Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi bersifat menahun yang disebabkan kuman microbacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Saat ini, menurut WHO terdapat 10 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi rendah seperti Indonesia. Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menyebutkan bahwa penyakit TBC di Indoensia adalah penyebab kematian terbesar ke 3 sesudah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, bahkan kasus TBC di indonesia menduduki peringkat ke 3 terbesar didunia sesudah Cina dan India.(Dye, 1999). Tingginya angka penderita TBC di Indonesia salah satunya disebabkan karena penderita TBC tidak menyelesaikan program pengobatan dengan baik serta lalai dalam mengikuti pengobatan yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan .(Azhar, 1996). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan jumlah penderita tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkannya Gerakan Terpadu Nasional (Gardunas TB) oleh Menkes RI pada tanggal 24 Maret 1999, penanggulangan TBC diangkat menjadi suatu gerakan yang bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta tetapi juga masyarakat pada umumnya. Salah satu kegiatan dalam Gardunas TB adalah pelaksanaan Strategi DOTS (Directly Observed Treatmant Shortcourse) dengan tujuan untuk menjamin dan mencegah resistensi, keteraturan pengobatan dan mencegah drop out penderita TBC dengan cara melakukan pengawasan dan pengendalian pengobatan penderita tuberkulosis. Walaupun pelaksanaan strategi DOTS sudah dilaksanakan tetapi sampai ini penderita tuberkulosis di Indonesia masih tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu modifikasi strategi untuk meningkatkan keteraturan berobat penderita TBC. Peran perawat dalam hal ini juga sangat diharapkan, karena perawat mempunyai peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, fasilitator, pendidik kesehatan, dan penyuluh kesehatan. 1.2 Rumusan Masalah
1

1. Apa pengertian dari TB Paru ?

2. Apa saja penyebab dari penyakit TB Paru ? 3. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit TB Paru ?
4. Bagaimana cara mengobati penyakit TB Paru ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit TB Paru dan Hemoptoe ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari TB Paru. 2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit TB Paru. 3. Untuk mengetahui gejala yang timbul dari penyakit TB Paru. 4. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit TB Paru. 5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit TB Paru dan Hemoptoe. 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Mahasiswa Menambah wawasan dan pengalaman untuk melakukan asuhan keperawatan pada penyakit lain serta menjadi bekal bagi mahasiswa dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat nantinya. 1.4.2 Bagi Tenaga Medis Sebagai masukan dan informasi guna menindaklanjuti hasil dari asuhan keperawatan sehingga dapat dibuat perencanaan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengobatan pada penyakit TB Paru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73 ) Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. ( Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Hal 584 ) Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parudisebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. 2.2 Ethiologi

paru yang

Penyakit TB Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Lingkungan yang tidak bersih Perokok

2.3 Manifestasi Klinik Gejala dan tanda bermacam-macam atau tanpa keluhan samasekali 1. Demam Subfebris, kadang mencapai 40 C-41 Serangan demam hilang-timbul seperti demam C. influenza. 2. Batuk, kadang batuk darah ( hemoptoe ) Terjadi karena iritasi bronkus. Batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) setelah terjadi peradangan menjadi batuk produktif (ada sputum) lebih lanjut menjadi batuk darah karena ada pembuluh yang pecah. 3. Sesak nafas Pada serangan awal belum dirasa sesak nafas, sesak nafas terjadi pada serangan lebih lanjut dimana infiltrasi sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada Hal ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila radang sudah sampai ke pleura.
3

5. Malaise Sering ditemukan berupa anorexia, berat badan turun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.

2.4 WOC

Ludah batuk penderita TB Mycrobacterium tubercolusis kering terbawa angin Terhirup masuk saluran napas Menyerang lewat paru Infeksi paru Muncul jaringan parut paru Kerusakan paru B1 produksi sekret
ketidakefektifan bersihan jalan napas

B2 proses pertukaran O2 suplai O2 ke jaringan sesak napas produksi leukosit laju endap darah proses pembekuan darah resiko pendarahan hemoptoe volume darah Hb ikatan Hb-O2
nyeri dada

jantung hipoksia jantung

resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas

Kerusakan paru B3 hipofise gangguan termo regulasi suhu tubuh demam output cairan dehidrasi
defisit volume cairan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

B4 infeksi menyebar ke ginjal gagal ginjal akut ekskresi urin volume cairan tubuh

