Vous êtes sur la page 1sur 11

A. ANALISIS ASPEK KEUANGAN PADA PT. PLN (Persero) 1.

Total Bobot BUMN Infrastruktur (Infra) BUMN Non-Infrastruktur (Non-Infra) 50 70

2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya. Dalam penilaian aspek keuangan ini, indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya adalah seperti pada Tabel.1 dibawah ini :

Tabel.1 Daftar indikator dan bobot aspek keuangan Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Imbalan kepada pemegang saham (ROE) Imbalan Investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Collection Periods Perputaran Persediaan Perputaran Total Asset Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva Total Bobot Bobot Infra 15 10 3 4 4 4 4 6 50 Non-Infra 20 15 5 5 5 5 5 10 70

3. Metode Penelitian a. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan salah alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Dalam perhitungannya, secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. Walau cara menghitungnya sangat mudah akan tetapi dengan memahami secara mendalam ROE bisa memberikan gambaran tiga hal pokok : - Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability) - Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management) - Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage) Rumus : ROE : Laba setelah pajak x 100% Modal sendiri Definisi :

Laba setelah pajak adalah setelah pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari : Aktiva tetap Aktiva Non Produktif

Modal adalah seluruh komponen modal sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva tetap dalam pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam Modal sendiri tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang belum di tetapkan statusnya.

Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan.

Tabel. 2 Daftar skor penilaian ROE ROE (%) 15 < ROE 13 < ROE <= 15 11 < ROE <= 13 9 < ROE <= 11 7,9< ROE <= 9 6,6< ROE <= 7,9 5,3< ROE <= 6,6 4 < ROE <= 5,3 2,5< ROE <= 4 1 < ROE <= 2,5 0 < ROE <= 1 ROE < 0 Infra 15 13,5 12 10,5 9 7,5 6 5 4 3 1,5 1 Skor Non Infra 20 18 16 14 12 10 8,5 7 5,5 4 2 0

Pada tahun 2010 PT. PLN (Persero) yang merupakan perusahan BUMN Infrastruktur berdasarkan informasi pada Annual Report mempunyai ROE sebesar 7,18%, maka sesuai tabel.2 skor untuk indikator ROE adalah 7,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PLN tergolong mampu memberikan imbalan terhadap para investor dengan baik. b. Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI) ROI merupakan ukuran efektifitas aktiva tetap perusahaan yang dalam menghasilkan untuk operasi.

keuntungan dengan

memanfaatkan

digunakan

Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena

tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan meningkatkan pendapatan eviden. Dalam prakteknya ROI dipergunakan sebagai nilai yang menunjukkan tingkat pengembalian investasi. Semakin besar nilai ROI menunjukkan semakin cepat pengembalian sebuah investasi. Rumus ROI : EBIT + Penyusutan x 100% Capital Employed Definisi : - EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari: Aktiva Tetap Aktiva lain-lain Aktiva Non Produktif Saham penyertaan langsung

Tabel 3. Daftar Skor penilaian ROI ROI (%) Infra 18 < ROI 10 15 < ROI < = 18 9 13 < ROI < = 15 8 12 < ROI < = 13 7 10,5 < ROI <= 12 6 9 < ROI < = 10,5 5 7< ROI < = 9 4 5< ROI < = 7 3,5 3< ROI < = 5 3 1< ROI < = 3 2,5 0< ROI < = 1 2 ROI < 0 0 Sehingga ROI pada PT. PLN (Persero) adalah : ROI : Rp.13,267 M * + Rp. 12,558 M (Rp. 369,560 M Rp. 210,651 M) ROI : Rp. 25,825 M Rp. 158,909 M x 100% = 16,251 % x 100% Skor Non Infra 15 13,5 12 10,5 9 7,5 6 5 4 3 2 1

*EBIT = Revenue Operating Expense = Rp. 162,375 M Rp. 149,108 M = Rp. 13,267 M Pada tahun 2010 PT. PLN (Persero) yang merupakan perusahan BUMN Infrastruktur mempunyai ROI sebesar 16,251 %, maka sesuai tabel.3 skor untuk indikator ROI adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa PLN dapat memaksimalkan kinerja dan operasi dari aktiva tetap yang dimiliki, sehingga berdampak pada peningkatan pembagian deviden terhadapa para investor. c. Rasio kas Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek segera ditagih Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai cash ratio antara lain kas dan ekuivalen serta utang jangka pendek. Kas dan ekuivalen sangat menentukan tingkat cash ratio perusahaan. Semakin banyak kas dan ekuivalen yang dimiliki perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain semakin tinggi cash rasio semakin tinggi pula kemampuan likuiditas suatu perusahaan, artinya semakin tinggi kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya. Akan tetapi semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin rendah pula profitabilitasnya. Tabel. 3 Daftar skor penilaian rasio kas Cash Ratio = x (%) x x x x x x > = 35 < 35 < 25 < 15 < 10 < 5 Infra 3 2,5 2 1,5 1 0 Skor Non Infra 5 4 3 2 1 0

