Vous êtes sur la page 1sur 8

AKUNTANSI SOSIAL

Akuntansi sosial didenifikasikan sebagai penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan.walaupun akuntansi sosial berfokus baik pada akuntansi sosial sebagai mana diterapkan pada kegiatan bisnis. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur, dan melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas di mana bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan, pelanggan, pesaing,dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Proses pelaporan dapat bersifat baik internal maupun eksternal. Model-model akuntansi dan ekonomi ttadisional berfokus pada produksi dan distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntasni sosial memperluas model ini dengan memasukkan dampak-dampak dari aktivitas dari perusahaan terhadap masyarakat. Suatu pabrik kertas, misalnya, tidak hanya menghasilkan bubur kayu dan produk kertas melainkan juga limbah padat dan pencemaran udara serta air. Di lain pihak, pabrik tersebut mungkin memberikan kontribusi kepada komunitas dengan memprbolehkan karyawannya mengambil waktu luanguntuk pekerjaan sosial atau dengan mendanai beasiswa universitas untuk siswasiswa yang berprestasi. Ditinjau dari prspektif ini, akuntasni sosial dapat sebagai pendekatan yang berguna untuk mengukur dan melaporkan kontribusi suatu perusahaan kepada komunitas.

LATAR BELAKANG SEJARAH Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan di masa lalu. Manfaat dan biaya sosial akan didefinisikan sebagai dampak negatif dan positif dari perkembangan ekonomi, industrialisasi, dan perubahan tekonologi. Pada awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat dan biaya sosial dalam model-model teori ekonomi mikro neo-klasik. Meskipun mereka berusaha,

manfaat dan biaya sosial dianggap sebagai anomali, dan sebagian besar, diabaikan oleh mayoritas ekonom. Model akuntansi dasar menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau dikeluarkan dari perhitungan akuntansi. Manfaat dan biaya sosial, oleh karena itu, telah diabaikan secara tradisional oleh teoritikus dan praktisi akuntansi. Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebih banyak orang menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas dari udara, air, dan tanah. Undang-undang disahkan untuk melindungi sumber daya alam ini dan mengendalikan pembuangan limbah beracun. Konsumen menjadi lebih tegas pada tahun 1960-an, sehingga menimbulkan hak-hak konsumen. Dengan menetapkan undang-undang di bidang-bidang ini, pemerintah memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi responsif terhadap kebutuhan sosial.

Tanggapan Perusahaan
Manajemen mungkin telah menyadari bahwa perusahaan mereka adalah bagian dari komunitas; bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas harus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja; serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian pula, dengan menjadi responsif terhadap kebutuhan sosial adalah hubungan masyarakat yang baik dan kemungkinan besar akan menguntungkan dalam jangka panjang. Di pihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk mengikisnya melalui ketidakpatuhan. Dalam kasusu ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negatif terhadap perusahaan mereka biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.

Tanggapan Profesi Akuntan


Pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an banyak yang memerhatikan kebutuhan akan akuntansi sosial perusahaan. Robert Beyer, yang menjadi partner pengelola dari Touche Ross di New York, menulis:

pembatasan pada penggunaan udara dan air yang bebas juga merupakan masalah akuntansi sosial. Masyarakat kini menguji biaya-biaya yang selalu ada. Biaya dalam hal kehidupan dan kematian, bangunan dan benda seni yang hancur, pantai yang tercemar, daun-daun yang rusak, dan berbagai damapak yang berbahaya lainnya dari polusi. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa biaya-biaya ini ditransfer sejauh mungkin dari komunitas secara luas kepada pihak-pihak yang menimbulkannya dan memperoleh keuntungan darinya. (Beyer, 1972) Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggungjawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perusahaan) yang akan tertarik dengan katakata ini. Literatur awal ini bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran, dan pelaporan data-data sosial. Selanjutnya, literatur tersebut mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi sosial, termasuk skema pelaporan dan audit sosial aktual. Akuntansi sosial tidak diterima secara unversal sebagai suatu bidang oleh para akademis atau praktisi, dan tidak semuaorang percaya bahwa perusahaan harus menghasilkan data akuntansi sosial.

