Vous êtes sur la page 1sur 21

Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)

Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran memuat wahyu Allah SWT, pencipta alam semesta, yang ditujukan kepada
ummat manusia.
1
Al-Quran merupakan petunjuk langsung Allah SWT untuk manusia yang
disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Quran
merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan komprehensif guna
mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-Quran merupakan kitab otentik dan unik,
yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia
terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.
Al-Quran turun kepada Nabi Muhammad SAW. tidak sekaligus, melainkan secara
berangsur-angsur (bertahap) selama kurang lebih 23 tahun; 13 tahun ketika di Makkah,
sebelum hijrah, dan 10 tahun di Madinah, pasca hijrah.
2
Masa yang relatif panjang, yakni
dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul dan berakhir pada masa
menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-Quran belum sempat dibukukan seperti
adanya sekarang, karena Al-Quran sendiri secara keseluruhan ketika itu belum selesai
diturunkan.
Meskipun demikian, upaya pengumpulan ayat-ayat Al-Quran pada masa itu tetap
berjalan. Setiap kali Nabi selesai menerima ayat-ayat Al-Quran yang diwahyukan kepadanya,
Nabi lalu memerintahkan kepada para shahabat tertentu untuk menuliskannya di samping
juga menghafalnya. Penulisan ayat-ayat Al-Quran tidaklah seperti yang kita saksikan
sekarang. Selain karena mereka belum mengenal alat-alat tulis, Al-Quran hanya ditulis pada
kepingan-kepingan tulang, pelepah korma, atau batu-batu tipis, sesuai dengan peradaban
masyarakat waktu itu.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan di kupas dalam makalah ini adalah : Bagaimana Konsep
Kewahyuan Al-Quran (Proses dan Pembukuannya) sejarah pengumpulan dan penulisan,
serta pemeliharaanya.


1
Drs. Hafidz Abdurrahman, MA. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami Al-Quran), CV
IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003. h. 1.
2
Ibid, h. 46
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
2

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran
(Proses dan Pembukuannya) sejarah pengumpulan dan penulisan Al-Quran, dan upaya
pemeliharaan Al-Quran sejak masa Nabi SAW., masa shabahat hingga sampai kepada tahap
penyempurnaan dan pengkodifikasiannya

Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Quran
1. Pengertian Al-Quran menurut bahasa
Al-Quran merupakan nama yang diberikan Allah untuk kitab suci-Nya. Kata
Al-Quran berasal dari kata qaraa, yaqrau, quranan yang artinya: bacaan atau yang
dibaca.
2. Pengertian Al-Quran menurut istilah
Al-Quran menurut istilah mempunyai beberapa makna:
a. Al-Quran adalah
.


Artinya:
Kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
b. Menurut pengertian ilmu tauhid, Al-Quran adalah


Artinya:
Kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada rasul Muhammad SAW. (al-
Hidaayah: Ilaa shirathil mustaqim: 7)
c. Menurut pengertian ilmu ushul fiqh:


Artinya:
Kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dibaca
dan dikenal orang banyak.
d. Menurut Ali Ash-Shabuni bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang mujiz,
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat jibril yang tertulis dalam
mushaf,
3
diriwayatkan secara mutawattir, menjadi ibadah bagi yang membacanya
4

diawali dari surah al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.
5
Secara istilah, Al-Quran
adalah firman Allah SWT yang merupakan mujizat dan merupakan petunjuk dari
sang Khaliq kepada makhluq-Nya.
6


3
Taufiq Rahman Siraj, Op. cit., h. 7.
4
Manna al-Qattan, Op. cit., h 21
5
Abu Anwar, Ulumul Quran, (Pekanbaru: Amzah, 2002), h.29.
6
Muhammad Muhammad Abu Shahbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-S}ahhah al-Sittah (Kairo:
Majma al-Buhuth al-Islamiyyah, 1969), h. 7.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
4

Dari dua ayat dan pengertian tentang Al-Quran tersebut diatas dapat
memberikan inspirasi kepada kita bahwa Al-Quran al-Karim yang merupakan wahyu
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ternyata tidak hanya
memiliki fungsi sebagai bahan bacaan wajib saja bagi orang muslim akan tetapi juga
menjadi barometer dan petunjuk tekhnis dalam melakukan tindakan dan aktivitasnya
sehar-hari.
Konsep ideal ini juga dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al
Baqarah ayat 1-2 dan ayat 9:
.- ^ ElgO CU4-:^-
=UuC4O O gOOg O O1- =}1+ Ug
^g
1. Alif laam miin
7
.
2. Kitab
8
(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
9

]ONNgC7 -.- 4g~-.-4
W-ONL4`-47 4`4 ]ONNE^C )
_=O^ 4`4 4p^ON;=EC ^_
9. mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
10

