Vous êtes sur la page 1sur 8

Peninggalan Sejarah di Indonesia

Masjid

Masjid Agung Demak

Masjid merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol. Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap masjid peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas atapnya makin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap yang paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang menyangga atap tumpang. Pada bagian barat masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk menambah keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan, dilakukan pemukulan tabuh atau beduk. Contoh masjid peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus. Masjid Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Masjid Agung Demak. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Salah satu keunikan Masjid Agung Demak adalah salah satu tiangnya terbuat dari susunan tatal. Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Tiang dari tatal ini kemudian diganti ketika Masjid Agung Demak dipugar pada tahun 1980. Potongan tiang tatal ini masih tersimpan di bangsal belakang masjid. Berikut ini daftar masjidmasjid peninggalan sejarah kerajaan Islam. Masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7 Nama Masjid Masjid Agung Demak Masjid Ternate Masjid Sunan Ampel Masjid Kudus Masjid Banten Masjid Cirebon Masjid Raya Lokasi Penemuan Demak, Jateng Ternate, Ambon Surabaya, Jatim Kudus, Jateng Banten Cirebon, Jabar Baiturrahman Banda Pembuatan Abad 14 M Abad 14 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Aceh Abad 15 M Peninggalan K. Demak K. Ternate K. Banten K. Cirebon K. Aceh

Kaligrafi

Kaligrafi di Makam Ratu Nahrasiyah

Kaligrafi adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.

Tulisan-tulisan kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kaligrafi Makam Fatima binti Maimun Makam Ratu Nahrasiyah Makam Maulana Malik Ibrahim Makam S. Giri Makam S. Gunung Jati Makam S. Kudus dan S. Muria Makan Sunan Kalijaga Makan raja-raja Banten Makam raja-raja Mataram Makam raja-raja Mangkunegaran Makam raja-raja Gowa Lokasi Penemuan Gresik, Jatim Samudra Pasai Gresik, Jatim Gresik, Jatim Cirebon, Jabar Kudus, Jateng Demak, Jateng Banten Imogiri Astana Giri Katangga Pembuatan Abad 13 M Abad 14 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 16 M Abad 16 M Abad 16 M S. Pasai Cirebon Demak Banten Mataram Mataram Gowa Peninggalan

Istana

Keraton Kasultanan Yogyakarta

Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja.

Istana-istana peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Istana Istana Kesultanan Ternate Istana Kesultanan Tidore Keraton Kasepuhan Keraton Kanoman Keraton Kesultanan Aceh Istana Sorusuan Istana Raja Gowa Keraton Kasultanan Keraton Pakualaman Lokasi Penemuan Ternate, Ambon Tidore, Ambon Cirebon, Jabar Cirebon, Jabar NAD Banten Gowa, Sulsel Yogyakarta Yogyakarta Pembuatan Abad 14 M Abad 14 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 15 M Abad 16 M Abad 17 M Abad 17 M Peninggalan K. Ternate K. Tidore K. Cirebon K. Cirebon K. Aceh K. Banten K. Gowa K. Mataram K. Matara

Kitab

Kitab Bustan Al-Salatin karya Nuruddi Ar-Raniri

Kesusastraan Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang bercorak Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam. Beberapa suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk. Hikayat adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa, hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi Ar-Raniri.

Pesantren
Sejak masuknya Islam ke Indonesia, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan Islam. Pesantren pertama kali didirikan di daerah Jawa dan Madura oleh para kiai. Pesantren pertama ini dibangun pada masa Sunan Ampel yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya dari Majapahit. Pesatren kemudian berkembang pesat dan melahirkan kelompok-kelompok terpelajar. Para santri belajar bahasa Arab, kitab Kuning, fiqih, pendalaman Al Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi tasawuf. Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Asembagus di Situbondo, Pesantren AsShiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.

Tradisi
Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten. 1. Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan harapan memperoleh firasat dalam mimpi. 2. Sekaten, yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.

Daerah Penyebaran Kerajaan Islam

Malaka
Didirikan sekitar awal abad kelima belas Sultan Parameswara , negara perdagangan besar Melayu Kesultanan Malaka didirikan olehParameswara Sultan , itu, sebagai pusat perdagangan paling penting di kepulauan Asia Tenggara, pusat asing Muslim, dan dengan demikian muncul sebuah pendukung penyebaran Islam. Parameswara , dirinya diketahui telah dikonversi ke Islam , dan mengambil nama Shah Iskandar setelah kedatangan Hui-Cina Laksamana Zheng He . Dari Malaka dan di tempat lain batu nisan bertahan hidup tidak hanya menampilkan penyebarannya di kepulauan Melayu, tetapi sebagai agama dari sejumlah budaya dan penguasa mereka pada abad kelima belas terlambat.

