Vous êtes sur la page 1sur 13

Mengenal Farmakodinamik dan Farmakokinetik

February 27th, 2010 Related Filed Under Didalam respon seorang penderita terhadap suatu obat dapat dipengaruhi oleh 2 faktor penting yaitu Farmakodinamik dan Farmakokinetik, farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya. Sedangan farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Dalam Farmakokinetik perjalanan obat dari dia diminum sampai mencapai tempat kerja obat tersebut melewati beberapa fase, diantaranya : 1. Fase Absorpsi, Dimana fase ini merupakan fase penyerapan obat pada tempat masuknya obat selain itu faktor absorpsi ini akan mempengaruhi jumlah obat yang harus diminum dan kecepatan perjalanan obat didalam tubuh 2. Fase Distibusi merupakan fase penyebaran atau distribusi obat didalam jaringan tubuh. Faktor distribusi ini dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk obat yang digunakan, komposisi jaringan tubuh, distribusi obat dalam cairan atau jaringan tubuh, ikatan dengan protein plasma dan jaringan. 3. Fase Biotransformasi, fase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh dan dikatalisis olen enzim. 4. Fase Ekskresi, merupakan proses pengeluaran metabolit yang merupakan hasil dari biotransformasi melalui berbagai organ ekskresi. Kecepatan ekskresi ini akan mempengaruhi kecepatan eliminasi atau pengulangan efek obat dalam tubuh. untuk lebih jelasnya dapat di blog saya

Farmakokinetik dan Farmakodinamik


Posted: Mei 12, 2011 in Uncategorized

Perawat menjalankan aktivitasnya sehari-hari tidak terlepas dari farmakologi. Farmakologi membantu perawat untuk memberikan obat-obatan yang benar kepada klien sehingga tidak terjadi kesalahan. Perawat professional, perlu mempelajari tentang farmakologi khususnya farmakokinetik dan farmakodinamik untuk membantu kesembuhan klien. Perawat professional dimana perawat bukan pesuruh dokter, dapat mengkaji apakah sudah benar pemberian obat yang diberikan oleh dokter merupakan obat yang benar sesuai dosis dan lain-lain ataukah tidak. Tulisan ini akan membahas tentang farmakokinetik dan farmakodinamik yang keduanya masih berhubungan erat dengan farmakologi. Sebelum kita membahas tentang farmakokinetik dan farmakodinamik, alangkah lebih baiknya mengetahui tentang farmakologi. Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia (lehne, 1988 dalam Kuntarti). Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya. Pengertian lain dari farmakokinetik menurut ilmu farmakologi sebenarnya dapat diartikan sebagai proses yang dilalui obat di dalam tubuh atau tahapan perjalanan obat tersebut di dalam tubuh. Proses farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologi meliputi beberapa tahapan mulai dari proses absorpsi atau penyerapan obat, distribusi atau penyaluran obat ke seluruh tubuh, metabolisme obat hingga sampai kepada tahap ekskresi obat itu sendiri atau proses pengeluaran zat obat tersebut dari dalam tubuh. Fase-fase tersebut diantaranya adalah:
1. Absorpsi

Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinalke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas. Jika sebagain dari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan darikonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atauprotein dapat membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawaobat menembus membran dengan proses menelan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan,makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, ataupenyakit yang merintangi

absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah denganmengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi kesaluran gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih banyak pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambatpada jaringan yang demikian. 2. Distribusi Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh danjaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatanpenggabungan) terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan protein. Ketika obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan denganprotein (terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-obat yangberikatan dengan tinggi protein. Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi denganprotein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan sedang dengan protein. Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga mengganggu distribusi obat.Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat abses dan eksudat.Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu, seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot. 3. Biotransformasi Fase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman terjadi proses perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh dan dikatalisis olen enzim. 4. Ekskresi atau eliminasi Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paruparu, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal.Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obatdilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akandiekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8.Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin,suatu asam lemah, dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Jika seseorangmeminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapatmenurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin yang asam. Setiap orang mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda. Dosis yang sama dari suatu obat bila diberikan pada suatu kelompok orang, dapat menunjukkan gambaran kada dalam darah yang berbeda-beda dengan intensitas respon yang berbda-beda pula. Kemudian setelah farmakodinamik, ada satu bahasan lagi dalam ilmu farmakologi, yaitu farmakodinamik.

Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dalam sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi. pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia. Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun, kadar gula darah turun. Kerja obat dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja) merupakan waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek terapi atau efek penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terap. Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan lamanya obat menimbulkan efek terapi, dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Dalam kasus Ny. Pamela, diberi suntikan tanpa diberitahu jenis suntikan. Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa respon individu terhadap obat yang dimasukkan lewat suntikan berbedabeda. Apabila Ny. Pamela mengetahui jenis obat yang akan disuntikkan, dan perawat tanggap terhadap respon pemberian suntikkan, sehingga dapat dicegah efek samping yang tidak diinginkan. Seharusnya perawat memberi penjelasan tentang obat yang akan diberikan oleh klien sehingga klien memahami dengan jelas obat yang diberi untuk klien. Pemahaman tentang obat dapat mencegah adanya kesalahan dalam pemberian obat yang dapa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dan dapat berakibat fatal. Farmakokinetik dan farmakologi merupakan bagian dari armakologi. Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. Dalam farmakokinetik terdapat empat fase, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi atau eliminasi. Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya.
http://dummiesboy.wordpress.com/2011/05/12/farmakokinetik-dan-farmakodinamik/

February 15, 2007 10:32 pm Jump to Comments

Hormon Katekolamin
Sesuatu yang berlebihan cenderung mendatangkan keburukan daripada kebaikan. Bencana alam seperti kebakaran hutan, pemanasan global dan banjir terjadi dikarenakan ada sesuatu hal yang berlebihan sehingga munculnya ketidakseimbangan di alam. Dalam skup jagad raya kecil seperti tubuh, ketidakseimbangan kadar-kadar molekul dapat terjadi. Tak urung ketika suatu rangsangan berupa kondisi, situasi, perkataan maupun tindakan yang dianggap tidak menyenangkan oleh otak, respon berupa emosi dapat menguasai urat nadi dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Fenomena kekalahan jalur impuls neuron menguasai wilayah korteks dibandingkan jalur impuls neuron menguasai wilayah sistem limbik ini dapat mengakibatkan penyakit dan bencana dalam diri sendiri sehingga menimbulkan penyakit-penyakit ringan sampai berat dari mulai menjadi terbiasa berfikir negatif, cenderung emosional, munculnya gejala penyakit darah tinggi, stress, sampai serangan jantung. Sebuah emosi terjadi dimulai dari dalam struktur otak berukuran 2 keping biji almond yang dinamakan amigdala. Amigdala bertanggungjawab untuk mengidentifikasi ancaman dari luar, ancaman keamanan, dan memberikan semacam `alarm` ketika sebuah ancaman sepertinya membutuhkan penanganan. Respon Amigdala sangatlah cepat terhadap ancaman ini. Amigdala akan memberikan respon sebelum wilayah korteks (bagian dari otak yang bertanggungjawab terhadap rasionalitas dan keputusan) dapat memproses kerasionalan reaksi tubuh. Bisa dikatakan, otak memiliki sistem elektrikal sedemikian hingga tubuh bereaksi menggunakan amigdala sebagai pusat emosi lebih cepat daripada tubuh menyadari apa yang dilakukan. Namun ini bukanlah sebuah alibi untuk setiap orang dapat melakukan sesuatu berdasarkan emosi dibandingkan rasionalitas, karena seseorang dapat mengontrol impuls agresivitas dan kemarahan dengan sebuah kebiasaan perilaku yang menyebabkan kecepatan respon korteks meningkat sehingga seseorang menjadi lebih rasional, tenang dan stabil dalam mengontrol emosi.

