Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
( ) t Kv
t
m c
d
0
i
+ =
( ) t Kv
t
m c
d
0
+ =
t Kv t
t
m
t
c
d d
0 0
+ =
Sehingga menjadi :
+ =
t
m c
t v K t
0
i
d ........................... (2. 6).
Dapat memberikan ungkapan secara umum secara menyeluruh bentuk
gelombang frekuensi modulasi, untuk beberapa frekuensi sinyal baseband yang
dimodulasikan pada sinyal pembawa yakni,
|
|
.
|
\
|
+ =
t v Kv t E v
t
m m c c FM
d cos
0
......................... (2. 7).
Sedangkan sinyal baseband tunggal dengan :
( ) t E t v
m m m
cos = ........................ (2. 7)
Akan memberikan :
t f
t
t E
m
m
m m
cos 2
cos
cos
=
=
=
....................... (2. 8).
Dimana dan f merupakan deviasi maksimum yang terjadi ketika
1 cos = t
m
yang masing-masing merupakan parameter penting dari beberapa
sistem FM (Frekuensi Modulasi). Kedua deviasi tersebut adalah :
2 /
m
m
KE f
KE
=
=
............................ (2. 9).
Dengan masukan
M
v ke dalam ungkapan umum
FM
v ,
akan diperoleh
|
|
.
|
\
|
+ =
t
t
m m c c FM
t E K t E v
0
d cos cos
|
|
.
|
\
|
+ =
t
m m c c
t t KE t E
0
d cos cos
|
|
.
|
\
|
+ =
t
m c c
t t t E
0
d cos cos
|
|
.
|
\
|
+ = t t t E
m
m
c c
d sin cos
Besarnya
m
/ sebagaimana konstanta tunggal yang memberikan
( ) t t E v
m c c FM
sin cos + = ........................ (2. 10).
Dimana adalah indeks modulasi dan sebagai besaran penting lain pada
beberapa sistem komunikasi FM, yang diberikan dengan :
m m
f
f
=
1
Dimana : 1 = J dan
fC j
jX
c
2
1
Didapat :
fRC j
v
v
in
I
2 1 +
= dan tegangan outputnya :
1 0
1
1 v
R
Rf
v |
.
|
\
|
+ =
Jadi persamaanya :
( ) fH f j
v
R
Rf
v
in
/ 1 1
1
0
+
|
.
|
\
|
+ . (2. 14)
Dimana : frekuensi fungsi filter penguatan
1
0
=
v
v
filter dari band pass penguatan 1
1
= + =
R
R
A
F
F
input sinyal frekuensi = f
filter dari tinggi frekuensi off cut
RC 2
1
= =
H
f
Sudut fasa yang terjadi pada low pass filter ini adalah :
( )
|
|
.
|
\
|
=
+
=
(
H
H
in
f
f
f f
v
v
1
2
0
tan : adalah sudutnya sehingga
/ 1
1
Gambar 2. 4. Rangkaian low pass filter 20 dB.
Gambar 2. 5. Frekuensi respon dari low pass filter.
Pengoprasian dari Low Pass Filter ini ada 3 macam yaitu :
1. Pada frekuensi yang sangat rendah yaitu : f < fH
F
in
A
v
v
=
(
0
2. Pada f = f
H
F
F
in
A
A
v
v
707 , 0
2
0
= =
(
3. Pada f > f
H
F
in
A
v
v
<
(
0
Jadi Low Pass Filter akan konstans dari input 0 Hz sampai cut off frequensi
tinggi H f . Pada H f penguatannya menjadi 0.707 AF dan setelah melewati H f maka
akan menurun sampai konstan dengan seiring penambahan frekuensi. Frekuensi naik
1 decade maka penguatan tegangan dibagi 10. Dengan kata lain, penguatan turun 20
dB (=20 log 10) setiap kenaikan frekuensi dikali 10. Jadi rate dari penguatan berulang
turun 20dB/decade setelah H f terlampuai saat in f = H f , dikatakan frekuensi cut off
yang saat itu turun 3dB (=20 log 0.707) dari 0 Hz. Persamaan lain menyatakan untuk
frekuensi cut off terjadi 3 dB, break frekuensi, ujung frekuensi.
2. 2. 4. Osilator.
Osilator adalah inti dari sebuah pemancar, pada sistem komunikasi radio
osilator menghasilkan gelombang sinus yang dipakai sebagai sinyal pembawa, sinyal
informasi kemudian ditumpangkan pada sinyal pembawa dengan proses modulasi.
Osilator yang bisa dirubah disebut VFO (Variable Frequency Oscillator). VFO
memiliki kelebihan pada deviasi frekuensinya yang lebar, karena pada VFO (Variable
Frequency Oscillator) dipakai induktor dan kapasitor sebagai penentu frekuensinya
maka kestabilan VFO (Variable Frequency Oscillator) sangat tergantung dari
kestabilan nilai induktor dan kapasitor. Komponen-komponen pada VFO (Variable
Frequency Oscillator) yang mudah terpengaruh oleh suhu menyebabkan VFO
(Variable Frequency Oscillator) mempunyai kestabilan yang rendah.
VFO (Variable Frequency Oscillator) yang frekuensinya bisa berubah karena
diberi besaran tegangan tertentu pada inputnya disebut sebagai VCO (Voltgje
Controlled Oscillator), paling banyak dipakai pada rangkaian osilator FM (Frekuensi
Modulasi) karena sinyal suara langsung dapat dimasukan pada input VCO (Voltage
Controlled Oscillator). Osilator jenis lain memakai kristal sebagai komponen
frekuensinya. Osilator kristal memiliki kestabilan frekuensi yang sangat tinggi.