B5 racun masuk lambung asam lambung

B6 TB tulang deformitas mobilitas

nausea nafsu makan nutrisi berat badan


peningkatan resiko cidera

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.5 Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Sputum


6

Untuk mencari bakteri tahan asam (BTA) dengan pencarian Zeihl Nielsen atau Tan Tiam Hole untuk memastikan diagnose TB paru, juga untuk identifikasi sumber penularan, karena sputum yang ditemukan BTA merupakan sumber penularan. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun kurang sensitif karena 30-70% penderita TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan BTA. Dilakukan pemeriksaan 3 kali berturut-turut selama 3 hari/1 minggu. Sputum pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. b. Darah LED (jumlah darah) biasanya meningkat pada proses aktif. Pada LED normal tidak dapat mengesampingkan proses yang aktif, leukosit bisa normal atau meningkat. Hb pada penyakit yang kronis dan berat disertai anemia normastik defisiensi zat besi. c. Uji Tuberkulin Biasanya secara Mantoux menyuntikkan IC (intrakutan) (0,1 ml) larutan Old Tuberculin dalam pengenceran 1:1000 atau 0,1 ml purifecd delvalif (SIW PPD). Pembacaan dikerjakan 48-72 jam kemudian dengan cara mengukur indurasi yang timbul. Pengujuran dikerjakan dalam millimeter. Dikatakan positif bila dalam millimeter menunjukkan melebihi 10 mm dan indurasi 6 mm, bila kurang dikatakan hasilnya negatif.
2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan foto thorax postro interior (PA) merupakan pemeriksaan radiologi standar. 2.6 Penatalaksanaan 1. Obat Anti Tuberkulin (OAT) Kemampuan bacteriocidal Kemampuan membunuh sejumlah kuman aktif dengan cepat. Kemampuan mencegah timbulnya kuman resisten terhadap obat. 2. Panduan obat OAT Panduan pengobatan standar jangka pendek minimal selama 6 bulan: 2 bulan H.R.Z/4 bulan H.R Keterangan : H: Isoniasid (INH), R: Rifampisin, Z: Pirazinamid, E: Ethambutol, S: Streptomicyn, T: Thioazetazon. Panduan standar jangka pendek Dep. Kes. RI paket A Berisi kategori : 2 HRZE / 4 H3R3
7

Selama 2 bulan awal diberikan paduan HRZE tiap hari, selama 4 bulan berikutnya diberikan paduan H dan R 3 kali seminggu 3. Variasi lain paduan obat jangka pendek : 2 HRZ / 4 , artinya :

2 bulan H, R dan Z tiap hari 4 bulan : INH seminggu 3 kali : Rifampicin seminggu 3 kali Pada daerah resisten tinggi Variasi x 2 EHRZ / 4HR x 2 SHRZ / 4HR 4. Paduan jangka lebih lama 2 SHRZ / 6 HT
2 SHRZ /

2 SHR / 7 HR 2 EHR / 7 HR 9 HR Bila terjadi relaps sesudah pengobatan jangka pendek, diberikan lagi panduan tersebut selama jangka waktu 9 bulan dengan pengawasan ketat. Bila terjadi kegagalan pengobatan, paduan obat diganti, bila perlu dengan test kepekaan. 2.7 Komplikasi 1. Hemoptoe 2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial 3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru. 4. Pneumotoraks spontan 5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). 2.8 Asuhan Keperawatan Teori 2.8.1 Pengkajian a. Pengumpulan data 1). Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, tanggal
8

MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis. 2). Riwayat penyakit sekarang Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan. 3). Riwayat penyakit dahulu Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif. 4). Riwayat penyakit keluarga Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga diteruskan penularannya. 5). Riwayat psikososial Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain. b. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek. 2) Pola nutrisi dan metabolik Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun. a. Pola eliminasi Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi. b. Pola aktivitas dan latihan Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas. c. Pola tidur dan istirahat Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
9

d. Pola hubungan dan peran Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular. e. Pola sensori dan kognitif Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan. f. Pola persepsi dan konsep diri Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya. g. Pola reproduksi dan seksual Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada. h. Pola penanggulangan stress Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan. i. Pola tata nilai dan kepercayaan Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien. c. Pemeriksaan fisik Berdasarkan sistem sistem tubuh a). Sistem pernapasan Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai : Inspeksi : adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan melemah. Palpasi Perkusi Auskultasi : Fremitus suara meningkat. : Suara ketok redup. : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar napas yang tertinggal, suara napas

dan yang nyaring b). Sistem kordiovaskuler Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi paru-paru yang mengeras. c). Sistem neurologis Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
10

d). Sistem gastrointestinal Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun. e). Sistem integumen Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun f). Sistem pengindraan Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan g). Sistem muskuloskeletal Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari hari yang kurang meyenangkan. h). Sistem genetalia Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia 2.8.2 Diagnosa Keperawatan
1.

