Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISIS BIOKIMIA PADA DIABETES MELITUS Rahmat Ikhsan 10613134/A11/A

ABSTRAK Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah . Percobaan ini bertujuan memeriksaan dan menjelaskan aspek biokimia untuk kondisi DM dengan metode OGTT (oral glucose tolerance test) seta parameter biokimia terkait dengan metabolisme pada kobdisi DM. Dalam percobaan ini akan di lakukan penetapan kadar glukosa (glukosa puasa dan glukosa pada OGTT) serta penetapan kadar peroksida lipid. Semakin tinggi kadar gula darah (hiperglikemik) di mana tubuh tidak dapat mengkompensasi nya akan menyebabkan DM. DM dalam waktu lama dapat memicu berbagai komplikasi kronisdiantara nya peningkatan radikal bebas, khusus nya ROS (Reactive Oxygen Species) karena terjadi auto oksidasi glukosa dan glikosilasi protein. A.PENDAHULUAN Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang memerlukan perawatan medis dan penyuluhan untuk self management yang berkesinambungan untuk mencegah komplikasi akut maupun kronis.Untuk mencegah dan menghambat komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler, penatalaksanaan
(1).

(poliuria), timbul rasa haus (polidipsia), lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan adalah kesemutan; kelainan kulit seperti gatal, bisul yang sulit sembuh; kelainan mata seperti mata kabur, gangguan refraksi mata, diplopia; mulut kering; impotensi pada pria; dan pruritus vulva pada wanita(4, 5). DM bisa diklasifikasikan secara etiologi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain(3). Diabetes Tipe 1 DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul(3). Diabetes Tipe 2 DM tipe 2 merupakan 90% dari kaaus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel

diabetes

ditujukan untuk pengendalian faktor metabolik dan faktor risiko kardiovaskuler DM ditandai dengan

hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya.Keadaan hiperglikemi kronis pada DM berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan fungsi berbagai organ terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Berbagai proses patologis berperan dalam terjadinya DM, mulai dari kerusakan autoimun dari sel b pankreas yang berakibat defisiensi insulin sampai kelainan yang menyebabkan resistensi terhadap kerja insulin. Kelainan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein pada DM disebabkan kurangnya


(2).

kerja

insulin

pada

jaringan

target

Kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein pada DM disebabkan kurangnya kerja insulin pada jaringan target. Pengendalian DM tidak hanya ditujukan untuk menormalkan kadar glukosa darah tetapi juga mengendalikan faktor risiko lainnya yang sering dijumpai pada penderita dengan DM. Gejala khas pada penderita DM berupa meningkatnya rasa lapar (polifagia), meningkatnya pengeluaran kemih

beta.Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance.Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relative.Gejala minimal dan
(3)

kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini . DM Dalam Kehamilan

DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas

percobaan, di mana setiap kelompok mendapat satu tikus sehat dan satu tikus DM. Penetapan kadar glukosa (Puasa & OGTT) 1. Kadar glukosa puasa Dua belas tikus sehat dan dua belas tikus DM yang telah di puasa kan 8 10 jam diambil darah melalui mata di tempat masing masing kelompok, sebelum di ambil darah, tikus di anastesi terlebih dahulu menggunakan eter, lalu dengan pipa kapiler tikus di ambil darah nya melalui mata. Pipa kapiler di gerak gerakan hingga masukan ke dalam sambil di putar putar, sehingga darah keluar. Darah dari tikus DM dan sehat di pisahkan dan di tampung kedalam tabung reaksi sesuai kelompok masing - masing. Kedua sampel darah dari semua kelompok yang di peroleh, di sentrifugasi pada putaran 3000 rpm selama sepuluh menit agar di peroleh supernatant. Setiap kelompok menandai tiga tabung reaksi untuk supernatant tikus

neonates.Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia (3). Diabetes Tipe Lain Subkelas DM di mana individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushings, akromegali), penggunaan obat yang

mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik), dan infeksi/sindroma genetic (3).

