Vous êtes sur la page 1sur 20

LIMFOMA NON-HODGKIN

I.

DEFINISI Limfoma Maligna adalah neoplasma ganas primer pada kelenjar getah bening/sistem lymfatis, dan ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening yang terkena. Dapat dibedakan menjadi dua yaitu Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin. Limfoma non-hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.1 Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat.2,3 Limfoma non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T dan kadang berasal dari sel NK (Natural Killer) yang berada dalam sistem limfe yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, penjalaran klinis, respon terhadap pengobatan maupun prognosis. LNH merupakan kumpulan penyakit keganasan heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid: 80% berasal dari sel B dan yang lain dari sel T. Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara tak terkendali yang

mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.1

II.

EPIDEMIOLOGI Pada tahun 2004 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 50.000 kasus lebih dan 26.100 meninggal karena LNH, dan di China diperkirakan lebih dari 40.000 kasus. Insidensi LNH meningkat sangat pesat seiring

bertambahnya usia dan mencapai puncak pada kelompok usia 80-84 tahun.1 LNH secara umum lebih sering terjadi pada pria. Di Amerika serikat, 5% kasus LNH baru terjadi pada pria dan 4% pada wanita per tahunnya. Pada tahun 2002, LNH dilaporkan sebagai penyebab kematian akibat kanker utama pada pria usia 20-40 tahun.1,4 Saat ini angka pasien LNH di Amerika Serikat semakin meningkat dengan pertambahan 5-10% pertahunnya, menjadikannya urutan kelima tersering dengan angka kejadian 12-15 per 100.000 penduduk. Di indonesia sendiri LNH bersama-sama dengan penyakit Hodgkin dan leukemia menduduki urutan ke enam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian LNH terus meningkat. Adanya hubungan erat antara penyakit LNH dan AIDS memperkuat dugaan adanya hubungan antara LNH dengan infeksi.4

III.

ETIOLOGI Penyebabnya tidak diketahui, tetapi bukti-bukti menunjukkan adanya hubungan dengan virus yang masih belum dapat dikenali. Sejenis limfoma non-Hodgkin yang berkembang dengan cepat berhubungan dengan infeksi karena HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yaitu suatu retrovirus yang fungsinya menyerupai HIV penyebab AIDS.5

IV.

FAKTOR RISIKO Beberapa faktor risiko terjadinya LNH, antara lain :1,3,4,6 1. Imunodefisiensi 25% kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah: severe common dan combined variable ataxia-

immunodeficiency, immunodeficiency,

hypogammaglobulinemia, Wiskott-Aldrich

syndrome,

telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan dengan kelainan-

kelainan tersebut seringkali dihubungkan pula dengan Epstein-Barr virus (EBV) dan jenisnya beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B hingga limfoma monoklonal 2. Agen Infeksius EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkitt endemik, dan lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkitt sporadik. Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkitt ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkitt belum diketahui. Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan resiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga dihubungkan dengan posttransplant lymphoproliferative disorders (PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas. 3. Paparan Lingkungan dan Pekerjaan Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik. 4. Diet dan Paparan Lainnya Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan ultraviolet

V.

PATOGENESIS Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari kelompok sel limfosit tua yang berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat rangsangan imunogen). Proses ini terjadi di dalam kelejar getah bening. Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain : ukurannya semakin besar, kromatin inti menjadi lebih halus dan nukleolinya terlihat.

Sel

yang berubah

menjadi

se

kanker

sering kali

tetap

mempertahankan sifat dasarnya. Misalnya sel kanker dari limfosit tua yang tetap mempertahankan sifat mudah masuk aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang rendah, sedangkan sel kanker dari imunoblas amat jarang masuk aliran darah, namun memiliki tingkat mitosis yang tinggi.1

VI.

