Vous êtes sur la page 1sur 12

Asma pada kehamilan

Asma adalah kondisi kronis yang ditandai dengan sesak napas dan serangan mengi. Seorang ibu hamil yang menderita asma pasti akan khawatir tentang efek dari kondisi pada kehamilan dan sebaliknya. Hal ini khususnya terjadi pada kehamilan pertama. Pertanyaan dan jawaban di sini adalah tuntuk memperjelas situasi untuk penderita asma. Intinya asma tetap terkontrol dengan baik, dan bagaimana mengambil langkah-langkah pengobatan dan pencegahan lainnya dan pengobatan serta menghindari situasi yang dapat memicu serangan. Asma merupakan penyakit paru yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Banyak wanita yang khawatir tentang perubahan2 tubuh selama hamil dapat memicu serangan asma atau adakah efeknya pengobatan asma terhadap bayi. Dengan pengobatan asma yang baik, maka hamil umumnya akan normal serta dapat melahirkan bayi secara normal juga. Pengobatan asma selama hamil akan sangat sukses jika bumil mendapatkan pengobatan yang pengobatan secara teratur. Banyak wanita dengan asma tidak teridentifikasi selama kehamilan, sehingga kurang perawatan. Ada juga kesalahpahaman dengan wanita hamil bahwa pengobatan asma mereka dapat membahayakan bayi. Padahal asma jauh lebih mungkin berbahaya daripada obat preventif. Sebanyak 55% wanita dengan asma minimal akan mengalami satu kali serangan asma akut selama kehamilan dan ini bisa menyebabkan efek samping pada bayi, termasuk kelahiran prematur. Hal ini bisa dicegah dengan manajemen asma yang tepat. Rutinlah mengunjungi dokter dan ketahui kapan harus mendapatkan dan meningkatkan dosis obat asma. Serta perlu mengetahui kapan saatnya harus pergi ke gawat darurat rumah sakit Berat ringannya serangan asma saat hamil berbeda-beda pada setiap wanita. Saat hamil, asma memburuk pada 1/3 penderitanya, membaik 1/3 nya dan tetap stabil pada 1/3 nya lagi. Pola lainnya yang berhasil diamati adalah: Pada yang asmanya memburuk, peningkatan gejala sering terlihat pada usia kehamilan sekitar

29 dan 36 minggu. Asma biasanya membaik dalam minggu-minggu akhir kehamilan. Persalinan dan kelahiran jarang memperburuk asma. Bagi ibu yang asamanya membaik, prosesnya berlangsung bertahap selama kehamilan. Beratnya gejala asma pada kehamilan I akan sama saja dengan hamil selanjutnya. Secara umum, wanita dengan asma dan bayinya tidak memiliki komplikasi kehamilan. Dibandingkan dengan wanita yang tidak punya asma, maka wanita dengan asma sedikit lebih memiliki risiko kelainan sbb: Tekanan darah tinggi atau preeklampsia Persalinan kurang bulan Persalinan dengan cesar Ukuran bayi yang lebih kecil dibanding usia kehamilan Selama hamil, penanganannya dilakukan bersama antara dokter paru atau internist dengan SpOG . Untuk memonitor pertumbuhan bayi, penting sekali memastikan hari perkiraan lahir. Jika Haid terakhir (HPHT) tidak ingat, maka harus dilakukan USG pada TM untuk memastikan kehamilan, karena mengukur usia kehamilan di TM I adalah saat yg paling akurat. Jika ibu mendapatkan terapi kortikosteroid, maka USG dilakukan setiap 4 minggu guna memonitor perkembangan bayi. Pengobatan asma pada wanita hamil, mirip dengan pengobatan wanita yang tidak hamil. Terapi asma selama kehamilan memliki beberapa komponen utama, yang akan sangat berhasil jika dikombinasikan Memantau fungsi paru ibu dan kesejahteraan janin. Fungsi paru dapat diukur dengan alat sederhana yang namanya Peak Expiratory Flow Rate (PEFR). Sedangkan kesejahteraan janin diperiksa dengan USG dan KTG. Langkah selanjutnya adalah menghindari diri dari faktor2 yang mencetus asma (zat alergi=alergen) dan iritan, seperti debu rumah, asap rokok, bau parfum yang keras, dan polutan. Lapisi kasur dan bantal dengan dengan sprei khusus sehingga terhindar dari debu tungau. Obat2an yang dipakai sama dengan pada yang tidak hamil. Secara umum obat inhalasi sangat dianjurkan, karena obat bersifat lokal, sehingga efeknya sangat minimal terhadap ibu dan janin. Masih belum terdapat cukup bukti akan keamanan obat asma terhadap kehamilan. Namun pemakaiannya selama bertahun2 memperlihatkan tidak adanya hal2 yang membahayakn ibu dn janin. Jenis2/golongan obat asma : Bronkhodilator (membuka/melebarkan saluran nafas) contohnya albuterol (Proventil, Ventolin), metaproterenol (Alupent), terbutaline, salmeterol (Serevent) dan formoterol (Foradil). Glukokortikoid Obat ini secara empiris aman buat ibu dan bayi. Contohnya seperti prednison tablet dan obat inhalasi seperti beclomethasone (Beclovent, Vanceril, dan lainnya),

