Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pertama, sebut data-data sosiodemografis yang ada : jenis kelamin dan usia pasien. Regio apa dan elemen gigi apa yang ingin dilihat.
Evaluasi
Mutu
:
1. Objek tercakup dan terletak di tengah Pedoman objek tercakup : - - sesuai dengan tujuan pemeriksaan, contoh : o jika yang ingin dilihat lesi periapikal, dan struktur mahkota harus dikorbankan tidak apa-apa, karena mahkota juga masih dapat dilihat secara klinis o ingin melihat benih gigi M3 ada/tidak berbeda dengan melihat posisi M3 terhadap anatomis kritis (u/ RA thd sinus maksila, RB thd kanalis mandibularis ) - - - penentuan lokasi dapat dilakukan dengan metode Clark, SLOB, BOR reference site, ada gambaran normal batas lesi dengan struktur anatomi normal
2. Kontras, detil dan ketajaman - - - - - Kontras adalah perbedaan antara radiopak dan radiolusen Prinsipnya adalah semakin tebal objek maka akan semakin radiopak, bila tidak ada objek maka terlihat radiolusen karena sinar langsung mengionisasi AgBr pada film. Cara melihatnya adalah : cari daerah yang tidak berobjek, biasanya di atas oklusal, sekitar 5mm itu terlihat radiolusen sehitam kertas karbon. Detail adalah terilhatnya struktur anatomi, baik batas maupun bentuk Ketajaman adalah outline, bila tidak baik, bisa disebabkan objek bergerak atau cone yang bergerak 3. Sudut horizontal ( daerah interdental terlihat jelas)
- - - -
Dipengaruhi oleh sudut horizontal, daerah interdental akan terlihat kecuali bila gigi berjejal. Dipengaruhi juga oleh posisi gigi. Seringkali pada gigi molar, lamina dura terlihat menebal, padahal itu adalah bayangan akar gigi Molar. Film terletak di lingual, maka objek pada palatal terlihat jelas. Akar pada palatal M berbentuk pipih sehingga terlihat kabur. Mesial dan distal berbentuk bulat sehingga lebih radiopak
4. Sudut vertikal - - - - - - Pedoman untuk gigi anterior adalah lebar singulum tidak lebih dari 1-2 mm. Bila lebih lebar dan blur maka terjadi pemanjangan akibat sudut vertical terlalu kecil sehingga sinar X terproyeksi ke arah mahkota yang lebih tipis. Bila lebih bulat dan radiopak maka terjadi pemendekan karena sudut vertical terlalu besar sehingga sinar X terproyeksi ke arah akar yang lebih tebal. Pedoman untuk gigi posterior adalah jarak antara mahkota palatal/lingual dan buccal tidak lebih dari 2-3 mm atau seperti keadaan klinis. Pedoman lain adalah melihat ketinggian tulang alveolar, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan patokan, terutama jika telah ada penurunan tinggi tulang alveolar. Jika singulum tidak terlihat, telah terjadi penurunan tulang, pedoman distorsi vertikal adalah pola trabekulasi. Informasi yang dibutuhkan adalah umur dan pengetahuan tentang pola trabekulasi normal. RA anterior : granular padat ; posterior : rongga jarang-jarang. RB anterior : jaring-jaring ; posterior : tangga jarang-jarang. - - Makin tua makin rapat pola trabekulasinya, jadi jika pasien sudah tua dan trabekulasi di bagian apikal semakin jarang curiga distorsi. Sudut vertical penting bagi melihat kelainan periodontal, bila radiograf memendek, seolah-olah kerusakan tulang tidak ada (masih tinggi) 5. Distorsi minimal - - - Distorsi adalah perubahan gambar. Selain karena sudut, distorsi juga dapat disebabkan oleh tertekuknya film, bisa pada arah oklusoinsisal dengan gambaran berupa tertariknya apikal atau
arah mesiodistal, seperti pada gigi C yang mengakibatkan ukuran mesiodistal C bertambah atau melebar.
