Vous êtes sur la page 1sur 10

PANDUAN INTERPRETASI RADIOGRAF Kel E-2008

Pertama, sebut data-data sosiodemografis yang ada : jenis kelamin dan usia pasien. Regio apa dan elemen gigi apa yang ingin dilihat.

Evaluasi Mutu :
1. Objek tercakup dan terletak di tengah Pedoman objek tercakup : - - sesuai dengan tujuan pemeriksaan, contoh : o jika yang ingin dilihat lesi periapikal, dan struktur mahkota harus dikorbankan tidak apa-apa, karena mahkota juga masih dapat dilihat secara klinis o ingin melihat benih gigi M3 ada/tidak berbeda dengan melihat posisi M3 terhadap anatomis kritis (u/ RA thd sinus maksila, RB thd kanalis mandibularis ) - - - penentuan lokasi dapat dilakukan dengan metode Clark, SLOB, BOR reference site, ada gambaran normal batas lesi dengan struktur anatomi normal

2. Kontras, detil dan ketajaman - - - - - Kontras adalah perbedaan antara radiopak dan radiolusen Prinsipnya adalah semakin tebal objek maka akan semakin radiopak, bila tidak ada objek maka terlihat radiolusen karena sinar langsung mengionisasi AgBr pada film. Cara melihatnya adalah : cari daerah yang tidak berobjek, biasanya di atas oklusal, sekitar 5mm itu terlihat radiolusen sehitam kertas karbon. Detail adalah terilhatnya struktur anatomi, baik batas maupun bentuk Ketajaman adalah outline, bila tidak baik, bisa disebabkan objek bergerak atau cone yang bergerak 3. Sudut horizontal ( daerah interdental terlihat jelas)

- - - -

Dipengaruhi oleh sudut horizontal, daerah interdental akan terlihat kecuali bila gigi berjejal. Dipengaruhi juga oleh posisi gigi. Seringkali pada gigi molar, lamina dura terlihat menebal, padahal itu adalah bayangan akar gigi Molar. Film terletak di lingual, maka objek pada palatal terlihat jelas. Akar pada palatal M berbentuk pipih sehingga terlihat kabur. Mesial dan distal berbentuk bulat sehingga lebih radiopak

4. Sudut vertikal - - - - - - Pedoman untuk gigi anterior adalah lebar singulum tidak lebih dari 1-2 mm. Bila lebih lebar dan blur maka terjadi pemanjangan akibat sudut vertical terlalu kecil sehingga sinar X terproyeksi ke arah mahkota yang lebih tipis. Bila lebih bulat dan radiopak maka terjadi pemendekan karena sudut vertical terlalu besar sehingga sinar X terproyeksi ke arah akar yang lebih tebal. Pedoman untuk gigi posterior adalah jarak antara mahkota palatal/lingual dan buccal tidak lebih dari 2-3 mm atau seperti keadaan klinis. Pedoman lain adalah melihat ketinggian tulang alveolar, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan patokan, terutama jika telah ada penurunan tinggi tulang alveolar. Jika singulum tidak terlihat, telah terjadi penurunan tulang, pedoman distorsi vertikal adalah pola trabekulasi. Informasi yang dibutuhkan adalah umur dan pengetahuan tentang pola trabekulasi normal. RA anterior : granular padat ; posterior : rongga jarang-jarang. RB anterior : jaring-jaring ; posterior : tangga jarang-jarang. - - Makin tua makin rapat pola trabekulasinya, jadi jika pasien sudah tua dan trabekulasi di bagian apikal semakin jarang curiga distorsi. Sudut vertical penting bagi melihat kelainan periodontal, bila radiograf memendek, seolah-olah kerusakan tulang tidak ada (masih tinggi) 5. Distorsi minimal - - - Distorsi adalah perubahan gambar. Selain karena sudut, distorsi juga dapat disebabkan oleh tertekuknya film, bisa pada arah oklusoinsisal dengan gambaran berupa tertariknya apikal atau

arah mesiodistal, seperti pada gigi C yang mengakibatkan ukuran mesiodistal C bertambah atau melebar.

