Vous êtes sur la page 1sur 5

Aplikasi DNA Microarray

Diagnosis penyakit: Teknologi DNA Microarray membantu peneliti mempelajari lebih lanjut tentang berbagai penyakit seperti penyakit jantung, penyakit mental, penyakit menular dan khususnya studi tentang kanker. Sampai saat ini, berbagai jenis kanker telah diklasifikasikan berdasarkan organ-organ di mana tumor berkembang. Sekarang, dengan evolusi teknologi microarray, maka akan memungkinkan bagi para peneliti untuk lebih mengklasifikasikan jenis kanker berdasarkan pola aktivitas gen dalam sel tumor. Ini sangat akan membantu masyarakat farmasi untuk mengembangkan obat yang lebih efektif sebagai strategi pengobatan akan ditargetkan langsung ke jenis spesifik kanker.

Penemuan obat: Teknologi Microarray memiliki aplikasi luas dalam pharmacogenomics. Pharmacogenomics adalah studi korelasi antara respon terapi untuk obat-obatan dan profil genetik pasien. Perbandingan analisis gen dari sakit dan sel normal akan membantu identifikasi konstitusi biokimia dari protein disintesis oleh gen sakit. Para peneliti dapat menggunakan informasi ini untuk mensintesis obat yang memerangi dengan protein dan mengurangi efeknya. Penelitian toksikologi Teknologi Microarray menyediakan platform yang kuat untuk penelitian dampak racun pada sel-sel dan kematian mereka pada progeni. Toxicogenomics menetapkan korelasi antara respon untuk toxicants dan perubahan dalam profil genetik dari sel-sel terkena toxicants tersebut.

Contoh Penggunaan DNA Microarray


1. Microarray untuk Penelitian Penyakit Asma Pengertian Asma Asma (Asthma) adalah salah satu penyakit alergi yang serius yang muncul karena disebakan sifat genetic dan faktor lingkungan seperti allergen (penyebab alergi, infeksi saluran pencernaan, dan polusi udara). Asma yang paling banyak berhubungan dengan atopy (suatu kecenderungan untuk meningkatkan immunoglobin (Ig)-E menghadapi allergen dari lingkungan).

Penyebab Asma Dalam beberapa tahun dianggap nitrit oksida dengan inducible NO synthase (iNOS) memegang peranan penting pada peradangan termasuk asma. Namun studi terbaru menunjukkan bronchodilating constitutive NOS (cNOS)-turunan NO penting dalam menginduksi allergen-hyperresponsiveness. Meskipun begitu beberapa mekanisme yang bertujuan untuk menurunkan aktivitas cNOS, menurunkan keberadaan substrat karena adanya kombinasi dari peningkatan aktivitas arginase dan penurunan pengambilan l-arginine oleh sel, menunjukkan peranan kunci.

Metode yang digunakan : 1. eksperimen penginduksian asma dengan allergen. 2. preparasi RNA dan hibridisasi microarray. 3. analisis data microarray yaitu: Northern blot dan analisis RT-PCR. 4. Hibridisasi in situ pada paru-paru tikus, Immunohistochemistry, aktifitas Arginase, tingkat Putrescine. 5. analisis sampel paru-paru manusia, kemudian dengan hasil analisis DNA microarray diidentifikasi lah bagian genom yang terkait dengan penyakit asma.

Dari hasil penelitian diatas, dengan menggunakan model asma yang diinduksi dengan allergen, diidentifikasi: adanya 6,5% dari genom yang diuji terdapat perubahan ekspresi gen pada paru-paru penderita asma. Khususnya dua model dengan sifat fenotip yang mirip pada eksperimen menunjukkan profil transkrip yang berbeda. Gen yang berhubungan dengan metabolisme dengan asam amino dasar, secara spesifik asam amino kationik transporter 2, arginase I, dan arginase II, yang paling menunjukkan tanda gen penyebab asma. Pada hibridisasi in situ mendemonstrasikan penandaan arginase I, khususnya pada luka peradangan submocosal. Aktivitas arginase meningkat pada paru-paru yang diinduksi dengan allergen dengan meningkatnya aktivitas enzim, peningkatan kadar putresin, dan produk akhir. Berdasarkan kemampuan arginase untuk meregulasi nitrit oksida, poliamina dan kolagen, hasil ini menetapkan dasar dari farmakologi untuk menjadikan metabolisme arginine sebagai target pada kelainan alergi

Vous aimerez peut-être aussi