Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I PRESENTASI KASUS

I.1

IDENTITAS PASIEN Nama : An. R

Jenis kelamin : Perempuan Umur Alamat I.2 ANAMNESIS Keluhan Utama : Lengket pada mata kiri. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan mata sebelah kiri susah dibuka karena lengket. Mata susah dibuka karena ada seperti cairan kental di matanya. Keluhan sudah 4 hari. Pasien dengan riwayat mendapatkan perawatan di perinatologi karena lahir tidak menangis. Pasien dirawat selama 1 minggu di perinatologi. Selama di perinatologi pasien mendapat perawatan sinar. Selama perawatan sinar kedua mata pasien ditutup kasa. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada. Riwayat Penyakit Keluarga : : 11 hari : Karang Duren, Tengaran, Semarang

Dalam satu rumah tidak ada yang mengalami gejala serupa. Riwayat penyakit alergi di keluarga disangkal. Riwayat penyakit berat di keluarga disangkal.

Riwayat kehamilan : Selama masa kehamilan ibu hanya mengeluhhkan suka pegal-pegal. Riwayat persalinan : BBLR, CB, KMK, Spontan. I.3 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Tampak baik, tidak rewel. Orbikularis dextra : Supersilia Palpebra Silia Sklera Konjungtiva : simetris, rontok (-) : simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-) : pertumbuhan normal, rontok (-) : warna putih : konjungtiva palpebra superior dan inferior hiperemis (-) , benjolan(-), sekret (-) Konjungtiva bulbi : hiperemis (-), inj konjungtiva (-)
-

Kornea Pupil COA

: bening, transparan, mengkilat, infiltrat (-) : reflek cahaya (+) : sinekia (-)

Iris Lensa

: warna coklat : bening

Orbikularis sinistra : Supersilia Palpebra Silia Sklera Konjungtiva : simetris, rontok (-) : simetris, benjolan (-), nyeri tekan (-) : pertumbuhan normal, rontok (-) : warna putih : konjungtiva palpebra superior dan inferior hiperemis (+) , benjolan(-), sekret (+) Konjungtiva bulbi : hiperemis (-), inj konjungtiva (-)
-

Kornea Pupil COA Iris Lensa

: bening, transparan, mengkilat, infiltrat (-) : reflek cahaya (+) : sinekia (-) : warna coklat : keruh (-)

I.4

DIAGNOSIS Konjungtivitis purulenta.

I.5

TERAPI Levocin 4dd gtt 1 ODS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Anatomi konjungtiva Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian : 1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra). Hubungannya dengan tarsus sangat erat. Kelenjar Meibom yang ada didalamny, tampak membayang sebagai garis sejajar berwarna putih. Permukaan licin, dicelah konjungtiva terdapat kelenjar henle. Histologi : terdiri dari sel epitel silindris. Dibawahnya, stroma dengan adenoid dengan banyak pembuluh getah bening. 2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata). Tipis dan tembus pandang, meliputi bagian anterior bulbus okuli. Dibawah konjungtiva bulbi terdapat kapsula tenon. Strukturnya sama dengan konjungtiva palbebra, tetapi tak mempunyai kelenjar. Dari limbus, epitel konjungtiva meneruskan diri sebagai epitel kornea. Didekat kantus internus, konjungtiva bulbi membentuk plika semilunaris yang

mengengelilingi suatu pulau kecil terdiri dari kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang dusebut caruncle 3. Konjungtiva forniks Strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungannya dengan jaringan dibwahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat ini sering terjadi, bila terjadid peradangan mata. Dengan berkelok-keloknya konjungtiva ini, pergerakan mata menjadi lebih mudah. Dibawah konjungtiva forniks posterior terdapat kelenjar lakrimal dari Kraus. Melalui konjungtiva forniks superior terdapat juga muara saluran air mata. Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

Gambar : Skema konjungtiva beserta kelenjarnya.

II.2

Definisi Konjungtivitis purulenta adalah konjungtivitis yang disebabkan gonore maupun non-gonore. Tanda klinis yang bisa ditemui yaitu konjungtivitis akut disertai dengan sekret yang purulen.

II.3

Etiologi Penyebab konjungtivitis gonore adalah Neisseria gonorrhoeae.

Kuman gonokok ini termasuk kuman diplokokus aerobik yang sangat patogen, virulen, dan invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. II.4 Patofisiologi Konjungtivitis gonore dibagi menjadi 4 berdasarkan umur, yaitu : Kurang dari 3 hari Lebih dari 3 hari Anak kecil Orang dewas : oftalmia gonoroika neonatorum : oftalmia gonoroika infantum : oftalmia gonoroika yuvenilis : oftalmia gonoroika adultum

Berdasarkan stadium dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Stadium infiltrat Berlangsung 1-3 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,

blefarospasme, konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat, mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksikonjungtival yang hebal, kemotik. Sekret, serous kadang-kadang berdarah. 2. Stadium Supurativa, purulenta

Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebal lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, ttapi tidak begitu tegang. Blefarospame masih ada. Sekret campur darah, keluar terus-menerus. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar/muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa. 3. Stadium Konvalesen (penyembuhan) Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva masih nyata , tidak kemotik. Sekret jauh berkurang. Bila tidak diobati, biasanya tidak tercapai stadium III, tanpa penyulit, meskipun ada yang mengatakan, bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan. II.5 Manifestasi Klinis Pada bayi dan anak : Gejala subjektif : (-) Gejala objektif : Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka (gambar 1) dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.