Kestabilan yang sangat tinggi ini membuat osilator kristal menjadi sulit untuk
diterapkan pada metode FM (modulasi frekuensi). Kestabilan frekuensi dari osilator
crystal dapat digabungkan dengan deviasi frekuensi VFO (Variable Frequency
Oscillator) yang lebar dengan menerapkan osilator yang terkontrol dengan PLL
(Phase Locked Loop), osilator kristal dipakai sebagai penghasil frekuensi referensi.
Dengan demikian akan didapatkan frekuensi referensi yang sangat stabil. Sedangkan
VFO (Variable Frequency Oscillator) dipakai pada osilator yang sebenarnya.
1. Rangkaian Osilator LC Tipe Hartley.
Hubungan antara fase tegangan basis
B
V dan tegangan kolektor
C
V dalam
suatu rangkaian AC dari tipe hartley adalah sebagai berikut.
1
1
L .
C .
1
Bila
.
1
V dan
B
V dapat dianggap sebagai
hubungan seri dengan
1
L dan
1
C berturut-turut. Oleh karena itu perbedaan fasenya
adalah
180 dari tegangan kolektor sehingga fasenya sama dengan tegangan input
basis pertama, frekuensi osilator dicapai sebgai berikut :
( )
( ) Hz
C . L L . 2
1
f
2 1
0
=
+
=
3
1
62 . 0 D
R = ......................... (2. 17).
Dimana :
R1 merupakan jarak dari permukaan antena.
D adalah dimensi paling luas dari antena tersebut.
merupakan panjangnya gelombang.
2. Daerah radiasi medan dekat (atau disebut juga daerah fresnel). Daerah ini
berada sepanjang garis lurus antara daerah medan dekat reactive (reactive
near-field region) dan daerah medan jauh (far-field region). Medan reaktif
ini sangat kecil dibandingkan pada daerah medan dekat reaktif. Pada daerah
ini, distribusi medan sudut merupakan sebuah fungsi jarak dari antena.
Batas paling luar untuk daerah ini berada pada jarak,
2
2
2D
R = .............................................. (2. 18).
Dimana :
R
2
adalah jarak dari permukaan antena.
adalah panjang gelombang.
3. Daerah medan jauh (Far-field region) atau biasa disebut dengan daerah
Fraunhofer. Daerah yang merupakan daerah medan jauh tidak terdapat
medan reaktif tetapi yang ada hanya medan radiasi saja. Distribusi sudut
medan tidak tergantung pada jarak antena dan banyaknya densitas daya
yang termasuk luas persegi dari jarak radial.
Pemancar bidang jauh dari dipole Hertzian dapat dijelaskan dengan bantuan
sistem koordinat bola yang terlihat pada gambar 2.3. Sumbu z diambil dari arah
vertikal dan bidang horizontal xy. merupakan sudut elevasi dan merupakan sudut
azimuth. Bidang xz merupakan bidang elevasi ( = 0 ) atau bidang E yang
merupakan bidang yang terdiri dari vector medan listrik dan radiasi arah maksimum.
Bidang xy merupakan bidang azimuthal ( = / 2 ) atau bidang H-yang merupakan
bidang yang terdiri dari vector medan magnetik dan radiasi arah maksimum.
Radiasi medan jauh dapat diterangkan dengan bantuan sebuah antena Hertzian
dipole atau infinitesimal dipole yang merupakan sebuah potongan kabel lurus yang
mempunyai panjang L dan diameter kedua kabel sangat kecil dibandingkan pada
sebuah panjang gelombang. Sebuah arus uniform I(0) diasumsikan sebagai aliran arus
sepanjang kabel. Jika dipole dipindahkan pada sebuah titik pusat sepanjang sumbu Z,
kemudian dapat kita tuliskan :
(
+ =
2
0
) (
1 1
1
4
sin ) 0 (
kr jkr
kI
j E
jkr
+ =
jkr
Le I
E
jkr
r
1
1
2
cos ) 0 (
+ =
jkr
Le kI
j H
jkr
0 =
r
H
0 =
H
0 =
E
Untuk radiasi medan jauh, pada bagian r
2
dan r
3
dapat diabaikan, sehingga
dapat dimodifikasikan persamaan di atas menjadi persamaan :
sin
4
) 0 (
jkr
Le kI
j E
=
sin
4
) 0 (
jkr
Le kI
j H
=
0 =
r
E
Dimana : = impedansi ruang bebas intrinsik.
K = Perambatan gelombang tetap
R = Jari-jari (lingkaran) untuk sistem koordinat berbentuk
Seluruh persamaan di atas, pada bagian phasa
t j
e
diletakan dan bagian
tersebut diasumsikan bahwa seluruh medan akan bergerak secara sinusoidal yang
berubah berdasarkan fungsi waktu. Persamaan phasa diatas hanya terlihat medan non-
zero yaitu
E dan
= Watts ds W P
rad rad
Dimana ds adalah vector perbedaan permukaan = r d d r sin
2
rad
W adalah magnetisasi dari vector poynting waktu rata-rata (
2
/ m Watts ).