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas. Nyeri dada berhubungan dengan hipoksia jantung. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan output cairan. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Peningkatan resiko cidera berhubungan dengan penurunan mobilitas.

2.

3. 4.

5.

6.

2.8.3 Intervensi No 1 Tujuan dan Intervensi Rasional Kriteria Hasil Ketidak efektifan T : Setelah Observa Penur bersihan jalan dilakukan tindakan si fungsi pernafasan unan bunyi nafas napas keperawatan (bunyi nafas, dapat menunjukkan berhubungan selama 3x24 jam kecepatan, trauma atelektasis, dengan produksi diharapkan jalan dan penggunaan otot menunjukkan Diagnosa
11

sekret meningkat

yang nafas efektif KH : sekret keluar bantuan, hilang, berkurang dapat tanpa sesak batuk

Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam sesak napas dapat berkurang atau hilang. KH : pasien tidak mengeluh sesak napas lagi.

akumulasi secret Catat Pengel kemampuan untuk uaran sakit jika mengeluarkan sekret, sekret kental/tebal, catat tentang warna, sputum berdarah jumlah dan sekret kental/cerah karena yang mengandung kerusakan darah (kovulasi) paru atau luka bronchial Memb antu Berika memaksimalkan n posisi semi fowler ekspansi paru dan penurunan upaya pernafasan Memb Anjurka antu mencairkan n memasukkan cairan sekret sehingga sedikitnya 2500 memudahkan ml/hari, kecuali ada untuk dikeluarkan kontra indikasi Mukol Kolabor itik : asi sesuai kebutuhan mengukur pasien kekentalan Broko dilator : peleberan bronkus/fasodilatas i Kortik osteroid : mengatasi respon inflamasi yang dapat mengancam hidup pasien Memb Berikan antu melembabkan terapi inhalansi atau secret agar mudah minuman hangat. dikeluarkan Observa TB si dispnea, takipnea, paru menyebabkan menurunnya bunyi efek luas pada paru, napas, peningkatan dari dispnea ringan upaya pernapasan. sampai berat Tingkat Menur kan tirah baring dan unkan konsumsi bantu aktivitas oksigen selama perawatan diri sesuai periode penurunan keperluan. pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala. Alat 12

aksesori)

Kolabor dalam asi dengan memperbaiki menberikan oksigen hipoksemia. tambahan yg sesuai. Perubahan nutrisi T : setelah Catat Untuk kurang dari dilakukan tindakan status nutrisi pasien, mengetahui kebutuhan tubuh keperawatan pasien berat badan, perkembangan berhubungan mampu untuk mual/muntah, status gizi pasien dengan anoreksia merubah pola kemampuan hidup untuk menelan meningkatkan Pastika Dapat status gizinya. n pola diet pasien membantu KH : BB tidak yang disukai dan memenuhi mengalami yang tidak disukai keinginan pasien penurunan, porsi dalam pemenuhan makan habis. Dorong nutrisi makan sedikit dan Mema sering dengan ksimalkan masukan makanan tinggi nutrisi untuk protein dan memenuhi karbohidrat kebutuhan tubuh