General view
(yang diperhatikan adalah keadaan, perubahan, dan hubungan) 1. Kondisi gigi geligi Yang diperhatikan adalah adanya anomali dari gigi tersebut baik bentuk, letak, ukuran, panjang atau pendek, maupun posisi 2. Perubahan pada gigi geligi Penulisan : terdapat kehilangan struktur mahkota yang meluas pada salah satu atau beberapa gigi 3. Hubungan antara gigi geligi Ada 2 hal yang diperhatikan adalah titik kontak dan garis oklusi Titik kontak : ada yang tidak baik (kontak bidang atau overlap), atau tidak ada titik kontak Untuk gigi anterior, bila insisal tidak sama tinggi, mungkin saja posisi nya lebih ke lingual atau labial, inklinasi ke lingual terlihat lebih jelas (lebih dekat dengan film. 4. Kondisi jaringan periodonsium Ada atau tidaknya kelainan 5. Perubahan jaringan periodonsium Ada atau tidaknya perubahan 6. Hubungan gigi dan jaringan perio yaitu perubahan pada gigi yang menyebabkan perubahan pada perio Cth : tidak adanya kontak yang baik/karies interproksimal (perubahan pada gigi geligi) menyebabkan perubahan jaringan perio 7. Kondisi tulang rahang poin : pola susunan trabekulasi ( tahu trabekulasi normal ) dan densitas ( kepadatan trabekulasi) peningkatan densitas terjadi lokal jika ada lesi, sebagai bentuk pertahanan, lihat reference site 8. Perubahan tulang rahang perubahan pola, terutama jika ada kelainan sistemik 9. Hubungan gigi,perio,tulang rahang

Contoh: kehilangan struktur mahkota menyebabkan adanya lesi periapikal dan peningkatan densitas tulang 10. Kesimpulan kelainan secara umum kelainan berasal dari pulpoperiapikal/periodontal/sistemik

Optical illusion/paralaks effect


Contoh kasus : foramen apikal yang terlihat belum menutup sempurna atau terbuka dengan disertai lesi apikal tanpa ada riwayat trauma saat masa apeksifikasi. Hal ini disebabkan oleh karena tumpang tindihnya foramen apikal dan lesi, foramen apikal diproyeksikan ke bagian tulang yang tipis tampak lebih radiolusen Contoh lain : mach band effect ( karena adanya perbedaan densitas seperti antara enamel dan dentin ) dan cervical burn out.

Evaluasi lesi periapikal (7 clues):


1. Lokasi Biasanya berada di apeks gigi yang terlibat. Lesi biasanya dimulai dari bagian apikal ruang periodontal. Lesi yang berasal dari pulpa juga dapat berlokasi dimana saja sepanjang permukaan akar karena adanya accessory canal atau perforasi yang disebabkan perawatan saluran akar atau fraktur akar. 2. Batas tepi Batas tepi biasanya tidak jelas, antara pola trabekula yang normal dan abnormal, atau pola trabekula normal secara bertahap memudar ke daerah radiolusen. Jarang ditemukan batas yang jelas. 3. Struktur interna Pada tahap inflamasi awal tidak terdapat perubahan pola struktur interna. Tulang kanselus yang mendapatkan rangsangan dapat meresorpsi tulang (menghasilkan gambaran radiolusen) atau membentuk tulang sklerotik (radiopak). Pada kondisi akut biasanya terjadi resorpsi tulang dan pada keadaan kronis biasanya terjadi pembentukan tulang. Pada kasus kista gambaran struktur interna sangat radiolusen.

4. Efek terhadap jaringan sekitar Lamina dura biasanya hilang. Reaksi sklerotik tulang kanselus dapat kecil pada apeks gigi atau dapat meluas. Pada beberapa kasus di mandibula dapat terjadi reaksi sklerotik yang meluas dibawah korteks. 5. Bentuk Biasanya berbentuk bulat atau oval 6. Ukuran 7. Radiodensitas

4 zona yang bereaksi dengan bakteri :


1. Zona infeksi (zona nekrosis, pusat pus/abses) -> ciri zona ini adalah leukosit polimorfonuklear, merupakan pusat infeksi, terdapat mikroorganisme dan neutrofil 2. Zona kontaminasi ( zona eksudatif primer) ->cirinya terdapat infiltrasi round-cell. Pada zona ini sel tulang telah mati dan mengalami autolisis, dengan demikian lakuna terlihat kosong. Kerusakan sel tidak langsung dari bakteri tetapi dari toksin2 yang dikeluarkan dari zona pusat. 3. Zona iritasi (zona granulomatosa) -> dikarakteristikkan dengan adanya makrofag dan osteoklas. Pada zona ini toksisitas telah menurun. Fungsi untuk pertahanan, penyembuhan dan persiapan untuk perbaikan. 4. Zona stimulasi ( zona encapsulation) -> zona yang paling luar, terdiri dari aktivitas fibroblast untuk membentuk kolagen serta aktivitas osteoblast untuk membentuk tulang. Serabut kolagen dan aposisi tulang baru bertindak baik sebagai dinding pertahanan di sekeliling zona iritasi. Toksisitas tereduksi pada stimulan ringan. Abses terjadi bila virulensi rendah dan dalam jumlah sedikit -> leukosit polimorfonuklear menghancurkan mikroorganisme secepatnya setelah memperoleh jalan masuk ke jaringan periradikular. Hasilnya adalah suatu abses kronis. (zona iritasi melebihi zona stimulasi) Bila toksin bakteri masih terus berlanjut dapat menjadi stimulan dan membentuk suatu granuloma. (zona stimulasi lebih besar dari zona iritasi)