Gambar 1. Konjungtivitis gonore pada bayi

Pada orang dewasa : Gejala subjektif : - Rasa nyeri pada mata. - Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum. - Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya mengenai mata kanan. - Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar (gambar 2). Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu.

Gambar 2. Konjungtivitis gonore pada orang dewasa II.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium diambil dari sekret atau kerokan konjuntiva, yang dioleskan pada gelas obyek, dikeringkan dan diwarnai dengan methylen blue 1% 1-2 menit, setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksan dibawah mikroskop. Pada

pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler, didalam sel epitel dan lekosit, disamping diplokok yang ekstraseluler. Adanya gonoko ekstraseluler, menunjukkan prosesnya sudah menahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok, memberikan maltose (-) sedang meningokok tes maltose (+). Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika orangtuanya juga ada yang mengandung gonokok, maka harus segera diobati. II.7 Diagnosis Diagnosis konjungtivitis ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesa didapatkan bengkak kelopak mata, kemerahan, mata susah dibuka, dan terdapat sekret yang purulen. Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokok didalam sel leukosit. II.8 Penatalaksanaan Berhubung seringnya timbul penyulit ulkus kornea disamping sangat menular, maka penderita sebaiknya dirawat , dikamar isolasi. Lokal, mata dibersihkan jam dengan kapas basah, disusul dnegan pemberian salep mata penisilin. Kalau sudah agak tenang, diberikan setiap jam. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit sampai 30 menit. Kemudian salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari. Pengobatan Sistemik :
-

Antibiotik sistemik pada dewasa : Cefriaxone IM 1 gram/hari selama 5 hari + irigasi salin atau

Penisilin G 10 juta IU/IV/hari selama 5 hari + irigasi.

Antibiotik sistemik pada neonatus : Cefotaxime 25 mg/kgbb tiap 8-12 jam selama 7 hari atau

II.9

Penisilin G 100.000 IU/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis selama 7 hari + irigasi.

Komplikasi Yang sering terjadi, berupa ulkus kornea sebelah atas, yang dimulai dengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus, bisa terjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpa didahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimnbulkan perforasi, menimbulkan endoftalmitis, panoftalmi dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi. Oleh karena itu, setiap konjungtivitis gonore harus diperhatikan korneanya, sehinggal bila terdapat kelainan dapat cepat diobati dengan tepat. Pada pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai korneany pecah. Ulkus ini dapat terletak disentral atau diperifer. Bila ulkus dibagian perifer bersatu, dapat membentuk ulkus yang berbentuk lingkaran, dinamakan ulkus anularis (marginal ring ulcer). Ulkus ini ada kemungkinan perforasi, yang jika timbu perforasi, timbulkan endoftalmitis yang berakhir dengan kebutaan.

BAB III PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis konjungtivits purulenta. Diagnosis berdasarkan pada anamnesis pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan mata susah dibuka karena ada seperti cairan kental di mata dan dari pemeriksaan fisik tampak konjungtiva hiperemis dan adanya sekret. Pada tinjauan pustaka dia atas disebutkan bahwa konjungtivitis purulenta dapat disebabkan gonore atau non-gonore. Diagnosis konjungtivitis gonore dapat ditegakan melalui anamnesis dan pemeriksaan lab. Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan lab untuk mengetahui penyebabnya sehingga diagnosis konjungtivitis gonore belum bisa di tegakan. Di poliklinik pasien mendapatkan terapi Levocin. Komposisi Levocin sendiri adalah Levofloksasin. Levovloksasin digunakan sebagai antibiotik untuk mengatasi terjadinya infeksi bakteri. Pengobatan konjuntivitis sendiri menggunakan tetes mata maupun secara sistemik. Tetes mata dapat menggunakan penicilin tetes mata dan sistemik dan antibiotik sistemik seperti Ceftriaxone atau Cefotaxime.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 46-50.

2. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2001.124

126.

3. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General

Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5.

4. Anonim.

Gonorchea.

http://www.afraidtoask.com/std/gonorchea.html.

Diakses

tanggal 14 November 2011.

5. Ilyas, Sidarta. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta: 2001. 23.

6. Anonim.

Conjunctivitis

(Newborn

Childhood):

http://www/nlm.nih.gos/medlineplus/ency/article/001606.html. Diakses tanggal 16 November 2011.

Vous aimerez peut-être aussi