Sumatera Utara

Masjid di Sumatera Barat dengan tradisional Minangkabau arsitektur.

Bukti lebih kuat mendokumentasikan transisi budaya lanjutan berasal dari dua akhir abad keempat belas batu nisan dari Minye Tujoh di Sumatera Utara , masing-masing dengan tulisan Islam tetapi di India-jenis karakter dan bahasa Arab lainnya. Berasal dari abad keempat belas, batu nisan di Brunei ,Trengganu (timur laut Malaysia ) dan Jawa Timur adalah bukti penyebaran Islam. Batu Trengganu memiliki dominasi bahasa Sansekerta lebih kata-kata Arab, menunjukkan representasi pengenalan hukum Islam. Menurut Ying-yai Sheng-lan: Survei keseluruhan pantai laut '(1433) account ditulis olehZheng He 's penulis sejarah dan penerjemah Ma Huan : "negara-negara utama dari bagian utaraSumatera sudah Islam kesultanan . Pada 1414, ia mengunjungi Kesultanan Malaka , penguasa Shah Iskandar adalah Muslim dan juga umat-Nya, dan mereka percaya sangat ketat ". Pembentukan negara-negara Islam lebih lanjut di Sumatera Utara didokumentasikan oleh kuburan kelima belas dan keenam belas-akhir abad ke-termasuk yang dari sultan pertama dan kedua dari Pedir; Muzaffar Syah , terkubur AH 902 (AD 1497) dan Ma'ruf Syah , terkubur AH 917 (AD 1511). Aceh didirikan pada awal abad keenam belas dan kemudian akan menjadi yang paling kuat Utara Sumatera negara dan salah satu yang paling kuat di kepulauan Melayu keseluruhan. Kekaisaran Aceh pertama adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang batu nisan adalah tanggal AH 936 (AD 1530). Kitab Portugis apotek Tom Pires bahwa dokumen pengamatannya Jawa dan Sumatra 1512-1515-nya kunjungan, dianggap sebagai salah satu sumber yang paling penting pada penyebaran Islam di Indonesia. Pada saat ini, menurut Piers, raja paling Sumatera adalah Muslim; dari Aceh dan selatan sepanjang pantai timur ke Palembang penguasa adalah Muslim, sementara selatan Palembang dan di sekitar ujung selatan Sumatra dan ke pantai barat, sebagian tidak. Dalam kerajaan Sumatera lainnya,

seperti Pasai dan Minangkabau penguasa adalah Muslim meskipun pada tahap itu rakyat mereka dan rakyat dari daerah tetangga tidak, bagaimanapun, dilaporkan bahwa agama itu terus mendapatkan pengikut baru. Setelah kedatangan Portugis kolonial dan ketegangan yang diikuti tentang kontrol perdagangan rempahrempah tersebut Aceh SultanAlauddin al-Kahar (1539-1571) mengirim utusan ke Ottoman Sultan Suleiman the Magnificent pada 1564, meminta dukungan Ottoman melawan Portugis Kekaisaran . Ottoman kemudian dikirim laksamana mereka Kurtolu Reis Hzr ia berlayar dengan kekuatan 22 kapalmembawa tentara, peralatan militer dan perlengkapan lainnya. Menurut laporan yang ditulis oleh Laksamana Portugis Pinto Fernao Mendes , armada Utsmani yang pertama kali tiba di Aceh terdiri dari beberapa orang Turki dan sebagian besar dari umat Islam dari port dari Samudra Hindia .