Gambar 1. Amigdala

`Luapan Katekolamin` Setiap sel terjalin indah membentuk satu rangkaian tubuh. Sebuah emosi yang terjadi dalam suatu tubuh, merupakan emosi seluruh sel. Ketika suatu tubuh sedih, maka seluruh sel akan `ikut sedih`. Tungkai kaki, tangan melemah. Sel-sel darah merah akan sebagian meninggalkan wajah, pori-pori muka akan mengecil, Wajah akan terlihat lebih pucat dan sendu. Kelopak mata menurun, otot pipi, tungkai hidung, rahang melemah. Terjadi depresi dan eversi bibir bagian bawah dan umumnya diikuti dengan jatuhnya tetes-tetes air mata dari kelenjar lakrimal. Begitu pun yang terjadi ketika suatu tubuh marah. Seluruh sel dalam tubuh tersebut sebetulnya `ikut marah`, Otot corrugator supercilii, occipitofrontalis, dan orbicularis oculi berkontraksi lalu mengernyitkan alis, otot masseter berkontraksi sehingga mulut menegang, otot tubuh akan meregang, lubang hidung mengembang, dan mata menyala. Di dalam otak, neurotransmitter yang dinamakan katekolamin dilepaskan dalam jumlah besar, menyebabkan sel tubuh mengalami peningkatan energi yang terjadi selama beberapa menit. Peningkatan energi ini terjadi dibalik keinginan yang biasanya diikuti dengan aksi fisik. Pada saat yang bersamaan denyut jantung, tekanan darah dan kecepatan nafas pun meningkat. Wajah akan kebanjiran aliran darah sebagaimana ia membanjiri tungkai kaki dan lengan dalam penyiapan aksi fisik. Fokus perhatian akan menyempit dan menjadi terpusat pada satu target. Tinggal menunggu ya atau tidaknya aksi fisik diberlakukan. Katekolamin adalah senyawa yang di buat dari asam amino tirosin, diproduksi di dalam sel-sel kromafin medulla adrenal dan jaringan saraf postganglion dari sistem saraf simpatis. Katekolamin dapat larut dalam air dan dapat terikat protein plasma 50% sehingga mereka dapat bersirkulasi dalam darah. Katekolamin yang paling banyak ditemukan dalam tubuh ialah epinefrin (biasa dikenal sebagai adrenalin), norepinefrin (noradrenalin) dan dopamin. Tingginya kadar katekolamin dalam darah diasosiasikan dengan stress yang bisa datang dari reaksi psikologis dalam diri sendiri atau tekanan dari lingkungan luar seperti bising, suasana yang tak nyaman, kondisi yang sulit, dan lain sebagainya. Kadar katekolamin yang sangat tinggi (dikenal juga sebagai toksisitas katekolamin) dapat terjadi akibat dari stimulasi atau kerusakan sel-sel saraf di batang otak. Beberapa obat seperti tolcapone (COMT-inhibitor pusat) dapat pula meningkatkan kadar katekolamin. Dua jenis katekolamin, yaitu dopamin dan epinefrin, berfungsi juga sebagai neurotransmitter di sistem saraf pusat disamping sebagai hormon dalam sirkulasi darah. Katekolamin memfasilitasi reaksi fisik yang berkenaan dengan persiapan aksi otot mencakup peningkatan denyut jantung dan paru-paru, penghambatan kerja lambung dan usus halus, konstriksi pembuluh darah di banyak wilayah tubuh, inhibisi kelenjar air mata, pembesaran pupil mata, relaksasi kandung kemih, dan penghambatan ereksi. Katekolamin menyebabkan fisiologi tubuh secara umum merubah diri untuk menyesuaikan menghadapi aktivitas fisik. Menanggul `luapan katekolamin` Membiasakan untuk duduk dari posisi berdiri ketika dalam keadaan emosi ternyata dapat menurunkan ketegangan. Dalam jurnal Gait & Posture vol. 25, Februari 2007, Allain et.al.

memberitakan bahwa peningkatan tensi otot tulang belakang akan menurunkan derajat kesigapan postural sehingga menyebabkan respon tubuh melemah. Telah diketahui sebelumnya bahwa saat duduk, bagian lumbar dari tulang belakang menekuk sehingga menurunkan ketegangan otot-otot kaki dan tangan. Beberapa akar saraf berasal dari lumbar 1 sampai 5 tulang belakang. Akar-akar saraf ini akan bersatu dan membentuk saraf tunggal terpanjang pada tubuh manusia, yaitu saraf sciatic. Saraf sciatic mempersarafi hampir seluruh jaringan kulit kaki dan otot dari tungkai kaki sampai ke mata kaki. Saat seseorang duduk dari keadaan berdiri dalam suatu kondisi emosi, minimal 20% energi diturunkan, sebanyak energi yang tersimpan jika suatu pekerjaan dilakukan dengan duduk dibandingkan berdiri.