25 < = 15 < = 10 < = 5<= 0<=

Cash Ratio = Cash or Cash Equivalent x 100 = Rp 19,716 M x 100 % = 35,63 % Current Liabilities Rp. 55,329 M Sehingga Rasio Kas pada tahun 2010 di PT. PLN (Persero) adalah 35,63 %, berdasarkan penilaian pada tabel.3 maka skor untuk indikator Rasio Kas adalah 3. Skor untuk rasio kas pada PLN tergolong tinggi , hal ini mengindikasikan bahwa perseroan dapat memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya dengan baik dan likuiditas perusahaan tergolong tinggi. Akan tetapi hal ini berdampak pada semakin rendahnya profitabilitas perusahaan.

d. Rasio Lancar/Current Ratio Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Semakin besar ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen kas yang terutang). Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya). Jika pada saat yang bersamaan dibutuhkan aktiva lancar untuk membayar utang dan cash dividend maka yang didahulukan adalah pembayaran utang, baru kemudian jika perusahaan masih mampu untuk membayar cash dividend, maka perusahaan membagi cash dividend kepada investor. Rumus : Current ratio : Definisi : - Current Asset adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku Current Asset x 100% Current Liabillities

- Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku.

Tabel.5 Daftar skor penilaian current ratio Current Ratio = x (%) x x x x x x Berdasarkan 125 <= 110 <= 100 <= 95 <= 90 <= Skor Infra Non Infra 3 5 < 125 2,5 4 < 110 2 3 < 100 1,5 2 < 95 1 1 < 90 0 0 informasi pada Annual Report diketahui bahwa current ratio PT. PLN

(Persero) sebesar 81,60% sehingga mengacu pada tabel.5 skor untuk indikator current ratio adalah 0. Berdasarkan skor diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki perusahaan masih belum dapat menutupi kewajiban-kewajiban lancar yang harus dilunasi perusahaan dalam jangka pendek. e. Collection Periods (CP) Collection Period yaitu rasio yang digunakan untuk menghitung periode rata rata yang diperlukan untuk mengumpul piutang.Rasio ini mengukur efesiensi dalam pengumpulan piutang perusahaan, dengan membandingkan persyaratan penjualan yang telah ditentukan.

Rumus : CP = Total Piutang Usaha x 365 hari

Total Pendapatan Usaha Definisi : - Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku. - Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku. Tabel 6 : Daftar skor penilaian collection periods CP = x (hari) x<= 60 60 < x <= 90 Perbaikan = x (hari) x > 35 30 < x <= 35 Skor Infra 4 3,5 Non Infra 5 4,5

90 < x <= 120 120 < x <= 150 150 < x <= 180 180 < x <= 210 210 < x <= 240 240 < x <= 270 270 < x <= 300 300 < x CP tahun 2010 =

25 < x <= 30 20 < x <= 25 15 < x <= 20 10 < x <= 15 6 < x <= 10 3 < x <= 6 1 < x <= 3 0 < x <= 1

3 2,5 2 1,6 1,2 0,8 0,4 0

4 3,5 3 2,4 1,8 1,2 0,6 0

Total Piutang Usaha x 365 hari = (2.875.168) x 365 Total Pendapatan Usaha 162.375.294 = 6,46 hari = 7 hari

CP tahun 2009 =

Total Piutang Usaha x 365 hari = (2.555.458) x 365 = Total Pendapatan Usaha 162.375.294 = 5,74 hari = 6 hari Sesuai tabel 6 di atas, maka skor tahun 2010 : - Tingkat Collection periods : 4 - Perbaikan Collection periods ( hari) : 0 Maka dalam hal ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 4 f. Perputaran Persediaan (PP) Perputaran persediaan merupakan berapa kali persediaan akan berputar dan kembali lagi. Perputaran persediaan merupakan aktivitas perusahaan yang jelas diperlukan dan diperhitungkan, karena dapat mengetahui efisiensi biaya, juga berguna untuk memperoleh laba yang besar. Perputaran persediaan adalah menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. perputaran persediaan memperlihatkan bagaimana persediaan dikelola dan dijual dalam satu periode tertentu, sehingga persediaan akan selalu berputar dan nilainya akan selalu berubah-ubah. Rumus : PP = Total Persediaan Total Pendapatan Usaha Definisi : - Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang x 365

setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang. - Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan.