Tengah dan Jawa Timur


Prasasti di Jawa Kuna dan bukan bahasa Arab pada serangkaian signifikan batu nisan dating kembali ke AD 1369 di Jawa Timur, menunjukkan bahwa hampir pasti orang Jawa , bukan Muslim asing. Karena dekorasi yang rumit mereka dan kedekatan dengan situs dari Hindu-Buddha Majapahit mantan modal, Damais menyimpulkan bahwa ini adalah makam orang Jawa sangat dibedakan, mungkin bahkan royalti. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa elit Jawa memeluk Islam pada waktu ketika Hindu-Buddha Majapahit berada di puncak kemuliaan. Ricklefs (1991) berpendapat bahwa Jawa timur batu nisan, dan tanggal berlokasi di Majapahit non-pantai, meragukan pandangan yang dimiliki panjang bahwa Islam di Jawa berasal di pantai dan mewakili oposisi politik dan agama untuk kerajaan. Sebagai kerajaan dengan luas kontak politik dan perdagangan, Majapahit akan hampir pasti telah berhubungan dengan pedagang Muslim, namun ada dugaan atas kemungkinan istana canggih yang tertarik pada agama pedagang. Sebaliknya, mistik Sufi-Islam mempengaruhi guru, mungkin mengklaim kekuatan gaib, yang diduga menjadi agen lebih kemungkinan konversi agama dari elit istana Jawa yang telah lama akrab dengan aspek mistisisme Hindu dan Budha.

Masjid Agung dari Demak , negara Muslim pertama di Jawa.

Ketika orang-orang di pantai utara Jawa memeluk Islam tidak jelas. Cina Muslim, Ma Huan dan utusan dari Cina Kaisar Yongle , mengunjungi pantai Jawa pada tahun 1416 dan dilaporkan dalam bukunya, Yingyai Sheng-lan: Survei keseluruhan pantai laut '(1433), bahwa hanya ada tiga jenis orang di Jawa: Muslim dari barat, Cina (beberapa Muslim) dan orang Jawa kafir. [9] Sejak timur jawa batu nisan adalah mereka dari Muslim Jawa lima puluh tahun sebelumnya, laporan Ma Huan menunjukkan bahwa Islam mungkin memang telah diadopsi oleh pejabat istana Jawa sebelum orang Jawa pesisir. Tanggal nisan awal Muslim AH 822 (AD 1419) telah ditemukan di Gresik Jawa Timur dan port menandai penguburan Maulana Malik Ibrahim . Seperti yang muncul, bagaimanapun, bahwa ia orang asing non-Jawa, nisan tidak memberikan bukti konversi Jawa pesisir. Malik Ibrahim, bagaimanapun, menurut salah satu tradisi Jawa dari sembilan rasul pertama Islam di Jawa (para Wali Sanga ) meskipun tidak ada bukti dokumenter

ada untuk tradisi ini. Pada abad kelima belas an, kuat Kerajaan Majapahit di Jawa adalah pada turun. Setelah telah kalah dalam beberapa pertempuran, yang terakhir Hindu kerajaan di Jawa jatuh di bawah meningkatnya kekuasaan negara Islamisasi Kesultanan Demak pada tahun 1520.

Jawa Barat
Pires 'Suma Oriental melaporkan bahwa Sunda berbahasa Jawa Barat bukan Muslim pada zamannya. Sebuah penaklukan Muslim di daerah itu terjadi kemudian pada abad keenam belas. Pada awal abad ke Tengah dan Jawa Timur (rumah dari Jawa ) masih diklaim oleh raja Hindu-Buddha yang tinggal di pedalaman Jawa Timur di Daha ( Kediri ). Pantai utara itu, bagaimanapun, Muslim sejauh Surabaya dan sering berperang dengan interior. Dari raja muslim pesisir, beberapa orang Jawa yang telah memeluk Islam, dan yang lainnya tidak awalnya Jawa namun para pedagang muslim menetap di sepanjang rute perdagangan yang didirikan termasuk Cina, India , Arab dan Melayu . Menurut Piers, ini pendatang dan keturunan mereka begitu dikagumi Jawa Hindu-Buddha budaya yang mereka meniru gaya dan dengan demikian diri menjadi Jawa. Dalam studinya dari Kesultanan Banten , Martin van Bruinessen berfokus pada hubungan antara mistik dan royalti, kontras bahwa proses Islamisasi dengan yang berlaku di tempat lain di Jawa: "Dalam kasus Banten, sumber-sumber pribumi mengasosiasikan tarekats tidak dengan perdagangan dan pedagang tetapi dengan raja, kekuatan magis dan legitimasi politik. " Ia menyajikan bukti bahwa Sunan Gunungjati diinisiasi ke dalam Kubra , Shattari , dan Naqsybandi perintah sufisme .

Tugas IPS

O L E H
Kelompok : 1
Ketua : Heriyono Nuaji
Anggota:
Wahyu Ali Junaidi Hadju Juliansyah P Tangahu Fajrianto Yusuf

Vous aimerez peut-être aussi