Gambar 2. Saraf Sciatic pada tungkai dan posisi lumbar

Duduk dapat merelaksasi otot-otot dan regulasi aliran darah sehingga secara tidak langsung, aliran impuls saraf menuju wilayah prefrontal cortex akan berjalan lebih cepat. Prefrontal cortex berfungsi sebagai pemproses rasionalitas dan pengambil keputusan. Ketika amygdala mengontrol emosi, prefrontal cortex mengendalikannya dalam proporsi seimbang. Saat emosi, kadar katekolamin tinggi dalam prefrontal cortex, yang menyebabkan fungsi-fungsi wilayah otak ini tidak berjalan penuh. Dengan duduk, terjadi peredaan ketegangan dan emosi dimana kadar katekolamin menurun sehingga bagian otak ini dapat berfungsi dengan baik. Optimalisasi kadar katekolamin Prefrontal cortex (PFC) yang berlokasi di otak bagian depan bertugas memproses suatu rangsangan untuk diolah, ditelaah berdasarkan informasi dan pengalaman yang pernah terekam dalam memori. Kemampuan untuk menghambat tingkah laku yang tidak sesuai, pengaturan fokus, memonitor aksi, perencanaan dan mengorganisir aksi masa depan juga bagian dari tugas PFC.

Gambar 3. Prefrontal Cortex Kerusakan pada PFC dapat menyebabkan gejala kelupaan, distraktibilitas, impulsivitas, dan disorganisasi. Pasien dengan kerusakan PFC lebih mudah terdistorsi, punya konsentrasi yang buruk, tidak bisa mengkoordinasikan pekerjaan, dan lebih sensitive terhadap interferensi. Katekolamin memiliki pengaruh esensial dalam fungsi PFC. Tingginya kadar dua jenis katekolamin, yaitu dopamin dan norepinephrine, dalam PFC akan menurunkan kemampuan regulasi fokus dan penyimpanan memori, Hal ini menjelaskan mengapa seseorang yang berada dalam keadaan emosi tidak dapat mengontrol perilakunya, tidak dapat fokus maupun berfikir jernih. Suatu tubuh yang tidak terbiasa meredam luapan kadar katekolamin ke dalam daerah PFC, akan lebih dikuasai oleh emosi yang dapat mengakibatkan suatu tindakan emosional yang tidak masuk akal, cenderung destruktif dan tidak efektif. Studi Neuropsikologi dan penampakan otak menunjukkan bahwa ditemukannya penurunan fungsi PFC pada pasien-pasien dengan tingkah laku abnormal seperti pasien Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD) dan autisme. Riset pada hewan mengindikasikan bahwa PFC sangat sensitive terhadap lingkungan neurokimia. Sedikit saja perubahan modulasi katekolamin pada sel-sel PFC dapat menurunkan kemampuan PFC dalam mengontrol perilaku. Efek optimal dari norepinefrin dan dopamin sangat esensial untuk fungsi PFC dapat bekerja dengan baik. Pengobatan yang paling efektif untuk ADHD memfasilitasi transmisi katekolamin dan mempunyai aksi terapeutik dengan mengoptimasikan aksi katekolamin di PFC. Studi lain menggunakan Magnetoencephalography (MEG) dan Electroencephalography (EEG) menunjukkan bahwa teknik penenangan diri dapat meningkatkan aktifitas frontal cortex. Sepertinya hal ini memiliki korelasi yang erat dengan keoptimalisasian kadar katekolamin di bagian korteks. Ketidakseimbangan katekolamin dapat menurunkan fungsi PFC dalam pengambilan keputusan. Sedangkan transmisi katekolamin yang optimal dapat memperkuat regulasi PFC untuk memulihkan fokus, tingkah laku dan menurunkan gejala-gejala ADHD.