triamcinolone (Azmacort), flunisolide (AeroBid), budesonide (Pulmicort), dan fluticasone (Flovent). Theophylline Theophylline (Slo-bid, Theo-Dur, dan lainnya) oabt ini juga aman, tetapi akhir2 ini penggunaannya agak jarang karena adanya inhalasi glukokortikoid, karena lebih efektif serta efek sampingnya yang lebih rendah. Cromolyn sodium sama halnya dengan Theophylline kalah bersaing dengan inhalasi glukokortikoid. Leukotriene modifier contohnya zafirlukast (Accolate), montelukast (Singulair), dan zileuton (Zyflo). Antihistamin Walaupun bukan obat asma secara langsung, obat ini berfungsi menghilangkan reaksi alergi yang menimbulkan asama misalnya diphenhydramine (Benadryl), chlorpheniramine (Chlor-Trimeton dan lain-lain), loratadine (Claritin), fexofenadine (Allegra), dan cetirizine (Zyrtec). Dekongestan bukan untuk mengobati asma, tetapi berfungsi menghilangkan reaksi alergi terhadap jalan nafas atas seperti hidung tersumbat dll contohnya Pseudoephedrine (Sudafed). Terapi Immun Terapi imun berupa desensitisasi, penyuntikan alergen secara berulang-ulang, yang gunanya mengurangi sensitifitas seseorang ter5hadap alergen. Pengobatan ini aman buat wanita hamil. Obat2an untuk persalinan seperti oksitosin dapat diberikan pada wanita hamil dengan asma. Jika dibutuhkan anestesi maka sebaiknya mempergunakan epidural anestesia, karena anestesi tipe ini mengurangi kebutuhan oksigen. Jika terpaksa dibutuhkan anestesi umum seperti keadaan yang sangat emergensi sekali, maka dianjurkan memakai obat anestesi umum yang memilki efek melebarkan saluran nafas (bronkodilator).

BERNAFAS UNTUK DIRI SENDIRI DAN SI KECIL DALAM KANDUNGAN Sebagian penderita asma yang sedang hamil kadang masih ragu-ragu untuk berobat ketika asma-nya mulai kambuh dikarenakan ketakutan yang berlebihan untuk minum obat. Hal ini dapat dimaklumi lantaran minimnya informasi dari sumber terpercaya. Bagi penderita asma ( asthma bronchiale ) yang sedang hamil, hendaknya segera berobat ke dokter terdekat ketika merasakan asma yang dideritanya mulai menampakkan