Intensitas radiasi didefinisikan sebagai daya radiasi dari sebuah antena persatuan
sudut solid dan diberikan persamaan sebagai berikut
rad
W r U
2
=
Pola radiasi sebuah antena merupakan sebuah gambaran grafik prangkat radiasi
medan jauh sebuah antena sebagai fungsi koordinat spasial yang dispesifikasi oleh
sudut elevasi dan sudut azimut . Lebih detilnya,fungsi tersebut merupakan sebuah
gambran grafik daya radiasi dari sebuah antena persatuan sudut solid. Sebagai contoh
kasus yaitu antena isotropik dimana radiasinya akan sama dalam segala arah. Jika
total daya radiasi antena isotropik adalah P, kemudian daya radiasi akan menyempit
pada jari-jari spheris r, maka densitas daya S pada jarak setiap arah diberikan
persamaan :
2
4 r
P
luas
P
S
+
= ......................... (2. 24).
( ) ( ) 1 / 1 + = VSWR VSWR ......................... (2. 25).
( ) log 20 Re = RL turnLoss ......................... (2. 26).
Keterangan :
FP = Forward Power (Daya yang dipancarkan dari sumber ke beban).
FP = Reflected Power (Daya pantul dari beban ke sumber).
= Coefisien Pantul.
Hubungan antara vswr dengan Return Loss prinsipnya sama saja, nilai vswr
sendiri dinyatakan dalam rasio atau perbandingan dan nilai Return Loss dinyatakan
dB. Antena yang bagus menyerap energi 90% dan 10% yang dipantulkan kembali ke
sumber.
Nilai vswr ini sangat dipengaruhi oleh dua hal :
1. Perbedaan Impedanasi saluran transmisi dengan beban.
2. Diskontinuitas saluran transmisi, yang disebabkan oleh pemasangan
konektor yang kurang bagus, bending feeder terlalu berlebihan atau
kerusakan pada feeder itu sendiri.
Pada pengukuran antena dibutuhkan pengukuran daya gelombang yang
bertujuan untuk menguji saluran saluran transmisi yang tidak sepadan, selain
gelombang datang mengalir pula gelombang pantul, alat ini dikenal sebagai power
meter. Gelombang datang arahnya dari sumber ke beban (dari pemancar ke antena)
sedangkan gelombang pantul dari arah yang sebaliknya (dari antena ke pemancar).
Biasanya pada power meter terdapat dua skala, satu untuk daya datang dan satu lagi
untuk daya pantul. Skala untuk daya pantul lebih kecil dari skala untuk daya datang.
8
2. 4. Prinsip Kerja Attenuator.
Rangkaian attenuator berfungsi sebagai sebuah sumber daya yang dapat
mengurangi nilai daya masukan yang umumnya diungkapkan sebagai decibel (dB).
Keuntungan besar sebuah attenuator yang awalnya dibuat dari resistor non induktif
mampu merubah sebuah sumber atau beban, yang bersifat reaktif kedalam bentuk
yang lain dan bersifat resistif. Pengurangan daya ini diterima oleh attenuator tanpa
memperhitungkan gangguan.
Gambar dibawah ini menunjukan rangkaian attenuator yang umum seperti
rangkaian pi. Persamaan gambar rangkaian ini termasuk perhitungan hambatan
yang dibutuhkan R1 dan R2. Sebuah attenuator dapat digunakan pada rangkaian
audio/sinyal radio lainnya.
Gambar 2. 16. Rangkaian attenuator Pi.
Persamaan perkalian impedansi :
|
.
|
\
|
+
+
=
1
1
2
1
K
K
R ................................... (2. 27).
|
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
=
K
K
x R
1
2
2
2
2
................................... (2. 28).
Persamaan di atas merupakan perkalian sumber dan impedansi-impedansi beban
berapa pun nilainya.
2. 4. 1. Faktor K.
Faktor K disebut perbandingan arus tegangan atau daya yang dihubungkan pada
nilai attenuasi yang diberikan A diungkapkan dalam decibel (dB). Perhitungan
faktor K ini sedikit rumit seperti : K merupakan bilangan kenaikan 10 untuk nilai
daya attenuasi A dalam decibel (dB), dibagi dengan nilai konstanta 20.
( ) 20 / 10
" "A
K = ............................... (2. 29).
Seperti contoh praktis, dapat dilihat pada attenuasi 3 dB dan perhitungan faktor
K,
( ) ( )
4125 . 1 10 10
15 , 0 20 / 3
= = =
dB
K ................................ (2. 30).
Persamaan di atas merupakan bagian sangat penting pada perancangan
rangkaian attenuator pi.
Nilai-nilai resistor untuk rangkaian attenuator pi 50 persamaan sumber dan
beban. Pemakaian yang umum sebuah attenuator adalah rangkaian radio 50 di
bawah ini sebuah tabel kecil pada gambar menerangkan pengurangan nilai daya 3 dB,
6 dB, 10 dB, dan 20 dB.
Tabel 2. 4. Nilai resistor untuk sebuah rangkaian attenuator pi 50 .
Attenuasi R1 R2 Aktual R1 Aktual R2
3 dB 292 17.61 300 18
6 dB 150 37.28 150 39
10 dB 96 71.15 100 75
20 dB 61 247.5 62 240
Pada kolom tabel di atas merupakan nilai aktual nilai-nilai resistor. Gambaran
praktis yang umum pada nilai-nilai ini akan dapat memenuhi secara perhitungan.
Diasumsikan sebuah pemancar amatir 50 dengan sebuah daya keluaran 5 watt,
dengan pengurangan daya penurunan menjadi 250 mili watt. Pernyataan ini
mengartikan bahwa terjadi pengurangan daya sebesar 4.75 watt. Penurunan daya ini
terjadi disipasi pada rangkaian attenuator ini. Perhitungan sederhana yang dikenal
bahwa 4.75 watt/5.0 watt = 0.95 watt atau sebuah penurunan daya sebesar 95%. Cara
yang lain yaitu 50% daya awal atau
20
1
kali. Pada perhitungan 5% diungkapkan
sebagai 0.05 dan log 0.05 = 1.301, serta perlu diketahui perkalian dengan nilai 10
karena pada kesepakatan level daya. Artinya bahwa kita mencari nilai pengurangan
sebesar 13 dB dengan menggunakan persamaan (28) dan (29), akan dibentuk sebuah
rangkaian attenuator pi 13 dB dan dirancang untuk sumber dan beban dengan nilai
impedansi 50 .
