Vous êtes sur la page 1sur 4

pasien sakit serius kepada dokter, penghantar pelayanan kesehatan dalam suatu Negara akan semakin baik.

375 KOMUNIKASI Untuk mengonseling seorang pasien dengan berhasil, apoteker wajib memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. Pengalaman pasien yag lalu dan sikap terhadap apoteker sebagai sumber informasi menentukan apakah mereka meneruskan menggunakan pelayanan konseling apoteker. Apabila komunikasi antara pasien dan propesional pelayanan kesehatan tidak baik, itu mengakibatkan kekecewaan untuk kedua belah pihak dan mengurangi kepatuhan pasien. Namun apabila hubungan efektif dilaksanakan, pasien kemungkinan akan kembali untuk nasehat selanjutnya tentang pengobatan sendiri dan juga untuk obat-obat resep. Jadi, konseling pasien yang efektif untuk obat-obat non resep dapat member kontribusi untuk meningkatkan permintaan pelayanan professional yang lain. Komunikasi dapat dimulai oleh pasien atau apoteker, tetapi banyak pasien enggan mengajukan pertanyaan. Suatu hubungan apoteker pasien yang efektif akan terbentuk, jika apoteker murupakan suatu sumber informasi yang mampu dan empati. Sikap dasar apoteker terhadap pasien akan memengaruhi mutu komunikasi. Apoteker yang efektif, wajib menyingkirkan rintangan dan meniadakan prasangka (bias) terhadap tingkat pendidikan, sosioekonomik, atau latar belakang budaya, minat atau sikap seorang pasien, selain itu, pasien harus dibuat yakin bahwa setiap informasi yang dikonsulkan dengan pasien akan sangat dirahasiakan. Pasien akan sangat marah bila diberitahu, apa yang telah mereka ketahui, karena itu pertamatama apoteker perlu menentukan tingkat pengetahuan pasien. Apabila mengonseling pasien, apoteker harus menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh orang awam dan menghindari istilah medic yang kompleks. Salah satu cara untuk memastikan suatu komunikasi yang baik adalah aktif mendengarkan. Hal ini berarti bahwa pasien bebas untuk menyatakan masalah keseluruhan dan menerima perhatian apoteker sepenhnya. Apoteker wajib terfokus pada pasien dan meniadakan unsure gangguan seperti telepon dan sebagainya. Apoteker sering harus menjernihkan rincian masalah pasien dan harus mau menerima jawaban pasien terhadap pertanyaan. Selain itu, apoteker sebaiknya menjawab dengan empati, barangkali dengan menguraikan kata-kata pasien atau dengan merefleksikan pada apa yang dikatakan berkaitan dengan pengalaman apoteker sendiri. Misalnya, setelah mendengar suatu keluhan sakit, apoteker perlu menguraikan sakit yang tepat berkaitan dengan pasien dan diakhiri dengan suatu pernyataan seperti itu tentu sangat tidak nyaman. Menyela percakapan atau menunjukkan ketiadaan perhatian atau ketidaksetujuan dapat menghambat diskusi masalah, atau perhatian. 376

Kemungkinan lain, mendorong pasien untuk berbicara, menyelidiki komentar pasien, dan memperlihatkan pengertian akan memudah komunikasi. Apotekerharus memperkuat keputisan secara benar yang telah dibuat pasien, sementara apoteker menyimpan pendapatnya dan harus berkomunikasi dengan hangat, berperasaan serta perhatian dalam urusan pasien. PROSES KONSELING PASIEN Konseling pasien tentang pengobatan sendiri adalah suatu kegiatan pelayanan utama, menerima suatu tanggung jawab professional yang besar. Interaksi mula antarpasien dan apoteker, sering dimulai pasien. Pasien dapat mendekati apoteker dengan suatu gejala, dan sering dalam bentuk pertanyaan seperti apa yang bapak/ibu rekomendasikan untuk gejala..? atau pasien dapat menanyakan suatu pertanyaan berkaitan dengan obat seperti yang diantara 2 produk obat ini direkomendasikan bapak/ibu. Apoteker juga harus menghalangi, apabila seorang pasien memilih suatu produk obat yang kontraindikasi atau yang sangat mungkin menyebabkan masalah Proses konseling ialah dimulai dengan wawancara pasien mengamati data fisisk; mengkaji kondisis; mengadakan rencana tindakan; mengumpulkan lebih banyak data; memilih dokter rujukan; seleksi pengobatan sendiri; menasehati pasien tentang pengobatan sendiri. KELOMPOK RISIKO TINGGI DAN KELOMPOK KHUSUS Empat kelompok pasien (lanjut usia, pediatric, ibu hamil dan ibu mnyusui) sering mengalami kejadian efek obat merugikan yang lebih tinggi. Jadi, dalam pengobatan diri sendiri, apoteker harus member perhatian khusus terhadap keempat kelompo ini. Peemahaman tentang status fisiologik, kondisi patologik yang mungkin dan suasana social tertentu dari kelompok ini adalah perlu untuk pegkajian yang tepat terhadap kondisis medic dan rekomendasi pengobatannya. Pasien Geriatrik dan Pediatrik Dalam banyak hal, pasien geriatric dan pediatric memerlukan pertimbangan yang mirip, kedua kelompok memerlukan dosis yang berbeda dari kelompok umur lain, karena: Perubahan parameter farmakokinetik mereka Penurunan kemampuan mereka menanggulangi penyakit atau efek samping obat disebabkan perubahan fisiologik berkaitan dengan penuaan yang normal atau pertumbuhan anak Pola pertimbangan mereka yang terganggu karena fungsi panca indra mereka yang berubah atau ketidakdewasaan Perbedaan efek obat yang khas pada kelompok umur mereka Suatu kebutuhan untuk pertimbangan khusus dalam pemberian obat Ibu Hamil Terapi obat selama kehamilan mungkin pewrlu untuk mengobati kondisi medis atau dapat dianggap untuk mengobati kondisi medis atau dapat dianggap mengelolah keluhan kehamilan, seperti muntah dan konstipasi. Namun karena kebanyakan obat melintasi plasenta sampai taraf tertentu, seorang ibu yang menggunakan suatu obat dapat terpapar

