Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I KONSEP MEDIS A. Anatomi Fisiologi Jantung Jantung terletak dalam rongga dada.

Ukuran jantung sebesar genggaman tangan pemiliknya dengan berat sekitar 300 gram. Ukuran panjang jantung kirakira 5" (12cm) dan lebar sekitar 3,5" (9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum di antara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak di bagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada di sebelah kanan dari midline sternum, 2/3 nya di sebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apeks jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri. Jantung dalam sistem sirkulasi berfungsi sebagai alat pemompa darah. Jantung tersusun atas otot jantung (miokardium) . Bagian jantung luar dilapisi oleh selaput jantung (perikardium). Lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan yaitu: 1. Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal). 2. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa 3. Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium. Di antar lapisan parietal dan visceral terdapat ruangan kavum perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 - 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung. Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral 2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung. 3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya.

Katup Jantung: Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar. Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid. Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris. Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan). Antarsisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat. Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume. Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen ovale saat kita lahir. Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu: 1. Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan. 2. Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan. 3. Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium kanan. 4. Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4 muara.

Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung. Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel. Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa darah dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang dan mengempis. Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa tempat. Saat berkontraksi, atrium dan ventrikel mengembang dan menguncup secara bergantian. Bila atrium mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh melalui pembuluh balik (vena kava superior dan vena kava inferior). Darah yang diisap ini masuk ke atrium kanan dan darah dari vena pulmonalis yang kaya oksigen masuk ke atrium kiri. Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah meninggalkan jantung. Tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paruparu saja, sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.

Siklus Jantung: Atrium kanan menerima kotor atau vena atau darah yang miskin oksigen dari: 1. Superior Vena Kava 2. Inferior Vena Kava 3. Sinus Coronarius

Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel kanan melewati katup trikuspid. Dari ventrikel kanan, darah dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen melewati: 1. Katup pulmonal 2. Pulmonal Trunk 3. Empat (4) arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke jantung melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru kiri) menuju atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup biskupid atau katup mitral. Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari seluruh tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava superior, vena kava inferior dan sinus koronarius menuju atrium kanan. Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu: 1. Sistole atau kontraksi jantung 2. Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu: 1. Fase Ventrikel Filling Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing cabangnya, dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium naik melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular, sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena pada saat ini kedua ventrikel dalam keadaan relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa 60% sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi kedua atrium. 2. Fase Atrial Contraction Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kontraksi kedua atrium, dimana setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif, disusul pengisian ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya kontraksi atrium yang memompakan darah ke ventrikel atau yang kita kenal dengan "atrial kick". Dalam grafik EKG akan terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi jantung 3 atau cardiac murmur. 3. Fase Isovolumetric Contraction Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi tekanan yang melebihi tekanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau depolarisasi ventrikel. Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir balik ke atrium yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk mencegah aliran balik darah tersebut. Penutupan katup atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau sistolic. Periode waktu antara penutupan katup AV sampai sebelum pembukaan katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini dinamakan dengan fase isovolumetrik contraction.

4. Fase Ejection Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel akan menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka katup semilunar dan memompa darah dengan cepat melalui cabangnya masing-masing. Pembukaan katup semilunar tidak mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel, kedua atrium akan di isi oleh masing-masing cabangnya. 5. Fase Isovolumetric Relaxation Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah balik ke kedua ventrikel, untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah aliran darah balik ke ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan bunyi jantung dua (S2) atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan terekam dalam EKG dengan gelombang T, pada saat ini juga aliran darah ke arteri koroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi sistemik dan pulmonal ke ventrikel juga di tandai dengan adanya "dicrotic notch". 1) Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara pasip maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut dengan End Diastolic Volume (EDV) 2) Total EDV di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120ml. 3) Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut End SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml. 4) Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah 70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume. (EDV-ESV= Stroke volume) (120-50= 70) Siklus jantung berjalan secara bersamaan antara jantung kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1 denyut jantung = 1 beat EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu kurang dari 0.5 detik. B. Pengertian PJB Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Kelainan jantung biasanya menyebabkan darah mengalir dalam arah yang salah/abnormal, kadang tidak melewati paru-paru (tempat dimana darah diperkaya dengan oksigen). Padahal untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas yang normal diperlukan darah yang kaya akan oksigen. C. Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal : a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

b. Ibu alkoholisme dan ibu perokok c. Umur ibu lebih dari 40 tahun. d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. 2. Faktor Genetik : a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. b. Ayah/Ibu menderita penyakit jantung bawaan c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain D. Manifestasi Klinik Pada bayi penyakit jantung bawaan ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, misalnya: 1. Lekas letih 2. Ada gangguan tumbuh kembang 3. Sering panas dan batuk 4. Ada gangguan atau sering berhenti saat menyusu ibunya untuk bernapas 5. Gejala khas lainnya adalah biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. E. Patofisiologi Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah jantung kiri sedangkan yang bertekanan rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sistem sirkulasi sistemik mempunyai tahanan yang tinggi. Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir melalui defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis. Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan halhal sebagai berikut: 1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia. 2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap aktivitas 3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea 4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis F. Klasifikasi penyakit jantung bawaan PJB Asianosis: a. Peningkatan aliran pulmonalis: 1. ASD (Atrial Septal Defect) ASD adalah adanya lubang pada sekat serambi jantung. Akibatnya terjadilah kebocoran darah bersih dari serambi kiri ke kanan sehingga bilik kanan membesar dan aliran darah ke paru paru meningkat. ASD biasanya tidak menimbulkan masalah pada masa kanak-kanak, tetapi akan terjadi gagal jantung dikemudian hari pada dekade ke 2 atau 3, terutama bila lubangnya

