Vous êtes sur la page 1sur 8

MANAJEMEN DAN TERAPI PASIEN DENGAN PENYAKIT IRRITABLE

BOWEL SYNDROME (IBS)

A.PENGERTIAN INFLAMATORY BOWEL DISEASE (IBD)


Inflamatory bowel disease atau IBD adalah penyakit gastrointestinal kronis
yang penyebabnya tidak diketahui. Gejala umum dari penyakit ini adalah nyeri
dibagian abdomen atau perut, perut terasa sebah dan kembung. Penyakit ini juga
sering disebut dengan spastic colon, gangguan fungsi colon dan radang selaput
mukosa pada colon. Penyakit ini terdiri dari crohn's disease dan ulcerative colitis.
Ulceratif colitis atau UC adalah penyakit yang dikarakterisasi dengan inflamasi
diseluruh bagian kolon. Ulceratif colitis berdasarkan letak inflamasinya dibagi
menjadi 2 yaitu distal colitis dan extensive colitis. Distal colitis adalah penyakit
colitis yang peradangannya menyerang rectum dan kolon sigmoid. Sedangkan
extensive colitis adalah inflamasi pada hampir seluruh bagian kolon. Extensive
colitis ini dibagi menjadi left extensive colitis, extensive colitis dan pancolitis.
Left colitis adalah suatu keadaan dimana inflamasi terjadi dilapisan lekukan
(fisura) limpa. Extensive colitis adalah peradangan yang terjadi pada lekukan
hepar, sedangkan pancolitis adalah inflamasi yang terjadi di seluruh bagian kolon.
Ulceratif colitis merupakan penyakit inflamasi yang terjadi didaerah mukosa yang
bervariasi seperti ulcerasi, edema dan pendarahan sepanjang kolon.
Crohn's disease adalah penyakit inflamasi yang letak inflamasinya dapat
terjadi diseluruh saluran pencernaan (dari oropharinx hingga perianal). Biasanya
sering terjadi dibagian ileosekal. Crohn's disease bersifat transmural yang
menyerang bagian serosa yang menyebabkan terbentuknya fistula atau sinus tract.

B.PENYEBAB INFLAMATORY BOWEL DISEASE (IBD)


Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui. Akan tetapi, gen dan
lingkungan menjadi hal yang saat ini merupakan penyebab dari penyakit IBD.
Berbagai teori telah diungkapkan tentang penyebab penyakit IBD, salah satunya
menyebutkan akibat suatu reaksi autoimmune. Dalam teori ini, penyebab dari IBD
adalah reaksi respon autoimmune akibat paparan antigen pada luminal atau
selaput mukosa usus, disfungsi system immune terhadap bakteri komensal yang
menguntungkan untuk meningkatkan system immune dan infeksi bakteri pathogen
pada usus.
Reaksi autoimmune dalam teori ini menjadi penyebab pada ulceratif colitis.
Reaksi autoimmune merupakan reaksi penghancuran diri sendiri akibat salah
mengidentifikasikan sel-sel tubuh menjadi sel asing. Dalam usus, system immune
akan menyerang sel goblet, mucin, colonicytes dan sel-sel lainnya yang
menyebabkan reaksi inflamasi pada usus yang luas. Akan tetapi, teori ini masih
dipertanyakan karena antineutrofil pada penderita ulceratif colitis tidak significant
peningkatannya. Mekanisme ini dapat terjadi akibat peningkatan antibody yang
menyerang tropomyosin isoform yang merupakan senyawa sel-sel usus besar.
Penyebab kesalahan dalam pengenalan ini disebabkan karena adanya senyawa
peptide pada bakteri patogen yang akan menyebabkan kekacauan pada system
immune sehingga mengidentifikasi tubuh sebagai benda asing (self antigent).
IBD juga dapat terjadi akibat infeksi bakteri pathogen seperti yersinia atau
Mycobacterium tubercolusis. Mikrobakteria lainnya yang dapat menyebabkan
IBD adalah shigella dan camphilobacter. Mikrobakteri lain yang dapat
menyebabkan IBD adalah salmonella, aeromonas, E. coli 015:H7, Clostridium
difficilia, Giardia lamblia, Histoplasma dan Entamoeba histolytica. Mikrobia
pathogen ini dapat berasal dari makanan yang tidak bersih penanganannya.
Mikrobakteri ini dapat menyebabkan inflamasi pada kolon sehingga makanan
dapat menyebabkan timbulnya penyakit IBD.