B. METODE Pada percobaan ini di lakukan penetapan kadar glukosa (glukosa puasa dan glukosa pada OGTT) serta penetapan kadar peroksida lipid dengan bahan bahan dua belas tikus Sehat, dua belas tikus DM, serum darah, standart, aquadest, reagen, larutan TCA (asam trikloroasetat) 10% untuk memberi suasan asam dan menghilangkan protein, larutan TBA (asam

sehat dan DM dengan keterangan sampel, standard, dan blanko. Di mana dua tabung sample berisi supernatant dari tikus sehat dan DM, sebanyak masing - masing 10 l di tambah dengan masing masing 1000 l reagen glukosa. Dua tabung blanko untuk berisi 1000 l reagen glukosa ditambah dengan 10 l aquadest. Dua tabung standard berisi 1000 l reagen glukosa ditambah 10 l larutan standard. Semua nya di inkubasi selama 15 menit pada suhu 370C, baca serapan pada panjang gelombang 546 nm. 2. Kadar glukosa OGTT Dua belas tikus sehat dan dua belas tikus DM di beri glukosa 2 gr/kgBB dalam 4 ml/kg yang dilarutkan dalam normal salin peroral, setelah dua jam di lakukan pengambilan darah, sebelum di ambil darah, tikus di

tiobarbiturat) 0,67% yang akan bereaksi dengan plasma, membentuk senyawa berwarna agar bias di baca spektro. Selain itu alat alat yang dingunakan yaitu gelas beker 250 ml, gelas beker 100 ml, blue tips dan yellow tips, tipet tetes, tabung reaksi, mikropipet, alat spektrofotometer. Cara kerja ; dua belas tikus diinduksi diabetes dengan aloksan120 mg/KgBB dalam 0,1M buffer Na.sitrat (pH 4,5)Intravena 72 jam sebelum percobaan. Terdapat dua belas kelompok

anastesi terlebih dahulu menggunakan eter, lalu dengan pipa kapiler tikus di ambil darah nya melalui

mata. Pipa kapiler di gerak gerakan hingga masukan ke dalam sambil di putar putar, sehingga darah keluar. Darah dari tikus DM dan sehat yang telah di

beri larutan glukosa di pisahkan dan di tampung kedalam tabung reaksi sesuai kelompok masing masing. Kedua sampel darah dari semua kelompok yang di peroleh, di sentrifugasi pada putaran 3000 rpm selama sepuluh menit agar di peroleh supernatant. Setiap kelompok menandai dua tabung reaksi untuk supernatant tikus sehat dan DM dengan keterangan sampel, standard, dan blanko. Di mana dua tabung sample berisi supernatant dari tikus sehat dan DM, sebanyak masing - masing 10 l di tambah dengan masing masing 1000 l reagen glukosa. Dua tabung blanko untuk berisi 1000 l reagen glukosa ditambah dengan 10 l aquadest. Dua tabung standard berisi 1000 l reagen glukosa ditambah 10 l larutan standard. Semua nya di inkubasi selama 15 menit pada suhu 370C, baca serapan pada panjang gelombang 546 nm. Penetapan kadar peroksida lipid Serum (hemolisat darah) dari tikus DM dan Sehat pada saat puasa masing masing di ambil 0,25 ml untuk setiap kelompok. Setiap kelompok menandai tabung reaksi dengan label uji dan blanko. Tabung uji setiap kelompok mengandung hemolisat darah 0,25 ml di tambah dengan larutan TCA 10% 0,50 ml, dingin. Di sentrifuge di ambil supernatant dan di tambahkan larutan TBA 0,67% 0,75 ml. Dalam tabung reaksi setiap kelompok blanko mengandug aquadest 0,25 ml di tambah larutan TCA 10% 0,50 ml, dingin. Di sentrifuge di ambil supernatant dan di tambahkan larutan TBA 0,67% 0,75 ml. Tabung uji dan blanko di masukkan penangas mendidih 10 menit, dinginkan dan dibaca serapan pada panjang gelombang 532 nm.