Ketika sebuah ketidakseimbangan kondisi di respon dengan ketidakseimbangan kadar senyawa katekolamin, Bukan hanya pelajaran dan memori yang tidak membekas, namun sepertinya akan menjalarkan ketidakseimbangan lainnya dalam suatu jalinan tubuh dan menghantarkan pada penyakit-penyakit otak dan kejiwaan. PFC menyediakan fungsi eksekutif pengambilan keputusan. Sangat menarik untuk mencatat bahwa fungsi eksekutif ini menjadi sangat penting dalam era informasi dimana otak dibombardir oleh banyaknya informasi, rangsangan, nilai-nilai yang menyudutkan dan menuntut kemampuan untuk mengorganisasi, mengatur serta menata arus-arus informasi menjadi sebuah perilaku yang efektif. Saat emosi, duduklah!. Kedengarannya semudah membalik telapak tangan. Namun mekanisme merubah jalur emosi dan fikiran negatif menjadi berfikir positif dan terbiasa tenang, melibatkan banyak faktor psikologis dan membutuhkan perjalanan waktu sehingga luapan suatu molekul dapat ditanggulangi bersama seluruh komponen sel-sel yang telah terkoordinasi membiasakan dirinya memutuskan untuk tenang dan rasional.
http://branch.wordpress.com/2007/02/15/banjir-katekolamin/

Reaksi Tubuh Ketika Stress bertemu pujaan hati


oleh "BENGKEL CINTA" pada 24 Agustus 2010 pukul 6:44

Reaksi Tubuh Ketika Stress bertemu pujaan hati Ketika kita menghadapi stresor (hal-hal yang memicu stres), maka tubuh kita akan mengadakan reaksi secara terpadu untuk menghadapi stresor. Begitu stresor datang, secara otomatis otak akan mengaktifkan sistem hypothalamic-pituitary-adrenal dan selanjutnya akan memacu sekresi hormon dan sistem tubuh yang lain. Sekresi hormon kortisol. Hormon kortisol akan mengkoordinasi seluruh sistem dalam tubuh (jantung, paru-paru, peedaran darah, metabolisme tubuh, sistem imun dan kulit) untuk bereaksi terhadap stresor. Karena itu ketika kita stres, maka denyut jantung dan tekanan darah naik secara mendadak, pernapasan semakin cepat, dan paru-paru mengambil oksigen lebih banyak. Bahkan peredaran darah di otot, paru-paru dan otak bisa bertambah hampir 300% sampai 400%. Jadi wajar saja ketika stres merasa jantung berdebar-debar euy ! Sekresi hormon katekolamin. Katekolamin dikenal sebagai dopamin, norepinefrin, dan epinefrin (adrenalin). Katekolamin akan mengaktifkan amigdala sehingga seseorang yang stres mengadakan suatu tanggapan emosi, tanggapan itu kemudian disimpan sebagai ingatan jangka panjang yang bisa dimunculkan ketika seseorang mengalami stres yang sama. Katekolamin juga akan menekan bagian otak yang bertugas menyimpan ingatan jangka pendek dan pemikiran rasional. Karena itu orang yang mengalami stres berkepanjangan maka ingatan jangka pendeknya terganggu, juga tidak dapat berpikir rasional. (bener lho klu jatuh cinta ga bisa bisa bangetz mikir tuh make logika mau aja nurutin kehendak pasangan tercinta halah ) Sistem Imunitas tubuh. Tubuh akan mengaktifkan sistem imun di kulit, sumsum tulang dan kelenjar limfe untuk lebih siaga. Aliran darah di kulit juga akan dikurangi dan dialihkan ke organ lain yang lebih penting, selain itu kulit juga akan mengeluarkan keringat dingin. Mulut. Saat stres mulut akan terasa kering, bahkan bila ketegangan memuncak (misal mau diterkam macan) bisa sampai kehilangan kata-kata, dan otot-otot kerongkongan menjadi tegang sehingga sukar menelan. Sistem Metabolisme tubuh. Stres akan sangat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Karena stres akan menyebabkan terkurasnya vitamin dan mineral. Saat stres akan merangsang pengeluaran hormon adrenalin secara berlebihan, padahal untuk memproduksi hormon ini dibutuhkan berbagai vitamin B, mineral Zinc, Kalium, dan Kalsium.

