Vous êtes sur la page 1sur 4

-------------------------------------------------------------------------------Kisah Pemuda zuhud Abdullah bin Al-Faraj adalah seorang yang tekun beribadah dan dikenal sebagai or ang

yang shalih. Dia hidup pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Suatu ketika Abdullah bin Al-Faraj mempunyai barang-barang yang harus dipindahka n dari satu tempat ke tempat yang lain di dalam rumahnya. Untuk mengerjakan hal tersebut, ia memerlukan seorang pekerja serabutan. Maka ia pun segera pergi ke p asar untuk mencarinya. Setelah mencari ke sana ke mari di dalam pasar, akhirnya ia menemukan seorang pemuda berwajah pucat pasi sedang membawa keranjang besar d an sekop. Pemuda itu mengenakan jubah dan selembar kain sarung yang keduanya ter buat dari bulu domba. Maka Abdullah menghampiri pemuda tersebut dan bertanya kep adanya, Maukah engkau bekerja untukku? ya, jawab pemuda itu singkat. Berapa imbalannya yang kau minta? tanya Abdullah kepadanya. Satu seperenam dirham, jawab pemuda itu singkat. Baiklah kau dapat bekerja untukku kata Abdullah. Tiba-tiba pemuda itu berkata, Ada satu syarat! Apa syarat yang engkau minta? jawab Abdullah. Bila waktu shalat dzuhur telah tiba dan mu adzin telah pula mengumandangka adzan, a ku akan keluar untuk mengambil air wudlu dan kemudian menunaikan shalat berjama ah di masjid, setelah itu aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Demikian juga bila telah tiba waktu shalat ashar, jawab pemuda itu tersebut. Ya boleh, Jawab Abdullah singkat. Setelah berkata demikian, Abdullah bin Al-Faraj pun mengajaknya pulang ke rumah untuk memulai pekerjaannya. Sesampainya di rumah, pemuda itu pun segera bekerja memindahkan barang-barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dia bekerja deng an rajin dan tidak pernah sedikitpun mengajak Abdullah berbicara. Ketika adzan d zuhur telah dikumandangkan, pemuda tadi lalu berkata kepada Abdullah, Wahai Abdul lah Mu adzin telah mengumandangkan adzan! Silahkan kata Abdullah kepadanya. Pemuda itu pun segera keluar menuju ke masjid untuk segera menunaikan shalat dzu hur berjama ah bersama kaum muslimin termasuk Abdullah. Ketika keperluannya di mas jid sudah selesai, pemuda itu segera kembali pergi kerumah Abdullah bin Al-Faraj . Di sanapun ia bekerja kembali dengan rajin sepanjang siang. Waktu ashar pun tiba, dan adzan untuk mengajak kaum muslimin shalat berjama ah di masjid pun berkumandang. Maka pemuda itu pun menghentikan pekerjaannya, dan berk ata kepada Abdullah, sang Mu dzin telah mengumandangkan adzan! Silahkan kata Abdullah. Pemuda itupun keluar menuju masjid untuk menunaikan shalat Ashar bersama kaum mu slim lainnya.. usai menunaikan shalat ia pun kembali meneruskan pekerjaannya hin gga hari menjelang sore. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Abdullah pun menyer ahkan upahnya dan menyuruhnya pulang. Selang beberapa hari kemudian, Abdullah bin Al-Faraj membutuhkan lagi seorang pe kerja serabutan. Istrinya pun berkata kepadanya, Carilah kembali pemuda yang pern ah bekerja kepada kita, karena lewat pekerjaannya itu dia telah banyak memberika n nasihat kepada kita ! Mendengar saran istrinya tersebut, Abdullah segera pergi kepasar. Sesampainya di pasar, dicarinya pemuda berwajah pucat pasi yang beberapa hari yang lalu pernah bekerja di rumahnya. Namun setelah ia mencarinya kesana kemari, tak ditemukanny a pemuda itu. Maka bertanyalah Abdullah kepada orang-orang dipasar perihal pemud a tersebut. Mereka yang ditanyai oleh abdullah menjawab, Mengapa Anda menanyakan si pemuda pucat yang celaka itu? Dia datang kesini hanya setiap hari sabtu dan k

