 85020 000000 1636b61726 95a00000240 daerah. a000002 043c0000080c7465787400000000 63292031393938204865776 420436f6d70 1800000 7400000 20000 000000 616e790000 0000001464 5.3.3 BSC Aspek Finansial 436f7079726967687420286329203 c6574742d5061636b617264 0146758 6465736300 1500000 00000 000000 0000000000 6d6e6400000 595a000 1393938204865776c6574742d506 Sesuai dengan yang di ikemukakan 20436f6d70616e790000646 0033646 00000 000000 0012735247 2540000007 0022c00 4220494543 1636b61726420436f6d70616e7900 dalam metode penelitian di atas, 57363000000000000001273 0000146 5736300 00000 000000 3631393636 0646d64640 maka pengukuran BSC yang dilaku 0064657363000000000000001273 52474220494543363139363 2d322e3100 258595a dalam penelitian ini 0001840 00000 000000 0000000000 00002c40000 ukan 0000024 5247422049454336313936362d32 62d322e3100000000000000 0000000000 menggunakan perspektif finansial. 000006c7 00000 000000 1273524742 0088767565 0000000 2e31000000000000000000000012 Perspektif ini meli ihat kinerja dari 00000000127352474220494 14646d6 7747074 00000 000000 2049454336 640000034c0 735247422049454336313936362d sudut pandang penyed dia sumber 54336313936362d322e3100 313936362d e640000 000001f0 00000 000000 322e310000 0000086766 0254000 322e310000000000000000000000 00000000000000000000000 0000000000 0000001 00000 116370 0000000000 9657700000 0007064 0000000000000000000000000000 00000000000000000000000 0000000000 6d64640 4626b70 00000 3d40000002 0000 000000 727400 0000000000

620.639

00002c4

Tabel 5.7 Rasio Pengeluaran APBD daya dan ketercapaian targett keuangan Thn Pengeluaran APBD (Rp) sebagaimana rencana organ nisasi yang Total Pengeluaran APBD (Rp) tertuang dalam RENSTR RA Dinas Rasio (%) 2004 Pendidikan. Untuk mengetahhui kinerja 422.510.241.500,19 2.854.246.045.399,23 keuangan, alat analisis rasio addalah 14,80 suatu teknik analisis untuk mmengetahui 2005 412.229.228.404,57 hubungan dari pos-pos terte entu dalam 2.854.246.045.399,23 neraca atau laporan 14,44 keuangan n lain 2006 secara 548.612.186.219,77 kombinasi ddari individu atau 2.854.246.045.399,23 kedua laporan tersebut. 19,22 2007 Rasio APBD per tah hun dalam 635.050.179.177,29 prosentase adalah: a) Rasio Penerimaan 2.854.246.045.399,23 22,25 APBD 2008
835.844.210.095,41 2.854.246.045.399,23 29,28

oleh kondisi perekonomian di Indonesia. Misalnya saat krisis moneter tahun 20042005, hampir semua Kabupaten/Kota di Indonesia mengalami penurunan pendapatan APBD nya. c) Rasio Pengeluaran APBD untuk sektor pendidikan (penerimaan dana pendidikan) Th

b ) R Tabel 5.9 a Rasio Penerimaan Dana s Pembangunan Sektor i Pendidikan o Tabel 5.6 Rasio Penerimaan A APBD P Dari data dan perhitungan di atas dapat e Thn n diketahui bahwa sebenarnya anggaran Penerimaan APBD (Rp) g untuk pembangunan pendidikan yang e diperoleh dari APBD rata-rata jumlahnya Total Penerim APBD (R maan Rp) hanya berkisar antara 5 sampai 7%. Ini l Rasio (%) u jauh dari ketentuan pemerintah pusat Tabel 5.8 Rasio Pengeluaran APBD untuk yang selalu menetapkan anggaran a Sektor Pendidikan 2004 Th pendidikan lebih dari 20%. e) Rasio Th r 416.319.775.326,13 % dari total pengeluara n APBD Pengeluaran Dana Pendidikan (Rp) Pengeluaran APBD untuk sektor pendidikan (Rp) Pengeluaran Pengeluaran Dana Pendidikan (Rp) Dana Pendidikan a Total Total Pengeluaran APBD untuk sektor pendidikan (Rp) 2.997.682.515. .446,84 Rasio (%) Rasio (%) n 04 04 Rasio Pengeluaran Pengeluaran Dana 43,67 % 180.602.370.489,00 A 13,89 184.513.555.184,0 0 Pendidikan tahun x 1.183.553.613.339,01 1.262.822.232.246 ,59 P = 15,26 14,61 2005 05 05 pengeluaran dana pendidikan th x sampai y B 177.831.171.075,00 47,60 % X 100% 1.183.553.613.339,01 196.231.047.998,0 0 443.995.961.151,06 D 1.262.822.232.246 ,59 15,03 Tabel 5.10 Rasio Pengeluaran Dana 15,54 06 2.997.682.515. .446,84 06 Pendidikan 223.436.863.896,78 44,15 % Berda
242.207.982.543,9 3 1.262.822.232.246 ,59