Karena itu stres dapat menguras zat-zat tersebut. pada saat seseorang mengalami tekanan emosional maka laju penggunaan vitamin C akan meningkat. Bahkan pada saat marah bisa terjadi kehilangan vitamin C sampai 2500mg. Gejala StresBeberapa gejala stres yang biasanya berlangsung terus-menerus dan lebih dari dua minggu diantaranya:hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi, hilang selera makan, sehingga terjadi penurunan berat badan ( pada beberapa orang justru terjadi hal sebaliknya), terlihat lelah atau kurang energi, memiliki perasaan tidak berharga/ tidak ada harapan, rasa bersalah yang tidak pada tempatnya, tidak mampu berkonsentrasi dan berfikir jernih, sulit tidur, bahkan stres karena psikologis bisa akhirnya dimanifestasikan dalam sakit fisik seperti: pusing, diare, mual, muntah, gatal-gatal di kulit, dsb. Stres dan Penurunan derajat Kesehatan Sebenarnya stres dalam kadar yang tepat mempunyai makna positif. Kadar adrenalin yang meningkat membuat kita terpacu untuk bekerja lebih cepat, sehingga banyak orang yang biasanya idenya baru muncul ketika dikejar deadline. Hanya saja stres yang berlebihan akan menurunkan derajat kesehatan kita. Orang yang stres akan kehilangan vitamin C lebih banyak, padahal vitamin C berfungsi mempertahankan daya tahan tubuh. Akibatnya orang yang stres daya tahan tubuh akan turun sehingga mudah sakit. Sedangkan kekurangan vitamin B akan mengganggu berfungsinya sistem saraf sehingga muncul gejala kelelahan, gelisah, dsb. Jika penderita stres mengalami penurunan nafsu makan, maka kondisi kesehatannya bisa turun drastis. Karena bisa terjadi kekurangan nutrisi secara keseluruhan, meliputi energi, protein, vitamin dan mineral. Selain itu bisa timbul gejala-gejala psikosomatik (sakit fisik yang disebabkan ketegangan psikis). Psikosomatik bisa berupa gejala ringan misalnya gangguan pencernaan seperti diare, mual, muntah. Tapi ada beberapa penyakit berat yang kadang dikaitkan dengan stres, seperti: sakit otot & sendi, radang usus, gangguan fungsi seksual, bahkan penyakit jantung. Jauhi stress yak
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=147185701969059

Ada sesuatu yang membuat saya berkeinginan untuk mem-posting tulisan ini. Hal tersebut di mulai karena teringat pada saat masih kuliah dulu (bercerita mode on, hwe.), tugasnya untuk mendapatkan informasi terkait kelenjar Adrenal. Cukup sedikit informasi yang saya dapatkan, dan memakan waktu yang agak lama. So, semoga sekelumit catatan ini bisa memudahkan pembaca mempelajari atau setidaknya ingin mengetahui pokok bahasan ini.

Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal, kelenjar adrenal terletak di kutub superior kedua ginjal. Kelenjar ini beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal, bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, dekat atau di + renes, ginjal). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin. Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian medula merupakan sumber penghasil katekolamin hormon adrenalin epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan bagian korteks menghasilkan kortisol. Sel penghasil kortisol dapat pula menghasilkan hormon androgen seperti testosteron. Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone), yang merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius.

Di dalam kelenjar adrenal, terdapat kelenjar medula adrenal yang menghasilkan hormone penting. Bagian dalam dari kelenjar adrenal (medula) melepaskan hormon adrenalin (epinefrin) yang mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, berkeringat dan aktivitas lainnya juga diatur oleh sistem saraf simpatis. Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.
http://erickbio.wordpress.com/2010/07/02/kelenjar-adrenal/ Darmawan Ericka

Vous aimerez peut-être aussi