Batas tepi granuloma berupa tulang kanselus terdiri dari jaringan granulasi dan tidak dapat bertambah besar seperti kista karena granuloma adalah bentuk pertahanan local. Produk toksik dari saluran akar disebarkan dari foramen apikal dan menghancurkan tulang dekat daerah apeks akar sehingga daerah tersebut digantikan oleh jaringan granulomatous. Fibroblast membangun jaringana fibrous dan osteoblast membatasi daerah dengan suatu dinding tulang (kanselus). Jika sisa sel epitel Malassez dirangsang, maka dapat terbentuk suatu kista. Batas tepi kista berupa sel epitel dan kista dapat bertambah besar karena perkembangannya dari tengah lesi.

Evaluasi kelainan periodontal (10 keys)


1. Tinggi tulang yang tersisa kenapa bukan banyaknya tulang yang hilang karena kita tidak tahu juga awalnya setinggi apa 2. Kondisi dari alveolar crest terjadi penurunan/tidak, penurunan dapat juga fisiologis jika usia sudah tua, lihat outline nya juga, iregularitas mild periodontitis 3. Kehilangan tulang pada daerah furkasi keterlibatan furkasi dapat terjadi karena perluasan karies ke arah bukal lingual, karena arah bukal lingual tulangnya lebih tipis daripada arah mesio distal 4. Ketebalan dari ruang ligamen periodontal , dapat menjadi tanda TFO 5. Faktor lokal yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit periodontal --> Kalkulus, kontur restorasi yang tidak baik 6. Panjang akar, morfologi akar, dan rasio mahkota-akar 7. Kontak interproksimal terbuka, yang memungkinkan terjadinya impaksi makanan 8. Pertimbangan anatomis ex: kehilangan gigi, supernumerary, impaksi, posisi sinus maksila 9. Pertimbangan patologis ex: karies, lesi periapikal, resorpsi akar 10. Garis oklusi melihat adanya trauma oklusi Gambaran yang dapat timbul dalam kelainan periodontal/periodontitis : 1. nutrient canal

gambaran garis radiolusen pada rahang anterior bawah, berisi pembuluh darah sebagai asupan nutrisi karena tulang yang ada sudah menipis 2. bone bridge gambaran penebalan lamina dura diantara hilangnya lamina dura, merupakan tanda adanya trauma oklusi dan terjadi menyertai abses periodontal

Kelainan sistemik gambaran radiografis


a. Osteoporosis - penipisan tulang kortikal, tulang kanselus lebih sulit dilihat daripada tulang kortikal - radiolusensi meluas pada kedua rahang dan penurunan korteks tulang kedua rahang. - terdapat gelembung-gelembung pada daerah korteks mandibula inferior. - penurunan lebar korteks mandibula - kontras yang meningkat antara ramus/badan mandibula dan struktur reinforcement, seperti oblique line. - peningkatan radiolusen rahang b. Diabetes melitus - pasien dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki kemungkinan untuk memiliki tampakan ateroma (radiopak menyeluruh) pada radiografik panoramik. - rampan periodontal abses c. Aterosklerosis karotid kehilangan tulang meluas (severe) d. Hiperparatiroidism - Tulang rangka lebih radiolusen karena demineralisasi - Terdapat lesi unilokular kistik yang meluas ke sisi kanan dan kiri rahang bawah. Pada radiograf periapikal, terdapat kehilangan lamina dura di gigi sekitar lesi. e. TBC Osteomyelitis Terdapat gambaran radiolusensi iregular di bawah mandibular notch. f. Sifilis - deposisi tulang subperiosteal sepanjang inferior border mandibula. - kerusakan tulang, terutama bagian palatal dengan tanda-tanda daerah radiolusensi meluas, kerusakan demarkasi sepanjang batas tepi tulang kortikal

- radiolusensi multipel dengan batas yang tidak jelas dan sekuestrasi. g. Malignansi metastasis - lesi berbentuk bulat, dan tidak berbatas korteks, biasanya di bagian posterior mandibula dengan batas yang sangat iregular, - atau destruksi tulang pada beberapa daerah kecil pada tulang yang akhirnya membentuk area tulang yang meluas. Biasanya pada radiograf periapikal terdapat gambaran kehilangan lamina dura menyeluruh. h. Kelainan darah : thalasemia - pola trabekulasi tidak jelas, kadang terlihat kasar porus - korteks mandibula menipis, terutama pada sudut mandibula - lamina dura menipis - kadang akar gigi memendek - sinus maksila biasanya mengecil

Efek radiasi terhadap sel tubuh manusia:


