Vous êtes sur la page 1sur 1

Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh


Muzaffar ibn Baktati, raja Mesir yang terkenal arif dan bijaksana. Sedangkan pencetus
ide peringatan adalah panglima perangnya, Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi (abad ke-6 M),
sosok pemimpin pasukan Islam yang pernah mengalahkan pasukan Kristen dalam Perang
Salib.
Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah
dari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M). Seperti disebutkan dalam
Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, ia kemudian juga gigih menyelenggarakan peringatan
Maulid Nabi dari tahun ke tahun di masanya.
Mengapa Shalahuddin merasa perlu mengadakan peringatan Maulid? Sang
panglima berpendapat, ketika Perang Salib terjadi, motivasi umat Islam sangat menurun,
sementara motivasi pasukan Salib (Kristen) meningkat. Hal ini tentu tidak kondusif bagi
pasukan Islam, sehingga Shalahuddin merasa perlu membangkitkan kembali semangat
umat Islam sebagaimana umat Kristen dengan perayaan Natal-nya. Maka sang panglima
ini kemudian mengadakan peringatan hari lahir Muhammad SAW yang kemudian dikenal
dengan sebutan Maulid Nabi.
Bila dalam peringatan Natal kaum Kristen dikisahkan tentang keagungan Yesus,
maka dalam peringatan Maulid, Shalahuddin menggemakan kisah perang yang dilakukan
Nabi SAW. Tapi belakangan, yang dibacakan pada acara peringatan Maulid tersebut
berubah, bukan lagi kisah perang, melainkan kisah lahir dan hidup sang Nabi SAW. Kisah
perang tampaknya dianggap tak lagi relevan lagi.
Kini, meskipun tak ada lagi perang fisik di kalangan umat Islam, peringatan
Maulid Nabi tampaknya masih perlu dilakukan. Selain dimaksudkan untuk meneladani
akhlak Muhammad SAW, peringatan Maulid juga diperuntukkan untuk perang yang lebih
besar, yakni perang melawan hawa nafsu, kemungkaran, dan kemaksiatan. Krisis
berkepanjangan bangsa Indonesia saat ini, antara lain disebabkan merajalelanya
kemaksiatan, kemungkaran dan tidak adanya penegakan nilai-nilai moral. Hawa nafsu
lebih mendominasi kehidupan umat manusia saat ini ketimbang moral.
Perang dalam bentuk non-fisik inilah yang dinilai lebih berat dari perang fisik.
Apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang tak jarang memperlemah
semangat keimanan umat Islam, maka peringatan Maulid Nabi SAW menjadi sangat
penting.

Vous aimerez peut-être aussi