Vous êtes sur la page 1sur 11

PERBEDAAN TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANTARA ANAK VEGETARIAN DAN NON VEGETARIAN DI VIHARA MAITREYA PUSAT

JAKARTA THE DIFFERENCE IN DEGREE OF ORAL HYGIENE BETWEEN VEGATARIAN AND NON VEGETARIAN CHILDREN AT THE CENTRAL MAITREYA VIHARA JAKARTA Eka Chemiawan, Eriska Riyanti, Feny Fransisca Pediatric Dentistry Faculty of Dentistry Padjadjaran University Jl. Sekeloa Selatan Bandung Indonesia ABSTRAK Anak vegetarian dan non vegetarian dengan pola makan yang berbeda, dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Metode penelitian adalah analisa cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, didapatkan sampel 24 anak vegetarian dan 30 anak non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Indeks kebersihan gigi dan mulut dari Greene dan Vermillion (OHI-S) digunakan untuk menilai kebersihan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata indeks kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta sebesar 1,66 dengan kategori sedang dan anak non vegetarian sebesar 2,15 dengan kategori sedang. Analisis statistik dengan Uji T menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara anak vegetarian dan non vegetarian. Kesimpulan penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Kata kunci: vegetarian, non vegetarian, OHI-S ABSTRACT The difference eating patterns between vegetarian and non-vegetarian children may affect oral hygiene. The purpose of this research was to find the difference degree of oral hygiene between vegetarian and non-vegetarian children at the Central Maitreya Vihara, Jakarta.This research was a cross sectional analytic research. Sampling technique was by purposive sampling; a sample consisting of 24 vegetarian children and 30 non-vegetarian children was obtained at the Central Maitreya Vihara, Jakarta. Greene and Vermillions oral hygiene index (OHI-S) was used to measure oral hygiene. Research results showed that the average oral hygiene index of vegetarian children was 1,66 in the medium category, and non-vegetarian children was 2,15 in the medium category. Statistical analysis with T Test showed a significant difference between vegetarian and non-vegetarian children. The conclusion of the research showed a difference in degree of oral hygiene between vegetarian and non-vegetarian children at the Central Maitreya Vihara, Jakarta.
Korespondensi (correspondence): Eka Chemiawan, Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Jln. Sekeloa Selatan No.1 Bandung 40133, Indonesia.

Key words: vegetarian, non-vegetarian, OHI-S

PENDAHULUAN Kebutuhan gizi yang baik ditentukan oleh pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada umumnya pola makan yang dijalankan seseorang adalah pola makan Empat Sehat Lima Sempurna, dan kemudian berkembang pola makan Empat Sehat yang dijalankan oleh vegetarian.1 Vegetarian adalah orang yang hanya mengkonsumsi produk nabati dan berpantang daging. Vegetarian yang berpantang daging harus mencukupi kebutuhan protein dari produk nabati seperti kacang-kacangan, buah, sayur kaya protein, kalsium, dan vitamin.2 Alasan agama atau spiritual mendorong berkembangnya pola makan vegetarian, salah satunya di kalangan umat beragama Buddha, aliran Maitreya. Umat Buddha aliran Maitreya di kota Jakarta beribadah di Vihara Maitreya Pusat yang merupakan Vihara Maitreya terbesar. Vihara Maitreya Pusat berada di bawah naungan Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KVMI). KVMI merupakan suatu perkumpulan vegetarian aliran Maitreya yang tersebar di Indonesia. Vihara Maitreya sangat menganjurkan umatnya untuk menjalankan pola makan vegetarian. Pola makan vegetarian merupakan pilihan masing-masing individu tanpa ada tekanan atau paksaan, sehingga masih ada umat yang menganut pola makan non vegetarian. Pola makan vegetarian dijalankan baik oleh orang dewasa maupun anak-anak. Anak yang menganut pola makan vegetarian biasanya dikarenakan pengaruh kedua orang tua yang juga menganut pola makan vegetarian. Vegetarian menggunakan pola makan Empat Sehat atau kuartet nabati sebagai paduan penyusunan menu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Pola makan vegetarian merupakan pola makan kuartet nabati yang terdiri dari padi-padian, sayur, buah, dan kacang-kacangan. Vegetarian mengkonsumsi padi-padian, kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan sebagai makanan pokok, sedangkan susu dan produk sampingannya hanya dikonsumsi seminggu sekali atau lebih. Vegetarian mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau bersifat alami, namun sebagian vegetarian ada pula yang mengkonsumsi makanan yang bersifat non alami, yang biasa disebut dengan istilah daging buatan. Daging buatan ini banyak mengandung gluten atau zat tepung yang diolah sedemikian rupa sehingga bentuk dan rasanya menyerupai daging asli.1, 2