2. 4. 2. Disipasi Daya Attenuator.
Perhitungan-perhitungan daya di dasarkan pada hukum ohm, jika dimulai
dengan daya 5 watt kedalam 50 berapakah nilai tegangan RMS awal pada
persamaan (28) gambar di atas.
9
Diketahui bahwa,
R / E P
2
= .................................. (2. 31).
Sehingga,
50 / E 5
2
= .................................. (2. 32).
BAB III
BLOK RANGKAIAN RADIO PENDETEKSI ARAH PEMANCAR
HANDY TRANSCEIVER ICOM IC2N
Pada rangkaian Radio Pendeteksi Arah Sinyal Pemancar Handy Transceiver
IC2N ini terdapat bagian-bagian yang penting yaitu :
1. Rangkaian Attenuator.
2. Tampilan Skala Meter.
3. AntenaYagi.
Bagian-bagian ini dibuat secara terpisah kecuali Handy Transceiver IC2N,
dan akan digabung sehingga menjadi alat yang dapat mendeteksi sinyal pemancar.
3. 1. Blok Rangkaian Attenuator.
Rangkaian attenuator untuk alat radio pendeteksi arah sinyal pemancar ini
berfungsi sebagai peredam kuat sinyal dari frekuensi radio (RF), jika tidak
menggunakan rangkaian attenuator sinyal pemancar yang akan dicari akan sulit
ditemukan karena sinyal yang diterima sangat besar ditunjukan oleh vu meter display.
Dibawah ini adalah rangkaian attenuator yang sederhana, attenuator ini di letakan
didalam pesawat pemancar dan penerima (Handy TransceiverIC2N).
Gambar 3. 1. Rangkaian attenuator.
3. 2. Blok Rangkaian Display Meter.
Rangkaian display meter yang ada pada rangkaian radio pendeteksi arah sinyal
pemancar terdapat dua display meter yaitu analog dan led meter. Rangkaian vu meter
adalah rangkaian display analog yang cara kerja dari alat ini jika menerima masukan
dari penerima sinyal frekuensi radio (RF) yang diterima dari rangkaian sehingga
jarum vu meter akan naik menunjuk berapa yang diterima. Untuk rangkaian display
meter led ini hanya menggunakan 1 buah IC dan beberapa buah komponen external.
Rangkaian ini menampilkan rangkaian level audio dengan membagi 10 buah LED
(light emmiting diode).
Tegangan masukan dapat divariasikan dari 12 volt sampai 20 volt, tetapi
tegangan yang disarankan pada rangkaian ini adalah 12 volt. IC LM 3915 merupakan
sebuah rangkaian terintegrasi jenis monolistik yang sensitif terhadap level tegangan
analog dan mengendalikan 10 buah led memberikan sebuah nilai logaritma 3 dB/step.
Tampilan analog pengendali arus led dapat diatur dan diprogram, penggantian
eliminasi dibutuhkan untuk resistor pembatas arus. Ic ini terdiri dari sebuah tegangan
acuan yang dapat diatur dan sebuah pembagi pembagi tegangan 10 langkah secara
akurat masukan penyangga. Impedansi tinggi menerima sinyal menuju ground dan
diatas 1/5 volt darisumber tegangan positif. Kemudian rangkaian ini tidak
membutuhkan proteksi tegangan masukan sebesar - + 3,5 volt. 10 buah pengendali
input penyangga komparator dihubungkan pada pembagian yang presisi. Tingkat
keakuratannya secara typical lebih besar dari 1 dB.
Gambar 3. 2. Display meter analog.
Gambar 3. 3. LED meter display
3. 3. Blok Rangkaian Antena Yagi.
Pada alat radio pendeteksi arah sinyal pemancar jenis antena yang digunakan
adalah antena yagi. Antena yagi merupakan salah satu kelompok antena dengan
berkas terarah yang banyak digunakan pada frekuensi HF (high frekuensi). Gambar 3.
4. menunjukan bentuk pola berkas antena diletakan pada titik P arah sinyal pancaran
ditunjukan oleh tanda panah. Lebar berkas antena (beamwidth) merupakan sudut
antara titik pada main lube (cuping utama) sebesar -3dB dari titik pusat C.
Gambar 3. 4. Bentuk pola berkas antena.
Berkas antena yang sempurna hanya akan mempunyai main lobe (cuping
utama), tetapi kejadian situasinya hanya dalam gambaran seluruh antena sebesarnya
mempunyai 2 buah side lobe (cuping samping) dan back lube (cuping belakang),
seperti ditunjukan pada gambar 3. 4, seluruh cuping ini melambangkan daya pancar
yang terbuang pada arah yang salah selama pemancaran dan kesempatan interferensi
pada saat penerimaan. Tujuan perancangan antena adalah untuk meningkatkan cuping
antena pada saat penurunan cuping samping dan cuping belakang. Gambar 3. 5
menunjukan skema dasar antena yagi uda (biasa disebut yagi antena dipole
pengumpan setengah lambda ( )
2
1
dari pusatnya. Bagian ini juga terdapat 2 elemen
tambahan yaitu reflector dan director, kedua elemen ini tidak dapat di bangkitkan
arahnya oleh radio frekuensi, tetapi dapat menerima radiasi energi dari elemen driven
dan di radiasikan kembali energi. Reflector diletakan disamping elemen driven dan
secara fisik ukurannya sebesar 4 % panjangnya dari elemen driven. Director
diletakan didepan elemen driven (relatif terhadap arah propagasi). Director secara
fisik berukuran 4 % lebih pendek dari pada elemen driven.