AKUNTANSI UNTUK BIAYA SOSIAL DAN MANFAAT Dasar bagi bebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan ole A.C Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. Titk pentingnya adalah bahwa optimalitasPareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk pribadi neto tidak setara. Pada dasarnya, argumen Pigou adalah sebagai berikut: seorang produsen menciptakan suatu produk dari mana ia memperoleh manfaat pribadi tertentu (yang oleh akuntan disebut sebagai pendapatan). Tetapi, mungkin bahwa masyarakat sbagai satu kesatuan menerima manfaat dari produk tersebut yang bahkan lebih besar lagi. Bagi Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa memedulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang dibayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai biaya sosial yang tidak dikompensasikan) dapat disebabkan oleh banyak faktor. Suatu perusahaan yang menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut

tidak membayar biaya tersebut kepada masyarakat. Hal ini disebut dengan non-ekonomi eksternal. Suatu situasi di mana seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaannya dan tidak memperoleh kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap faktor produksi.

Teori Akuntansi Sosial


Bedasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu kontrak sosial, K.V. Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya dan manfaat sosial. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat. Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh perusahann tersebut terhadap masyarakat. Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk menetukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai harus ditentukan. Kedua, berkatan dengan pengukuran, teramat sulit unruk menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto kepada masyarakat.

Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas itga langlah, yaitu: 1. Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial 2. Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan 3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

Menentukan Manfaat dan Biaya Sosial


Para penganut paham pigou akan mendefinisikan biaya sosial yang tidak dikompensasi sebagai non-ekonomi eksternal dan eksploitasi terhadap faktor-faktor produksi. Untuk menerjemahkan definisi ini ke dalam terminologi operasional, mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan biaya sosial yang tidak dikompensasikan sebagai seluruh kerugian

yang diderita oleh manusia sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi uuntuk mana mereka tidak diberikan kompensasi secara penuh. Dalam suatu studi yang atas pengungkapan sosial telah dilakukan oleh perusahaanperusahaan publik besar seperti Ernst dan Ernst (1978)nditemukan bahwa pengungkapan tersebut terkait dengan enam pokok bahasan, yaitu: 1) lingkungan, 2) energi, 3) praktik bisnis, 4) sumber daya manusia, 5) keterlibatan komunitas, 6) produk. Cara lain untuk mengindentifikasikan asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna mengindentifikasikan bagaimana kerugian dan kontribusi serta menetukan bagaimana hal itu terjadi.

Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat


Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung. Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung atau tidak langsung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak. Waktu. Beberapa peristiwa yang menghasilkan niaya sosial membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dampak. Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial pleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu untuk mengindentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan perlu menguantifikasinya. Oleh karena itu kerugiannya adalah dampak dari biaya terkena penyakit yang terkait dengan asbes dikurangi dengan kompensasi apa pun yang diperoleh pekerja dari perusahaan. Biaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis, atau sosial. Biaya ekonomi. Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilanngnya pendapatan yang diderita oleh pekerja. Kerugian fisik. Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita napas yang pendek dan kemungkinan kematian prematur.

Kerugian psikologis. Pekerja dapat merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitasaktivitas fisik, dan mengetahui bahwa kematian dapat terjadi segera. Kerugian sosial. Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut. Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi perpecahan. Berbagai konsekuensi sosial negatif lainnya juga mungkin. Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimana pun juga harus dihitung.