% dari total penglu aran APBD Penerimaan dana pembangunan sektor pendidikan (Rp) Total Penerimaan dana pembangunan sektor pendidikan (Rp) Rasio Pengeluaran = Rasio (%) 04 Pengeluaran APBD untuk sektor pendidikan th x 5,39 % Total 22.781.697.300 pengeluaran APBD untuk sektor pendidikan th x sampai y X 100% 191.916.759.000 11,87 % 05 7,41 % 30.550.044.800 191.916.759.000 15,92 % 06 Rasio Penerimaan = 6,99 % 38.372.525.200 191.916.759.000 Penerimaan Dana Pembangunan Sektor Pendidikan tahun x 19,99 % Penerimaan Dana Pembangunan Sektor Pendidikan tahun x 07 sampai y X 100% 7,27 % 46.195.005.600 191.916.759.000 24,07 % 08 6,46 % 54.017.486.100 191.916.759.000 28,15 %

d) Rasio Penerimaan Dana Pembangunan Sektor Pendidikan

sarkan 07 analisis s 296.835.463.720,6 6 belanja 1.262.822.232.246 ,59 tahun 08 2007, 343.034.182.800,0 0 1.262.822.232.246dari maka ,59 total belanja tersebut

19,18 46,74 % 23,51 41,04 % 27,16

1.183.553.613.339,01 14,81 18,88 07 2006 Dana 273.071.577.046,24 f) Rasio Pengeluaran 1.183.553.613.339,01 Pembangunan Sektor Pendidikan 23,07 620.639.218.516,82 08 328.611.630.832,00 2.997.682.515. .446,84 1.183.553.613.339,01 Rasio Pengeluaran = Pengeluaran Dana Pembangunan Sektor 27,76 Pendidikan tahun x 20,70 2007 708.347.851.790,38 2.997.682.515. .446,84 23,63 2008 808.379.708.662,45 2.997.682.515. .446,84 26,97

Nilai rasio di atas juga sebanding dengan rasio penerimaan dan pengeluaran APBN dan APBD rata-rata di Kabupaten/Kota lain di Indonesia pada umumnya dan Jawa Timur pada khususnya. Hal ini sangat dipengaruhi

pe ng elu ara n Da na Pe mb an gu na n Se kto r Pe ndi

dik an th x sa mp ai Th Th y X Realisasi Belanja Dana Pendidikan (Dana yang diperoleh dari APBD) sebelum digunakan untuk Belanja Kedinasan (INPUT) (Rp) 10 % dari peng eluar an dana pendi dikan Realisasi Pendapatan Dana Pendidikan yangsektor pendidikan (Rp) 0% Pengeluaran dana pembangunan Teralokasi dari APBD (OUTPUT) (Rp)