B. Nama Dan Sifat Al-Quran
Allah menamakan al-Qur'an dengan beberapa nama, di antaranya :
1. Quran:
Ep) -EOE- 4p-47O^- Ogg4
/^Ug g N4O^~ +
Quran ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. (al-Isra [17] : 9).
2. Kitab:

7
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti:
Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada
yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang
memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu
gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari
huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya
buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
8
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa
Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
9
Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
10
Al-Quran surat al-Baqarah ayat 9
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
5

; .4L^4O^ 7O) 4:4-
gO1g 7NO^gO W
Telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan
bagimu. (al-Anbiya [21] : 10)
3. Furqan:
E4O4:> Og~-.- 4EO4^
4p~O^- _O>4N jg:4N
4pO74Og --gUEUg -OCO4^
^
Mahasuci Allah Yang telah menurunkan al-Furqan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada semesta alam. (al-Furqan [25] : 1)
4. Zikr:
}^4^^) }^4 4L^EO4^
4O^g]~.- ^^)4 +O
4pOOgO4O
Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan az-Zikr (Quran), dan sesungguhnya Kamilah
yang benar-benar akan menjaganya. (al-Hijr [15] : 9).
5. Tanzil:
+O^^)4 NCjO64- p4O
4-gE^- ^_g
Dan Quran ini Tanzil (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (asy-Syuara [26] : 192).
Quran dan al-Kitab lebih populer dari nama-nama yang lain. Dalam hal ini Dr.
Muhammad Abdullah Daraz berkata : Ia dinamakan Quran karena ia dibaca dengan
lisan, dan dinamakan al-Kitab karena ia ditulis dengan pena. Kedua nama ini
menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.
C. Cara Cara Al-Qur'an di Wahyukan

Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam
cara dan keadaan, diantaranya:
11

1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi SAW tidak
melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam
kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam
kalbuku", (lihat surat (42) Asy Syuura ayat 51)
4`4 4p~E O=4g p
+OEggUNC +.- ) O;O4

11
Al-Quran dan Terjemahannya, h. 15
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
6

u }g` ^<.-4O4 O_E u
cONC LOc4O =/^ONO
gOg^^O)) 4` +7.4=EC _
+O^^) Oj>4N _1:EO ^)
51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir
12
atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang
mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan
kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepada beliau seperti gemercingnya lonceng. Cara inilah yang amat
berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat,
meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta
beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun
ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku
adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rosulullah. Aku lihat Rosulullah ketika
turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya
bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau
kembali seperti biasa".
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti
keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupa yang asli. Hal ini tersebut dalam Al-
Qur'an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14:
;4 +-474O .uO4^ O4Ou=q
^@ ELgN jE4O;c
_OE_4L+^- ^j
13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu
yang lain,
14. (yaitu) di Sidratil Muntaha
13

D. Hikmah Wahyu Al-Quran Turun Secara Berangsur Angsur

12
Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi Dia tidak dapat
melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.

13
Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi
ketika mi'raj.

Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
7

Al-Quran tidaklah diturunkan kepada Nabi Muhammad berupa satu kitab sekaligus,
tetapi dengan cara berangsur-angsur, ayat per-ayat, dan surat per-surat. Ada beberapa
pendapat mengenai proses turunya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW.
Pertama, Al-Quran diturunkan sekaligus ke al-lawh al-mahfuzh, sebagaimana firman Allah
(QS al-Buruj, 85: 21-22) :
4 4O- p-47O~ /O_O` ^g
O) EO O+O^4O` ^gg
21. bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,
22. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Kedua, Al-Quran diturunkan ke al-lawh al-Mahfuzh ke langit bumi (as-samaud-dunya) secara
sekaligus, lalu diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama
23 tahun. Pendapat lain mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam waktu 22 tahun
2 bulan 22 hari, yaitu mulai pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi atau
tahun 10 H.
Menurut az-Zarqani, proses turunnya Al-Quran terdiri dari tiga proses. Pertama
turunya Al-Quran ke al-lawhul mahfuzh. Kedua, dari al lawhul mahfuzh ke bayt al izzah.
Ketiga, dari bait al izzah kepada Nabi Muhammad.
Diturunkanya Al-Quran secara berangsur-angsur mengandung hikmah dan faedah
yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Furqan ayat 32:
4~4 4g~-.- W-NOEE O
4@O+^ gO^OU4N Np-47O^-
6-u7- LEEg4 _ ElgEO
=e)OlwNLg gO) EE1-E W
+OE4UE>4O4 1EOg>O> ^@g
32. berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja? "; demikianlah
14
supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya
secara tartil (teratur dan benar).
Disamping hikmah diatas, ada pula hikmah lainya dalam hal diturunkannya Al-
Quran secara berangsur-angsur antara lain adalah:
1. Memantapkan hati Nabi.
Ketika berdakwah, Nabi kerapkali berhadapan dengan para penentang. Karena itu
wahyu yang turun berangsur-angsur merupakan dorongan tersendiri bagi Nabi untuk
terus menyampaikan dakwah.