Tikus DM puasa

A12 (X1)
Kons entrsi

B2&B5 (X2) 138,8 176,8

B3&B6 243,2 243,2

81,07

81,07

81,07

157,8 160,76 81,215 0,5

243,2

X
SD

CV Tikus sehat OGTT

B1&B4 (X1)
Kons entrsi

B2&B5 (X2) 255,4


191,34

B3&B6 574,56 574,56

124,73

124,73

124,73

223,37 307,55 236,43 0,77

574,56

X
SD

CV Tikus DM OGTT

B1&B4 (X1)
Kons entrsi

B2&B5 (X2) 239,46


167,95

B3&B6 238,16 238,16

335,6

335,6

335,6

203,7 259,15 68,41 0,26

238,16

X
SD

CV

B1&B4 (X1)
Kons entrsi

B2&B5 (X2) 286,42


212,73

B3&B6 328,51 328,51

419,08

419,08

419,08

249,57 332,38 84,82 0,25

328,51

X
SD

CV

C. 1. DATA DAN HASIL( Gelombang Pertama ) Tikus sehat puasa MDA tikus sehat

B1&B4 (X1)
Kons entrsi

B2&B5 (X2)
-8

B3&B6
-7

B7&B10 (X1)
-7 Konse ntrsi

B8&B11 (X2)
107,08 182.228

B9&B12
171,42 120,70

1,8.10

-8

1,8.10
-6

6,53.10

-7

6,53.10
-6

2,81.10

-7

2,81.10
-6

53.07

23,14

0,18.10

0,653.10

2,81.10

X
SD

1,11.10-6 0,94.10-6 0,84 MDA tikus DM

38,2

144,6 109,6 62,01 0,56

146,1

X
SD CV MDA tikus sehat

CV

B1&B4 (X1)
Kons entrsi

B2&B5 (X2)
1,73.10-6 1,73.10-6
-6 -6

B3&B6
5,29.10-7 5,29.10-7
-6
Konse ntrsi

48.10-8

48.10-8
-6

B7&B10 (X1)
3,20.10-7
4,97.10-7

B8&B11 (X2)
2,42 .10-7
-3,27.10-8

B9&B12
5,07.10-6 4,66.10-6

0,48.10

1,73.10

0,529.10

X
SD

0,913.10 0,71.10-6

0,41.10-6

0,21.10-6 1,82.10-6 2,63.10-6 1,4

4,86.10-6

CV

0,78 C. 2. DATA DAN HASIL( Gelombang kedua ) Tikus sehat puasa

X
SD

B7&B10 (X1)
Kons entrsi

B8&B11 (X2) 171,16


205.985

B9&B12 203,12
106,167

CV MDA tikus DM

154,23

154,23

154,23

188,5 165,8 19,4 0,12

154,6 B7&B10 (X1)


Kons entrsi

X
SD

B8&B11 (X2)
-7

B9&B12
-7

4,83.10

-7

6,60.10
-6

9,35.10

-7

6,60.10

2.10

-6

2.10-6 2.10-6

CV Tikus DM puasa

0,57.10

0,79.10-6 1,12.10-6 0,77.10-6 0,6

X
B7&B10 (X1)
Kons entrsi

B8&B11 (X2)
307,45 277.256

B9&B12
165,97 243,612

SD CV

214.71

93,66

D. DISKUS 154,2 292,3 217,1 69,9 0,32 Tikus sehat OGTT Tikus DM OGTT B7&B10 (X1) B8&B11 (X2)
18,182 112.155

204,8

Prisip pemeriksaa pada percobaan ini menggunakan pereaksi GOD - PAP (glucose oxidase) dan POD (peroksidase) dalam suatu enzimatik. Reaksi yang terjadi adalah glukosa di oksidasi oleh enzim glukosa oxidase (GOD) dengan ada nya O2 menjadi asam glukonat di sertai pembentukan H2O2. Dengan ada nya

X
SD

CV

B9&B12
250,12 144,60

enzim peroksidase, H2O2akan membebaskan O2 yang selanjut nya mengoksidase akseptor kromagen (4aminoantipirin) menjadi chinonimin (senyawa berwarna), besar warna tersebut berbanding lurus dengan besar kandungan glukosa pada tikus.