General
view
(yang diperhatikan adalah keadaan, perubahan, dan hubungan) 1. Kondisi gigi geligi Yang diperhatikan adalah adanya anomali dari gigi tersebut baik bentuk, letak, ukuran, panjang atau pendek, maupun posisi 2. Perubahan pada gigi geligi Penulisan : terdapat kehilangan struktur mahkota yang meluas pada salah satu atau beberapa gigi 3. Hubungan antara gigi geligi Ada 2 hal yang diperhatikan adalah titik kontak dan garis oklusi Titik kontak : ada yang tidak baik (kontak bidang atau overlap), atau tidak ada titik kontak Untuk gigi anterior, bila insisal tidak sama tinggi, mungkin saja posisi nya lebih ke lingual atau labial, inklinasi ke lingual terlihat lebih jelas (lebih dekat dengan film. 4. Kondisi jaringan periodonsium Ada atau tidaknya kelainan 5. Perubahan jaringan periodonsium Ada atau tidaknya perubahan 6. Hubungan gigi dan jaringan perio yaitu perubahan pada gigi yang menyebabkan perubahan pada perio Cth : tidak adanya kontak yang baik/karies interproksimal (perubahan pada gigi geligi) menyebabkan perubahan jaringan perio 7. Kondisi tulang rahang poin : pola susunan trabekulasi ( tahu trabekulasi normal ) dan densitas ( kepadatan trabekulasi) peningkatan densitas terjadi lokal jika ada lesi, sebagai bentuk pertahanan, lihat reference site 8. Perubahan tulang rahang perubahan pola, terutama jika ada kelainan sistemik 9. Hubungan gigi,perio,tulang rahang
Contoh: kehilangan struktur mahkota menyebabkan adanya lesi periapikal dan peningkatan densitas tulang 10. Kesimpulan kelainan secara umum kelainan berasal dari pulpoperiapikal/periodontal/sistemik
4. Efek terhadap jaringan sekitar Lamina dura biasanya hilang. Reaksi sklerotik tulang kanselus dapat kecil pada apeks gigi atau dapat meluas. Pada beberapa kasus di mandibula dapat terjadi reaksi sklerotik yang meluas dibawah korteks. 5. Bentuk Biasanya berbentuk bulat atau oval 6. Ukuran 7. Radiodensitas
Batas tepi granuloma berupa tulang kanselus terdiri dari jaringan granulasi dan tidak dapat bertambah besar seperti kista karena granuloma adalah bentuk pertahanan local. Produk toksik dari saluran akar disebarkan dari foramen apikal dan menghancurkan tulang dekat daerah apeks akar sehingga daerah tersebut digantikan oleh jaringan granulomatous. Fibroblast membangun jaringana fibrous dan osteoblast membatasi daerah dengan suatu dinding tulang (kanselus). Jika sisa sel epitel Malassez dirangsang, maka dapat terbentuk suatu kista. Batas tepi kista berupa sel epitel dan kista dapat bertambah besar karena perkembangannya dari tengah lesi.