KLASIFIKASI Penggolongan histologis LNH merupakan masalah yang rumit dan sukar, yang sering menggunakan istilah-istilah yang dimaksudkan untuk tujuan yang berbeda-beda sehingga tidak memungkinkan diadakannya perbandingan yang bermakna antara hasil dari berbagai pusat penelitian. Terdapat lebih dari 20 klasifikasi yang berbeda untuk NHL.1 Perkembangan terakhir klasifikasi yang banyak dipakai dan diterima di banyak pusat kesehatan adalah formulasi praktis (Working Formulation/WF) dan REAL/WHO (Revised European-American

Classification of Lymphoid Neoplasms). WF menjabarkan karakteristik klinis dengan deskriptif histopatologis, namun belum menginformasikan jenis sel limfosit B atau T, maupun berbagai patologis klinis yang baru. WF membagi LNH atas derajat keganasan rendah, menengah dan tinggi yang mencerminkan sifat agresifitas mereka. Klasifikasi WHO/REAL beranjak dari karakter imunofenotif (sel B, sel T dan sel NK) dan analisa lineage sel limfoma. Klasifikasi terakhir ini diharapkan menjadi patokan baku cara berkomunikasi di antara ahli hematologi-onkologi medik.1

Tabel 1. Klasifikasi LNH menurut Working Formulation/WF1 Working Formulation * Low Grade Lymphoma - Small lymphocyte - Folliculer, small cleaved cell - Folliculer, mixed small cleaved - Folliculer, mixed small cleaved and large cell * Intermediate Grade Lymphoma - Folliculer, large cell - Diffuse, small cleaved cell - Diffuse, mixed (small and large cell) - Diffuse, large cell * High Grade - Immunoblastik (large cell) - Lymphoblastic - Small non cleaved cell

Tabel 2. Klasifikasi LNH menurut REAL/WHO1 Klasifikasi Menurut REAL/WHO B-cell neoplasms I. Precursor B-cell neoplasm : precursor B-acute lymphoblastic leukemia/lymphoblastic lymphoma (BALL, LBL) II. Peripheral B-cell neoplasms : 1. B-cell chronic lymphocytic leukemia/small lymphocytic lymphoma 2. B-cell prolymphocytic leukemia 3. Lymphoplasmacytic lymphoma/immunocytoma 4. Mantle cell lymphoma 5. Follicular lymphoma 6. Extranodal marginal zone B-cell lymphoma or MALT type 7. Nodal marginal zone B-cell lymphoma ( + monocytoid B-cell) 8. Splenic marginal zone lymphoma ( + villous lymphocytes) 9. Hairy cell leukemia

10. Plasmacytoma/plasma cell myeloma 11. Diffuse large B-cell lymphoma 12. Burkitts lymphom T-cell and putative NK-cell neoplasms I. Precursor T-cell neoplasm : precursor T-acute lymphoblastic leukemia/lymphoblastic lymphoma (TALL, LBL) II. Peripheral T-cell and NK-cell neoplasms: 1. T-cell chronic lymphocytic leukemia/prolymphocytic leukemia 2. T-cell granular lymphocytic leukemia 3. Mycosis fungoides/Sezary syndrome 4. Peripheral T-cell lymphoma, not otherwise characterized 5. Hepatosplenic gamma/delta lymphoma 6. Subcutaneus panniculitis-like T-cell lymphoma 7. Angiimmunoblastic T-cell lymphoma 8. Extraanodal T-/NK-cell lymphoma, nasal type 9. Enteropathy-type intestinal T-cell lymphoma 10. Adult T-cell lymphoma/leukemia (HTLV 1+) 11. Anaplastic large cell lymphoma, primary systemic type 12. Anaplastic large cell lymphoma, primary cutaneous type 13. Aggressive NK-cell leukemia

Hal yang perlu dicatat adalah 25 % penderita LNH menunjukkan gambaran sel limfoma yang bermacam-macam pada satu lokasi yang sama; maka dalam hal ini pengobatannya harus berdasarkan gambaran histologis yang paling dominant. Oleh karena itu diagnosis klasifikasi LNH harus selalu berdasarkan biopsi KGB dan bukan semata evaluasi sitologi atau biopsi sumsum tulang.1

VII.

GEJALA Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak

menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah

bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan : Gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai.5 Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia. Limfoma dan leukemia memiliki banyak kemiripan. Limfoma nonHodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masulknya sel limfoma ini menyebabkan anmeia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya kelemahan dan sensasi yang abnormal). Biasanya yang membesar adalah kelenjar getah bening di dalam, yang menyebabkan : pengumpulan cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak nafas, penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau muntah, penyumbatan kelenjar getah bening sehingga terjadi penumpukan cairan.5 Tabel 3. Gejala Limfoma Non-Hodgkin 5,9 Kemungkinan Gejala Gangguan Penyebab timbulnya gejala

pernafasan Pembesaran kelenjar getah bening 20-30% di dada

Pembengkakan wajah Hilang nafsu makan Sembelit berat

Pembesaran kelenjar getah bening 30-40%

Nyeri perut atau perut di perut kembung

Pembengkakan tungkai

Penyumbatan

pembuluh

getah 10%

bening di selangkangan atau perut Penurunan berat badan Diare malabsorbsi Penyebaran limfoma ke usus halus 10%