Pemeriksaan radiograf intervensi : pemberian radiasi terhadap pasien hati2! Prinsip : Risk Vs Benefit ALARA Radiasi yang diserap oleh jaringan dapat mengionisasi atom-atom pada molekul, sehingga elektron-elektron pada atom tersebut dapat lepas, sehingga ikatan molekul menjadi rusak. Bagian yang paling krusial jika terkena radiasi ionisasi adalah kromosom karena kromosom mengandung informasi genetik, informasi untuk perbaikan sel, dan informasi untuk reproduksi sel. Beberapa kemungkinan efek radiasi terhadap sel: 1. Sel tidak rusak Ionisasi radiasi dapat menyebabkan perubahan pada sel, namun masih sama dengan perubahan normal yang biasa terjadi pada sel. 2. Sel rusak, memperbaiki kerusakan, berfungsi secara normal

Terdapat perubahan yang tidak normal namun terbatas pada sel, mekanisme tubuh dapat memperbaiki perubahan yang terjadi (bahkan pada kromosom). 3. Sel rusak, memperbaiki kerusakan, berfungsi secara abnormal Jika sel yang mengalami kerusakan harus berfungsi sebelum kerusakan dapat diperbaiki, maka sel mungkin tidak dapat berfungsi atau mengalami malfungsi dan dapat mengganggu fungsi sel lainnya. Sel tersebut dapat tidak berreproduksi atau sebaliknya, berreproduksi dalam jumlah yang tidak terkontrol. Hal inilah yang dapat menyebabkan kanker. 4. Sel mati Dapat terjadi jika sel rusak akibat radiasi yang ekstensif, ataupun tidak dapat lagi berreproduksi hingga mati. Hal in itergantung dari sensitifitas sel terhadap radiasi. Kesensitifitasan semua sel terhadap radiasi tidak sama. Secara umum sel yang terbelah secara aktif dan/atau sel yang relatif non-spesifik lebih sensitif terhadap dosis radiasi, contohnya sel-sel yang menghasilkan darah. Sistem hemopoietic adalah indikator biologis yang paling sensitif untuk mengetahui ekpose radisasi. Dosis radiasi: A. Dosis akut Yaitu dosis yang besar (10 rad / lebih pada seluruh tubuh) yang diterima tubuh dalam jangka waktu yang singkat (hanya dalam beberapa hari saja). Jika cukup besar efeknya dapat terlihat dalam hitungan jam sampai minggu. Dosis akut dapat menyebabkan simptom yang disebut Acute Radiation Syndrome, dapat terlihat pada dosis 100 rad. Ekspektasi statistik untuk dosis 450 rad dapat menyebabkan 50% dari populasi yang terkespose meninggal dalam 60 hari tanpa tindakan medis. Kemungkinan sembuh bergantung dari jumlah radiasi yang diterima, keparahan simptom, dan secara umum bergantung dengan usia dan kesehatan umum masing-masing individu. Blood-forming organ (Bone-marrow) syndrome (>100 rad) : perdarahan dalam, fatigue, infeksi bakteri, dan demam Gastrointesinal tract syndrome (>1000 rad) : mual, muntah, diare, dehidrasi, ketidkaseimbangan elektrolit, kehilangan fungsi digestif, perdarahan ulser, dan bonemarrow syndrome.

Central nervous system syndrome (>5000 rad) : kehilangan koordinasi, kebingungan, koma, kejang-kejang, shock, dan kedua simptom diatas. Kematian pada kondisi ini disebabkan oleh komplikasi dari perdarahan internal, dan tekanan cairan pada otak, bukan karena kerusakan langusng radiasi pada sistem saraf. 200-300 rad : eritema pada kulit, rambut rontok 125-200 rad : supresi menstruasi jangka lama / permanen pada 50% wanita 600 rad : steril permanen pada ovarium dan testikel 50 rad : pada kelenjar tiroid dapat menyebabkan benign tumor

B. Dosis kronis Adalah dosis yang berjumlah relatif sedikit yang diterima dalam jangka waktu yang panjang. Tubuh dapat mentoleransi dosis kronis lebih baik daripada dosis akut. Efek dapat berupa efek tertunda atau efek laten, termasuk kanker dan efek genetis. Efek somatik dan genetik Efek somatik tampak pada orang yang terekspose, terbagi menjadi dua kelas: Efek somatik langsung : tampak segera setelah terpapar radiasi (biasanya melebih >10 rad atau lebih pada seluruh tubuh). Contoh: rambut rontok. Rambut dapat tumbuh kembali setelah 2 bulan, dengan warna dan tekstur yang mungkin berbeda. Efek somatik tertunda : dapat terjadi beberapa tahun setelah menerima radiasi, potensi terbesar adalah kanker dan katarak. Efek genetik tampak pada keturunan orang yang terekspose radiasi, sebagai hasil dari kerusakan pada sel-sel reproduksi. Namun efek genetik relatif lebih kecil dibandingkan efek somatik.

Vous aimerez peut-être aussi