Walaupun begitu, kedua elemen tambahan tidak ada aturan yang tetap mengenai
jumlah reflector atau director, elemen tambahan ini umumnya secara praktis
menggunakan director tunggal dan sebuah elemen driven untuk berkas 2 elemen, dan
reflector tunggal serta director tunggal sebagai tabahan untuk elemen driven pada
berkas 3 elemen.
Reflector tambahan dapat digunakan untuk berkas elemen 4 atau lebih tetapi
standar praktis yang digunakan untuk arah tambahan tertentu. Panjang elemen
diberikan,
ft
F
K
L
min
=
Dimana : L = Panjang dalam satuan feet.
F = Frekuensi dalam MHz.
K = Konstanta.
Lebar antar elemen ukuran fisiknya sebesar 0.15 samapai 0.308 kali panjang
gelombangnya, walaupun begitu 0.2 dan 0.25 merupakan nilai yang umum dipakai
dalam perancangan antena yagi.
Gambar 3. 5. Bentuk dasar antena yagi.
Elemen-elemen berkas antena yang dapat diputar akan dirancang secara singkat
pada bagian ini dan akan diukur pada BAB IV.
Boom (dudukan) dapat dibuat dari metal atau kayu pada perancangan ini
digunakan bahan jenis metal, elemen driven harus di isolasi dari boom, walaupun
begitu elemen parasitik dapat digabungkan langsung pada boom ini. Secara umum
boom ini sebaiknya menggunakan bahan kayu sebagai dudukan, boom jenis kayu
sangat mudah dibuat dan perawatannya, walaupun umur pemakaiannya yang pendek
dari pada boom jenis metal.
Impedansi titik pengumpan sebuah dipole sebesar 72 pada ruang bebas,
impedansi aktual akan berubah lebih dari pada nilai tersebut dan kurang yang
digambarkan pada antena permukaan bumi tertutup
1
.
Driven elemen (K = 478)
2
ft
MHz
F
K
L =
cm 101.1
100 x 1.01174675
m 1.01174675
304794 . 0
144
478
=
=
=
=
. (3. 1).
Reflektor elemen (K = 492)
3
ft
MHz
F
K
L =
cm 104.1
100 x 1.0413795
m 1.0413795
304794 . 0
144
492
=
=
=
=
. (3. 2).
Director elemen (K = 461.5)
4
ft
MHz
F
K
L =
cm 97.6
100 x 75 0.97682243
75.m 0.97682243
304794 . 0
144
461.5
=
=
=
=
. (3. 3).
Spasi elemen (K = 142)
5
ft
MHz
F
K
L =
cm 30.0
100 x 0.30056075
m 0.30056075
304794 . 0
144
142
=
=
=
=
(3. 4).
Gambar 3. 6. Antena yagi 3 elemen.
Tabel 3.1. Keterangan Rangkaian Antena Yagi.
Elemen Panjang Spasi Diameter
Director 97.6 cm 30.0 cm 0.005 mm
Driven 101.1 cm 30.0 cm 0.005 mm
Reflector 104.1 cm 30.0 cm 0.005 mm
Untuk driven elemen, disamping menggunakan dipole seperti yang diuraikan di
atas, dapat pula menggunakan driven elemen dengan gamma match. Pada elemen
dengan gamma match ini elemen tidak dibagi dua akan tetapi utuh dan pada feed
point diberikan suatu matching device tersebut. Pada prinsipnya gamma match
merupakan LC circuit.
Matching dilakukan dengan mengatur gamma rod dan bracket sehingga
didapatkan SWR yang baik. Menggerakkan bracket berarti mengatur induktansi dan
menggerakkan rod berarti mengatur kapasitansi. Antara gamma rod dan inner coaxial
membentuk suatu kondensator, nilai kapasitansinya ditentukan oleh panjang coaxial
cable dalam gamma rod. Selain antena Yagi yang telah banyak dibahas disini,
beberapa jenis antena pengarah yang lain banyak juga digemari, misalnya antena
Quad Beam, Log Periodic dan sebagainya
6
.
Gambar 3. 7. Gamma match antena yagi 3 elemen.
Dari hasil masing-masing rangkaian diatas dibentuk rangkaian radio pendeteksi
arah sinyal pemancar seperti terlihat pada gambar 3. 8 dibawah ini.
1
LOW HIGH
2 3 4 5 10 6 7 8 9
Gambar 3. 8. Blok Rangkaian Radio Pendeteksi Arah Sinyal Pemancar Handy
Transceiver IC2N.
BAB IV
PENGAMBILAN DATA RADIO PENDETEKSI ARAH SINYAL
PEMANCAR HANDY TRANSCEIVER IC2N
Setelah perancangan radio pendeteksi arah sinyal pemancar dilakukan, pada bab
ini dibahas mengenai pengujian alat radio direction finding dengan menunjukan
apakah output bekerja sesuai dengan deskripsi yang di inginkan. Pengujian dilakukan
setelah perancangan prototipe selesai. Berdasarkan hasil pengambilan data yang
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Elektro Telekomunikasi Fakultas Teknik
Uhamka pada tanggal 1 juni sampai dengan 31 juli 2008, adapun pengujian yang
dilakukan yaitu :
1. Pengambilan data pola radiasi antena yagi.
2. Pengambilan data attenuasi pada alat Radio Pendeteksi Arah Sinyal
Pemancar Handy Transceiver IC2N.