Non vegetarian mengikuti pola makan Empat Sehat Lima Sempurna yang terdiri dari padi-padian, sayur, lauk pauk (daging), buah, dan susu. Pola makan non vegetarian tidak membatasi konsumsi makanan hanya pada produk nabati, tetapi juga mengikutsertakan produk hewani. Perbedaan pola makan vegetarian dan non vegetarian terletak pada ada tidaknya asupan makanan hewani dan proporsi asupan makanan nabati. Pola makan vegetarian mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dan makanan berserat dengan proporsi yang lebih besar daripada non vegetarian.3 Pola makan yang menyangkut jenis atau bahan makanan, selain mempengaruhi kesehatan umum dapat pula mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut. Penelitian Prof. Collin Campbel dari Universitas Cornell menunjukan adanya indikasi penyakit jantung, kanker, obesitas, diabetes, dan osteoporosis yang lebih besar pada orang dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan hewani daripada orang dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan Nabati.1 Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan plak. Menurut McDonald dan Avery (1994), kebiasaan makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah.4 Penelitian Johansson, dkk. (1996) dari Universitas King Saud, Saudi Arabia menunjukkan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada vegetarian lebih baik daripada non vegetarian pada suku Indian.5 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian khususnya di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam hal perencanaan program kesehatan gigi, khususnya pemeliharaan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada anak, khususnya anak dengan pola makan vegetarian dan non vegetarian, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional analytic. Populasi penelitian adalah anak-anak vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Sampel diperoleh sebanyak 24 anak vegetarian dan 30 anak non vegetarian dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan: anak vegetarian atau non vegetarian, tidak menggunakan alat orthodonti, bersedia mengisi kuesioner, informed consent, dan kooperatif. Variabel-variabel penelitian, antara lain: 1. Variabel Bebas: pola makan vegetarian dan non vegetarian; lama, waktu, dan frekuensi penyikatan gigi; faktor sosial ekonomi. 2. Variabel Terikat: tingkat kebersihan gigi dan mulut yang diukur dengan OHI-S (DIS + CI-S). Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kaca mulut, sonde, pinset, masker, sarung tangan, senter, informed consent, lembar kuesioner, alat tulis, alkohol, disclosing solution, dan kapas. Jalannya penelitian dilakukan dengan mengisi kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis pada permukaan fasial gigi 1.6, 2.6, 1.1, 3.1 dan lingual gigi 3.6, 4.6, dicatat nilai plak dan kalkulus yang terbentuk. Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian diolah. Data disajikan dalam bentuk tabel. Pengukuran tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan indeks kebersihan gigi dan mulut dari Greene dan Vermillion (Simplified Oral Hygiene Index/ OHI-S). OHI-S = DI-S +CI-S Nilai 0 1 2 Tabel 1. Kriteria Pemeriksaan DI-S dan CI-S: CI-S Tidak terdapat kalkukus atau karang gigi Ada kalkulus supragingiva pada 1/3 atau<1/3 gingiva permukaan gigi Ada kalkulus >1/3 tetapi<2/3 gingival permukaan gigi atau terdapat kalkulus subgingiva di satu tempat sekitar leher gigi Ada kalkulus >2/3 gingival permukaan gigi atau terdapat kalkulus subgingiva melingkari leher gigi