Pengumpulan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura) Daerah kehitaman dan menebal di kulit yang Penyebaran limfoma ke kulit terasa gatal Penurunan berat badan Demam Keringat di malam hari Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh Perdarahan pencernaan Penghancuran sel darah merah oleh Anemia (berkurangnya limpa yang membesar & terlalu 30% aktif Pada akhirnya mencapai ke dalam saluran 50-60% 10-20% Penyumbatan pembuluh getah 20-30%

bening di dalam dada

jumlah sel darah merah)

Penghancuran sel darah merah oleh bisa antibodi hemolitik) Penghancuran sumsum tulang abnormal (anemia 100%

karena penyebaran limfoma Ketidakmampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sejumlah sel darah merah karena obat atau terapi penyinaran Mudah terinfeksi oleh Penyebaran ke sumsum tulang dan bakteri kelenjar menyebabkan getah bening, 20-30% berkurangnya

pembentukan antibodi

VIII.

PENDEKATAN DIAGNOSTIK A. Anamnesis 1. Umum : Pembesaran kelenjar getah bening dan malaise umum Berat badan menurun 10% dalam waktu 6 bulan Demam tinggi 38 C 1 minggu tanpa sebab Keringat malam Keluhan anemia Keluhan organ (mis lambung, nasofaring) Penggunaan obat

2. Khusus : Penyakit autoimun (SLE, Sjogren, Rheuma) Kelainan darah Penyakit infeksi (Toksoplasma, Mononukleosis, TBC, Sifilis,) B. Pemeriksaan Fisik 1. Pembesaran KGB 2. Kelainan/pembesaran organ 3. Performance Status : ECOG atau WHO / Karnofsky C. Pemeriksaan Penunjang :

a. Laboratorium 1) Rutin/standar Hematologi : Darah perifer lengkap (DPL) : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, LED, Hitung jenis Gambaran darah tepi (GDT) : Morfologi sel darah

Analis urin : Urine lengkap

Kimia Klinik SGOT/SGPT, LDH, protein total, albumin/globulin Asam Urat dan Fosfatase Alkali

Gula darah puasa dan 2 jam pp Elektrolit : Na, K, Cl, Ca, P

2) Khusus (Atas indikasi) : - Gamma GT - Cholinesterase - LDH/fraksi - Serum Protein Elektroforesis (SPE) - Imuno Elektroforese (IEP) - Tes Coomb - B2 Mikroglobulin b. Biopsi 1) Biopsi KGB dilakukan cukup 2 kelenjar yang paling representatif, superficial, dan perifer. Jika terdapat kelenjar perifer/superfisial yang representatif, maka tidak perlu biopsi intra abdominal atau intra torakal. Spesimen kelenjar diperiksa: Rutin/Standar Histopatologi : REAL-WHO dan Working Formulation Khusus Imunoglobulin permukaan Imunohistokimia 2) Diagnosis ditegakkan berdasarkan histopatologi dan sitologi. FNAB dilakukan atas indikasi tertentu. 3) Tidak diperlukan penentuan stadium dengan laparatomi. c. BMP (aspirasi sumsum tulang) dan biopsi sumsum tulang Dari 2 sisi spina iliaca dengan hasil spesimen sepanjang 2 cm d. Radiologi 1) Rutin/Standar : - Foto thorax PA dan lateral Bila rasio mediastinum : toraks > 0,35 maka pertimbangkan CT Scan toraks

10

- USG seluruh abdomen Bila USG abdomen ada kelainan, pertimbangkan CT Scan seluruh abdomen (atas dan bawah) 2) Khusus - CT Scan Thorax - CT Scan Andomen g. Immunophenotyping : Parafin panel : Sel B, Sel T, Sel NK dan CD20

IX.