dimaksud dalam penelitian ini adalah realisasi dana pendidikan (dana yang diperoleh dari Tabel 5.13 Tingkat Efisiensi Tabel 5.11 Rasio Pengeluaran Dana Pembangunan Sektor Pendidikan APBD) sebelum digunakan untuk belanja kedinasan). Output secara teori adalah realisasi pendapatan, Efsn (%) Total Pengeluaran dana pembangunan sektor pendidikan (Rp) pendapatan yang dimaksud dalam 04 Rasi o (%) penelitian ini adalah realisasi pendapatan 180,602,370,489.00 Melalui metode BSC04 aspek finansial, 184,513,555,184.00 12,61 dana pendidikan yang teralokasi dari 97.88 program-program pembangunan 22.781.697.300 05 191.916.759.000 APBD. pendidikan selama lima tahun periode
196,231,047,998.00 05 2004-2008 dikatakan konsisten karena 90.62 17,18 06 antara target dan realisasinya 100% 30.550.044.800 223,436,863,896.78 terlaksana dengan 191.916.759.000 baik15,92 melalui yaitu 242,207,982,543.93 92.25 program: 1) pemerataan06 dan perluasan 07 17,17 273,071,577,046.24 kesempatan pendidikan pada semua 38.372.525.200 296,835,463,720.66 191.916.759.000 jenis dan jenjang pendidikan, 2) 91.99 19,99 08 07 peningkatan mutu dan relevansi 328,611,630,832.00 16,92 343,034,182,800.00 46.195.005.600 pendidikan, 3) peningkatan manajemen 95.80 191.916.759.000 pendidikan. Disini diketahui bahwa: 24,07 08 Tabel 5.12 16,44 54.017.486.100 Rasio Dana Pembangunan 191.916.759.000 Pendidikan 28,15 177,831,171,075.00 11,87

Mengacu kepada metode penelitian tersebut di atas tentang pedoman penilaian dan kemampuan keuangan, maka kriteria pengelolaan keuangan daerah tersebut dikatakan cukup efisien, karena bernilai kurang dari 100%. Grafik berikut memperlihatkan perkembangan tingkat efisiensi pelaksanaan anggaran Kabupaten Jombang selama 5 tahun (20042008). Berdasarkan estimasi di atas diketahui bahwa tingkat efisiensi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Berdasarkan estimasi di atas maka dengan realisasi tata kelola anggaran tujuan pertama dari penelitian ini pembangunan di sektor pendidikan terjawab dimana sesuai hipotesa pemerintah Kabupaten Jombang pada pertama yang dikemukakan pada bab tahun 2004-2008 cenderung efisien. sebelumnya bahwa Anggaran Pernyataan tersebut sesuai Pendapatan Belanja Daerah cenderung (mendukung) dengan teori efisiensi yang konsisten dengan realisasi tata kelola menyatakan bahwa efisiensi mempunyai anggaran pembangunan di sektor pengertian yang berhubungan erat Th pendidikan pemerintah Kabupaten Target anggaran pembangunan sektor pendidikan (Rp) dengan konsep produktivitas dimana Realisasi anggaran pembangunan sektor Jombang pada tahun 2004-2008. pendidikan (Rp) Sel isi h membandingkan antara rasio input dan Rasio Pernyataan tersebut sesuai (mendukung) output, dalam hal ini sektor pendidikan. 04 dengan teori perencanaan pembangunan 22.781.697.300 Efisiensi disini juga mendukung teori 22.781.697.300 sektor pendidikan dan teori perencanaan 0 pembangunan ekonomi dimana dalam 100 % anggaran pembangunan dimana salah satu definisi pembangunan, tujuan 05 perencanaan harus 30.550.044.800 pembangunan pembangunan ekonomi disamping 30.550.044.800 disesuaikan dengan 0 perencanaan meningkatkan pendapatan nasional riil anggaran yang ada 100 % supaya programjuga untuk meningkatkan produktivitas 06 program pembangunan yang ada dapat 38.372.525.200 (sektor pendidikan). 38.372.525.200 terlaksana dengan baik. 0 Namun untuk melihat tujuan tata 100 % kelola anggaran pembangunan 07 46.195.005.600 khususnya sektor pendidikan, efisiensi 5.3.4 Efisiensi 46.195.005.600 0 anggaran tidak cukup, karena produk Efisiensi pengelolaan biaya pendidikan 100 % barang/jasa yang digunakan untuk social 08 Kabupaten Jombang per tahun dalam 54.017.486.100 welfare harus diperhatikan juga prosentase adalah: 54.017.486.100 0 efektivitasnya.
= Efisiensi Realisasi belanja dana pendidikan tahun x
100 %

Realisasi pendapatan dana pendidikan tahun x X 100%

Efekti? itas Realisasi pendapatan dana pendidikan taun x = Anggaran pendapatan dana pendidikan taun x X 100%