gambaran garis radiolusen pada rahang anterior bawah, berisi pembuluh darah sebagai asupan nutrisi karena tulang yang ada sudah menipis 2. bone bridge gambaran penebalan lamina dura diantara hilangnya lamina dura, merupakan tanda adanya trauma oklusi dan terjadi menyertai abses periodontal
- radiolusensi multipel dengan batas yang tidak jelas dan sekuestrasi. g. Malignansi metastasis - lesi berbentuk bulat, dan tidak berbatas korteks, biasanya di bagian posterior mandibula dengan batas yang sangat iregular, - atau destruksi tulang pada beberapa daerah kecil pada tulang yang akhirnya membentuk area tulang yang meluas. Biasanya pada radiograf periapikal terdapat gambaran kehilangan lamina dura menyeluruh. h. Kelainan darah : thalasemia - pola trabekulasi tidak jelas, kadang terlihat kasar porus - korteks mandibula menipis, terutama pada sudut mandibula - lamina dura menipis - kadang akar gigi memendek - sinus maksila biasanya mengecil
Terdapat perubahan yang tidak normal namun terbatas pada sel, mekanisme tubuh dapat memperbaiki perubahan yang terjadi (bahkan pada kromosom). 3. Sel rusak, memperbaiki kerusakan, berfungsi secara abnormal Jika sel yang mengalami kerusakan harus berfungsi sebelum kerusakan dapat diperbaiki, maka sel mungkin tidak dapat berfungsi atau mengalami malfungsi dan dapat mengganggu fungsi sel lainnya. Sel tersebut dapat tidak berreproduksi atau sebaliknya, berreproduksi dalam jumlah yang tidak terkontrol. Hal inilah yang dapat menyebabkan kanker. 4. Sel mati Dapat terjadi jika sel rusak akibat radiasi yang ekstensif, ataupun tidak dapat lagi berreproduksi hingga mati. Hal in itergantung dari sensitifitas sel terhadap radiasi. Kesensitifitasan semua sel terhadap radiasi tidak sama. Secara umum sel yang terbelah secara aktif dan/atau sel yang relatif non-spesifik lebih sensitif terhadap dosis radiasi, contohnya sel-sel yang menghasilkan darah. Sistem hemopoietic adalah indikator biologis yang paling sensitif untuk mengetahui ekpose radisasi. Dosis radiasi: A. Dosis akut Yaitu dosis yang besar (10 rad / lebih pada seluruh tubuh) yang diterima tubuh dalam jangka waktu yang singkat (hanya dalam beberapa hari saja). Jika cukup besar efeknya dapat terlihat dalam hitungan jam sampai minggu. Dosis akut dapat menyebabkan simptom yang disebut Acute Radiation Syndrome, dapat terlihat pada dosis 100 rad. Ekspektasi statistik untuk dosis 450 rad dapat menyebabkan 50% dari populasi yang terkespose meninggal dalam 60 hari tanpa tindakan medis. Kemungkinan sembuh bergantung dari jumlah radiasi yang diterima, keparahan simptom, dan secara umum bergantung dengan usia dan kesehatan umum masing-masing individu. Blood-forming organ (Bone-marrow) syndrome (>100 rad) : perdarahan dalam, fatigue, infeksi bakteri, dan demam Gastrointesinal tract syndrome (>1000 rad) : mual, muntah, diare, dehidrasi, ketidkaseimbangan elektrolit, kehilangan fungsi digestif, perdarahan ulser, dan bonemarrow syndrome.
Central nervous system syndrome (>5000 rad) : kehilangan koordinasi, kebingungan, koma, kejang-kejang, shock, dan kedua simptom diatas. Kematian pada kondisi ini disebabkan oleh komplikasi dari perdarahan internal, dan tekanan cairan pada otak, bukan karena kerusakan langusng radiasi pada sistem saraf. 200-300 rad : eritema pada kulit, rambut rontok 125-200 rad : supresi menstruasi jangka lama / permanen pada 50% wanita 600 rad : steril permanen pada ovarium dan testikel 50 rad : pada kelenjar tiroid dapat menyebabkan benign tumor
B. Dosis kronis Adalah dosis yang berjumlah relatif sedikit yang diterima dalam jangka waktu yang panjang. Tubuh dapat mentoleransi dosis kronis lebih baik daripada dosis akut. Efek dapat berupa efek tertunda atau efek laten, termasuk kanker dan efek genetis. Efek somatik dan genetik Efek somatik tampak pada orang yang terekspose, terbagi menjadi dua kelas: Efek somatik langsung : tampak segera setelah terpapar radiasi (biasanya melebih >10 rad atau lebih pada seluruh tubuh). Contoh: rambut rontok. Rambut dapat tumbuh kembali setelah 2 bulan, dengan warna dan tekstur yang mungkin berbeda. Efek somatik tertunda : dapat terjadi beberapa tahun setelah menerima radiasi, potensi terbesar adalah kanker dan katarak. Efek genetik tampak pada keturunan orang yang terekspose radiasi, sebagai hasil dari kerusakan pada sel-sel reproduksi. Namun efek genetik relatif lebih kecil dibandingkan efek somatik.