tanda-tanda kambuh. Tujuannya untuk menghindari hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam kandungan. Lagipula, rata-rata obat asma aman bagi kehamilan dan aman bagi janin, sama amannya dengan vitamin yang diminum selama kehamilan. Wanita hamil dan janin yang dikandungnya memerlukan oksigen dalam jumlah cukup untuk kelangsungan kehamilan dan tumbuh kembang janin. Itu sebabnya wanita hamil penderita asma dianjurkan segera mengggunakan obat asma atau berobat manakala merasakan tanda-tanda asma mulai kambuh. Pada umumnya, penderita asma mengenali penyakitnya dengan sangat baik. Demikian pula jenis obat-obat yang biasa digunakan, dosis dan tatacara penggunaannya. Andai belum mengenal obatobat asma, hendaknya penderita asma bertanya kepada dokter tentang fungsi dan khasiat masingmasing obat agar setidaknya dapat menggunakannya sebagai pertolongan pertama ketika kambuh. Penderita asma yang sedang hamil seyogyanya memberikan perhatian lebih pada asma yang dideritanya agar terhindar dari resiko yang dapat mempengaruhi kehamilan dan janin. Dengan pengobatan asma yang benar dan terkontrol serta senantiasa berkonsultasi kepada dokter, niscaya kehamilan dan janin akan tumbuh sehat hingga tiba saat melahirkan dan menyusui. PENTING DIPERHATIKAN PENDERITA ASMA SAAT HAMIL DAN MENYUSUI 1. Melanjutkan obat asma selama hamil sesuai saran dokter 2. Berkonsultasi kepada dokter untuk mengendalikan asma 3. Tetap memberikan ASI selama menggunakan obat asma PILIHAN OBAT ASMA PADA KEHAMILAN Pada dasarnya pemilihan obat untuk mengendalikan asma pada kehamilan tidak berbeda dengan obat bagi penderita asma pada umumnya. Perlu dipahami bahwa obat asma (seperti halnya sebagian besar obat lain) bersifat individual. Artinya, obat yang nyaman (cocok) bagi penderita yang satu belum tentu nyaman digunakan oleh penderita lain. Sebagai contoh, seorang penderita asma merasa cocok dan nyaman menggunakan salbutamol 2 mg generik seharga 2000 perak per blister dibanding menggunakan obat asma inhaler berharga ratusan ribu. Karenanya, masing-masing penderita asma seyogyanya mengenali obat-obat yang diberikan dokter dan nyaman digunakan untuk mengendalikan asma yang dideritanya. Obat-obat yang lazim digunakan untuk mengendalikan ataupun mengobati asma, diantaranya: A. Anti Inflamasi Golongan Steroid:

1. Obat inhalasi ( MDI, Nebulisasi ), antara lain: Budesonide, Beclomethasone dipropionate, Fluticasone, Flunisolide, dll. 2. Obat minum (oral), antara lain: Prednison, Prednisolon, Methylprednisolon, dll. 3. Obat injeksi (parenteral): methylprednisolon, dll. B. Bronkodilator (melonggarkan saluran pernafasan): 1. Obat inhalasi (MDI, DPI, nebulisasi), antara lain: Salbutamol MDI, Fenoterol, Formoterol, Salmeterol, kombinasi Formoterol dan budesonide, kombinasi Salmeterol dan fluticasone, dll. 2. Obat minum (oral), antara lain: Salbutamol, Terbutalin sulfat, Aminophyllin, Theophyllin, dll. 3. Obat injeksi (parenteral): Terbutalin sulfat, Aminophyllin, dll. C. Obat lain: obat antikolinergik: Ipratropium bromide. D. Obat Pencair Dahak: Jika asma disertai batuk, dapat ditambahkan obat batuk pencair dahak (expectorant), diantaranya: Ambroxol, Bromhexine, GG (Glyceryl guaiacolate), dll. EFEK SAMPING OBAT Obat asma golongan Bronkodilator (melonggarkan nafas) kerap menimbulkan efek samping: berdebar, lemas, gemetar, otot seperti dilucuti, keringat dingin. Jika mengalami keluhan berdebar, lemas, setelah minum obat asma golongan bronkodilator, maka dosis dapat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, lemas, gemetar, dosis obat dapat diturunkan lagi hingga seperempat dari dosis normal. Jika dengan dosis seperempat dari dosis normal masih mengalami berdebar, lemas, gemetar, seyogyanya melaporkan ke dokter agar dipilihkan obat bronkodilator yang lain. Hendaknya penderita asma mencatat obat-obat asma yang menimbulkan efek samping: berdebar, lemas, gemetar, kemudian memberitahukan kepada dokter agar tidak diberikan obat yang sama dan menggantinya dengan obat jenis lain. TIPS MENCEGAH KEKAMBUHAN