cukup besar. Operasi biasanya dianjurkan pada usia prasekolah, kecuali apabila lubangnya besar sehingga menimbulkan gejala gagal jantung lebih dini. Selain operasi ASD yang kecil dapat ditutup dengan intervensi non bedah dengan menggunakan ASO (Atrial septal occluder). 2. VSD (Ventrikular Septal Defect) VSD berarti terdapat lubang pada sekat bilik jantung. VSD merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru-paru. Hal ini akan menimbulkan beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala-gejala gagal jantung pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam. Pembedahan merupakan cara pengobatan yang terbaik, dan biasanya dilakukan pada usia 3 atau 4 bulan. VSD ukuran sedang dapat diobati dan diamati sampai beberapa tahun, dengan harapan dapat mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan apabila VSD tetap ada, biasanya pada usia prasekolah yaitu 3-5 tahun. 3. PDA (Patent Ductus Arteriosus) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF): a) Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung b) Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas) c) Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg) d) Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik e) Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. f) Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah g) Apnea h) Tachypnea i) Nasal flaring j) Retraksi dada k) Hipoksemia l) Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru) b. Obstruksi aliran darah dari ventrikel 1. Stenosis katup aorta 2. Stenosis katup pulmoner 3. Koartasio aorta PJB Sianosis: a. Penurunan aliran paru 1. Atresia tricuspid 2. Tetralogi Fallot Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. b. Pencampuran aliran darah 1. Transposisi arteri besar 2. Trunkus Arteriosus 3. Sindroma Hipoklasi JantungKiri

G. Komplikasi a. Endokarditis b. Obstruksi pembuluh darah pulmonal c. CHF d. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) e. Enterokolitis nekrosis f. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner) g. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit h. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin. i. Aritmia j. Gagal tumbuh H. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan laboratorium Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. b. Radiologi Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. c. Elektrokardiogram Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal d. Ekokardiografi Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru e. Kateterisasi Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktorprenatal dan genetik yang mempengaruhi). 2. Riwayat tumbuh Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. 3. Riwayat psikososial/ perkembangan a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan b. Mekanisme koping anak/ keluarga c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya 4. Pemeriksaan fisik a. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh. b. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan. c. Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian. d. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali. e. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi f. Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras. g. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan h. Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik 5. Pengetahuan anak dan keluarga : a. Pemahaman tentang diagnosis. b. Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis c. Regimen pengobatan d. Rencana perawatan ke depan e. Kesiapan dan kemauan untuk belajar B. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. 5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen C. Intervensi keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat

Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung Intervensi Rasional Mandiri Observasi kualitas dan kekuatan denyut Permulaan gangguan pada jantung jantung, nadi perifer, warna dan akan ada perubahan tanda-tanda vital, kehangatan kulit semuanya harus cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, Pucat menunjukkan adanya penurunan membran mukosa, clubbing) perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemia. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, Deteksi dini untuk mengetahui adanya takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, gagal jantung kongestif periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali) Kolaborasi Pemberian digoxin sesuai order, dengan Obat ini dapat mencegah semakin menggunakan teknik pencegahan bahaya memburuknya keadaan klien. toksisitas. Berikan pengobatan untuk menurunkan Obat anti afterload mencegah afterload terjadinya vasokonstriksi Berikan diuretik sesuai indikasi. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru: Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru Intervensi Rasional Mandiri Observasi kualitas dan kekuatan denyut Untuk mengetahui kemampuan jantung, nadi perifer, warna dan bernafas klien kehangatan kulit Atur posisi anak dengan posisi fowler Untuk memudahkan pasien dalam bernapas Hindari anak dari orang yang terinfeksi Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan Berikan istirahat yang cukup Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh Kolaborasi Berikan oksigen jika ada indikasi Membantu klien untuk memenuhi oksigenasinya. 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang

Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan Intervensi Rasional Mandiri Kaji tingkat tumbuh kembang anak Memantau masa tumbuh kembang anak Berikan stimulasi tumbuh kembang, Agar anak bisa tumbuh dan ativitas bermain, game, nonton TV, berkembang sebagaimana mestinya puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak. Libatkan keluarga agar tetap memberikan Anggota keluarga sangat besar stimulasi selama dirawat pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan dan juga perkembangan anak-anak 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : - Status nutrisi terpenuhi - nafsu makan klien timbul kembali - berat badan normal - jumlah Hb dan albumin normal Intervensi Rasional Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien Mengetahui kekurangan nutrisi klien Mencatat intake dan output makanan Mengetahui perkembangan klien. pemenuhan nutrisi klien. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Ahli gizi adalah spesialisasi dalam membantu memilih makanan yang dapat ilmu gizi yang membantu klien memenuhi kebutuhan gizi selama sakit memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi Dengan sedikit tapi sering sering. mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung. 5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat Intervensi Rasional Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas Jika tidak sesuai parameter, klien menggunakan parameter berikut : Nadi 20 dikaji ulang untuk mendapatkan per menit diatas frekuensi istirahat, catat perawatan lebih lanjut. peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan Persiapkan dan dukung klien untuk aktivitas melakukan aktivitas jika sudah mampu Dorong memajukan aktivitas Agar klien termotivasi untuk

melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan Memudahkan klien ntuk beraktivitas dan anjurkan penggunaan kursi mandi tapi tidak memanjakan Dorong pasien untuk partisipasi dalam Klien termotivasi untuk sembuh memilih periode

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta Wilson & Price. (2002). Patofisiologikonsep klinik penyakit. Volume 1 EGC:Jakarta http://www.penyakitjantung.net/penyakit-jantung bawaan/#more

Vous aimerez peut-être aussi