Vous êtes sur la page 1sur 2

INTISARI Studi ini bertujuan menjelaskan dominasi simbolik Karaeng di Jeneponto.

Beberapa alasan penulisan dominasi Karaeng begitu penting, Pertama, golongan Karaeng masih sedikit diangkat dalam kajian sosiologi. Kedua, Karaeng sebagai lapisan atas dalam pelapisan tradisional masyarakat Jeneponto memliki hasrat kuasa yang belum benar-benar padam. Ketiga, kekaraengan sebagai bagian dari tradisi masih dipertahankan di tengah arus desentralisasi dan demokrasi liberal yang menerpa Indonesia pasca Orde Baru jatuh. Tiga alasan ini dianggap cukup bagi penulis untuk mengkaji Karaeng lebih dalam. Pada kenyataannya, kekuasaan Karaeng semakin nampak di berbagai ranah. Posisinya semakin kuat dalam kehidupan sosial dan perpolitikan di Jeneponto. Untuk itu, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: Bagaimana strategi kekuasaan Karaeng menuju dominasi simbolik di Jeneponto? Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan konsep Dominasi Simbolik Pierre Bourdieu dalam melihat interaksi kekuasaan Karaeng di Jeneponto dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Konsep ini dianggap mampu melihat makna kekuasaan Karaeng. Dari hasil temuan lapangan menjelaskan bahwa golongan Karaeng mendominasi arena karena beberapa hal: Pertama, penguasaan pengetahuan mitos Tumanurung dengan kepemilikan lontaraq. Kedua, basis ekonomi (kapital) yang dimanifestasi atas penguasaan tanah, dan basis politik pemerintahan yang terwujud dalam gurita distribusi jabatan atau posisi atas dasar jaringan kekeluargaan/kekerabatan (KKN). Ketiga, kuatnya tradisi kekaraengan (kultural) yang kemudian dimanfaatkan Karaeng untuk mendominasi. Dan Keempat, masyarakat relatif permisif yang larut dalam wacana golongan Karaeng yang kemudian menerima apa adanya kekuasaan Karaeng. Bagaimana pun, Karaeng sangat besar pengaruhnya dalam perjalan demokrasi lokal di Jeneponto. Jika hal ini terjadi maka pengaruhnya terhadap perubahan sosial akan berlangsung lama. Kondisi ini memang berbeda dengan perjalanan sejarah negara-negara Barat yang melalui proses rasionalisasi dan modernisasi maka mudah mencapai proses demokratisasi. Kekuasaan Karaeng yang masih bertahan di tengah globalisasi dan birokratisasi pasar sekarang ini masih patut untuk terus dikaji. Kata kunci: Karaeng, Dominasi Simbolik, Kekuasaan.

xiv

ABSTRACT The aim of study is to explain the symbolic domination of Karaeng in Jeneponto Regency . This writing is based on several reasons: Firstly, the issue of Karaeng dominination is still less studied in sociology. Secondly, Karaeng as the top class of traditional stratification in Jeneponto has a powerful desire that is never extinguished. Thirdly, karaeng as a part of tradition is still retained in the middle of current decentralization and liberal democratization that are occurring in Indonesia after the new order collapsed. These reasons enforce the study on Karaeng more deeply since the fact shows that the power of Karaeng notices in various domains. This position is stronger in social and political life in Jeneponto District. Therefore, this research tries to answer the questions as follow: How does strategy of Karaeng toward power symbolic domination in jeneponto? Due to answer these questions, the Pierre Bourdieus concepts of on domination from, Symbolic domination of Pierre Bourdieu in viewing the interaction of power in Jeneponto by using existing resources. The Concept has benefited the Karaeng to describe the social affairs in Jeneponto district. The findings explained that the Karaeng dominates social and political spheres because of: first, mastering the mythical knowledge on Tumanurung by possessing of Lontaraq. Second, having economy base (capital) that controlling on the land and money manifestation. Third, the political government base in terms of political cephalopods such as distribution of official position or the top position, kinship network collusion (KKN). Fourth, the strong tradition of Karaeng (cultural) that is manipulated for dominating, and finally, society consent to accept and involve relatively in the discourse of Karaeng and his power. Therefore, the Karaeng has the influential power in local democratization in Jeneponto. This means that the influence will persuade the process of current social changes in long terms. This condition is different to historical process of industrializing the western countries through the process of rationalizing and modernization that imposes easily the democratization process. The power of Karaeng , in turns, will be persistent in the middle age of globalization and market bureaucratization that are still need to be assessed. Keywords : Karaeng , the symbolic domination, and power.

xv

Vous aimerez peut-être aussi