Kenali dan hindari faktor pencetus kekambuhan asma, diantaranya: alergen (bahan atau kondisi pemicu timbulnya kekambuhan asma), polusi udara, perubahan cuaca, faktor psikis (emosi yang berlebihan), aktifitas yang berlebihan, infeksi saluran pernafasan, rhinitis (pilek-bersin-hidung mampet), makanan dan obat-obat tertentu, dan lain-lain. Kenali obat-obat yang digunakan, meliputi: nama obat (dan kandungannya), dosis dan cara penggunaannya, obat-obat yang paling nyaman digunakan dan efek samping obat. Istirahat yang cukup, makan makanan bergizi seimbang. Olah raga teratur sesuai kemampuan dan selalu aktif beraktifitas (asalkan tidaj berlebihan) atau senam hamil sesuai petunjuk instruktur. Olah raga teratur pada

kehamilan disebutkan dapat mengurangi resiko kekambuhan. Namun, jika asma malah kambuh dengan berolah raga (exercise induced asthma), hendaknya berkonsultasi kepada dokter untuk memilih jenis olah raga yang tepat dan sesuai dengan kondisi masingmasing. Konsultasi kepada dokter tentang ciri-ciri serangan asma, tatacara penanggulangan asma di rumah dan tatacara pertolongan pertama tatkala asma kambuh.

ASMA PADA KEHAMILAN

PEMERIKSAAN 1. Riwayat Pasien dengan riwayat asma yang telah berlangsung sejak lama ditanya sejak kapan, derajat serangan-serangan sebelumnya. Penggunaan kortikosteroid yang telah lalu, riwayat sering dirawat di rumah sakit, riwayat ventilasi mekanik yang pernah dialami, atau perawatan di ruang rawat darurat yang baru dialami dapat memberikan petunjuk bagi adanya serangan lebih parah atau membandel yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. 2. Pemeriksaan Fisik Serangan yang parah dicurigai dari adanya sesak nafas pada waktu istirahat, kesulitan mengucapkan kalimat, diaforesis atau penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Kecepatan respirasi lebih besar dari 30 kali/menit, nadi berdenyut lebih cepat dari 120 kali/menit dan pulsus paradoksus yang lebih besar dari 18 mmHg menunjukkan serangan berat yang berbahaya. Gejala yang ditemui : wheezing sedang sampai bronkokonstriksi berat. Bronkospasme akut dapat bergejala obstruksi saluran nafas dan menurunnya aliran udara. Kerja system pernafasan menjadi meningkat drastis dan pada pasien dapat dilihat gerakan dada yang tertinggal, wheezing atau kesukaran bernafas. Peristiwa berikutnya pada refleks oksigen primer terjadi reflek ventilasi perfusi yang tidak sepadan karena distribusi dari saluran udara (bronchus) secara merata tidak terjadi. Pengobatan asma pada ibu hamil

Fakta Asma Pada Ibu Hamil

Anda sedang hamil namun disaat yang sama juga mengidap asma? Tentu ini kondisi yang sangat merepotkan. Untuk menekan penderitaan akibat asma, berikut beberapa fakta tentang asma sebagai bekal Anda menghadapi penyakit ini