DI-S Tidak terdapat plak atau pewarnaan ekstrinsik pada permukaan mahkota gigi Plak menutupi mahkota gigi seluas 1/3 atau <1/3 bagian atau ada perwarnan gigi Plak menutupi >1/3 tetapi < 2/3 mahkota permukaan gigi Plak menutupi >2/3 bagian mahkota permukaan gigi

DI-S = jumlah total nilai plak setiap gigi Jumlah permukaan yang diperiksa

; CI-S = jumlah total nilai kalkulus setiap gigi jumlah permukaan yang diperiksa

Kriteria kebersihan gigi dan mulut: Baik, jika OHI-S = 0,0-1,2 Sedang, jika OHI-S = 1,3- 3,0 Buruk, jika OHI-S = 3,1-6,0

Uji statistik operasional dengan Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji T: H0: Tidak ada perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. H1 : Ada perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Kriteria Uji : Terima H0 jika t1-1 / 2 < thitung < t1-1 / 2 dengan dk = (n1+ n2 2) dan peluang (11/2 ). HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan terhadap 24 anak vegetarian dan 30 anak non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta (Tabel 2). Setelah dilakukan pendataan, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Anak Vegetarian dan Non Vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta.
Vihara Maitreya Pusat Jakarta Anak Vegetarian Anak Non Vegetarian Total Jumlah (n) 24 30 54 Prevalensi (%) 44,44 % 55,56 % 100,00 %

Anak vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta memiliki indeks kebersihan gigi dan mulut (1,66) yang lebih baik daripada anak non vegetarian (2,15) di tempat yang sama, tetapi kedua kelompok ini memiliki katagori yang sama yaitu katagori sedang (Tabel 3).

Tabel 3. Indeks Plak, Indeks Kalkulus, dan Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Ratarata Anak Vegetarian dan Non Vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta.
Indeks Plak Kalkulus Kebersihan gigi dan mulut Anak Vegetarian Rata-rata Katagori 1,55 Sedang 0,11 Baik 1,66 Sedang Anak Non Vegetarian Rata-rata Katagori 1,97 Buruk 0,18 Baik 2,15 Sedang

Hasil perhitungan statistik menunjukkan simpangan baku anak vegetarian sebesar 0,56, anak non vegetarian sebesar 0,46, simpangan baku gabungan sebesar 0,52, dan didapatkan nilai thitung sebesar -2,49 (Tabel 4). Uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Tabel 4. Nilai Rata-rata Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut, Simpangan Baku, dan thitung Anak Vegetarian dan Non Vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta.
Nilai Rata-rata Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Simpangan Baku Simbangan Baku Gabungan Thitung Anak Vegetarian 1,66 0,56 Anak Non Vegetarian 2,15 0,52 -2,49 0,49

PEMBAHASAN Tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta berkaitan dengan pola makan (jenis dan frekuensi makan seharihari), kebiasaan membersihkan mulut setelah makan, kebiasaan mengkonsumsi makanan kecil diantara waktu makan, dan tindakan pembersihan gigi dan mulut (frekuensi, waktu, dan lamanya penyikatan gigi). Pemilihan jenis makanan akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.6 Bahan makanan yang tergolong karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri, sehingga dapat menurunkan pH plak dalam rongga mulut sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit.4 Hasil kuesioner menunjukkan