3. Pengambilan data display meter analog.
4. pengambilan data kekuatan sinyal berdasarkan lokasi tempat pencarian.
Pada pegambilan data alat Radio Pendeteksi Arah Sinyal Pemancar Handy Transceiver IC2N menggunakan bantuan alat
yaitu :
1. AVO (Ampere Volt Ohm) meter.
2. Frekuensi counter.
3. Spektrum analyzer.
4. Penggaris busur 180
o
.
5. Kompas
4. 1. Pengambilan data pola radiasi antena yagi 144 MHz.
Pada pengujian pola radiasi antena yagi menggunakan alat ukur spektrum
analyzer data yang diukur adalah setiap sudut pancaran antena yagi dari 0
o
sampai
180
o
yang masing-masing sudut diambil datanya untuk mendapatkan pola radiasi
antena yagi dengan menggunakan frekuensi 141.127 MHz, dibawah ini bisa dilihat
tabel 4. 1. pengujian pola radiasi dan gambar 4. 1. hasil dari pengukuran pola radiasi.
Tabel 4. 1. Pengambilan data pola radiasi antena yagi.
sudut (derajat) dB (Decibel) Normalisasi
0 14 0
10 14 0
20 13.75 - 0.25
30 13.75 - 0.25
40 13.25 - 0.75
50 13.125 - 0.75
60 13 - 1
70 12.5 - 1.5
80 12.5 - 1.5
90 12.5 - 1.5
100 12.25 - 1.75
110 12 - 2
120 11.75 - 2.25
130 11.5 - 2.5
140 11.25 - 2.75
150 11 - 3
160 11 - 3
170 10.75 - 3.25
180 0 - 14
Dibawah ini bisa dilihat gambar 4. 1 pengambilan data pola radiasi antena yagi,
pengujian dilakukan dengan cara menggunakan 2 buah antena yagi. Antena yang
diukur memancarkan daya dari pemancar, Pengambilan data dilakukan dengan cara
memutar antena pemancar sebanyak 180
0
dengan setiap perputaran derajat 10
0
.
(a) (b)
Gambar 4. 1. Antena yagi dan pemancar serta penerima. (a). Pengambilan data pola
radiasi dilihat dari sisi pemancar, (b). Proses pengambilan data pola radiasi
menggunakan spektrum analyzer.
Pemancar kemudian diterima oleh antena penerima yang telah dipasang
perangkat spektrum analyzer akan membentuk pola radiasi sesuai pada gambar 4. 3.
Bentuk spektrum yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4. 2. dibawah ini.
Gambar 4. 2. Spektrum analyzer pengambilan data pola radiasi antena yagi.
Pola radiasi pada gambar 4. 3. dibawah ini membentuk main lobe yang melebihi
90
0
. Pola radiasi side lobe seharusnya dibentuk renggang 90
0
sampai dengan 180
0
begitu sebaliknya untuk 180
0
sampai dengan 270
0 (1)
. Hal ini terbentuk karena
pengujian pola radiasi dengan cara pemutaran sudut hanya dari sisi pemancar.
Pengukuran yang dilakukan sesuai dengan kondisi tempat yang ada, dengan cara
pemutaran sudut dari sisi penerima tidak dapat dilakukan.
Gambar 4. 3. Bentuk pola radiasi antena yagi hasil pengambilan data.
Dibawah ini adalah bentuk simulasi pola radiasi dengan program antena yagi
MATLAB untuk membandingkan pola radiasi pengujian dan pola radiasi yang
sebenarnya.
Gambar 4. 4. Bentuk polarisasi secara simulasi MATLAB
(2)
.
4. 2. Pengambilan data daya pemancar.
Pada pengambilan data daya pemancar yang diambil adalah output atau
keluaran daya dari power frekuensi radio (RF) pengujian dilakukan dengan bantuan
alat yang digunakan adalah :
1. Frekuensi Counter.
2. Spektrum Analizer.
Dibawah ini bisa dilihat frekuensi counter pada gambar 4. 4. dan spektrum
analyzer pada gambar 4. 5. data dari hasil pengujian daya pemancar frekuensi yang
digunakan adalah 146.000 MHz.
Gambar 4. 5. Frekuensi counter pada pengambilan data pemancar.
Dibawah ini bisa dilihat hasil dari data pengujian daya keluaran dari pemancar
dengan menggunakan alat spektrum analyzer.
Gambar 4. 6. Spektrum analyzer pada data pengambilan data pemancar.
4. 3. Pengambilan data display meter analog.
Pengambilan data display meter analog pada alat radio pendeteksi arah sinyal
pemancar data yang diambil dengan cara merubah jarak terhadap pemancar.
Pengambilan data dilakukan pada nilai display meter yang telah ditentukan sebesar 4
dengan jarak 18 meter dari pemancar. Posisi pengambilan data nilai dari display
meter adalah tegak lurus atau horizontal terhadap pemancar. Berdasarkan hasil dari
pengambilan data terlihat pada Tabel 4. 2. dibawah ini.
Tabel 4. 2. Pengambilan data display meter analog.