14
Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur
agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
8

2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Quran
Orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an menganggap aneh jika Al-Quran
diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan begitu Allah menantang mereka untuk
membuat satu surat saja yang sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak
sanggup melaksanakannya.
3. Memudahkan untuk dihafal dan dipahami.
Al-Quran pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang ummy yakni tidak
memilki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Maka turunya wahyu secara
berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghafalkanya.
4. Mengikuti setiap kejadian (yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Quran) dan
melakukan penahapan dalam penetapan syariat (penerapan hukum secara bertahap).
5. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Quran turun dari Allah yang maha bijaksana.
Walaupun Al-Quran turun secara berangsur-angsur, secara keseluruhan terdapat
keserasian antara satu bagian dan bagian yang lain. Hal ini tentunya hanya dapat
dilakukan oleh Allah yang maha bijaksana.
E. Pembukuan dan Pembakuannya
1. Pereodisasi Pembukuan Al-Quran
a. Masa Rasuullah Muhammad SAW
Menurut Ali pengumpulan Al-Quran memiliki dua pengertian, diantaranya yaitu :
1). Menghafal Al-Quran
15
, sebagaimana firman Allah SWT yang menerangkan bahwa
Nabi Muhammad senantiasa menggerakkan bibir dan lisannya untuk menghafal
Al-Quran sebelum Jibril selesai menyampaikan wahyu sehingga beliau ditegor
oleh Allah SWT dengan firman-Nya dalam Al-Quran surat Al Qiyamah (16-19):
16

'@OO4q` gO) El4^=Og
Eu4-g gO) ^g Ep)
4L^1U4N +OEu-
+O4^-47O~4 ^_ -O)
+O4^4O~ ;7)lE>
+O4^-47O~ ^g Ep)
4L^1U4N +O4^414 ^_

15
Muhammad Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi, h . 49
16
Al-Quran Surat al-Qiyamah ayat 16 19.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
9

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-
cepat (menguasai) nya
17

17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
2). Al-Jamu fi al-Sutur
18
(Menulis Al-Quran) dengan membedakan ayat dan surat
tertentu. Pada masa Rasul dua definisi Jamu Al-Quran tersebut sama-sama
terjadi, mengingat alat tulis menulis yang memang sangat terbatas maka pola
menghafal menjadi alternatif pembelajaran Al-Quran yang sangat effisien bagi
pada sahabat. Abdullah bin Sad bin Abi al-Sarh, seorang yang terlibat dalam
penulisan Al-Quran dalam periode Makkah, dan penulis resmi lainnya adalah
Khalid bin Said bin al-As di mana ia menjelaskan, Saya orang pertama yang
menulis Bismillah ar-Rahman arRahim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang).
19

M.M al-Azami menyatakan bahwa Al-Kattani mencatat peristiwa ini: Sewaktu
Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-Aqaba, Nabi Muhammad
menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya.
Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan
membacakan di depan mereka.
20

Pada periode Madinah cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih
kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak
sebagai penulis wahyu.
1) Nabi Muhammad Mendiktekan Al-Quran
Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang
ditugaskan agar mencatat ayat itu.
21
Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti
atau mewakili peranan dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas

17
Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi
kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal
dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
18
Muhammad Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi h. 49.
19
M.M al Azami, The Historyh. 72.
20
Ibid h. 72.
21
Abu Ubaid, Fadail al-Quran, h. 280
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
10

penulisan saat wahyu turun.
22
Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad
memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudian
mendiktekannya; Amr bin Um-Maktum al-Ama duduk menanyakan kepada Nabi
Muhammad, Bagaimana tentang saya ? Karena saya sebagai orang yang buta.
Dan kemudian turun ayat, ghair uli al-darar
23
(bagi orang-orang yang bukan
cacat).
24
Tampaknya tak ada bukti pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat
tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar yakin
tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.
25

2) Praktik Penulisan Al-Quran di Kalangan Sahabat
Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sahabat tentang penulisan Al-Quran,
menyebabkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya
kecuali Al-Quran, dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Quran,
maka la harus menghapusnya.
26
Beliau ingin agar Al-Quran dan hadith tidak
ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta
kekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di
masjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau
menuliskan ayat Al-Quran. Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil
juru tulis ayat-ayat yang baru turun, kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa
kehidupan beliau seluruh Al-Quran sudah tersedia dalam bentuk tulisan.
27

b. Masa Khalifah Abu Bakar al-Siddiq R.A.
Setelah Rasulullah wafat pada tahun ke-11 H, para sahabat secara aklamasi
memilih Abu Bakar al-Siddiq untuk memegang tampuk pemerintahan sekaligus
menjadi khalifah pertama
28
dan pada awal pemerintahannya banyak menghadapi
berabagai persoalan diantaranya banyaknya orang Islam yang murtad, munculnya
gerakan anti zakat dan orang-orang yang mengaku sebagai Nabi yang dipelopori oleh
Musailamah al-Kadhdhab.
29