STADIUM Penetapan stadium penyakit harus selalu dilakukan sebelum pengobatan dan setiap lokasi jangkitan harus didata dengan cermat, digambar secara skematik dan didata tidak hanya jumlah namun juga ukurannya. Hal ini sangat penting dalam menilai hasil pengobatan. Disepakati menggunakan sistem staging menurut Ann Arbor 1,6,7,8 Tabel 4. Stadium Ann Arbor1 Stadium Keterangan

Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) hanya 1 regio I E : jika hanya terkena 1 organ limfatik tidak difus / batas tegas

II

Pembesaran 2 regio KGB atau lebih, tetapi masih satu sisi diafragma : II 2 : pembesaran 2 regio KGB dalam 1 sisi diafragma II 3 : pembesaran 3 regio KGB dalam 1 sisi diafragma II E : pembesaran 1 regio atau lebih KGB dalam 1 sisi diafragma dan 1 organ ekstra limfatik tidak difus / batas tegas

III IV

Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma Jika mengenai 1 organ ekstra limfatik atau lebih tetapi secara difus

11

Gambar 1. LNH stadium 110

Gambar 2. LNH stadium II 10

12

Gambar 3. LNH stadium IIE 10

Gambar 4. LNH stadium III10

13

Gambar 5. LNH stadium IV10

X.

DIAGNOSIS BANDING Limfoma Hodgkin Penyakit Hodgkin adalah suatu jenis keganasan sistem kelenjar getah bening dengan gambaran histologis yang khas. Ciri histologis yang dianggap khas adalah adanya sel Reed-Sternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin dan gambaran selular getah bening yang khas. Gejala utama adalah pembesaran kelenjar yang paling sering dan mudah dideteksi adalah pembesaran kelenjar di daerah leher. Pada jenisjenis tipe ganas (prognosis jelek) dan pada penyakit yang sudah dalam stadium lanjut sering disertai gejala-gejala sistemik yaitu: panas yang tidak jelas sebabnya, berkeringat malam dan penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan. Kadang-kadang kelenjar terasa nyeri kalau penderita minum alkohol. Hampir semua sistem dapat diserang penyakit ini, seperti traktus gastrointestinal, traktus respiratorius, sistem saraf, sistem darah, dan lain-lain.2

14

Limfadenitis Tuberkulosa Merupakan salah satu sebab pembesaran kelenjar limfe yang paling sering ditemukan. Biasanya mengenai kelenjar limfe leher, berasal dari mulut dan tenggorok (tonsil). Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe bronchus disebabkan oleh tuberkulosis paru-paru, sedangkan pembesaran kelenjar limfe mesenterium disebabkan oleh tuberkulosis usus. Apabila kelenjar ileocecal terkena pada anak-anak sering timbul gejala-gejala appendicitis acuta, yaitu nyeri tekan pada perut kanan bawah, ketegangan otot-otot perut, demam, muntah- muntah dan lekositosis ringan. Mulamula kelenjar-kelenjar keras dan tidak saling melekat, tetapi kemudian karena terdapat periadenitis, terjadi perlekatan-perlekatan.2

XI.

PENATALAKSANAAN Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi yang dapat dilakukan adalah : 2

1. Derajat Keganasan Rendah (DKR)/indolen: Pada prinsipnya simtomatik - Kemoterapi : obat tunggal atau ganda (per oral), jika dianggap perlu: COP (Cyclophosphamide,Oncovin, dan Prednisone) - Radioterapi : LNH sangat radiosensitif. Radioterapi ini dapat dilakukan untuk lokal dan paliatif. Radioterapi : Low Dose TOI + Involved Field Radiotherapy saja

2. Derajat Keganasan Mengah (DKM)/agresif limfoma - Stadium I : Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU) + radioterapi CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin,Oncovin, Prednisone) - Stadium II IV : kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi berperan untuk tujuan paliasi.

15

3. Derajat Keganasan Tinggi (DKT) DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik) - Selalu diberikan pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) - Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan pada: 1. setelah siklus kemoterapi ke-empat 2. setelah siklus pengobatan lengkap