kelompok karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi anak vegetarian adalah nasi sebagai menu makan siang sebanyak 22 orang (51,16%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 30 orang (73,17%). Menurut Manning and Sanders (1992), asupan karbohidrat pada vegetarian lebih tinggi dari pada non vegetarian.7 Sumber utama karbohidrat di dalam makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit berasal dari makanan hewani.8 Makanan yang banyak mengandung air berarti sedikit mengandung karbohidrat dan sebaliknya. Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung 7595% air.9 Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan pembersih alamiah pada permukaan oklusal gigi-geligi, berkaitan dengan serat yang terkandung didalamnya.10 Serat dapat memperlambat proses makan, menghambat laju pencernaan makanan, dan meningkatkan intensitas pengunyahan.2 Proses mengunyah makanan berserat akan merangsang produksi air liur. Air liur dapat melindungi gigi dari proses kerusakan.11 Menurut Manning dan Sanders (1992), vegetarian jenis vegan mengkonsumsi makanan berserat lebih tinggi daripada non vegetarian.7 Sebagian besar anak vegetarian mengkonsumsi sayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhan protein, sedangkan anak non vegetarian dapat mengkonsumsi daging. Hasil kuesioner menunjukkan anak vegetarian mengkonsumsi sayur-sayuran untuk

melengkapi menu makan siang sebanyak 18 orang (30,00%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 24 orang (28,57%). Anak vegetarian mengkonsumsi buah apel sebagian besar pada saat makan pagi yaitu sebanyak 14 orang (26,92%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 11 orang (23,91%). Konsumsi apel hanya mempengaruhi deposisi plak bagian oklusal dan fasial gigi saja. Apel merupakan makanan keras dan berserat yang tidak merangsang deposisi

plak, namun tidak berpengaruh terhadap deposisi plak pada daerah leher gusi terutama daerah interdental.12 Buah-buahan merupakan makanan berserat yang dapat mengendalikan pembentukan plak secara mekanis, karena proses pengunyahan secara langsung menimbulkan efek pembersih.13 Hasil kuesioner menunjukkan anak vegetarian mengkonsumsi buah-buahan dengan cara dimakan langsung sebanyak 15 orang (62,50%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 19 orang (63,33%). Bahan makanan gluten atau daging tiruan mengandung zat tepung, yang berarti memiliki kadar karbohidrat yang tinggi.2 Karbohidrat yang tersedia dapat digunakan bakteri untuk menghasilkan asam. Sebagian besar anak vegetarian hanya kadangkadang mengkonsumsi gluten sebanyak 11 orang (73,33%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 7 orang (70,00%). Menurut Shipley (2005), salah satu tips untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan membatasi konsumsi makanan kecil.14 Anak vegetarian sebagian besar kadang-kadang mengkonsumsi makanan kecil diantara waktu makan (between-meal snacks) sebanyak 11 orang (45,83%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 14 orang (46,67%). Hasil kuesioner menunjukkan anak vegetarian memiliki kebiasaan membersihkan mulut setelah makan sebanyak 13 orang (54,17%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 14 orang (46,67%). Kebiasaan mengkonsumsi makanan perlu diikuti dengan kebiasaan menjaga mulut tetap dalam keadaan basah, yaitu dengan cara berkumurkumur, dengan tujuan untuk membantu membersihkan sisa-sisa makanan.14 Sebagian besar anak vegetarian memiliki kebiasaan berkumur-kumur setelah makan sebanyak 10 orang (76,92%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 7 orang (50,00%).

Frekuensi penyikatan gigi yang baik adalah dua kali sehari, dengan durasi minimal 2 menit setiap penyikatan gigi.15, 16, 17 Anak vegetarian dengan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari sebanyak 14 orang (58,33%) dan anak non vegetarian sebanyak 23 orang (76,67%). Sebagian besar anak vegetarian menyikat gigi selama 2 menit sebanyak 11 orang (45,83%), sedangkan sebagian besar anak non vegetarian menyikat gigi selama 1 menit sebanyak 13 orang (43,33%). Waktu menyikat yang baik adalah saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur.12, 15 Anak vegetarian menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur sebanyak 5 orang (20,83%), sedangkan anak non vegetarian sebanyak 1 orang (3,33%). Nilai OHI-S menunjukkan bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian lebih baik daripada anak non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Hasil pengujian perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian secara statistik dilakukan dengan Uji Beda atau Uji T. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai simpangan baku indeks kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian sebesar 0,56 dan anak non vegetarian sebesar 0,49, sehingga nilai simpangan baku gabungan sebesar 0,52 dan didapatkan nilai thitung = -2,49 (Tabel 4). Uji hipotesis dengan = 0,05 dan dk=52, didapat nilai t1-1/2 = 2,01. Kriteria uji yaitu H0 diterima jika t1-1/2 < thitung < t1-1/2 , nilai -2,49 tidak terletak diantara -2,01 dan 2,01, sehingga H0 ditolak. Hasil uji hipotesis menunjukkan ada perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta.

