Vous êtes sur la page 1sur 19

Kata Pengantar

Puji Syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas PBL tentang Special Sense yang telah diberikan oleh tutor. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat memberi informasi kepada para pembaca. Saya juga ingin berterimakasih kepada tutor yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sehingga lebih baik pada penyusunan makalah berikutnya. Terima kasih.

Jakarta, Maret 2011

Penyusun

Daftar Isi

Kata pengantar Daftar isi Istilah Pendahuluan Ringkasan Penutup Daftar pustaka

1 2 3 4 4 18 19

Skenario B5 Tn. S 65 tahun datang berobat dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur. Mata kanan sudah tidak bisa melihat kecuali lambaian tangan. Mata kiri masih dapat melihat jelas dengan bantuan kacamata. Mata tidak nyeri atau merah. Pasien juga mengeluhkan pandangan mata kirinya seperti terhalang asap. Riwayat trauma (-), riwayat keluarga buta sejak muda (-). Pemeriksaan refraksi mata kanan = 1/300 proyeksi baik. Mata kiri : 6/12 dengan kacamata maksimal. Istilah yang tidak diketahui 1. Pemeriksaan refraksi : pemeriksaan kelainan refraksi mata untuk mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam penglihatan terbaik.

Katarak Pada Usia Lanjut Victor Perdana Kusuma, Fakultas Kedokteran Ukrida

Pendahuluan Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 50 tahun atau lebih. Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan menderita katarak. Katarak adalah gangguan penglihatan yang terjadi karena kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masingmasing mata jarang sama. Ringkasan CARA PEMERIKSAAN Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. I. Anamnesis Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan Lamanya penyakit : akut / kronis Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah Keluhan : o Penglihatan kabur dan berkabut o Merasa silau terhadap sinar matahari o Seperti ada titik gelap di depan mata o Penglihatan ganda o Sukar melihat benda yang menyilaukan 4

o Halo, warna disekitar sumber sinar o Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari o Penglihatan dimalam hari lebih berkurang o Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari o Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah o Sering berganti kaca mata Riwayat penyakit sebelumnya Riwayat buta pada keluarga Riwayat obat-obatan.1

II. Pemeriksaan fisis Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui senter tangan, kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Kartu Snellen, bisa berupa Echart, Alphabet, dan gambar binatang. Ada 3 jenis :kertas, elektrik, proyektor. Lensa coba (Trial Lens Set). Untuk pemeriksaan visus bila penderita tidak bisa membaca kartu Snellen maka dilakukan dengan : a. hitung jari b. lambaian tangan c. Cahaya gelap / terang Pemeriksaan fisik mata meliputi : Pemeriksaan Segmen Anterior a. Palpebra (kelopak mata) b. Konjungtiva (selaput lendir mata) c. Kornea (selaput bening mata) d. Bilik mata depan e. Iris dan pupil f. lensa mata. 5

Pemeriksaan segmen posterior Menggunakan Oftalmoskop (pemeriksa menggunakan mata kanan, sedangkan yang diperiksa juga mata kanan) Cara Penilaian Pada Pemeriksaan mata Penilaian tajam penglihatan Jika ditulis Visus 6/6, artinya angka 6 di atas (pembilang) menunjukkan kemampuan jarak baca penderita, sedangkan angka 6 di bawah menunjukkan kemampuan jarak baca orang normal Visus 6/60 artinya penderita hanya dapat menghitung jari pada jarak 6 meter, sedangkan pada orang normal bisa menghitung dalam jarak 60 meter, begitu juga penilaian visus 5/60, 4/6, 3/60, 2/60, 1/60. Jika LP + berarti bisa membedakan gelap terang dan sebaliknya. Penilaian Pemeriksaan segmen Anterior Penderita melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas akan menutupi limbus atas (pinggir kornea) selebar 1 2 mm. Konjungtiva : normal tidak berwarna dan tranparan Kornea : normal bening Pupil : normal pupil mata kiri dan kanan sama lebarnya, letaknya simetris di tengah. Lebar pupil normal 2-4 mm. Pemeriksaan refleks cahaya langsung maupun tak langsung Lensa mata : normalnya jernih.1-2 III. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium o Darah : Hb, gula darah puasa