Jarak (Meter) Display Meter Analog (Point)
18 4.1
17 4.9
16 4.9
15 5
14 5
13 6
12 6.1
11 6.5
10 7.1
9 7.2
8 7.5
7 7.8
6 7.8
5 7.8
4 7.8
3 7.8
2 7.8
1 7.8
Tabel diatas tidak memiliki nilai satuan pada tampilan display meter analog,
skala yang ditunjukan hanya skala tampilan tertulis. Data yang ditunjukan dari
pengambilan data display meter analog ini adalah data kuat dan lemahnya sinyal
secara absolut. Dapat dilihat pada gambar 4. 7 dibawah ini.
Gambar 4. 7. Display meter analog.
Pengambilan data display meter analog yaitu dilakukan dengan cara merubah
jarak terhadap pemancar. Sinyal terbesar akan terlihat di display meter analog ketika
tegak lurus terhadap pemancar, semakin dekat dengan pemancar maka semakin besar
sinyal yang didapat, cara pengambilan data dapat dilihat pada gambar 4. 8. dibawah
ini.
ELT
Emergency Locator
Transmitter
JARAK = 18 meter
RDF
Radio Direction
Finding
Sinyal RF (Radio Frekuensi)
Gambar 4. 8. Pengambilan data display meter analog.
Dari hasil pengambilan data display meter analog didapatkan hasil grafik jarak
terhadap point display meter analog seperti terlihat pada gambar 4. 9 dibawah ini.
Gambar 4. 9. Grafik hasil pengambilan data display meter analog.
Pada gambar 4. 9 diatas terdapat dua garis yaitu garis linieritas dan hasil
percobaan. Pada garis hasil pengambilan data yang dihasilkan tidak konsisten karena
posisi yang tidak sejajar dengan pemancar. Sensitifitas pengambilan data sebesar
0.1943 atau disebut juga rata-rata faktor perubahan jarak terhadap nilai display meter
analog. Tanda (-) menunjukan penurunan nilai point alat ukur akibat dari
penambahan jarak lokasi pemancar.
Ketidak konsistenan nilai point alat ukur diakibatkan pengambilan data
dilakukan di dalam ruangan sehingga sinyal yang dideteksi hanya sinyal pantulan,
apabila sinyal pantulan sejajar terhadap penerima maka terjadi penguatan begitu
pula sebaliknya.
4. 3. Pengambilan data kekuatan sinyal berdasarkan lokasi dan tempat
pencarian sinyal.
Data yang diambil adalah jarak maksimum penerimaan sinyal frekuensi radio
(RF) yang di pancarkan oleh pemancar dengan cara mencari sinyal pemancar dengan
jarak yang telah ditentukan, kemudian pencarian sinyal pemancar yang tersembunyi
dan tidak diketahui. Dapat dilihat dibawah ini tabel hasil pengambilan data.
Tabel 4. 3. Pengambilan data kekuatan sinyal berdasarkan lokasi dan tempat
pencarian sinyal.
Hari dan
Tanggal
Pengujian
Waktu
Pengujian
Tempat
Sumber
ELT
Jarak
Sumber
ELT dan
RDF
Lokasi RDF
Sinyal RDF
dan
Keterangan
Sudut
Acuan
Rabu
09-07-2008
14.00
Kampus A
UHAMKA
10 Kilo
Kampus UIN
Ciputat
0.2 point
Sinyal kecil
90
o
(terhadap
utara)
Rabu
09-07-2008
15.05
Kampus A
UHAMKA
7 Kilo
Kampus UMJ
Cireunde
0.4 point
Sinyal kecil
130
o
(terhadap
utara)
Rabu
09-07-2008
15.30
Kampus A
UHAMKA
5 Kilo
Perempatan
Lebak Bulus
1.2 point
Sinyal naik
sedikit
110
o
(terhadap
utara)
Rabu
09-07-2008
16.00
Kampus A
UHAMKA
2 Kilo
Pondok Indah
Mall
6.2 point
Sinyal besar
160
o
(terhadap
utara)
Tabel diatas terjadi kenaikan, pada jarak 5 kilometer dan 2 kilometer, kondisi
ini terjadi ketika Radio Pendeteksi Arah Pemancar menerima sinyal dari pemancar
pada kondisi attenuator sama dengan nol. Pengurangan attenuasi dilakukan pada saat
terjadi sinyal puncak sebesar 10 point, pelemahan sinyal terjadi karena banyak
gedung yang ada di sekitar lokasi pengukuran. Sinyal yang diterima berupa sinyal
pantulan dengan sudut acuan yang besar.
270 derajat
310 derajat
90 derajat
310 derajat
180 derajat
Lokasi pemancar ELT
yang akan ditemukan
Lokasi pointing 2 arah
310 derajat
Lokasi pointing 1 arah
180 derajat
U
Gambar 4. 10. Cara pengambilan data dengan sudut acuan terhadap arah utara
Pada gambar 4. 10 diatas adalah cara pencarian sinyal pemancar. Lokasi
pencarian (pointing) 1 merupakan sinyal pemancar dengan arah 0
0
sebagai referensi
arah utara dan pencarian (pointing) 2 arah 310
0
dengan sudut acuan timur. Setelah
melakukan pointing maka hasil dari pointing 1 dan pointing 2 adalah lokasi pemancar
yang akan ditemukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan.
Dari pembahasan bab-bab dan hasil pengambilan data yang diperoleh serta
experiment dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari hasil pengambilan data antena yagi, pola radiasi yang dihasilkan ini
membentuk main lobe yang melebihi 90
0
. Pola radiasi side lobe seharusnya
dibentuk renggang 90
0
sampai dengan 180
0
begitu sebaliknya untuk 180
0
sampai dengan 270
0 (1)
. Hal ini terbentuk karena pengujian pola radiasi
dengan cara pemutaran sudut hanya dari sisi pemancar. Pengujian dilakukan
diruang terbuka untuk mennghasilkan pola radiasi yang stabil.