KESIMPULAN DAN SARAN Tingkat kebersihan gigi dan mulut perlu dijaga dengan pengendalian dan pemilihan jenis makanan. Pengendalian makanan yaitu dengan membatasi makanan kecil di antara

10

waktu makan (between-meal snacks).12 Pemilihan jenis makanan yaitu dengan mengkonsumsi makanan kecil yang bersifat anticariogenic seperti permen karet bebas gula (sugar-free gum), atau makanan cariostatic seperti susu untuk meningkatkan pH plak.6 Makanan tidak terlalu mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut selama pasien melakukan praktek kebersihan gigi dan mulut dengan baik, aplikasi fluor rutin, dan pemeriksaan dokter gigi secara berkala (fissure sealant). 10

UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini terselesaikan berkat bantuan dari staf pengurus Vihara Maitreya Pusat Jakarta, anak-anak baik vegetarian maupun non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. DAFTAR PUSTAKA 1. Boddhicita Dkk. Terobosan Menuju Hidup Sehat Kuartet Nabati. Medan: KVMI; 2002; 4-8. 2. Bangun AP. Vegetarian Pola Hidup Sehat Berpantang Daging. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2003; 2, 24, 25, 33. 3. Shils ME. Modern Nutrition in Health and Disease. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 1999.1756-1760. 4. McDonald RE, DR Avery. Dentistry for the Child and Adolescent. 6th ed. St. Louis: The C.V. Mosby Co; 1994. 5. Johansson, et al. 1996. Some Aspects of Dental Health in Young Adult Indian Vegetarians. Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query (diakses 14 Januari 2006). 6. Hershey. 2005. Food Choices and Dietary Patterns. America: International Food Information Council Foundation. Available at http//www.hershey.com/nutrition/dental.asp (diakses 15 November 2005). 7. Manning J, Sanders. Growth and development of vegan children, J. Human Nutrition Diet, 5; 1992. 8. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat; 1991; 32. 9. Pollack RL, E Kravitz. Nutrition in Oral Health and Disease. Philadelphia: Lea and Febiger; 1985; 123. 10. Vaswani DA. 2005. Diet and Dental Health. Available at http://www.lakshdeep.com/diet.htm (diakses 15 November 2005). 11. Guyton AC, JE Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi kesembilan. Alih Bahasa oleh Irawati Setiawan, dkk. Jakarta: EGC; 1017. 12. Manson JD, BM Eley. Buku Ajar Periodontologi. Edisi ketiga. Alih Bahasa oleh Anastasia S. Jakarta: Hipokrates; 1993; 23-29, 114,115,118.

11

13. Malahayati C, S Lestari. 2004. Pengaruh Makan Apel dalam Pembentukan Plak Gigi pada Anak-anak Panti Asuhan Al- Khairiyah. Jakarta: J. PDGI, 54, 1; 17-20. 14. Shipley S. 2005. Diet and Dental Health. The Academy of General Dentistry. Available at http://www.DentalGentleCare.com (diakses 15 November 2005). 15. Andlaw RJ, WP Rock. A Manual of Paedodontics. 3rd Ed. America: Churchill Livingstone; 1993; 33. 16. Hartono SWA. Peran Kebersihan Rongga Mulut pada Pencegahan Karies Penyakit Periodontal. Majalah Kedokteran Gigi; 2001; 643-648. 17. Carranza FA, MG Newman, HH Takei. Clinical Periodontology. 9th Ed. Philadelphia: W. B. Saunders Co.; 2002; 667.

Vous aimerez peut-être aussi