22
Ibn AM Dawud, al-Masahif, h.3.
23
Al-Quran Surat al-Nisa ayat 95
24
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al Bari, ix: h. 22; as-Saati, Minhat al-Mabud, ii: h. 17
25
As-Suli, Adab ul-Kuttab, h. 165; dan al-Haithami, Majma` az-Zawaid, i: h. 52.
26
Muslim, Sahih al-Muslim, az-Zuhd: h. 72
27
M.M al Azami, The History
28
Abd al-Wahhab al-Najjar, Al-Khulafa al-Rasyidun (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 33.
29
Hasan al-Banna, Muqaddimah fi al-Tafsir (Kuwait: Dar al-Quran al-Karim, 1971), h. 101
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
11

Pada masa khalifah Abu Bakar al-Siddiq r.a. dengan terpaksa dibentuklah sebuah
tim yang diketuai oleh Zaid bin Thabit yang dibantu oleh beberapa orang sahabat
yaitu Umar bin al-Khattab, Ubay bin al-Kaab, Uthman bin Affan, Ali bin abi Talib
dan Salim bin Maqil
30
untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf sebagai
jawaban dari usulan Umar bin al-Khattab agar segera membukukan Al-Quran
31

dalam satu mushaf agar tetap terjaga eksistensinya di tengah-tengah umat yang pada
saat itu sebanyak 70 orang huffad
32
yang gugur sebagai syuhada di medan perang.
33

Setelah Al-Quran selesai dikodifikasi kemudian Abu Bakar meminta para sahabat
untuk mencarikan nama yang tepat, ada yang mengusulkan dengan nama Al-Shifr dan
Al-Mushhaf sehingga yang disetujui adalah dengan nama Al-Mushhaf Al-Quran
34

Ada 2 rambu-rambu penting yang dipegang oleh Zaid bin Thabit dalam
menjalankan tugasnya sebagai ketua kodifikasi Al-Quran yaitu : (1) ayat-ayat Al-
Quran tersebut dahulu ditulis dihadapan Rasulullah, dan (2) ayat-ayat yang ditulis
tersebut harus juga dihafal oleh para sahabat pada masa itu,
35
dan Umar pun tidak
menerima ayat dari seseorang tanpa terlebih dahulu dibuktikan kebenarannya oleh dua
orang saksi.
36

c. Masa Uthman bin Affan R.A.
Selama pemerintahan `Uthman, yang dipilih oleh masyarakat melalui baiah yang
amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad
yang membawa Islam ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari
suku kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan tempur memiliki
dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad, di luar kemestian, telah mengajar mereka
membaca Al-Quran dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk
meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai akibat adanya perbedaan

30
Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum al-Quran Vol. 1 (Mesir: Mustafa al-Babi al-
Halabi, 1951), h. 58.
31
Ibnu Hajar al-Athqalani, Fath al-Bari, Vol. IX (Mesir: Maktabah al-Bahiyah al-Misriyyah, tt.), h. 8.
32
Muhammad Abdullah Darraz, Al-Naba al-Azi>m (Kuwait: Dar al-Qalam, 1974), h. 36.
33
Taufiq Rahman Siraj, Mudhakkirat , h. 22.
34
Subhi al-Shaleh, Mabahith fi Ulum Al-Quran (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayin, 1974), h. 76.
35
Rifaat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir (Yakarta : PT. Bulan Bintang, 1988)
h. 123.
36
Muhammad Bakr Ismail, Dirasat fi Ulum al-Quran (Kairo: Dar al-Manar, 1991), h. 76.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
12

dalam menyebutkan huruf Al-Quran mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan
dalam masyarakat.
37

1) Sikap Uthman terhadap Perselisihan Bacaan
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Quran sebenarnya bukan barang baru sebab
Umar sudah mengantisipasi bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya.
Dengan mengutus Ibn Masud ke Irak, setelah umar diberitahukan bahwa dia
mengajarkan Al-Quran dalam dialek Hudhail
38
(sebagaimana Ibn Masud
mempelajarinya), dan umar tampak naik pitam: Al-Quran telah diturunkan
dalam dialek Quraish maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish, bukan
menggunakan dialek Hudhail.
39

2) Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung dari Suhuf
Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman memutuskan berupaya dengan
sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf dari Hafsa, mempercepat menyusun
penulisan, dan memperbanyak naskah.
40
Untuk mengurusi tugas mengumpulkan
dan menabulasikan Al-Quran yang ditulis di atas kertas kulit pada zaman Nabi
Muhammad, Uthman memercayakan pada dua belas orang.
41