Berdasarkan penyebabnya, asma dibedakan menjadi: o Asma kardial, yakni sesak napas yang berhubungan dengan kelainan jantung. o Asma bronkial, yakni sesak napas yang berhubungan dengan saluran pernapasan. Jenis ini penyandangnya jauh lebih banyak Gejala asma muncul akibat menyempitnya saluran pernapasan bagian bawah. Biasanya ditandai dengan batuk dan mengi (wheezing). Penyebabnya adalah mengerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, serta pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan. Penderita asma biasanya hipersensitif dan hiperaktif terhadap aneka rangsangan dari luar, seperti debu, cuaca dingin, tungau, kapuk, obat nyamuk, tepung sari dan lainnya Sekitar 85 % penyandang asma alergik, terdapat di negara tropis, dan timbul sebelum usia 30 tahun. Sementara penyandang asma non-alergik, jumlahnya lebih sedikit. Asma ini biasanya muncul bila penderita mengalami gangguan psikis, stres, olahraga berat dan perubahan cuaca drastis Asma yang tidak dipantau dan dikendalikan selama hamil akan berisiko tinggi untuk: o Melahirkan prematur o Melahirkan bayi dengan berat lahir rendah o Gangguan tekanan darah pada ibu (gejala pre-eklampsia)

Efek Obat Asma pada Kehamilan

Dr Samsuridjal Djauzi Saya menderita asma sejak anak-anak. Pada waktu SMP serangan asma sangat berkurang, hanya satu atau dua kali setahun. Pada waktu itu dokter saya mengatakan bahwa obat asma saya boleh digunakan jika perlu saja. Sampai saya lulus universitas keadaan asma saya tetap baik. Bahkan, saya dapat mengikuti olahraga basket. Sekarang saya sudah bekerja. Saya juga sudah menikah dua tahun yang lalu. Saya sekarang hamil dua bulan. Sejak kehamilan ini saya sering batuk dan pilek. Bahkan, saya juga pernah sesak napas. Saya takut minum obat sehingga gejala tersebut saya tahan saja. Akibatnya, saya pernah sesak agak hebat dan perlu berobat ke gawat darurat. Dikatakan saya menderita serangan asma, saya disuntik, diberi oksigen, dan diberi obat semprot untuk asma . Menurut dokter, obat semprot tersebut tidak berpengaruh pada bayi yang saya kandung sehingga saya harus menggunakannya secara teratur agar tidak mendapat serangan asma berulang. Saya telah membaca banyak tentang kehamilan dan sepanjang pengetahuan saya, tiga bulan pertama pertumbuhan janin merupakan masa pembentukan organ tubuh janin. Pada saat itu obat-obat harus dihindari agar pertumbuhan tersebut tak terganggu. Saya sekarang ragu, apakah saya harus menggunakan obat penyemprot asma atau bertahan tidak minum obat demi kandungan saya. Selain itu, saya juga harus mempertimbangkan agar saya tetap dapat bekerja secara teratur karena saya cukup sibuk di kantor belakangan ini. Apakah serangan asma pada ibu hamil akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan bayi karena setahu saya pertumbuhan janin juga dipengaruhi oleh keadaan kesehatan ibu. Apakah bayi seorang penderita asma dapat tumbuh normal? Apakah saya nanti harus menjalani operasi sectio karena tak mampu meneran? Apakah jika dioperasi saya tak akan bertambah sesak? Apakah anak saya nanti akan menderita asma juga karena, katanya, asma merupakan penyakit keturunan.

