Vous êtes sur la page 1sur 13

PERCOBAAN IV PEMBUATAN ASPIRIN A.

Tujuan Untuk dapat mengetahui dan memahami teknik pembuatan aspirin dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat. B. Dasar Teori 1. Aspirin Aspirin atau asam asetil salisilat sangat nerneda dengan bentuk pendahulunya, yaitu asam salisilat. Hal ini dikarenakan bentuk asetilasi dari asam salisilat ini memiliki tolerabilitas yang sempurna dengan efek samping gastrointestinal yang lebih ringan. Aspirin merupakan salah satu obat yang paling banyak dan paling luas digunakan diseluruh dunia, terutama sebagai obat antiinflamasi dan antirematik (Adji, 2010). Aspirin (asam asetil salisilat) bekerja denga cara menghambat sintesis prostaglandin, yaitu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arikidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cycloxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim cox, maka prostaglandin tidak terbentuk dan nyeri atau radang pun reda. Prostaglandin juga merupakan senyawa yang mengganggu pngaturan suhu tubuh oleh hipotalamus sehingga

menyebabkan demam (Ikawati, 2010). Selain efek analgesiknya, aspirin juga mengurangi agregasi platelet (pembekuan). Oleh karena itu beberapa dokter meresepkan satu tablet aspirin setiap hari atau dua hari sekali sebagai usaha untuk mencegah serangan iskemik sementara, serangan jantung, atau episode tromboemboli (Kee, 1996). Asam asetil salisilat (aspirin) atau turunan asam salisilat yang telah dekenal sebagai prototip obat analgesic kelompok NSAIDS. Sayangnya stabilitas senyawa ini menjadi salah satu kelemahannya disampingefek sampingnya. Reaksi yang paling berkontribusi dalam degradasi aspirin

adalah hidrolisis yang menghasilkan produk asam salisilat dan asam asetat. Reaksi ini berlangsung dalam berbagai pH dan laju reaksinya mengikuti kinetika orde pertama semu tetapi dalam suasana yang lebih basa, aspirin terhidrolisis dengan lebih cepat. (Diyah, 2010). 2. Reaksi Asetilasi Untuk menghindari reaksi dengan enzim, obat terapeutik dirancang agar jauh lenih spesifik dan mirip dengan substrata tau stadium antara reaksi. Misalnya, aspirin (asam asetil salisilat) menimbulkan efek farmakologisnya melalui asetilasi kovalen serin di tempat aktif pada enzim prostaglandin endoperoksida sintase. Aspirin mirip satu bagian dari prostaglandin yang menjadi substrat fisiologis untuk enzim tersebut sehingga dapat saling berikatan dan timbul efek (Marks, 2000). Reaksi asaetilasi merupakan rekasi yang sama dengan reaksi esterifikasi yaitu reaksi antara alkohol dengan asam menghasilkan air dan ester (Dewati, 2010). Reaksi ini adalah reaksi kesetimbangan berjalan lambat pada kondisi basa, tetapi dapat dipercepat apabila ditambahkan katalis asam kuat (Dewati, 2010). Reaksi asetilasi adalah reaksi memasukkan gugus asetil atau (CH3COO-) ke dalam molekul organik seperti (-OH dan NH2). Reagen yang umum dipakai adalah asetik anhidrat atau etanol klorida (CH3COCl). (Dewati, 2010) Reaksi asetilasi ini merupakan reaksi yang setimbang. Dengan menghambat satu arah reaksi yang menuju pada sisi ester dapat diperoleh hasil yang besar dan konversi yang tinggi. Salah satu cara untuk mencapai konversi yang tinggi adalah dengan penghilangan air yang terbentuk. (Dewati, 2010) Oksidasi, reduksi, dan asetilasi adalah reaksi enzimatik fase 1 yang berfungsi menurunkan efek toksik bahan kimia, membuatnya lebih larut air, pada beberapa kasus memudahkan reaksi konjugasi dan ekskresi.

Selama proses detoksifikasi yang mana terdiri dari berbagai tipe reaksi enzimatik yang rumit (Pangkalan, 2007). 3. Asam Salisilat Asam organis ini berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Disamping itu zat ini berkhasiat bakteriostatis lemah dan berdaya keratolisis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur ringan. Sering kali asam ini di kombinasi dengan asam benzoate dan belerang yang keduanya memiliki kerja fungistatis maupun bakteriostatis. Bila

dikombinasi dengan obat lain, misalnya kortikosteroida, asam salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat dikombinasi dengan ZnO karena akan terbentuk garam seng salisilat yang tidak aktif akibatnya tidak akan muncul efek farmakologis yang diinginkan. (Tjay, 2007) Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0% C7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. (Depkes RI,1995) Pemerian ; hablur puti, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih halus, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metal salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol (Depkes RI,1995). Kelarutan ; sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform (Depkes RI,1995). Stuktur kimia salisilat adalah adanya gugus asam asetat dan gugus OH yang terikat pada suatu cincin aromatis sehingga memiliki kereaktifan yang cukup tinggi karena ada gugus alkohol yang atom O nya bersifat nukleofil sehingga akan mudah bereaksi dengan cara melepas atom H. Strukturnya adalah sebagai berikut:

OH

C-OH O

Asam Salisilat Efek samping dari asam salisilat biasanya reaksi alergi, kemerahan pada kulit, urtikaria, eksantem, edema angioneurotik, edema laring, asma dan syok anafilaktik. Gejala ini sering dijumpai pada mereka yang sering menderita alergi terutama pada penderita asma. (Staf pengajar, 2008)

C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Tabung reaksi b. Rak tabung c. Pipet volume 10 ml d. Pro pipet e. Pipet tetes f. Gelas kimia 50 ml dan 1 L g. Batang pengaduk h. Timbangan analitik i. Penangas air 2. Bahan a. Aquades b. Asam asetat anhidrat c. Asam salisilat d. H2SO4 pekat e. FeCl3 f. NaHCO3 C. Prosedur Kerja 1. Pembuatan Aspirin a. Ditimbang 1 gram asam salisilat dilarutkan dalam 2,5 ml asam asetat anhidrat dalam gelas kimia b. Diaduk sampai berwarna putih keruh c. Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat hingga berwarna kuning d. Dipanaskan sambil diaduk perlahan-lahan e. Didinginkan di dalam wadah berisi air f. Diamati kristal aspirin yang terbentuk 2. Uji aspirin a. Dibagi menjadi 2 masing-masing 1 ml larutan hasil pengujian pertama b. Dipindahkan ke 2 tabung reaksi

c. Ditambahkan masing-masing 4 ml aquades d. Ditambahkan indikator FeCl3 hingga berwarna ungu di tabung reaksi 1 dan ditambahkan NaHCO3 di tabung reaksi 2 sampai ada gelembung

D. Hasil Pengamatan 1. Tabel Hasil Pengamatan


No 1 2 3 4 5 6 Nama Produk Aswinda Aspisar Vinisefi Cl Asmery Aseba Sixpirin Uji Kemurnian FeCl3 NaHCO3 larutan ungu ada gelembung larutan ungu ada gelembung larutan ungu ada gelembung larutan ungu ada gelembung larutan ungu ada gelembung larutan ungu ada gelembung Keterangan tidak terbentuk tidak terbentuk tidak terbentuk tidak terbentuk tidak terbentuk terbentuk

2. Reaksi a. Pembuatan Aspirin


OH

O O O
O-C-CH3

+ CH3-C-O-C-CH3
C-OH O C-OH O

+ CH3-C-OH

asam salisilat

anhidrida asam asetat

aspirin

asam asetat

b. Pengujian Aspirin 1) Aspirin + FeCl3


O
O-C-CH3

+ FeCl3
C-OH O

2) Asam salisilat +FeCl3


OH

OH O O-H H-O O O OH

OH

+ FeCl3
C-OH O

O-H

Fe3+
O HO O-H H-O O O OH

H-O OH

F. Pembahasan Reaksi pembuatan aspirin atau sering disebut dengan asetilasi merupakan suatu proses yang sama dengan reaksi esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester yang dapat disintesis dengan menggunakan asam asetat karena memiliki gugus COOH dan asam salisilat karena memiliki gugus OH. Tetapi, dipakai atau digunakan anhidrida asam asetat dalam pembuatan aspirin karena gugus anhidrida asam asetat lebih reaktif dibandingkan asam asetat, kelebihreaktifan angidrida asam ini disebabkan karena struktur anhidrida asam asetat yang telah kelihangan 1 atom hidrogen sehingga atom karbon tempat dari hidrogen melekat menjadi lebih efektropositif. Pengujian juga ditambahkan dengan H2SO4 pekat, hal ini bermaksud agar reaksi esterifikasi baerjalan dengan baik dan cepat karena H2SO4 pekat ini bertindak sebagai katalis dan pemberi suasana asam. Percobaan ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan memahami teknik dari pembuatan aspirin dengan menggunakan asam salisilat dan asam asetat anhidrat. Dilakukan tiga macam pengujian yaitu pengujian untuk membuat kristal aspirin, pengujian kemurnian aspirin dengan pembentukan kompleks dengan FeCl3 serta pengujian kemurnian aspirin dengan menggunakan NaHCO3. Pengujian pertama yaitu pembentukan aspirin. Prngujian ini, di dalam tabung reaksi yang berisi campuran antara asam salisilat dan anhidrida asam asetat dengan penambahan H2SO4 sebagai katalis dan pemberi suasana asam, tujuannya agar reaksi berlangsung lebih cepat. Kemudian dipanaskan di penangas air tujuannya adalah untuk mempercepat proses pelarutan asam salisilat ke dalam anhidrida asam asetat sehingga pembentukan aspirin menjadi lebih cepat. Kemudian didiamkan hingga dingin sampai terbentuk kristal aspirin dalam wadah berisi air dingin. Namun, hasil pengujian sebagian besar tidak sesuai dengan teori karena tidak terlihat kristal aspirin yang digunakan yaitu asam salisilat sudah lama sehingga reaksinya juga lama selain itu air yang digunakan juga kurang dingin sehingga pembentukan