edatangannya itu pun hanya sekedar untuk duduk saja hingga semua orang kembali k e rumah masing-masing . Mendengar jawaban mereka, Abdullah memutuskan untuk kembal i ke rumahnya dan memutuskan akan mencarinya lagi pada hari sabtu. Pada hari sabtu, Abdullah bin Al-Faraj pergi ke pasar untuk mencari pemuda terse but. Ternyata memang benar kata orang-orang, pemuda itu memang berada di sana. S egeralah Abdullah bin Al-Faraj menghampirinya dan menanyainya, Maukah engkau beke rja lagi untukku? Aku yakin Anda telah mengetahui berapa upah dan syarat-syarat yang kuajukan kepad a Anda, jawab pemuda itu. Mengenai hal tersebut, aku telah memohon petunjuk kepada Allah, kata Abdullah. Pemuda itu pun berdiri dan mengikuti Abdullah bin Al-Faraj ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, pemuda itupun segera bekerja dengan rajin sebagaimana dulu pern ah dipekerjakan untuk Abdullah bin Al-Faraj. Sama seperti dulu pula, ketika adza n dzuhur dan ashar berkumandang, pemuda itupun minta izin kepada Abdullah untuk menunaikan shalat berjama ah di mesjid. Setelah sore, maka Abdullah pun memberikannya upah sebesar yang telah disepakati . Ternyata Abdullah puas terhadap pekerjaan pemuda tersebut akan diberi upah sek aligus tipsnya, pemuda itu mengambil upahnya dan menolak tips yang diberikan ole h Abdullah bin AL-Faraj. Beberapa waktu kemudian, Abdullah membutuhkan tenaganya kembali. Dan sesuai deng an pengetahuan yang ia ketahui, maka Abdullah pun mencarinya di pasar pada hari sabtu. Tetapi setelah dicarinya ke sana ke mari di sekitar pasar, pemuda sederha na itu tidak ditemukannya. Lalu, ia pun bertanya kepada orang-orang yang berada di pasar tentang pemuda itu, dan salah seprang menjawab, Dia sedang sakit. Orang itupun menambahkan, Pemuda itu tiap sabtu selalu datang ke pasar ini dan di a selalu berkerja dengan imbalan satu seperenam dirham. Dengan uang satu seperen am dirham itulah dia dapat makan setiap hari. Dan kini dia sedang menderita saki t. Maka Abdullah pun menanyakan alamat rumah tersebut kepada orang itu. Setelah ora ng itu memberikan alamatnya, Abdullah segera menuju ke kediaman pemuda yang seda ng ia cari tersebut. Ternyata pemuda itu tinggal si sebuah rumah milik seorang w anita yang telah lanjut usia. Ketika wanita lanjut usia itulah yang ditemui oleh Abdullah pertama kali, maka Abdullah pun bertanya kepadanya, Benarkah di sini ke diaman seoran pemuda yang suka melakukan perkejaan serabutan ? Sejak beberapa hari ini dia menderita sakit, uanya. jawab wanita renta itu dengan suara t

Abdullah pun meminta izin kepada wanita tua itu untuk menemuinya. Wanita renta i tu segera mempersilahkan Abdullah masuk dan menunjukkan tempat pemuda tersebut b erada. Ternyata benar, pemuda berwajah pucat pasi itu sedang berbaring sakit ker as dengan berbantal sebuah batu bata. Assalamu alaikum, sapa Abdullah kepadanya. Wa alaikumus salam wa rahmatullah wa barakatuh, jawab pemuda tersebut. Abdullah segera bertanya kepadanya, Adakah yang bisa kubantu untukmu? Ya, jika Anda bersedia, kata Abdullah. Jika aku telah meninggal dunia nanti, tolong jualkan sekop ini. Tolong cucikan ju bah bulu dan kain sarung ini. Lalu gunakan kedua akinku ini untuk mengafaniku. S obeklah saku jubah ini kerena didalamnya ada sebuah cincin. Tanyakan kapan Khali fah Harun Ar-Rasid keluar dari istananya. Bila Anda sudah mengetahuinya, hadangl ah dia dan ajaklah dia berbicara serta tunjukanlah cincin itu kepadanya, niscaya dia akan memanggil Anda. Jika Anda sudah menghadapnya, serahkanlah cincin itu k epadanya. Ingat ! Ini harus dilakukan setelah aku dimakamkan nanti! kata pemuda i tu.

Ya,

jawab Abdullah menyanggupinya.