DIAGNOSIS BANDING 1. Katarak diabetes Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus. Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satunya pada penyakit diabetes mellitus. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk: Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.1 Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa. 2. Katarak komplikata Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit matalain seperti radang, proses degenerasi mata seperti glaukoma, tumor intra okular, retinitis pigmentosa, iskemia okular, penyakit sistemik endokrin, dsb. Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak di daerah bawah kapsul atau lapis korteks, kekeruhan dapat difus, linear. Dapat juga berbentuk rosete, retikulum terlihat vakoul.1,3 3. Glaukoma Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak, biasanya terjadi pada usia lanjut. Glaukoma sebagai penyebab kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma salah satu penyakit mata yang disebabkan oleh kenaikan tekanan bola mata sehingga menimbulkan kerusakan saraf penglihatan. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil nervus opticus, berkurangnya lapang pandang.1,3,4,5 7

Glaukoma dibagi menjadi 2, yaitu: Glaukoma Primer Glaukoma Sekunder Glaukoma ini disebabkan bilik mata depan rusak, sehingga menyebabkan tekanan bola mata tinggi karena berbagai macam penyakit yang tidak ditangani, seperti katarak, dan peradangan atau pemakaian tetes mata / obat Kortikosteroid yang berlebihan. Gejala Glaukoma Akut Gejala cukup berat, sakit mata mendadak, penglihatan kabur, mata merah, disertai dengan sakit kepala, serta mual atau muntah. Pada umumnya penderita memerlukan pertolongan darurat untuk sakit kepalanya dan mengabaikan keluhan mata. Glaukoma Kronis Penyakitnya lebih tenang, tanpa sakit kepala, sehingga penderita tidak merasakan adanya kehilangan penglihatan sedikit demi sedikit. Awalnya kehilangan penglihatan malam dan tepi, sedang penglihatan lurus dan dekat masih baik. Umumnya penderita tidak menghiraukan penglihatannya, sehingga memburuk sampai buta.1,3 4. Retinopati diabetes melitus Retinopati diabetik adalah penyakit mata yang sering terjadi pada penderita diabetes. Mereka yang menderita diabetes juga beresiko tinggi untuk mengidap penyakit mata lainnya seperti glaukoma dan katarak. Semua penyakit mata ini dapat menyebabkan kehilangan penglihatan berat hingga kebutaan.

Proses penyakit retinopati diabetik terjadi akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada pembuluh darah retina, yaitu suatu membran tipis yang terbentuk dari sel-sel saraf yang berjejer di belakang 2/3 bola mata. Sel-sel saraf pada retina akan menerima cahaya dan mengirimkan sinyal ke otak tentang apa yang dilihat oleh mata.

Retinopati diabetik terdiri dari 2 stadium, yaitu : Retinopati nonproliferatif. Merupakan stadium awal dari proses penyakit ini. Selama menderita diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil pada mata melemah. Timbul tonjolan kecil pada pembuluh darah tersebut (mikroaneurisma) yang dapat pecah sehingga membocorkan cairan dan protein ke dalam retina. Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan pembentukan bercak berbentuk cotton wool berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang berwarna putih kuning (eksudat yang keras) juga terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan protein dari pembuluh darah yang rusak menyebabkan pembengkakan pada pusat retina (makula). Keadaan ini yang disebut makula edema, yang dapat memperparah pusat penglihatan seseorang. Retinopati proliferatif. Retinopati nonproliferatif dapat berkembang menjadi retinopati proliferatif yaitu stadium yang lebih berat pada penyakit retinopati diabetik. Bentuk utama dari retinopati proliferatif adalah pertumbuhan (proliferasi) dari pembuluh darah yang rapuh pada permukaan retina. Pembuluh darah yang abnormal ini mudah pecah, terjadi perdarahan pada pertengahan bola mata sehingga menghalangi penglihatan. Juga akan terbentuk jaringan parut yang dapat menarik retina sehingga retina terlepas dari tempatnya. Jika tidak diobati, retinopati proliferatif dapat merusak retina secara permanen serta bagian-bagian lain dari mata sehingga mengakibatkan kehilangan penglihatan yang berat atau kebutaan.1 DIAGNOSA KERJA Katarak senile opthica dextra sinistra Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight). Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient.\