kristal juga semakin lama. Namun, ada satu kelompok yang mendapatkan hasil sesuai dengan teori yakni terbentuk kristal aspirin. Hal ini terbukti karena reaksinya ditunggu dalam waktu yang cukup lama sehingga kristal aspirin yang dinginkan terbentuk. Aspirin terbentuk dari reaksi antara asam salisilat dengan asam asetat anhidrat dimana asam salisilat yang memiliki atom O yang bersifat nukleofil pada gugus alkoholnya(OH), akan melepas ion H+ untuk menyerang asam asetat anhidrat sehingga gugus OH pada asam salisilat tersubtitusi menjadi gugus asetil (CH3COO-) sehingga terbentuk aspirin dan asam asetat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi asetilasi yakni penyisipan gugus asetil ke dalam molekul organik dalam hal ini OH. Pengujian kedua yaitu untuk menguji apakah kristal yang kita dapat murni atau tidak. Sebelum ditambahkan FeCl3, ditambahkan terlebih dahulu aquades untuk melrutkan sampel. Namun, sampel tidak larut ke dalam aqua karena asam salisilat dan aspirin kurang larut dalam volume air yang kecil. Setelah itu ditambahkan FeCl3. Ternyata terbentuk kompleks yang berwarna ungu. Kompleks ini hanya bisa terjadi antara asam salisilat dengan FeCl3 karena dalam molekul asam salisilat atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H untuk membentuk kompleks antara Fe3+ dengan asam salisilat. Sedangkan aspirin tidak dapat membentuk kompleks berwarna ungu karena struktur dari aspirin tidak memiliki gugus OH. Terbentuknya kompleks berwarna ungu artinya masih terkandung asam salisilat dalam kristal tersebut. Hal ini disebabkan karena reaksi yang terjadi antara asam salisilat dengan asam asetat anhidrat kurang sempurna. Pengujian ketiga yaitu menguji tentang ada tidaknya aspirin dalam larutan yang telah kita uji. Ketika diteteskan NaHCO3 beberapa tetes sampai menimbulkan gelembung gas. Terbentuknya gelembung gas ini menandakan bahwa adanya aspirin NaHCO3 dan membentuk garam natrium yang larut dalam air. Senyawa CO2 terbentuk saat direaksikan aspirin dengan NaHCO3. Awalnya dihasilkan garam natrium dan asam karbonat, kemudian asam karbonat yang terbentuk terurai menjadi CO2 dan H2O. Sifat dari aspirin sendiri merupakan senyawa asam dan terbukti saat direaksikan dengan

NaHCO3 menimbulkan gan CO2 dan garam. Reaksi yang terlibat dalam pembuatan aspirin adalah reaksi eksoterm yaitu reaksi yang menghasilkan atau mengeluarkan panas. Hasil dari percobaan kali ini tidak terbentuk kristal saat dilakukan uji pembuatan aspirin. Namun, hal ini disebabkan karena sifat bahan atau reaksi bahan sudah berlangsung lambat karena bahnnya sudah tersimpan terlalu lama. Selain itu seharusnya diberi air dingin saat didinginkan dalam wadah sehingga akan lebih cepat membentuk kristal dan waktu yang digunkan untuk mengamati perubahan terbentuknya kristal. Penggunaan aspirin dalam bidang farmasi adalah biasanya digunakan sebagai analgetika dan antipiretika. Namun, penggunaannya dapat

menimbulkan masalah-masalah atau efek pada saluran gastrointestinal seperti rasa mual atau rasa tidak nyaman di perut (dispepsia).

G. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Aspirin dapat dibentuk melalui esterifikasi antara asam salisilat dengan asnhidrat asam asetat. 2. Uji kemurnian aspirin dapat dilakukan dengan penggunaan pereaksi FeCl3 3. Keberadaan aspirin dapat dianalisis dengan menggunakan NaHCO3

DAFTAR PUSTAKA Adji,Ariswenni Saraswati. 2010. Aspirin (Asam Asetil Salisilat) Efektivitas Antitrombosis Vs Masalah Resistensi. Jurnal Kedokteran Indonesia Volume 46 Nomor 5. Jakarta: Dokter Umum. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dewati, Retno dan Teddy H. 2010. Pengelolaan Limbah Pabrik Sabun Dari Soap Gliserin Menjadi Triasetin. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2 Nomor 2. Jawa Timur: Fakultas Teknologi Industri UPN. Diyah, Nuzul Wahyuning. 2010. Kinetika Degredasi Turunan Asam Benzoil Salisilat Dalam Suasana Basa. Jurnal Farmasi Airlangga Volume 8 Nomor 2. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Ikawati, Zullies. 2010. Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta: Kanisius. Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC. Pangkalan Ide. 2007. Diet Cabbage Soup. Jakarta: Gramedia. Staf Pengajar. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC. Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Vous aimerez peut-être aussi