Jawaban Pengobatan asma sudah bertambah maju. Jika dulu dokter mengobati asma dengan campuran macam-macam obat, sekarang pengobatannya lebih sederhana. Obat yang dibutuhkan adalah obat untuk mengatasi penyempitan saluran napas dan obat antiradang. Obat untuk mengatasi penyempitan saluran napas hanya diperlukan pada waktu ada gejala, namun obat antiradang harus digunakan terus-menerus jika gejala asma cukup sering timbul. Kedua obat tersebut dapat diberikan melalui hirupan sehingga obat dapat bekerja langsung di pipa saluran napas dan pengaruhnya terhadap jantung atau organ lain tubuh amat minimal. Obat ini juga dapat digunakan pada orang hamil. Memang pada umumnya kita menghindari menggunakan obat pada trimester pertama kehamilan karena khawatir obat tersebut berpengaruh pada pertumbuhan janin. Namun, jika obat diperlukan dan diketahui obat tersebut bukan merupakan obat yang harus dihindari pada kehamilan, maka obat tersebut dapat digunakan dengan pengawasan dokter. Prinsip dalam ilmu kedokteran adalah kita harus mempertimbangkan manfaat dan keamanan obat tersebut. Jika manfaatnya jelas dan diperlukan, maka obat dapat diberikan pada ibu hamil namun dipilih yang keamanannya baik. Nah, akan lebih baik Anda menggunakan obat hirup asma secara teratur. Jika digunakan secara teratur, bukan hanya serangan asma dapat dicegah, tapi juga fungsi paru Anda dapat ditingkatkan sehingga Anda dapat melakukan kegiatan fisik seperti orang yang tak menderita asma. Jika Anda sehat tentu juga merupakan hal yang baik bagi kandungan Anda. Jika keadaan asma terkendali baik, asma tak menjadi indikasi untuk menjalani operasi sectio. Anda dapat melahirkan secara normal. Juara olimpiade Patut Anda ketahui bahwa penderita asma pernah menjuarai lomba renang di olimpiade, ini berarti dia mampu melakukan kegiatan fisik yang berat asalkan asmanya terkendali baik. Anda bersama dokter Anda juga dapat mencapai kendali asma yang total. Untuk mengetahui apakah Anda telah mencapai keadaan tersebut, tersedia alat ukur berupa sejumlah pertanyaan yang Anda dapat jawab. Melalui jawaban Anda, dapat digolongkan apakah serangan asma Anda terkendali total, baik, atau kurang. Anda dapat meminta formulir pertanyaan tersebut kepada dokter Anda. Jika tak tersedia, Anda dapat memintanya kepada Divisi Alergi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI telepon 0213904546. Mereka dapat membantu dengan mengirimkan langsung atau melalui faksimile formulir tersebut. Tindakan operasi sectio untuk mengakhiri kehamilan dilakukan atas indikasi tertentu. Dokter kandungan Anda akan mendiskusikan hal tersebut dengan Anda sekiranya tindakan diperlukan.

Pada umumnya penderita asma yang terkendali baik tak mengalami kesulitan untuk menjalani operasi sectio. Karena itulah amat bermanfaat jika Anda bersama dokter Anda mengendalikan asma Anda dengan baik. Risiko ibu yang menderita alergi untuk mempunyai anak yang berpenyakit alergi memang lebih besar daripada ibu yang tak menderita alergi. Namun, itu bukan berarti anak Anda pasti akan menderita penyakit alergi termasuk asma. Jika anak Anda lahir dan kemudian tumbuh dan berkembang nanti, jagalah agar dia dapat tumbuh kembang dengan baik. Lengkapi imunisasinya, jaga gizinya, dan didiklah dia dengan baik.

Xamthone Plus Obati Penyakit Asma

Sekilas tentang penyakit asma

Penyakit asma adalah kondisi saluran pernapasan yang mengalami penyempitan sementara sebagai akibat dari peradangan.Peradangan ini terjadi kerena adanya rangsangan hipersensitiv yang antara lain berupa serbuk bunga,bulu binatang,asap,debu,udara dingin dan olahraga. Setiap orang berpotensi terkena asma.Asma bisa timbul pada segala usia tapi pada umumnya kasus asma lebih banyak terjadi pada rentang usi anak-anak dibawah lima tahun dan orang dewasa pada rentang usia sekitar tiga puluh tahunan.Ada beberapa ahli berpendapat asma sebagai salah satu penyakit keturunan dan sebagian lagi lebih berpendapat sebagian besar orang yang menderita asma karena reaksi alergi terhadap sumber alergi tertentu.Asma juga dapat disebabkan oleh tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut. Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan bahkan sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa main tenis 2 set, bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain). Inilah salah satu hal yang membedakannya dengan

penyakit lain (keluhan sesak pada asma adalah revesibel, bisa baik kembali di luar serangan, sementara pada PPOK adalah irreversible , tetap saja sesak setiap waktu).

Vous aimerez peut-être aussi