Efisiensi disini adalah membandingkan antara input dan output. Input secara Efektivitas disisni adalah teori adalah realisasi belanja untuk membandingkan antara outcome dan memperoleh pendapatan, biaya yang 1. Kondisi sektor pendidikan menyangkut prasarana dan sarana 2008 mencapai 72,32%, dengan didominasi oleh indeks pendidikan

yang nilainya di atas 73% dibanding indeks kesehatan dan indeks daya lembaga. Jumlah TK negeri dan swasta meningkat sebanyak 57 beli. Sesuai hasil penelitian tersebut, dapat berimbang yang artinya adalah output. Outcome secara dan adalah lembaga, sedangkan jumlah SD/MI negeriteori swasta mengalami penurunan sebanyak 5 lembaga dan diketahui bahwa terjadi kekonsistensian antara anggaran yang tertuang dalam APBD dengan anggaran yang ketercapaian outcomenya seimbang realisasi pendapatan, dimana dalam dengan output yang ada. Angka disini penelitian ini realisasi pendapatan jumlah SMP/MTs negeri dan swastapendapatan dana tidak bersifat mutlak, yang lebih penting adalah realisasi direncanakan dan yang direalisasikan adalah ketercapaian outcomenya. pendidikan. Sedangkan output secara Meskipun anggaran pembangunan sektor teori adalah anggaran pendapatan, mengalami peningkatan sebanyak 18 pendidikan relatif kecil, Kabupaten yang dalam penelitian ini adalah untuk pembangunan sektor pendidikan. Jombang mampu melaksanakan tujuan anggaran pendapatan dana dari pembangunan suatu daerah pendidikan. SLTA/MA negeri dan swasta lembaga. Sementara jumlahDana pendidikan dalam pada khususnya bidang pendidikan selama penelitian ini adalah direncanakan dalam RENSTRA dinas Dimana program pembangunan yangdana pendidikan periode ini (tahun 2004-2008), yang teralokasi dari APBD. ditunjukkan dengan tercapainya outcome tahun 2007 meningkat sebanyak 14 pendidikan disesuaikan dengan alokasi sebagai berikut: 2. Efektivitas 100% berarti efektivitas lembaga. Perkembangan pendidikan di Kabupa anggaran dari APBD. Namun di sisi lain, dari hasil penelitian tersebut pemerintah ten Jombang sepanjang tahun 2004 sampai 2008 menunjukkan Kabupaten Jombang ternyata memiliki tata kelola anggaran yang kurang baik, hal ini perkembangan yang relatif stabil. Hal ini dapat dilihat dari Angka dapat dilihat dari perbandingan rasio metode BSC aspek financial bahwa antara Partisipasi kasar (APK) untuk SD/MI mencapai 104,21% dan APK Tabel 5.16 Tingkat Efektivitas yang dianggarkan dan realisasi sama, dengan tingkat rasio 100%. Kondisi ini
Th Realisasi Pendapatan Dana Pendidikan (yang teralokasi dari APBD) (OUTCOME) (Rp) Anggaran Pendapatan Dana Pendidikan (yang teralokasi dari APBD) (OUTPUT) (Rp) Efek?tivitas (%) 04 tahun 2008, APK untuk SMP/MTs sebesar 98,54% (prosentasenya di atas 184,513,555,184.00 184,513,555,184.00 masih menggunakan cara lama yang terpetak-petak dengan sistem anggaran 100 05 196,231,047,998.00 196,231,047,998.00 APK Jawa Timur yang hanya sebesar 100 yang sudah ada di tahun-tahun 06 242,207,982,543.93 242,207,982,543.93 92,13%) meningkat menjadi 101,58% 100 07 sebelumnya. Jadi dalam merencanakan 296,835,463,720.66 296,835,463,720.66 100 di tahun 2008. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI 08 program pembangunan pendidikan, mengacu pada program-program 343,034,182,800.00 343,034,182,800.00 100