Kemudian pemuda itu sakit keras selama beberapa waktu dan akhirnya meninggal dun ia. Abdullah bin Al-Faraj pun segera menunaikan apa yang diwasiatkan olehnya; me njual sekopnya kemudian mencuci jubah dan sarungnya serta menggunakan kedua kain itu sebagai kain kafan jenazahnya. Setelah jenazah pemuda itu dimakamkan, maka Abdullah pun aktif mencari informasi kapan Khalifah Harum Ar-Rasyid keluar dari istananya. Setelah mencari-cari tentang hal tersebut, akhirnya tahulah Abdullah kapan Khali fah akan keluar dari istananya. Maka pada hari yang telah dinanti-nantikannya it u, Abdullah segera mencari jalan yang akan dilalui oleh sang Khalifah dan duduk di tepi jalan tersebut. Akhirnya terlihatlah rombongan Khalifah Harun Ar-Rasid s emakin dekat dengan tempat ia duduk. Ketika sang Khalifah melintas di depannya, Abdullah segera berteriak, Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai sebuah titipan unt uk tuan ! seraya dia tunjukkan cincin milik pemuda itu. Ketika Khalifah mendengar seruan tersebut dan melihat cincin yang dipegang Abdul lah, segera saja Khalifah dan mengajaknya naik ke atas kendaraannya. Rombongan K halifah segera pulang menuju istana sedangkan Abdullah belum juga diajak bicara oleh Khalifah sehubungan dengan tindakannya tadi. Sesampainya di istana, Khalifah Harun Ar-Rasyid memanggil Abdullah bin Al-Faraj untuk menghadapnya. Abdullah pun segera masuk ke ruangan di mana Khalifah berada . Ketika dia sudah masuk, Khalifah lalu memerintahkan semua orang yang ada agar meninggalkan ruangan. Semua yang ada di situ pun bergegas keluar meninggalkan Abdullah seorang diri di hadapan Khalifah. Ruangan menjadi sunyi senyap. Pertanyaan Khalifah Harun Ar-Ra syid memecah suasana tersebut, Siapakah Anda ? Abdullah bin Al-Faraj. Dari mana Anda mendapatkan cincin ini ? tanya Khalifah kepada Abdullah. Mendengar pertanyaan tersebut, Abdullah menjawabnya dengan bercerita tentang per temuannya dengan seorang pemuda berwajah pucat pasi hingga kematian pemuda itu. Mendengar cerita yang dituturkan oleh Abdullah, seketika itu pula Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis. Tangisan beliu membuat Abdullah merasa iba kepadanya. Setel ah tangis Khalifah agak reda, Abdullah merasa yang tidak tahu mengapa Khalifah m enangis ketika mendengar ceritnya, akhirnya bertanya kepada sang Khalifah, Wahai Amirul-Mukminin, adakah hubungan Anda dengannya ? Dia adalah putraku, jawab sang Khalifah. Bagaimana mungkin itu terjadi ? tanya Abdullah hreran memohon penjelasan. Dia lahir sebelum aku mendapatkan ujian menjadi Khalifah. Saat itu dia tumbuh den gan baik, rajin mempelajari Al-Qur an, dan menuntut ilmu. Ketika aku telah diangka t menjadi Khalifah, dia pun pergi meninggalkanku dan tidak membawa sedikit pun b ekal harta yang kumiliki. Kepada ibunya, aku lalu menyerahkan cincin ini. Ini ad alah yaqut yang nilainya sangat mahal. Oleh ibunya, cincin ini lalu diberikan ke padanya, dengan tujuan agar suatu saat kelak cincin ini membawa manfaat baginya. Ibunya telah meninggal dunia, dan sejak itu aku tidak pernah mendengar berita t entang anakku dan baru sekarang ini engkau membawa berita perihal putraku itu, ka ta Khalifah Harun Ar-Rasyid menjelaskan. Nanti malam, tolong antarkan aku ke makamnya ! kata Khalifah lagi. Menjelang malam, Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abdullah bin Al-Faraj berdua kelua r dari istana berjalan kaku ke makam pemuda sederhana yang ternyata putra seoran g Khalifah. Akhirnya, sampailah mereka di makan putra sang Khalifah, lalu Khalif ah Harun Ar-Rasyid pun duduk bersimpuh di depan makam putranya sambil menangis p ilu.

Mereka berdua terus berada di makam itu sepanjang malam. Hingga saat fajar mulai menyingsing, Khalifah pun mengajak Abdullah pulang seraya berkata, Engkau harus berjanji kepadaku untuk bersedia datang setiap hari menemaniku ke makam putraku ! Maka Abdullah pun berjanji kepada sang Khalifah. Sejak saat itu mereka selalu be rangkat dan pulang bersama dari berziarah ke makam putra Khalifah Harun Ar-Rasyi d. (assyd) ( Sumber : El Fata Edisi IV/ Tahun I, hal. 30 ) --------------------------------------------------------------------------------

Vous aimerez peut-être aussi