PELAPORAN KINERJA SOSIAL

Audit Sosial
Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler. Ada beberapa cara untuk melakukan hal tersebut. Salah satu strategi yang berhasil dimulai dengan mengembangkan inventaris dari aktivitas yang memiliki dampak sosial. Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka. Selain itu, audit semacam itu dapat menyebabkan manajer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam bidang-bidang sosial dan ukuran kinerja yang didasarkan pada rencana itu. Dalam audit sosial, auditor memeriksa operasi untuk menilai kinerja sosial dari suatu perusahaan dan bukannya kinerja keuangannya. Oleh karena itu, telah disarankan bahwa akuntan tidak memiliki kualifikasi untuk melakukan audit semacam itu sendiri, tetapi bahwa suatu tim dari para ilmuan sosial (termasuk akuntan) sebaiknya digunakan untuk mengukur dan menilai kinerja sosial dari prusahaan tersebut.

Laporan-laporan sosial
David linowes telah mengembangkan Laporan Operasi Sosio-Ekonomi untuk digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntnasi sosial. Linowes membagi laporannya ke dalam tiga kategori: 1) hubungan dengan manusia, 2) hubungan dengan lingkungan, dan 3) hubungan dengan produk. Pada setiap kategori, ia membuat daftar

mengenai kontribusi sukarela perusahaan dan kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan itu. Selain linowes, Ralph Estes mengembangkan suatu model yang menggunakan perspektif Pigou mengenai manfaat dan biaya sosial. Estes mempertimbangkan modelnya sebagai suatu laporan koseptual yang dapat digunakan secara internal oleh manajemen dalam menilai manfaat neto perusahaan bagi masyarakat.

Pengungkapan dalam Laporan Tahunan


Banyak perusahaan menerbitkan laporna tahunan kepada pemegang saham yang berisi beberapa informasi sosial. Ernst & Ernst melakukan suatu survei atas pengungkapan sosial yang dibuat oleh 500 perusahaan industri terkenal dalam laporna tahunannya dari tahun 1971 sampai tahun 1978. Ditemukan bahwa secara umum, jumlah perusahaan yang mengungkapkan informasi sosial dan jumlah pengungkapan meningkat dengan stabil. Sekitar 90 persen dari perusahann yang termasuk dalam laporan tahun 1978 telah memebuat suatu bentuk pengungkapan sosial. Tetapi, karena kebanyakan informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif, dapat diargumentasikan bahwa informasi tersebut memiliki nilai yang dipertanyakan dan seseorang tidak dapat menilai kinerja sosial dari perusahaan tersebut berdasarkan laporan tahunnya.

Perkembangan Luar Negri


Perusahaan-perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan. Prancis, misalnya, telah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan perusahaan-perusahaan dengan jumlah karyawan yang bannyak untuk melaporkan pos-pos hubungan karyawan. Terlibat dalam laporan-laporan ini adalah: 1) lapangan kerja, 2) gaji dan perubahan sosial, 3) kesehatan dan jaminan kerja,4) kondisi kerja lainnya, 5) pelatihan, 6) hubungan industri, dan 7) pengaturan sosial lainnya yang relevan. Bentuk pelaporan model Eropa yang telah digunakan oleh sejumlah perusahaan adalah bentuk yang dikembangkan serta digunakan oleh Deutsche Shell (perusahaan minyak Shell di Jerman). Serupa dengan laporan dari perusahaan-perusahaan di prancis, laporan Deutsche Shell menekankan pada hubungan perusahan dengan karyawannya. Tetapi, laporan

tersebut juga memeberiakn informasi mengenai sejumlah bidang lainnya yang berurusan dengan tangungjawab sosial perusahaan.

ARAH RISET Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai mensurvei pengguna potensial dari data akuntansi sosial. Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu: 1) survei atas investor potensial, dan 2) pengujian empiris terhadapa dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial. Survei atas investor belum menghasilkan laporan apa pun yang bersifat konklusif mengenai kebutuhan akan informasi akuntansi sosial. Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan onformasi sosial menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan mereka terhadap pengungkapan informasi akuntansi sosial.

Vous aimerez peut-être aussi