3). Uthman Mengambil Suhuf dari Aishah Sebagai Perbandingan
Ketika Uthman hendak membuat salinan (naskah) resmi, dia meminta Aishah
agar mengirimkan kepadanya kertas kulit (Suhuf) yang dibacakan oleh Nabi
Muhammad SAW. yang disimpan di rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zaid
bin Thabit membetulkan sebagaimana mestinya, pada waktu itu beliau merasa
sibuk dan ingin mencurahkan waktunya mengurus masyarakat dan membuat
ketentuan hukum sesama mereka.
42

4). Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa Guna Melakukan Verifikasi

37
Ibid., h. 76
38
Salah satu suku mayoritas di daratan Arabia pada zaman itu.
39
Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: h. 9
40
Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 4987
41
M. M. Azami juga menyebutkan bahwa 12 orang tim yang dibentuk Uthman antara lain : (1) Said
bin al-As bin Said bin al-As untuk dibaca ulang; dia menambahkan (2) Nafi bin Zubair bin
`Amr bin Naufal. Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Kab, (5) Abdullah bin az-
Zubair, (6) Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah. Ibn Hajar menyebutkan
beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) Abdullah bin Abbas, dan (10) Malik bin Abi Amir.
Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin Amr
bin al-As.
42
Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, h. 990-991,
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
13

Pada waktu itu naskah yang dibuat sendiri (independen) telah dibandingkan
dengan Suhuf resmi yang sejak semula ada pada Hafsah. Seseorang bisa jadi
keheran-heranan mengapa khalifah Uthman bersusah payah mengumpulkan
naskah tersendiri (otonom) sedang akhirnya juga dibandingkan dengan Suhuf
juga. Alasannya yang paling mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya
simbolik. Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk berperang
melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di tempat lainnya, tidak bisa
berpartisipasi dalam kompilasi Suhuf Untuk menarik lebih banyak kompilasi
bahan-bahan tulisan, naskah Uthman tersendiri (independen) memberi
kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk melakukan usaha yang
penting ini.
43

2. Penyusunan Ayat dan Surat Al-Quran
Pendapat para ulama mengatakan bahwa susunan surah yang ada sekarang identik
dengan Mushaf Uthmani. Setiap orang yang berkeinginan mengopi Al-Quran secara
keseluruhan diharuskan mengikuti urutan yang ada. Di masa lampu mushaf ditulis di
atas kertas kulit, dan biasanya lebih berat timbangannya dari kertas biasa. Maka mushaf
seluruhnya mencapai beberapa kilogram beratnya.
Bergstasser dalam Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub ia memberikan
ketentuan penting terhadap tingkatan naskah yang paling dapat di
pertanggungjawabkan dengan yang tak memiliki harga nilai, sebagai berikut :
1. Naskah yang lebih awal biasanya lebih dapat terjamin dan tepercaya dari naskah
yang muncul kemudian.
2. Naskah yang sudah diubah dan dibetulkan oleh penulis melalui proses
perbandingan dengan naskah induk, lebih tinggi tingkatannya dari manuskrip-
manuskrip yang tidak ada perubahan.
3. Jika naskah asli masih ada, naskah lain yang ditulis dari naskah itu akan hilang
nilainya.
44

a) Penyusunan Ayat ke dalam Surat
Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-Quran memiliki
keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan saat wahyu diturunkan dan

43
M.M al Azami, The History
44
Bergstasser, Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub (in Arabic) (Kairo: 1969), h. 14.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
14

subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu, karena Dia sebagai pemilik
kitab tersebut.
45

Demikian halnya Kitab Allah, karena Dia sebagai pencipta tunggal dan Dia sendiri
yang memiliki wewenang mutlak menyusun seluruh materi. AlQuran sangat tegas
dalam masalah ini dengan firmanNya dalam Al-Quran sural Al Qiyamah (17-19) :
Ep) 4L^1U4N +OEu-
+O4^-47O~4 ^_ -O)
+O4^4O~ ;7)lE> +O4^-47O~
^g Ep) 4L^1U4N +O4^414
^_
17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
46

Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah menugaskan Nabi
Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam hal ini Al-Quran surat An Nahl ayat
44 memberi penjelasan,
ge4L)O4l^)
@O+O-4 .4L^4O^4
El^O) 4O-g]~.- 4))-4l+g
+EELUg 4` 4@O+^ jgO)
_^UE4 ]NO-E4-4C ^jj
44. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al-
Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka
47
dan supaya mereka memikirkan.
Hak istimewa ini diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar memberi
penjelasan pada umatnya. Hanya Nabi Muhammad, melalui keistimewaan dan wahyu
ketuhanan, yang dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke dalam bentuk keunikan Al-
Quran sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan komunitas Muslim secara kolektif
dan bukan pula perorangan memiliki legitimasi kata akhir dalam menyusun Kitab
Allah.
Kitab Al-Quran mencakup surah-surah panjang dan yang terpendek terdiri atas
3 ayat, sedangkan paling panjang 286 ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa

45
Ibid, h. 14
46
Al-Quran Surat al-Qiyamah ayat 17 19.
47
Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
15

Nabi Muhammad memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada
setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat panjang maupun
satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya dan berkata,
Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah seperti yang beliau sebut.
48
Zaid bin
Thabit menegaskan, Kami akan kumpulkan Al-Quran di depan Nabi Muhammad.
Menurut `Uthman bin Abi al-As, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad
memberi perintah akan penempatan ayat tertentu.
49
Sebagai contoh berikut sejarah
peletakan ayat demi ayat dalam surat tertentu sesuai perintah Nabi :
50

Uthman bin AM al-As melaporkan bahwa saat sedang duduk bersama Nabi
Muhammad ketika beliau memalingkan padangan pada satu titik dan kemudian
berkata, Malaikat Jibril menemuiku dan meminta agar menempatkan ayat 90 pada
surat al-Nahl berikut ini pada bagian surat tertentu.
Ep) -.- NON`4C
;E^) ^}=O;Oe"-4
^<.4-C)4 OgO _.O^-
_OeuL4C4 ^}4N g7.4=E^-
@OE:4^-4 +/^4l^-4 _
7Og4C :^UE ]NO-EO>
^_
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
51

AI-Kalbi melaporkan dari Abu Sufyan tentang Ibn Abbas tentang ayat 281 surat Al
Baqarah,
W-OE>-4 4`O4C
]ONE_O> gO1g O) *.- W
_^4O> O7 ^4^ E`
;e4:=O -4 4pONU;NC ^gg
281. dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna

48
Lihat at-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, no.3086; al-Baihaqii ii: 42, Ibn Hanbal, Musnad, i: 69, Abu
Dawud, Sunan, i: 290; al-Hakim, al-Mustadrak, i:221, Ibn Hajar, Fath al-Bari, ix: 22; Lihat juga Abu
Ubaid, Fadail al-Quran, h. 280.
49
As-Suyuti, al-ltqan fi Ulum al-Quran, i: 173.
50
M.M al Azami, The History
51
Al-Quran Surat al-Nahl ayat 90.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
16

terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).
52

Ia menjelaskan, Ini adalah ayat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad. Malaikat Jibril turun dan minta meletakannya setelah ayat ke dua ratus
delapan puluh dalam Surah al-Baqarah.
53
Bukti lain dapat dilacak dari beberapa
hadith yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal permulaan dan akhiran
surah-surah yang ada.
b) Penyusunan Surat
Para ulama sepakat bahwa mengikuti susunan surah dalam Al-Quran bukan
suatu kemestian, baik dalam shalat, bacaan, belajar, pengajaran maupun hafalan.
Setiap surah berdiri sendiri dan tidak ada satu pun yang turun kemudian dapat
mengklaim memiliki legalitas lebih besar dari yang sebelumnya; kadang-kadang ayat
yang telah dimansukh terdapat dalam sebuah surah di mana yang berikutnya tercatat
sebagai nasikh atau pengganti. Sebagian umat Islam mulai menghafal Al-Quran dari
surah pendek (no. 114, 113, ) dan begitu seterunya ke belakang. Nabi Muhammad
pernah membaca Surah alBaqarah, an-Nisa, dan kemudian Ali-`Imran (surah No.2, 4,
3), secara beruntun dalam satu rakaat, tidak seperti yang kita lihat dalam susuan Al-
Quran.
Sejauh ini, tidak ada hadith yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad membuat
ketetapan melarang umatnya mengambil surah tertentu secara tidak berurutan.
Pendapat yang berbeda dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Susunan semua surat seperti yang ada, selalu merujuk pada Nabi Muhatnmad
sendiri.
54
Pendapat lain mengatakan terdapat perbedaan susunan dalam mushaf
yang dimiliki beberapa sahabat seperti Ibn Masud dan Ubayy bin Kab) yang lain
dari mushaf yang ada di tangan umat Islam.
55

2. Sementara ada kalangan yang berpendapat bahwa seluruh Quran (susunannya)
diatur oleh Nabi Muhammad kecuali surah no.9, yang dilakukan oleh `Uthman.
56

3. Pendapat lain menganggap susunan semua surah dibuat oleh Zaid bin Thabit,
`Uthman, dan sahabat lainnya. Al-Baqillani cenderung menerima pendapat ini.
57


52
Al-Quran Surat al-Baqarah ayat 281.
53
Al-Baqilani, al-lntisar, h.. 176.
54
Al-Suyuti, al-Itqan fi , 176-177
55
M.M al Azami, The History
56
Al-Suyuti, al-Itqan fi , 177
57
Al-Baqiani, al-Intisar, h.166
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
17

4. Ibn Atiyya mendukung pendapat bahwa Nabi Muhammad menyusun beberapa
surah dan lainnya diserahkan pada para sahabat beliau.
58