KASUS SEMU

13

Pada tanggal 1 April 2010 datang seorang laki-laki ( Tn. D ) berusia 54 tahun dengan keluhan batuk darah. Anamnesa riwayat penyakit sekarang didapatkan Pasien telah mengalami batuk darah 1 hari sebelum masuk rumah sakit (MRS), dengan frekuensi <3x/hari, jumlahnya sekitar 1 sendok makan, beserta dahak, berbusa dan berwarna merah kehitaman bercampur dengan dahak. Pasien juga mengalami rasa sesak saat bernafas dan nyeri pada daerah dada sejak 2 minggu yang lalu, rasa sesak berkurang jika dahak dibatukkan. Pasien juga merasakan sering demam sejak 2 minggu yang lalu, dan lebih sering terjadi pada malam hari tapi pasien tidak melakukan pengobatan. Pasien juga menyadari adanya penurunan berat badan yang semula 62 kg menjadi 45 kg pada tahun 2008, dan menjadi 38 kg pada tahun 2009. Anamnesa riwayat penyakit dahulu pasien didiagnosa menderita diabetes melitus pada tahun 2007 saat periksa di puskesmas, setelah obat dari puskesmas habis pasien tidak pernah kontrol untuk berobat lagi. Pasien juga tidak pernah menderita sakit paru-paru sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga didapatkan riwayat kerabat terdekat dengan penyakit kencing manis, namun tidak ada kerabat maupun tetangga terdekat yang mempunyai riwayat batuk-batuk lama ataupun penyakit paru-paru. Riwayat kebiasaan menghisap tembakau selama 34 tahun dengan 1 bungkus/1 hari. Namun telah berhenti selama 3 bulan terakhir. Olahraga bulutangkis 2 kali seminggu, dahulu dilakukan rutin namun sekarang tidak. Pasien tinggal di daerah Surabaya yang udaranya panas dan penduduknya sangat padat serta keadaan lingkungan yang sanitasi kesehatannya kurang menunjang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86 kali/menit, suhu 36,5 0C, pernafasan 20 kali/menit, berat badan 38 kg, tinggi badan 172 cm, status gizi termasuk BB kurang dengan Body Mass Index 12,84 kg/m2. status lokalis kepala, leher, thorax, abdomen, dan ekstrimitas dalam batas normal.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


14

3.1 Pengkajian 1. Identitas Nama Umur Suku Agama Pekerjaan Pendidikan Alamat Tgl. MRS Diagnosa 2. 3. Keluhan Utama Pasien mengeluh batuk darah dan sesak napas, saat batuk daerah dada terasa nyeri. Riwayat Penyakit Sebelumnya Pasien menderita diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu, pernah berobat ke puskesmas dan diberi obat. Tetapi setelah obat habis pasien tidak pernah kontrol lagi. 4. Riwayat Penyakit Sekarang Batuk darah 1 hari sebelum MRS ( tgl. 31 Maret 2010), dengan frekuensi <3x/hari, jumlahnya sekitar 1 sendok makan, beserta dahak, berbusa dan berwarna merah kehitaman bercampur dengan dahak. Pasien juga mengalami rasa sesak saat bernafas dan nyeri pada daerah dada sejak 2 minggu yang lalu, rasa sesak berkurang jika dahak dibatukkan. Pasien juga merasakan sering demam sejak 2 minggu yang lalu, dan lebih sering terjadi pada malam hari. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Kerabat terdekat ada yang mempunyai penyakit kencing manis, namun tidak ada istri, anak, kerabat maupun tetangga terdekat yang mempunyai riwayat batuk-batuk lama ataupun penyakit paru-paru. 6. Riwayat Psikososial Pasien tinggal di daerah Surabaya yang udaranya panas dan penduduknya sangat padat serta keadaan lingkungan yang sanitasi kesehatannya kurang menunjang. Status ekonominya menengah ke bawah. 7. Observasi dan Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum
15

: Tn. D : 54 tahun : Jawa : Islam : Wiraswasta : SMP : Jln. Soetomo 14 Surabaya : 1 April 2010 : TB Paru dan Hemoptoe

Jenis Kelamin : Laki-laki

Klien dalam keadaan lemah, klien tidur dalam posisi semi fowler. Tanda-Tanda Vital Suhu 36,5oC pada axilla, nadi 86 x/menit, tidak teratur, tensi : 130/70 mmHg. Lengan kanan, RR = 20 x/menit, dengan memakai pernapasan perut dan bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid. Body System 1. Pernapasan (B1) Hidung terpasang kanula oksigen 2l/menit Trachea tidak ada kelainan Terdapat retraksi dada, batuk darah sedikit-sedikit, napas dangkal. Suara tambahan terdengar bunyi ronchi. Bentuk dada simestris. 2. CardioVaskuler (B2) Dada terasa neyri bila untuk membatukan dahak., palpitasi tidak ada, clubbing finger tidak ada. Suara jantung : S1 S2 tunggal. Edema : tidak ada. 3. Persyarafan (B3) Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6 Wajah : pucat Mata : sklera putih, conjungtiva : pucat, pupil : isokor. Leher : tak ada kelaianan. Reflek batuk ada, tapi tidak keras. Persepsi sensoris : Pendengaran Penciuman Pengecapan Penglihatan Perabaan 4. Perkemihan (B4) Produksi urine : 1500 ml. Tak tentu. Warna : kuning kecoklatan, bau : Khas. Tidak ada masalah
5. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5) 16

: normal /dbn. : normal /dbn. : normal /dbn. : normal /dbn. : normal /dbn.

Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan lembab dan berbau, tenggorokan sakit saat menelan/nyeri telan. Abdomen : tak ada kelainan. Rektum tak ada kelainan, BAB 1x/ hari, Diet TKTP, Bubur, tiap makan tidak dihabiskan.
6. Tulang - Otot Integumen (B6)

Kemampuan pergerakan terbatas. Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan Tulang belakang tidak ada kelainan. Kulit : kuning kecoklatan Akral dingin basah. Turgor cukup. Pemeriksaan Penunjang a. Photo thoraks terakhir : - Infiltrat pada kedua apex paru ka-ki - Fenting diafragma ka-ki - Kalsifikasi pada parenkhim paru ka-ki - Terapi Injeksi Transamin 3 x 1 amp. Ampicillin 4 x 1 gr. Codein 3 x 1

3.2 Analisa Data


NO 1 DATA S : Klien mengatakan baru saja batuk darah 1/3 gelas besar bercampur secret yg kental. O : Klien kedaaan posisi semi fowler, di mulut masih ada bekas darah, KEMUNGKINAN PENYEBAB Kerusakan paru Produksi sekret meningkat Ketidakefektifan bersihan jalan napas 17 MASALAH Ketidakefektifan bersihan jalan napas

klien tampak batuk sambil mengeluarkan darah bercampur sekret yg kental. 2 S : Klien mengatakan napasnya sesak lagi. O : Klien tampak napasnya cepat dengan memakai pernapasan perut (RR = 30 x/menit), Tampak ada bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid, Terpasang oksiegen 2 l/menit, Posisi klien semi fowler. Kerusakan paru Proses pertukaran O2 menurun Suplai O2 ke jaringan berkurang Sesak Gangguan pertukaran gas 3 S : klien mengatakan perut mual dan tidak nafsu makan O : klien hanya makan setengah porsi, klien tampak lemah, kurus dan pucat. Kerusakan paru Toksin masuk lambung Asam lambung meningkat Nausea Nafsu makan menurun Nutrisi menurun Berat badan turun Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Resiko terhadap gangguan pertukaran gas

3.3 Diagnosa Keperawatan


1.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
18

2. 3.

3.4 Intervensi No 1 Diagnosa Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat Tujuan dan Intervensi Rasional Kriteria Hasil T : Setelah Observa Penur dilakukan tindakan si fungsi pernafasan unan bunyi nafas keperawatan (bunyi nafas, dapat menunjukkan selama 3x24 jam kecepatan, trauma atelektasis, diharapkan jalan dan penggunaan otot menunjukkan nafas efektif aksesori) akumulasi secret Catat Pengel KH : sekret dapat kemampuan untuk uaran sakit jika keluar tanpa mengeluarkan sekret, sekret kental/tebal, bantuan, sesak catat tentang warna, sputum berdarah hilang, batuk jumlah dan sekret kental/cerah karena berkurang yang mengandung kerusakan darah (kovulasi) paru atau luka bronchial Memb antu Berika memaksimalkan n posisi semi fowler ekspansi paru dan penurunan upaya pernafasan Memb Anjurka antu mencairkan n memasukkan cairan sekret sehingga sedikitnya 2500 memudahkan ml/hari untuk dikeluarkan Mukol Kolabor itik : asi sesuai kebutuhan mengukur pasien kekentalan Broko dilator : peleberan bronkus/fasodilatas i Kortik osteroid : mengatasi respon inflamasi yang dapat mengancam hidup pasien Berikan Memb terapi inhalansi atau antu melembabkan minuman hangat. secret agar mudah dikeluarkan T : setelah Observa TB dilakukan tindakan si dispnea, takipnea, paru menyebabkan keperawatan menurunnya bunyi efek luas pada paru,
19