C.PROGnOSIS INFLAMATORY BOWEL DISEASE (IBD)


Prognisis dari penyakit IBD dapat diuraikan sebagai berikut:
1.Demam atau panas.
Demam atau panas ini sering terjadi pada pasien IBD yang merupakan
manifestasi dari inflamasi pada kolon. Pada pasien dengan gejala ulseratif
colitis kronis, gejala demam tidak terlihat sehingga pasien sering tidak merasa
bahwa pasien mengalami ulseratif colitis.
2.Berat badan Turun.
Berat badan yang Turín merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
adanya IOBD pada anak dan dewasa. Pada anak, penurunan berat badan dan
pertumbuhan yang terganggu merupakan salah satu ciri dari penyakit Crohn's
disease dibandingkan dengan ulseratif colitis.

3.Gangguan pertumbuhan dan gangguan kematangan


sexualitas.
Ciri atau gejala ini menunjukkan adanya penyakit crohn's disease pada anak.
Selain itu, pada pasien dengan crohn's disease, terdapat retardasi atau
kemunduran pematangan otot. Sehingga otot-otot pada anak menjadi lemah.
Gangguan pertumbuhan ini disebabkan akibat asupan nutrisi yang kurang
akibat anorexia dan perut sebah. Selain itu, kehilangan protein juga menjadi
alasan utama mengapa pada pasien crohn's disease mengalami gangguan
pertumbuhan terutama pada anak. Malabsorbsi nutrisi sering dikaitkan dengan
gangguan penyerapan protein sehingga pasien mengalami gangguan
pertumbuhan. Akan tetapi, gangguan penyerapan ini baru terjadi apabila
pasien dengan IBD mengalami pemotongan usus. Factor lainnya yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak adalah meningkatnya kadar
cytokin dalam darah dan menurunnya somatomedin suatu protein faktor
seperti insulin yang mengatur pertumbuhan (insulin like growth factor).
4.Arthralgias dan artritis.
5.Lesi atau luka pada mucocutaneus
Menifestasi dari lesi atau luka dari mucocutaneus adalah erythemea nodosum
dan pyoderma gangrenosum. Erythemea nodosum dicirikan dengan nyeri,
warna merah pada daerah mulut dengan diameter 1-3 cm dan tampak pada
daerah extensor. Sedangkan pyoderma gangrenosum dicirikan dengan warna
merah pada kulit.
6.Komplikasi opthalmologic
7.Penyakit Hepatobiliary.
Ulceratif colitis dapat menyebabkan peradangan pada hati dan empedu.
Peradangan ini sering disebut dengan Primary sclerosing cholangitis (PSC).
Primary sclerosing cholangitis (PSC) merupakan penyakit kronis yang
menyerang empedu akibat pembentukan jaringan fibrosa pada empedu akibat
adanya inflamasi. Penyakit ini juga menyebabkan cholestatic pada hati.
8.Penyakit ginjal.
Nephrolitiasis dapat terjadi pada IBD akibat dari penumpukan asam urat pada
ulceratif kolitis dan oxalate pada crohn's disease.
9.Osteophenia dan osteophorosis.
Gejala ini dapat timbul pada pasien IBD akibat dari pemberian obat
corticosteroid pada jangka waktu yang lama.
D.MANAGEMENT PENGOBATAN
Management pengobatan pada penyakit IBD dibagi menjadi 2, yaitu