SMA/MA/SMK mencapai 86,59% di menjelaskan bahwa dalam pengggarannya

mencapai 92% di tahun 2008. APM pembangunan yang belum terlaksana di

SMP/MTs sebesar 67,61% di tahun 2005 meningkat menjadi 85,25% di tahun sebelumnya. Namun kembali pada keterbatasan anggaran yang teralokasi dari tahun 2006 dan meningkat lagi APBD. Tentu saja hal ini tidak sesuai sebesar 86,33% di tahun 2007. Hal ini dengan prinsip partisipasi masyarakat mengindikasikan terjaganya pemerataan dan perluasan kesempatan belajar. yang dalam teori nya menyatakan bahwa arti penting partisipasi terletak pada fungsi dan manfaatnya. Fungsi partisipasi 3. Angka putus sekolah yang dihitung berdasarkan angka (jumlah siswa) adalah sebagai sarana untuk menampilkan keseimbangan kekuasaan antara putus sekolah per 1.000 siswa pada setiap jenjang pendidikan sampai masyarakat dan pemerintah sehingga kepentingan dan pengetahuan masyarakat pada tahun 2008 untuk SD/ MI dapat terserap dalam agenda

pemerintahan. Sedangkan manfaat partisipasi adalah membangun komitmen 4. Indeks Pembangunan Manusia masyarakat untuk membantu penerapan 68,40% di tahun 2004 meningkat berimbang), angka ini 100% (efektivitas suatu keputusan yang telah dibuat. Hal ini dana menjelaskan bahwa yang dianggarkan sama persis dengan 69,99% di tahun 2006 dan di tahun realisasi anggarannya. Padahal jika juga dapat dilihat dari nilai efektivitas ditinjau ulang, suatu pelaksanaan program pembangunan umumnya terjadi selisih anggaran (misalnya program pembangunan di atas 50 juta rupiah yang sesuai dengan Kepres no.80 tahun 2003 harus melalui proses tender pengadaan barang/jasa pemerintah, maka pasti ada biaya akomodasi lain yang tidak tercover dalam anggaran pembangunan pendidikan). Selanjutnya mengenai keterkaitan dengan penelitian terdahulu, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Lumbantobing (2006) dan Arifudin (2005) yang menyatakan bahwa BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan dan saran-saran penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut : 1Selama lima tahun terakhir, anggaran pendidikan yang direalisasikan setelah dikurangi gaji guru jumlahnya masih kurang dari 10%. 2Rata-rata alokasi anggaran pendidikan dari total belanja APBD dikurangi DAK sebesar 2,6%. arti penting partisipasi masyarakat dalam tata kelola anggaran pemerintah. Pada umumnya proses perencanaan dan penganggaran yang dilakukan pemerintah saat ini kurang mencerminkan partisipasi masyarakat. menggunakan cara lama yang terpetak-petak dengan sistem anggaran yang sudah ada di tahuntahun sebelumnya. 4. Rasio APBD terhadap realisasi tata kelola anggaran sektor pendidikan cukup efisien karena nilainya di atas 90% (mendekati 100%) dan efektifitas berimbang senilai 100% yang ditunjukkan dengan kenaikan IPM hingga lebih dari 70% dengan didominasi indeks pendidikan, nilai APK dan APM yang mengalami peningkatan, dan prestasi lainnya di Kabupaten Jombang. 6.2 Keterbatasan penelitian dan Saran Keterbatasan penelitian adalah sebagaimana dikemukakan berikut ini: 1. Sesuai dengan prinsip anggaran kinerja, bahwa untuk melihat kinerja kebijakan pemerintah berkaitan dengan pendidikan harus memperhatikan input, output, outcome, benefit, dan impact. Namun dalam penelitian ini hanya sampai mengetahui outcome karena peneliti hanya menggunakan data sekunder.