Kons entrsi

114,85

114,85

114,85

65,7 125,97 66,52 0,53

197,36

X
SD

CV

Kemudian di tembakan panjang gelombang yang mengandung energy dengan tertentu (509 nm & 542 nm), membuat electron dari senyawa uji akan tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi, setelah itu

melengkapi kekurangan e- dan menghambat terjadi nya reaksi berantai dapat dari pembentukan stress radikal oksidatif,

bebasyang

membentuk

antioksidan endogen yaitu superokside dismutase (SOD) dan antioksidan eksogen yaitu beta karoten, vitamin C, vitamin E, zinc (Zn) dan selenium (Se).

electron akan turun kembali ke ground state sambil melepaskan emisi yang kemudian dapat di ukur dengan spektrofotometer. Salah satu senyawa yang berperan adalah kromofor yang dapat menangkap tertentu.Prinsip spektrofotometer adalah sumber

E. KESIMPULAN 1. Penegakan diagnosis DM harus menunjukan hasil positif minimal dua pemeriksaan dari empat yang di ajurkan ADA. 2. Semakin tinggi kadar gula darah (hiperglikemik) di mana tubuh tidak dapat mengkompensasi nya akan menyebabkan DM. DM dalam waktu lama dapat memicu berbagai komplikasi kronis diantara nya peningkatan radikal bebas, khusus nya ROS (Reactive Oxygen Species) karna terjadi auto oksidasi glukosa dan glikosilasi protein yang menyebabkan kerusakan pada sel karena dapat menimbulkan kerusakan pada protein,(aktivitas enzim terganggu) dan asam nukleat (kerusakan DNA, mutasi sel).

(polikromatis) -> monokromator -> monokromatis -> analite -> detector -> amplifier -> elegtromagnetik -> elektrolistrik -> recorder. Tikus yang di induksi aloksan 120 mg/KgBB.Aloksan murni di peroleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat.Aloksan merupakan bahan kimia untuk

menginduksi DM pada hewan uji, di berikan melalui intervena, aloksan bersifat toksisitas selektif terhadap sel beta pancreas. Kondisi hiperglikemik sehingga kadar radikal bebas dan turunan nya (peroksida lipid) yang meningkatkan terjadi nya DM. Peroksida lipid adalah proses penyerangan asam lemak tak jenuh jamak PUFA (poly unsaturated fatty acid) oleh radikal bebas, peroksida lipid sebanding dengan MDA. Jika radikal bebas dalam tubuh tinggi maka peroksida lipid juga tinggi sedangkan antioksidan tubuh rendah. Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan e sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengikat electron dari molekul lain. Inkubasi pada percobaan ini bertujuan untuk mempercepat
-

F. DAFTAR PUSTAKA 1. Snow V, Aronson MD, Hornbake ER, Mottur-

Pllson C,Weis KB. Lipid control in the Management of type 2 diabetes

mellitus: a clinical practice guideline from the American Ann College Intern 4f Med

Physicians.

2004;140:644-9. 2. ADA. Standards ofMedical Care in Diabetes. Diabetes Care 2004;27(Supl 1 ):S15-S35. 3. Sacks D.B., Carbohydrates, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis C.A, Ashwood E.R, 5th Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:427461 3. Sacks D.B., Carbohydrates, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis C.A, Ashwood E.R, 5th

dekomposisi lipid dari peroksida lipid dan radikal bebas serta mengoptimalkan pengkompleksan warna. MDA merupakan hasil dekomposisi lipid yang mampu di gunakan untuk mengetahui jumlah radikal bebas dalam tubuh, mengetahui status antioksidan,

mengetahui proses peroksidasi serta banyak atau sedikit sel yang rusak dalam tubuh. Antioksidan adalah substansi yang di perlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang di timbulkan radikal bebas dengan

Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:427-461 4. Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam . Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan DepartemenIlmu Penyakit Dalam FKUI, 2007 :1857 9.
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, editor. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media Kedukteran 2007 : 580-8. 6. Riaz S. Diabetes mellitus, Scientific Research and Essay Vol. 4 (5) pp. 367-373, May, 2009:3 Aesculapius Universitas Fakultas Indonesia,

Vous aimerez peut-être aussi