management pada ulceratif colitis dan management pada crohn's disease.
1.Management Pengobatan pada Ulceratif colitis
Pada ulceratif colitis dengan gejala yang ringan, maka terapi atau
pengobatan yang dilakukan adalah dengan memberikan sulfasalazine secara
oral sendiri atau diikuti dengan obat yang lain. Sulfasalazine merupakan obat
tipe asam aminosalisilat. Cara kerja dari asam aminosalisilat ini adalah
mencegah remisi atau menurunkan inflamasi pada penderita ulceratif colitis.
Dosis yang tepat untuk obat jenis ini adalah 4 gram per hari. Akan tetapi, obat
jenis ini memiliki efek samping antara lain: nausea, sakit kepala, nyeri
didaerah epigastrik, diare dan syndroma stephen-johnson.
Pada ulceratif colitis sedang hingga berat yang dutunjukkan dengan
nyeri atau kram perut, anemia, diare berdarah, serta hipoalbunemia harus
segera mendapat perawatan di rumah sakit. Pemberian obat-obatan
immunosupressan seperti azathioprine dan 6-mercaptopurine dianjurkan untuk
mengkonsumsi obat-obatan jenis ini karena 50% tidak menimbulkan efek
samping dibanding kortikosteroid lainnya. Obat-obatan jenis steroid biasanya
menghambat inflamasi dengan cara menghambat mekanisme kerja transkripsi
interluekin.
2.Management pengobatan pada Crohn's disease
Untuk pengobatan penyakit Crohn's disease, pengobatannya tidak jauh
berbeda dengan pengobatan pada pasien dengan penyakit ulceratif colitis.
Corticosteroids seperti prednisolone, bundesonide, hidrocortison,
methylprenisolon merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi
inflamasi pada Crohn's disease. Dosis efektif yang digunakan adalah 1
mg/hari. Akan tetapi, karena penggunaan obat-obatan jenis ini dapat
menghalangi asupan kalsium dan menyebabkan osteophenia, maka
penggunaan onat-obatan jenis ini perlu diimbangi dengan asupan kalsium
yang baik.
Obat lainnya yang digunakan adalah sulfasalazine dan mesalamine.
Kedua obat ini merupakan jenis obat asam 5-aminosalisilat. Obat ini bekerja
sama dengan kortikosteroid dalam menghambat reaksi inflamasi pada pasien.
Akan tetapi peggunaan obat-obatan jenis ini dapat menghambat penyerapan
asam folat, sehingga kemungkinan terjadi anemia dapat terjadi bila pemberian
obat ini tidak diimbangi dengan suplemen asam folat yang cukup atau adekuat.
Antibiotik seperti metronidazole dan cyprofloxacin dapat digunakan
untuk pasien pada IBD terutama pada pasien yang terserang dibagian perianal.
Pada pasien yang terserang didaerah ini, biasanya disebabkan akibat dari
infeksi bakteri sehingga penggunaan antibiotik merupakan pilihan yang tepat.
Obat-obat immunosupresive dapat pula digunakan pada pasien crohn's
disease seperti azethoprine dan 6-mercaptopurine seperti pada pasien ulceratif
colitis. Selain penggunaan immunosupresive, obat jenis lain yang menghmbat
pembentukan cytokines dan TNF-α seperti chimeric, infliximab dan
thalidomide dapat diguakan dalam mencegah keparahan IBD.