3Dengan menggunakan analisis BSC


aspek finansial dapat diketahui bahwa anggaran pendidikan yang dikelola Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang teralokasikan 100%, dengan kata lain apa yang sudah dianggarkan konsisten dengan realisasi pembangunan pendidikannya. Namun di sisi lain, kondisi ini mencerminkan nilai partisipasi masyarakat yang relatif kecil karena dalam pengggarannya masih pembangunan sektor pendidikan umumnya terhambat oleh alokasi anggaran dari APBD yang relatif kecil. Dalam kenyataanya APBD mengalokasikan anggaran untuk pembangunan pendidikan kurang dari 20% (tidak sesuai dengan peraturan pemerintah yang menetapkan bahwa alokasi APBD minimal 20% untuk sektor pendidikan di setiap daerah). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan Fatoni (2005) mengenai

1Dana pendidikan dalam penelitian ini adalah dana pendidikan yang teralokasi dari APBD. 2Konsistensi disini hanya dilihat secara aspek finansial saja, karena terkonsentrasi pada aspek anggaran. Kemudian beberapa saran sebagaimana berikut ini: 1Alokasi anggaran APBD untuk pembangunan sektor pendidikan masih berkisar 5 sampai 7%. Oleh karena itu, mengingat pentingnya sektor pendidikan, alokasi anggarannya diperbanyak dan lebih diprioritaskan, dengan cara menekan anggaran lain seperti belanja kedinasan dan belanja lain yang sifatnya tidak terlalu penting. 2Realisasi tata kelola anggaran pembangunan sektor pendidikan cukup efisien tetapi nilainya masih berkisar 90100% yang berarti belum terlalu maksimal. Meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan outputnya, dengan kata lain bahwa dengan anggaran yang ada dapat memenuhi program pembangunan pendidikan yang sudah direncanakan dalam RPJMD, yang akhirnya dapat meningkatkan outcome berupa kenaikan kualitas SDM. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi program pendidikan yang ada (program pendidikan yang penting lebih diutamakan daripada program pendidikan yang tidak terlalu pokok dan membutuhkan biaya cukup tinggi). Namun di sisi lain, kenaikan efisiensi juga dapat menimbulkan SILPA anggaran yang terlalu besar, sehingga menambah beban anggaran. Untuk itu, menaikkan efisiensi juga harus diimbangi dengan kenaikan efektivitas berupa outcome lebih banyak dengan memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat. 3. Pendanaan untuk bidang pendidikan secara derajat desentralisasi fiskal belum terpenuhi karena jumlah DAU dan DAK

Kabupaten Jombang masih berkisar 80-90% dari APBD. Jika kemampuan PAD lebih ditingkatkan, maka diharapkan Kabupaten Jombang mampu melaksanakan azas kemandirian daerah. DAFTAR PUSTAKA Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi, Solo. Adnan, Muhammad. 2001. Otonomi Daerah Kaya Teori Lemah Praktik. Teguh Yuwono (ed). Manajemen Otonomi Daerah. CLGAPPS-Diponegoro University, Semarang. Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN, Yogyakarta. Arsyad, Lincolin. 1999 Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta. Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri. 2003. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta. Brata, Aloysius Gunadi. 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. www.google.com LPUAJY, Yogyakarta. Burhanuddin, 1999. Pengaruh Karakteristik Anggaran terhadap Efektivitas Pelaksanaan Anggaran (Studi Pada Pemko Kodya Malang). Tesis Magister Administrasi Publik, Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Davey,

K.J. 1988. Pembiayaan Pemerintahan Daerah, Praktek Internasional dan Relevansinya bagi Dunia Ketiga. Diterjemahkan oleh Amanullah. UI-Press, Jakarta. Devas, Nick B. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia: Terjemahan, Masri Maris. UI Press, Jakarta. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2004. Tinjauan Pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 2001-2003. Jakarta. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. LP3ES, Jakarta. Dore, Giovanna. 2002. Tinjauan Pengeluaran Publik Kota Sukabumi. RPER03-Bahasa Indonesia. 29 Juni 2002: Sukabumi. Fuady, Dati Fatimah, Rinto Adrioso dan Wahyu Basyir. 2002. Memahami Anggaran Publik. Idea press, Yogyakarta. Handoko, T Hani. 1999. Manajemen: Edisi 2. BPFE, Yogyakarta. Hasibuan, H. Malayu S.P. 2005. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah. Bumi Aksara, Jakarta. Irawan dan Suparmoko, M. 1992. Ekonomika Pembangunan: Edisi Kelima. BPFE, Yogyakarta. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kaho, J.R. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia:

Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Administrasi Pembangunan: Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di Indonesia. LP3S, Jakarta. Korten, D, dan Syahrir, 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Yayasan Obor, Jakarta. Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan: Edisi Ketiga. UPPAMP-YKPN, Yogyakarta. Litvack, Jennie et. Al. 1999. Decentralization in Developing Country. The World Bank : Washington DC. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta. Kajian Mardiasmo. 2004. Otonomi dan dengan Manajemen Keuangan Daerah. Pendekatan Penerbit Andi, Yogyakarta. Berpikir Sistem). Muluk, Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Bayumedia, Publik dalam Malang. Pemerintahan Daerah (Sebuah PengawasanMunandar, Kerja. BPFE, M. Yogyakarta. 2001. Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Budgeting: Pembangunan daerah Dalam Perencanaan Kerja, Persfektif Otonomi Daerah. Badan Pengkoordinasian Penerbit Bappeda Propinsi NTB, Kerja Mataram. Munir, Dasril, Henry Arys Djuanda, Hessel Nogi S. 2004. Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah. YPAPI, Yogyakarta.

Musgrave, Richard A, Peggy B Musgrave. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek: Edisi Kelima. 1993. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta. Nawawi, H. 2003. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Grasindo, Jakarta. Nurkholis. 2002. Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang. www.pendidikan-network.org.id. 29.10.2004. Ratnawati, P. 2003. Mengukur Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 43 tahun ke 9 Juli 2003. Reksohadiprojo, Sukanto. 2001. Ekonomika Publik: Edisi pertama. BPFE, Yogyakarta. Rinusu dan Sri Mastuti. 2003. Panduan Praktis Mengontol APBD. Civic Education and Budget Tranparency Advocation (Ciba) dan Friedrich Ebert Stiftung (FES), Jakarta. Riyadi, Dedi Supriadi Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan daerah. Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rochaety, Eti, Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Saaty, Thomas L. 1993. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Sanusi, Anwar. Perubahan Struktur Ekonomi dan 2003. Kesenjangan Sumber Distribusi Pendapatan Antar Dana Daerah). Pembangunan Daerah (Pengaruhnya Terhadap

Buntara Media, Malang. Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Saud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsyudin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan, Suatu Pendekatan Komprehensif. Program Pasca Sarjana UI dan PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta. Siagian, H. 1982. Pembangunan Ekonomi Dalam Cita-cita dan Realita. Alumni, Bandung. Siagian, Sondang P. 1999. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi dan Strateginya. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, 1995. Metode Penelitian Survay. LP3ES, Jakarta. Sihombing, Umberto. 2002. Menuju Pendidikan Bermakna, Melalui Pendidikan Berbasis Masyarakat, Konsep, Strategi dan Pelaksanaan. Multi Guna, Jakarta. Silalahi, Ulbert. 2003. Studi Tentang Ilmu Administrasi. Konsep, Teori dan Dimensi. Sinar Baru Algenshindo, Bandung. Soenarya, Endang. 2000. Teori Perencanaan Pendidikan. Adicita, Yogyakarta. Stoner. James A F, R Edward Freeman, Daniel R. Gilbert JR. 1996. Manajemen: Jilid 1. Ikrar Mandiriabadi, Indonesia. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung. Sukirno, Sadono.1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. LP-FE UI, Jakarta.

Supriyono, Bambang. 2003. Tantangan Reformasi Kelembagaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah. Jurnal Forum Inovasi Edisi ke 5, Jakarta. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Salemba Empat, Jakarta. Suryono, Agus. 2001. Teori dan Isu Pembangunan. UM Pres, Malang. Syahroni, 2002. Pengertian Dasar dan Generik Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: German Technical Cooperation (GTZ). Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES, Jakarta. Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan oleh Hair Mundanar. Erlangga, Jakarta. Yani, Ahmad. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yulianti. 2004. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Menghadapi Otonomi Daerah Kasus Kabupaten Malang. Abdul Halim (ed) Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Yuwono, Sony, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi. 2005. Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Bayumedia, Malang. ----------------. 2005. Analisis Indikator Makro Propinsi Jawa Timur: Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 2001-2005. Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan BPS Propinsi Jawa Timur. ----------------. Ringkasan APBD Jawa Timur. Biro Keuangan Surabaya. Peraturan Perundang-undangan. ______________. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional ______________. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah ______________. Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ______________. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 20042009 ______________. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Vous aimerez peut-être aussi