Tabel 5. Kombinasi sediaan kemoterapi pada Limfoma Non-Hodgkin 5,9 Sediaan Obat tunggal Obat Klorambusil Siklofosfamid Keterangan Digunakan pada limfoma tingkat rendah untuk mengurangi ukuran kelenjar getah bening dan untuk mengurangi gejala CVP (COP) Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Prednison Digunakan pada limfoma tingkat rendah dan beberapa limfoma tingkat menengah untuk mengurangi ukuran kelenjar getah bening dan untuk mengurangi gejala Memberikan respon yang lebih cepat dibandingkan dengan obat tunggal CHOP Siklofosfamid Doksorubisin (adriamisin) Vinkristin (onkovin) Prednison C-MOPP Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Prokarzibon Prednison Digunakan pada limfoma tingkat menengah & beberapa limfoma tingkat tinggi dan juga digunakan pada penderita yang memiliki kelainan jantung & tidak dapat mentolerans doksorubisin Digunakan pada limfoma tingkat menengah & beberapa limfoma tingkat tinggi

16

M-BACOD

Metotreksat Bleomisin Doksorubisin (adriamisin) Siklofosfamid Vinkristin (onkovin) Deksametason

Memiliki efek racun yg lebih besar dari CHOP & memerlukan pemantauan ketat terhadap fungsi paru-paru & ginjal Kelebihan lainnya menyerupai CHOP

ProMACE/C ytaBOM

Prokarbazin Metotreksat Doksorubisin (adriamisin) Siklofosfamid Etoposid bergantian dengan Sitarabin Bleomisin Vinkristin (onkovin) Metotreksat

Sediaan ProMACE bergantian dengan CytaBOM Kelebihan lainnya menyerupai CHOP

MACOP-B

Metotreksat doksorubisin (adriamisin) siklofosfamid vinkristin (onkovin) prednison Bleomisin

Kelebihan utama adalah waktu pengobatan (hanya 12 minggu) Kelebihan lainnya menyerupai CHOP

17

XII.

PROGNOSIS LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok : Limfoma Non Hodgkin Indolen dan Limfoma Non Hodgkin Agresif. LNH Indolen memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival 10 tahun, tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar tipe Indolen adalah noduler atau folikuler. Tipe Limfoma Non Hodgkin Agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih pendek, namun lebih dapat disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi intensif.1 Resiko kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologi divergen baik pada kelompok Indolen maupun Agresif. International Prognostic Index (IPI) dugunakan untuk memprediksi outcome pasien dengan LNH Agresif Difus yang mendapatkan kemoterapi regimen kombinasi yang mengandung Anthracycline, namun dapat pula digunakan pada hampir semua subtype LNH.9,10 Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis, yaitu : 1. usia, 2. serum, 3. status performance 4. stadium anatomis 5. jumlah lokasi ekstra nodal yang terkena Derajat keganasan rendah : tidak dapat sembuh namun dapat hidup lama, derajat keganasan menengah : sebagian dapat disembuhkan, derajat keganasan tinggi : dapat disembuhkan, cepat meninggal apabila tidak diobati.10

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Reksodiputro, A. dan Irawan, C. Limfoma Non-Hodgkin. Disunting oleh Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. P.717-23. 2. Santoso M, Krisifu C. Diagnosis dan Penatalaksanaan Limfoma Non Hodgkin. DEXA MEDIA, No. 4, Vol. 17, Oktober Desember 2004. P. 143-6 3. Davey P. Limfoma. At a Glance Medicine. Alih bahasa : Rahmalia A. Editos : Safitri A. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006. p.318-9 4. Vinjamaram, S. Lymphoma, Non-Hodgkin. 2010

http://emedicine.medscape.com/article/203399-overview. [diakses 11 mei 2012]. 5. Anonim. Limfoma Non Hodgkin.

http//:medicastore.com/penyakit/Limfoma Non Hodgkin.html [diakses 11 mei 2012] 6. Yuen AF, Jacobs C. Lhymphomas of the Head and Neck. Byron J et al. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 3th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2001. p.121-32. 7. Adams GL. Tumor-tumor Ganas Kepala dan Leher. BOIES Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Alih bahasa : Wijaya C. Editor : Effendi H, Santoso K. Jakarta : EGC, 1997. p.429-50 8. American cancer society. How Is Non Hodgkin Lymphoma Staged. http//:oncologychannel.com/nonhodgkins/staging.shtml [diakses 12 mei 2012] 9. Anonim. Limfoma Non Hodgkin. 2009.

http//:dharmais.co.id/new/content.php?page=article [diakses 11 mei 2012]

19

10. Quade G. Adult Non-Hodgkin Lymphoma Treatment. Juni 2009.http://meb.uni-bonn.de/cancer.gov/CDR0000062958.html [diakses 12 mei 2012]

20

Vous aimerez peut-être aussi