F. Outentisitas Al-Quran
Al-Quran al-Karim merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah dan ia
adalah kitab yang selalu dipelihara,
59
dan jaminan terhadap pemeliharaan Al-Quran
tersebut dilakukan langsung oleh Allah Dzat yang telah menurunkannya yang sudah pasti
pemeliharaan tersebut bersifat abadi.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al Hijr ayat 9 :
^^) }^4 4L^EO4^
4O^g]~.- ^^)4 +O
4pOOgO4O ^_
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.
60

Jaminan Allah SWT terhadap kemurnian dan keotentitasan Al-Quran sebagaimana
dalam ayat di atas merupakan jaminan yang bersifat abstrak dan harus diyakini oleh umat
muslim akan tetapi asumsi demikian tidaklah relevan jika yang dihadapi adalah orang non
muslim terlebih lagi para orientalis.
M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Quran memberikan bukti-bukti
fisik tentang otentitas tersebut antara lain
61
:
1. Bukti-bukti dari Al-Quran Sendiri
Huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al-Quran
adalah jaminan keutuhan Al-Quran sebagaimana diterima oleh Rasulullah SAW. Tidak
lebih dan atau kurang satu huruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Quran .
Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai dengan jumlah huruf-huruf B(i)sm All(a)h Al-
R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa
Arab).
a. Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57
kali atau 3 X 19.

58
lbn Atiyya, al-Muharrar, al-Wajiz, i:34-35
59
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1998), h. 21.
60
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

61
M. Quraish Shihab, Membumikan
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
18

b. Huruf-huruf kaf, ha, ya, ayn, shad, dalam surah Maryam, ditemukan sebanyak 798
kali atau 42 X 19.
c. Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 atau 7 X 19.
Kedua, huruf (ya) dan (sin) pada surah Yasin masing-masing ditemukan sebanyak 285
atau 15 X 19. Kedua huruf (tha) dan (ha) pada surah Thaha masing-masing berulang
sebanyak 342 kali, sama dengan 19 X 18.
d. Huruf-huruf (ha) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang dimulai
dengan kedua huruf ini, ha mim, kesemuanya merupakan perkalian dari 114 X 19,
yakni masing-masing berjumlah 2.166.
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat Al-Quran ,
oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Quran. Karena, seandainya
ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan kalimatnya dengan kata atau
kalimat yang lain, maka tentu perkalian-perkalian tersebut akan menjadi kacau.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang disebut itu,
diambil dari pernyataan Al-Quran sendiri, yakni yang termuat dalam surah Al-
Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman terhadap seorang yang
meragukan kebenaran Al-Quran .
OEO-O )O=4:Ug ^g_
OgOU4 OEO) 4O=4N ^@
4`4 .4LUEE_ =UO4'
jOEL- ) LOj^U4` 4`4
4LUEE_ gOgN ) LO4Lug
4g~--g W-NOEE
=}^14O41g 4g~-.-
W-O>q =U4-^- E1-E1uO4C4
4g~-.- W-EONL4`-47 4L4C)
4 =>O4C 4g~-.- W-O>q
=U4-^- 4pONLg`u^-4
4O4Og4 4g~-.- O)
jgjOU~ E=OO
4pNOg^-4 .-O4` E1-4O
+.- -EOOgj 1E14` _ ElgEOE
O_NC +.- }4` +7.4=EC Ogg44
}4` +7.4=EC _ 4`4 OUu4C
E1ONLN_ El)4O ) 4O- _ 4`4
"Og- ) O4O^gO )O=4:Ug ^@
29. (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
19

30. dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).
31. dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami
menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya
orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah
imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-
ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir
(mengatakan): Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu
perumpamaan ? Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui tentara
Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
2. Bukti-bukti Sejarah
Faktor-faktor pendukung bagi pembuktian otentisitas Al-Quran , jika dilihat dari
sejarah masyarakat Arab ketika Al-Quran diturunkan antara lain:
62

a) Mereka adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis dan satu-satunya andalan
mereka adalah hafalan.
b) Sangat membanggakan kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan-
perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu tertentu.
c) Al-Quran dari segi keindahan bahasanya sangat mengagumkan bukan saja bagi
orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
d) Ayat-ayat Al-Quran turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan
peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka. Disamping itu, ayat-ayat Al-Quran turun sedikit demi sedikit. Hal itu lebih
mempermudah pencernaan maknanya dan proses penghafalannya.
Faktor-faktor di atas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayat-ayat Al-
Quran . Itulah sebabnya, banyak riwayat sejarah yang menginformasikan bahwa terdapat
ratusan sahabat Nabi SAW. yang menghafalkan Al-Quran. Bahkan dalam peperangan
Yamamah, telah gugur tidak kurang dari 70 orang penghafal Al-Quran .
63



62
M. Quraish Shihab, Membumikan
63
Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-Irfan i Ulum Al-Quran (Kairo: Al-Halabiy, 1980, jilid 1), h.
250.
Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
20