Tabel 7 : Daftar skor penilaian perputaran persediaan PP = x (hari) x<= 60 60 < x <= 90 90 < x <= 120 120 < x <= 150 150 < x <= 180 180 < x <= 210 210 < x <= 240 240 < x <= 270 270 < x <= 300 300 < x Perbaikan = x (hari) x > 35 30 < x <= 35 25 < x <= 30 20 < x <= 25 15 < x <= 20 10 < x <= 15 6 < x <= 10 3 < x <= 6 1 < x <= 3 0 < x <= 1 Skor Infra 4 3,5 3 2,5 2 1,6 1,2 0,8 0,4 0 Non Infra 5 4,5 4 3,5 3 2,4 1,8 1,2 0,6 0

PP pada tahun 2010 adalah : Total Persediaan x 365 hari Total Pendapatan Usaha = Rp. 9.927.314 x 365 Rp. 162.375.294 = 22,315 hari = 23 hari PP pada tahun 2009 adalah : Total Persediaan x 365 hari Total Pendapatan Usaha = Rp. 9.721.258 x 365 Rp. 162.375.294 = 21,85 hari = 22 hari Sesuai tabel 7 diatas, maka skor tahun 2010 : - Tingkat Perputaran Persediaan : 4 - Perbaikan Perputaran Persediaan (1 hari) : 0 Maka dalam hal ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 4

g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO) Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikandalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukan aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan menjual. Rumus : TATO = Total Pendapatan x 100 % Capital Employed Definisi : - Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap - Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan.

Tabel 8 : Daftar skor penilaian perputaran total asset TATO = x (%) 120 < x 105 < x <= 120 90 < x <= 105 75 < x <= 90 60 < x <= 75 40 < x <= 60 20 < x <= 40 x <= 20 TATO 2010 = Perbaikan = x (%) Infra 20 < x 4 15 < x <= 20 3,5 10 < x <= 15 3 5 < x <= 10 2,5 0 < x <= 5 2 x <= 0 1,5 x<0 1 x<0 0,5 Total Pendapatan x 100 % Capital Employed = (162.375.294+4.143.533) x 100% (369.560.490-210.651.868) = 104,789 % Total Pendapatan x 100 % Capital Employed = (145.222.144+8.199.054) x100% (333.713.076 - 207.666.612) = 121,718 % Skor Non Infra 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5

TATO 2009 =

Sesuai tabel 8 di atas, maka skor tahun 2010 menurut : - Tingkat Perputaran Total Asset : 3 - Perbaikan Perputaran Total Asset (16,93 %) : 3,5 Dalam hal ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5 h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus: TMS terhadap TA : Total Modal Sendiri x 100% Total Asset Definisi : - Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya. - Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada poisisi akhir tahun buku yang bersangkutan. Tabel 9 : Daftar skor penilaian Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset TMS thd TA (%) = x Skor Infra Non Infra x <0 0 0 0 <= x < 10 2 4 10 <= x < 20 3 6 20 <= x < 30 4 7,25 30 <= x < 40 6 10 40 <= x < 50 5,5 9 50 <= x < 60 5 8,5 60 <= x < 70 4,5 8 70 <= x < 80 4,25 7,5 80 <= x < 90 4 7 90 <= x < 100 3,5 6,5 TMS terhadap TA = Total Modal Sendiri x 100% Total Asset = 91.477.578 x 100% 369.560.490 = 24,75 % PT. PLN memiliki rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset sebesar 24,75 %, maka sesuai tabel 9 skor untuk indikator rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset adalah 4.

Kesimpulan dari penilaian dari indikator kinerja keuangan pada PT. PLN (Persero) yang tergolong pada perusahaan BUMN non keuangan di bidang infrastruktur adalah sebagaimana tabel di bawah ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Indikator Imbalan kepada pemegang saham (ROE) Imbalan Investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Collection Periods Perputaran Persediaan Perputaran Total Asset Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva Total Bobot Bobot 7,5 9 3 0 4 4 3,5 4 35

Vous aimerez peut-être aussi