E.MANAGEMENT DIET
Diet atau nutrisi Sangat penting dalam kesembuhan pasien IBD. Untuk
pemberian diet harus dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien dengan penyakit ini. Obat-obatan yang diberikan seperti dari
golongan steroid dan sulfasalazin dapat mempengaruhi penyerapan beberapa
mikronutrein seperti kalsium, protein dan asam folat sehingga kejadian
osteoporosis dan anemia dapat terjadi apabila pemberian nutrisi tidak adekuat.
Selain itu, nutrisi juga diperlukan dalam mempertahankan fungís dan
keseimbangan tubuh dengan menyeimbangkan pengeluaran protein untuk
pembentukan sel dan energi yang diperlukan dalam metabolisme akibat adanya
panas.
Beberapa makanan dapat diberikan kepada pasien IBD. Makanan yang dapat
diberikan itu antara lain:
1.Bahan makanan yang berasal dari grains seperti beras,
oat, barley dan sejenisnya
2.Bahan makanna yang berasal dari kedelai seperti susu
kacang kedelai, tahu atau tempe dapat diberikan kepada
pasien IBD
3.Bahan makanan yang berasal dari kacang-kacangan
seperti almond, kacang mete, hazelnut, walnut, dsb.
4.Pemberian buah-buahan sebaiknya buah-buahan yang
sedikit serat dan rendah fruktosa seperti air kelapa.
5.Air dapat dikonsumsi untuk mengganti kehilangan
cairan tubuh. Akan tetapi, penggunaan air soda
sebaiknya jangan diberikan karena dapat memperparah
kembung dan buang angin pada penderita
6.Makanan yang tidak mengandung kafein seperti kopi
sebaiknya tidak diberikan
7.Kentang dapat digunakan untuk penderita baik yang
diolah dengan cara direbus
8.Ubi merah yang berasa manis
9.Roti yang berwarna putih saja. Hal ini disebabkan
karena roti yang berwarna coklat mengandung tinggi
serat sehingga dapat menyebabkan diare dan kembung
10.Ikan yang diolah dengan cara direbus. Makanan yang
digoreng dapat meningkatkan respon inflamasi,
sehingga harus dihindari makanan yang digoreng-
goreng pada penderita IBD
11.Ayam dan kalkun dapat dikonsumsi akan tetapi dalam
pengolahannya jangan terlalu banyak menggunakan
rempah yang dapat menyebabkan pasien muntah
12.Telur
13.Cereal yang tanpa ditambah dengan pewarna dan perasa
14.Sayur yang direbus seperti wortel dan kacang peas
15.Crackers
16.Buah yang sedikit serat dan fruktosa seperti melon dan
pir
17.Margarine
18.Selai kacang
Sedangkan makanna yang sebaiknya dihindari oleh pasien dengan IBD adalah
sebagai berikut:
1.Produk-produk susu sebaiknya dihindari atau diberikan
apabila pasien tidak mengalami gejala intoleransi
2.Sirup yang mengandung tinggi fruktose
3.Sayuran yang mengandung tinggi rafinosa seperti kobis,
kol dan brokoli
4.Makanan yang mengandung sorbitol dan nicorette yang
masing-masing terdapat pada minuman yang dibuat dari
pemanis buatan seerta permen karet
5.Minuman yang mengandung kafein sebaiknya dihindari
6.Minuman beralkohol dan makanan yang dapat
menghasilkan alkohol seperti durian dan nagka
7.Buah-buahan seperti apel, jeruk dan tomat
8.Rempah-rempah dan bumbu yang berbau atau berasa
mencolok seperti cabai, lada, merica dan sebagainya
9.Minuman diet yang mengandung tinggi sorbitol dan
manitol (gula alkohol)
10.Fast food
11.Chinese food yang mengandung MSG tinggi
12.Makanan yang digoreng dan berlemak tinggi
13.Roti yang dibuat dari whole grain
14.Kacang-kacangan (legumes) dan beans (kapri)
15.Daging yang berwarna merah
16.Makanan atau suplemen makanan yang mengandung
serat tidak larut air
17.Makanan yang dibakar
Selain mengetahui makanan yang disebutkan diatas, pemberian kalori dan diet
harus sesuai dengan kondisi yang terjadi. Pada anak-anak yang sedang tumbuh,
pemberian protein dan energi menjadi hal yang sangat penting guna menunjang
pertumbuhan. Sehingga penanganan diet yang tepat adalah diet gagal tumbuh.
Sedangkan pada dewasa, kebutuhan protein dan zat-zat nutrisi lain akan menurun
akibat interaksi obat sehingga pemberian diet yang tepat adalah diet tinggi kalori
dan tinggi protein. Sedangkan untuk pasien yang setelah dioperasi, maka
pemberian dietnya adalah diet pasca operasi dengan memperhatikan kriteria
diatas. Biasanya pasien yang telah mengalami pemotongan usus, akan terjadi
intoleransi terhadap susu, sehingga pemberian susu dan produknya sebaiknya
dihindari. Pemotongan usus juga dapat menyebabkan penyerapan beberapa
makronutrient menjadi terganggu, sehingga pemberian nutrisi dalam bentuk
elementary feeding menjadi pilihan yang utama. Apabila pasien mengalami
anoreksia dan muntah yang terus menerus, maka pemberian makanan dalam porsi
kecil dan sering harus dilakukan. Apabila tidak menunjukkan hasil yang baik,
maka pemberian nutrisi parenteral menjadi pilihan yang tepat. Perbaikan ini dapat
dilihat dari berat badan yang tidak menurun terus atau cenderung naik, nafsu
makan membaik dan panas berkurang.

Vous aimerez peut-être aussi