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Al-Quran adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui
Malaikat Jibril yang disesuaikan dengan kompilasi Al-Quran yang ada di lauh al-mahfuz.
Al-Quran adalah kalamullah yang bersifat mujiz yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dengan perantara malaikat Jibril, lafaldz-lafadznya berasal dari Allah dan
termaktub dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawattir kemudian
membacanya dihitung sebagai ibadah.
Al-Quran tidaklah diturunkan kepada Nabi Muhammad berupa satu kitab sekaligus,
tetapi dengan cara berangsur-angsur, ayat per-ayat, dan surat per-surat. Menurut az-
Zarqani, proses turunnya Al-Quran terdiri dari tiga proses. Pertama turunya Al-Quran
ke al-lawhul mahfuzh. Kedua, dari al lawhul mahfuzh ke bayt al izzah. Ketiga, dari bait al izzah
kepada Nabi Muhammad. Hikmah wahyu Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur
antara lain: memantapkan hati Nabi, menentang dan melemahkan para penentang al-
Quran, memudahkan untuk dihafal dan dipahami, untuk menerapkan hukum secara
bertahap, dan sebagai bukti bahwa Al-Quran bukan rekayasa Nabi Muhammad.
Al-Quran dibukukan pada masa Rasulullah melalui 2 hal yaitu dihafal dan ditulis
dalam media tulis seadanya, dan pada masa Abu Bakar al-Siddiq Al-Quran dibukukan
atas saran Umar bin al-Khattab karena banyaknya huffadh yang wafat dimedan perang,
sedangkan pada masa Uthman bin Affan Al-Quran dibukukan sebanyak tujuh mushhaf
dan disebar ke berbagai kota untuk menjembatani munculnya banyak perbedaan bacaan
di kalangan sahabat saat itu.
Al-Quran al-Karim merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah dan ia
adalah kitab yang selalu dipelihara, dan jaminan terhadap pemeliharaan Al-Quran
tersebut dilakukan langsung oleh Allah Dzat yang telah menurunkannya yang sudah pasti
pemeliharaan tersebut bersifat abadi.


Makalah: Memahami Konsep Kewahyuan Al-Quran (Proses Turun dan Pembukuannya)
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
21

DAFTAR PUSTAKA
-, al-Qawaid al-Asasiyyah fi Ulum Al-Quran (Jeddah: Farraza Maktabah al-Malik
Fahd al-Wataniyyah, 1419 H)
-, Studies in Early Hadith Literature (Indiana: American Trust Publications, 1987)
Al-Athqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari, Vol. IX (Mesir: Maktabah al-Bahiyah al-Misriyyah, tt.)
Abdurrahman, Hafidz. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami Al-Quran), CV
IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003.
Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-Irfan i Ulum Al-Quran, (Kairo: Al-Halabiy, 1980, jilid
1)
Al-Qattan, Manna, Mabahith fi Ulum Al-Quran (Riyad: Mansyurat al-Asr al-Hadith, tt)
Al-Sabuni, Muhammad Ali, Al-Tibyan fi Ulum Al-Quran (Beirut: Alam al-Kutub, 1985)
Alawi, Muhammad bin Abbas al-Maliki, Zabdat al-Itqan fi Ulum Al-Quran (Cairo: Dar al-
Insan, 1981)
Al-Azami, M.M, The History of The Quranic Text-From Revelation to Compilation (Kuala Lumpur,
1985)
Al-Najjar, Abd al-Wahhab, Al-Khulafa al-Rasyidun (Beirut: Dar al-Fikr, tt)
Al-Banna, Hasan, Muqaddimah fi al-Tafsir (Kuwait: Dar Al-Quran al-Karim, 1971)
Al-Suyuti, Jalal al-Din Abd al-Rahman, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran Vol. 1 (Mesir: Mustafa al-
Babi al-Halabi, 1951)
Al-Shaleh, Subhi, Mabahith fi Ulum Al-Quran (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayin, 1974)
Bergstasser, Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub (in Arabic) (Kairo: 1969)
Hadith Program, Kutub al-Tisah, (Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Muslim, Sahih al-Muslim, At-
Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, Abu Dawud, Sunan Abi Daud)
Darraz, Muhammad Abdullah, Al-Naba al-Azim (Kuwait: Dar al-Qalam, 1974)
Ismail, Muhammad Bakr, Dirasat fi Ulum Al-Quran (Kairo: Dar al-Manar, 1991)
Muh}ammad Muhammad Abu Shahbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sahhah al-Sittah
(Kairo: Majma al-Buhuth al-Islamiyyah, 1969)
Nawawi, Rifaat Syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir (Yakarta: PT. Bulan Bintang,
1988)
Program Al-Quran in Word, Al-Quran al-Karim
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1998)
Siraj, Taufiq Rahman, Mudhakkirat Ulum Al-Quran (Surabaya: Muassasat Mahad Nur al-
Huda, 2007)

Vous aimerez peut-être aussi