Resiko tinggi terhadap kerusakan

pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas

selama 1x24 jam napas, peningkatan dari dispnea ringan sesak napas dapat upaya pernapasan. sampai berat berkurang atau Tingkat Menur hilang. kan tirah baring dan unkan konsumsi KH : pasien tidak bantu aktivitas oksigen selama mengeluh sesak perawatan diri sesuai periode penurunan napas lagi, RR keperluan. pernapasan dapat normal (16menurunkan 20/mnt), pasien beratnya gejala. tidak memakai Alat oksigen tambahan Kolabor dalam asi dengan memperbaiki memberikan hipoksemia. oksigen tambahan yg sesuai. Perubahan nutrisi T : setelah Catat Untuk kurang dari dilakukan tindakan status nutrisi pasien, mengetahui kebutuhan tubuh keperawatan pasien berat badan, perkembangan berhubungan mampu untuk mual/muntah, status gizi pasien dengan anoreksia merubah pola kemampuan hidup untuk menelan meningkatkan Pastika Dapat status gizinya. n pola diet pasien membantu KH : BB tidak yang disukai dan memenuhi mengalami yang tidak disukai keinginan pasien penurunan, porsi dalam pemenuhan makan habis. Dorong nutrisi makan sedikit dan Mema sering dengan ksimalkan masukan makanan tinggi nutrisi untuk protein dan memenuhi karbohidrat kebutuhan tubuh

3.5 Implementasi
No 1 Diagnosa Implementasi

Ketidakefektifan bersihan jalan

napas

Mengobservasi fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, trauma dan penggunaan otot aksesori)
20

berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat

Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas -

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia -

Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret, mencatat tentang warna, jumlah dan sekret yang mengandung darah Memberikan posisi semi fowler Kolaborasi pemberian O2 2 l/mnt Kolaborasi dengan tim medis Memberikan terapi inhalansi Memberikan minuman hangat. Mengobservasi dispnea, takipnea, menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan. Meningkatkan tirah baring dan membantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. Kolaborasi dengan menberikan oksigen tambahan yg sesuai ( 2 l/mnt) Mencatat status nutrisi pasien, berat badan, mual/muntah, kemampuan menelan Memastikan pola diet pasien yang disukai dan yang tidak disukai Mendorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat

3.6 Evaluasi
No 1 Diagnosa Evaluasi S : Kien mengatakan sudah tidak batuk darah lagi O : Klien tampak masih batuk tapi tidak keras dan tidak ada darahnya, hanya sekret, posisi semi fowler. A : Masalah teratasi sebagian P : Dilanjutkan no. 2, 3,6,7 S : Klien mengatakan sudah tidak sesak lagi O : Napas klien sudah normal, RR : 20x/mnt A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan, kecuali no 3 S : Klien mengatakan masih mual dan tidak napsu makan O : Makan hanya setengah porsi, badan tampak lemas A : Masalah belum teratasi P : Ulangi intervensi

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

KESIMPULAN
21

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. Penyakit tuberkolusis paru ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Selain itu, lingkungan rumah yang tidak bersih dan sanitasi untuk pertukaran udara yang tidak memadai juga dapat menimbulkan penyakit ini, apalagi bagi seorang perokok. Gejala utama dari penyakit adalah batuk lebih dari 2 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, demam derajat rendah (subfebris), keluar keringat dingin pada malam hari, dan bahkan sampai batuk darah. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan TB paru ini diantara lain adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan denganproduksi secret yang meningkat, resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas, nyeri dada berhubungan dengan hipoksia jantung, dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

DAFTAR PUSTAKA
Doengus, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC Soeparman, Sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:FKUI
22

Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol I. Jakarta:EGC Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius Danang Setiyono. TB Paru. http://masdanang.co.cc/?p=34. 3 Februari 2010. 13:05 WIB Endonesian Nurse. Asuhan Keperawatan Klien Tubercolusis (TBC). http://ndonesiannursing.com/2008/05/19/asuhan-keperawatan-klien-tubercolusis-tbc/. 3 Februari 2010. 13:20 WIB. Riey Wijaya. TB Paru. http://rieywatvha.blogspot.com/2009/03/tb-paru.html. 3 Februari 2010.14.00 WIB

23

Vous aimerez peut-être aussi