EPIDEMIOLOGI Hasil Survei Kesehatan Indera tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan meningkat dari 1,2 persen pada tahun 1982 menjadi 1,5 persen. Survei tersebut menunjukkan 1,5 persen penduduk Indonesia mengalami kebutaan yang disebabkan katarak 52 persen, glaukoma 13,4 persen, kelainan refraksi 9,5 persen, gangguan retina 8.5 persen, kelainan kornea 8,4 persen dan penyakit mata lainnya. Katarak senilis menyerang pada usia di atas 50 tahun. Tiga faktor resiko utama terjadinya katarak : 1. Pertambahan usia 2. Merokok 3. Paparan sinar ultraviolet.4 Faktor lain yang meningkatkan resiko katarak : Keturunan Diabetes Bekas luka mata atau peradangan Bekas operasi mata Pemakaian kortikosteroid berkepanjangan ETIOLOGI Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam: 1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun 2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun 3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun.1 Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : 1. Katarak Nuklear Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik, suli menyetir pada malam hari . Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

2. Katarak Kortikal 10

Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau 3. Katarak Subkapsularis Posterior atau kupuliformis Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang. Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senile sebaiknya singkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata. PATOFISIOLOGI Anatomi Lensa. Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Zonula melekat di bagian anterior koroid yang menebal, yang di sebut korpus siliaris. Korpus siliaris mengandung serat-serat otot melingkar dan lungitodinal yang melekat dekat dengan batas korneosklera. Di depan lensa terdapat iris yang berpigmen dan tidak tembus pandang, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengndung serat-serat radial yang melebarkan pupil. Perubahan garis tengah pupil dapat mengakibatkan perubahan sampai 5 kali lipat dari jumlah cahaya yang mencapai retina jadi fungsinya mengatur cahaya yang masuk. Apabila cahaya terang pupil menguncup dan sebaliknya.Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. 11

Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.

Sumber : http://www.eyesandeyesight.com/wp-content/anatomy-of-the-eye.jpg Fisiologi Lensa. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.

Sumber : http://media.tanyadokteranda.com/images//2010/07/cataract-1.jpg

Konsep penuaan: Teori putaran biologic 12

Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali -> kemudian mati Imunologis; dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel Teori mutasi spontan Teori a free radical o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi o Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E

Teori a cross-link Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi

Perubahan lensa pada usia lanjut Kapsul Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular Epitel makin tipis Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata Serat lensa. Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal. Korteks tidak berwarna karena: o Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi o Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda Katarak senile secara klinik dikenal 4 stadium yaitu: insipient, intumesen, imatur, matur, hipermatur morgagni. Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.

Katarak Senil Dapat Dibagi Atas Stadium: 13

Katarak insipient Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. Katarak Imatur Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit. Katarak Matur Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negative. Katarak Hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena 14

aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.1 Katarak Intumesen Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. Katarak Brunesen Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. Perbedaan stadium katarak senile: Insipient Imatur Matur Hipermatur Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang Iris Normal Terdorong Normal Tremulans Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos Penyulit Glaukoma Uveitis+Glaukoma Sumber : Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010

GEJALA KLINIS

15

Penglihatan kabur dan berkabut Merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film didepan mata Seperti ada titik gelap di depan mata Penglihatan ganda Sukar melihat benda yang menyilaukan Halo, warna disekitar sumber sinar Warna manik mata berubah atau putih Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari Penglihatan dimalam hari lebih berkurang Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah Sering berganti kaca mata Penglihatan menguning Masih dapat melihat dengan jelas jarak dekat

PENATALAKSANAAN Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.1,3,4,5,6 Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan. Indikasi operasi : Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaukoma Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60

Medika mentosa 16

Obat obat katarak berupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan hanya menghambat progresivitas katarak, tetapi tidak dapat mengurangi atau menghilangkan katarak. Non medika mentosa Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. 1. Pengangkatan lensa Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa: ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK

Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK: Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. 2. Penanaman lensa baru Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius.

17

Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. PREVENTIF Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan: Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

KOMPLIKASI PROGNOSIS Penderita penyakit katarak memiliki prognosis baik setelah dilakukan pembedahan dan disiplin dalam mematuhi penatalaksanaan Penutup Tuan S menderita katarak senile. Kebutaan Glaukoma Operasi : endophthalmitis ( infeksi intraokuler ), iris prolaps

18

Daftar Pustaka 1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010 2. Sutedjo AY. Pedoman praktis pemeriksaan fisik. Edisi ke-1. Yogyakarta : Amara books;2009 3. Vaugan D, Taylor A, Paul ER. Oftalmologi Umum. In: Joko Suyono, editor. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika; 2000. hal. 175-83 4. Basak SK. Clinical opthalmology atlas. New York : Mc Graw Hill;2008 5. Vaughan A. General Ophtalmology. Edition 17th. United States of America : Mc Graw Hill;2008 6. Ehlers JP, Chirag PS. The Wills eye manual: office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. Edition 15th . Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2008

19

Vous aimerez peut-être aussi