2. Bentuk simulasi software MATLAB antena yagi sangat diperlukan karena
untuk membandingkan bentuk pola radiasi yang sebenarnya dengan bentuk
pola radiasi hasil data pengujian dan pengukuran.
3. Hasil yang didapatkan dari keluaran spektrum analyzer pada frekuensi
141.127 MHz dan 144.600 MHz stabil dan tidak cacat, diperoleh data yang
sudah dinormalisasi sebesar 14 dB.
4. Hasil yang didapatkan dari keluaran frekuensi counter pada frekuensi
141.127 MHz dan 144.600 MHz data yang dihasilkan sangat stabil, karena
radio pemancar dan penerima handy transceiver IC2N sudah diseting stabil
dari pabriknya.
5. Hasil yang didapatkan pada pengambilan data antena dengan menggunakan
SWR (Standing Wave Ratio) dihasilkan nilai 1: 1/5 sehingga antena yagi
yang dibuat hasilnya baik.
6. Pada alat display meter analog dan LED (Light Emmiting Diode) display
meter digunakan sumber tegangan external secara terpisah.
7. Pada pengambilan data jarak maksimal untuk mendapatkan sinyal dari
pemancar sebesar 10 kilometer, dan jarak penerimaan sinyal yang baik pada
5 kilometer.
9. Radio pemancar dan penerima (Handy Transceiver IC2N) pada alat Radio
Pendeteksi Arah Pemancar hanya berfungsi sebagai penerima saja. Dari segi
penerimaan sinyal radio Handy Transceiver IC2N ini terbilang baik
sensitifitasnya.
5. 2. Saran.
1. Penggunaan elemen antena yagi diharapkan lebih banyak dan ringan,
sehingga dapat menghasilkan pola radiasi yang lebih baik.
2. Kondisi pengambilan data yang maksimal dilakukan dengan cara menambah
ketinggian antena.
LAMPIRAN I
PROSEDUR PENGERJAAN ALAT
Adapun langkah-langkah yang dikerjakan dalam pembuatan alat:
1. Mencari dan menggumpulkan data-data, baik dari teori maupun pembuatan
skematik rangkaian.
2. Membuat skematik Attenuator dengan menggunakan Visio.
3. Membuat skematik Timer dengan menggunakan Visio.
4. Membuat skematik Antena Yagi dengan menggunakan Visio.
5. Untuk pembuatan jalur Attenuator, komponen tidak meggunakan PCB tetapi
langsung dirangkai di dalam handy transceiver.
6. Untuk pembuatan jalur Timer ELT menggunakan PCB yang sudah berlubang.
Untuk lebih jelasnya lihat keterangan dibawah ini :
FOTO-FOTO PEMBUATAN RANGKAIAN
RADIO PENDETEKSI ARAH SINYALPEMANCAR
HANDY TRANSCEIVER IC 2 N
Pembuatan Rangkaian Attenuator.
Pembuatan Rangkaian Display Meter dan Attenuator.
Pembuatan Rangkaian Timer ELT.
Pembuatan Rangkaian ELT.
Pembuatan Antena Yagi.
Alat-alat yang dipakai untuk membuat rangkaian Radio Pendeteksi Arah Pemancar
Handy Transceiver IC2N adalah :
1. AVO meter.
2. Solder.
3. Timah.
4. Cutter.
5. Lotfet.
6. PCB berlubang.
7. Gergaji.
8. Pengupas kabel.
9. Sedotan timah.
10. Tang potong.
11. Bor besar.
12. Obeng kembang.
Daftar Komponen yang digunakan :
Komponen Satuan
Transistor A1015, C1815, C2458
IC MC3357, LM555
Capasitor 10 nf, 100nf, 47f/50v,
Resistor Pot 100K, 47 K, 100,
Vu Meter 1 Buah
Relay DC 9 volt
Saklar Toggle 4 Buah
Jack Mono 2 Buah
Jack DC 1 Buah
Kabel Head 1 Meter
Kabel Coaxial 1 Meter
Konektor BNC, RG 58
Kabel Rakit 2 Meter
LED 10 Buah
Baterai 9 volt, Ni cd 1.2 volt
Box Plastik 1 Buah
Alluminium Antena Yagi Boom 1 Meter, Driven,
Direktor, Reflektor 3 Meter
LAMPIRAN II
FOTO FOTO PENGAMBILAN DATA
RADIO PENDETEKSI ARAH SINYAL PEMANCAR
HANDY TRANSCEIVER IC2N
Gambar 1. Pengambilan data pola radiasi antenna yagi di atas gedung UHAMKA 15-
07-08.
Gambar 2. Pengambilan data pola radisi antena yagi di atas gedung UHAMKA 15-
07-08.
Gambar 3. Pengambilan data pola radisi antena yagi menggunakan
spectrum analyzer di atas gedung UHAMKA 15-07-08.
Gambar 4. Pengambilan data pola radisi antena yagi menggunakan
busur derajat di atas gedung UHAMKA 15-07-08.
Gambar 5. Pengambilan data keluaran daya keluaran pemancar menggunakan
Frekuensi counter dan spectrum analyzer dengan menggunakan frekuensi 144.600
MHz.
Gambar 6. Pengambilan data display meter analog, dengan jarak terhadap pemancar
18 meter.
Gambar 7. Pengambilan data kekuatan sinyal berdasarkan tempat dan lokasi
pengambilan data.