pada janin. Jadi, keinginan untuk mengurangi ketidaknyamanan ibu, harus diseimbangkan dengan perhatian untuk janin yang sedang berkembang. Apoteker dapat membantu ibu hamil yang mengobati diri sendiri dalam memutuskan obat, atau pengobatan nonobat apa yang harus ibu tersebut pertimbangkan dan kapan pengobatan sendiri mungkin berbahaya padanya atau bayi yang baru lahir. Keputusan untuk menganjurkan penguunaan suatu obat, wajib didasarkan pada pengetahuan mutakhir dari pustaka dan evaluasi manfaat terhadap resiko yang sangat kritis terhadap ibu dan janin. Pengkajian dan pengelolaan pasien yang memerlukan pengamatan dari prinsip berikut. Apoteker harus waspada terhadap kehamilan pada setiap perempuan dalam usia subur yang memiliki gejala kunci tertentu dari kehamilan dini, seperti mual, muntah, dan sering buang air kecil. Setiap perempuan yang memenuhi criteria tersebut, harus diberi peringatan untuk tidak menggunakan obat yang diragukan keamanannya jika ia sedang hamil. Apoteker harus dengan cara yang sama member nasehat kepada pasien hamil untuk menghindari penggunaan obat, pada umumnya, pada setiap tahap kehamilan. Apoteker harus memberikan nasihat pada pasien hamil, untuk meningkatkan ketergantungannya pada cara nonobat sebagai alternative pengobatan. Misalnya, pendekatan pertama pada mual dan muntah, ialah makan sedikit, sering makan, dan hindari makanan yang berbau atau situasi yang menyebabkan muntah. Berikutnya, menggunakan glukosa efervesen atau larutan karbohidrat terdapar dapat efektif. Hanya jika tindakan ini tidak efektif, dapat mempertimbangkan suatu antihistamin atau antiemetic. Akhirnya, apoteker harus menyerahkan pasien pada seorang dokter untuk masalah tertentu yang membawa resiko dan hasil buruk kehamilan (misalnya, tekanan darah tinggi, perdarahan vagina, infeksi saluran urine, dan pertambhan bobot tubuh yang cepat atau edema). Ibu Menyusui Penggunaan obat sewaktu menyusui dapat menyebabkan suatu efek merugikan dalam bayi. Konsentrasi suatu obat tdalan ASI bargantung pada sejumlah faktor, termasuk konsentrasi obat dalam darah ibu, bobot molekul obat; kelarutan dalam lemak; derajat ionisasi dan derajat ikatan pada plasma dan protein susu; dan sekresi aktif dari obat kedalam susu. Pertimbangan penting lain temasuk hubungan antara waktu penggunaan obat dan waktu menyusui, demikian juga kemungkinan obat untuk menyebabkan toksisitas dalam bayi. Selain itu, beberapa obat (dekongestan) dapat mengurangi suplai susu. Apabila menasehati seorang ibu menyusui tentang pengobatan sendiri, apoteker hrus memutuskan jika obat sungguh-sungguh perlu, merekomendasikan obat teraman (misalnya, asetaminofen sebagai pengganti asetosal) dan menberi nasehat pada ibu untuk menggunakan obat tepat setelah menyusui atau tepat sebelum perioda tidur bayi yang panjang.

Apabila menggunakan dosis terapi, kebanyakan obat tidak berada pada ASI dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan bahaya yang signifikan pada bayi. Namun, beberapa obat adalah kontraindikasi digunakan sewaktu menyusui, dan beberapa yang lain harus digunakan secara berhati-hati oleh ibu menyusui. Jumlah kofein dalam minuman mengandung kofein tidak berbahaya, tetapi dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan pola lekas marah dan sulit tidur pada bayi. Ada banyak obat-obat nonresep yang data transfernya kedalam ASI dan efek klinik yang mungkin tidak tersedia. RINGKASAN Penggunaan obat nonresep merupakan suatu komponen penting system pelayanan keehatan. Banyak orang mendiagnosis gejala mereka sendiri, menyeleksi suatu obat nonresep dan memantau respon terapi mereka sendiri. Penggunaan obat yang tepat, obatobat nonresep dapat meringankan keluhan fisik minor pasien dan membolehkan dokter berkonsentrasi pada kesakitan yang lebih berat. Namun, jika digunakan tidak tepat, obatobat iti dapat menimbulkan suatu masalah yang bertumpuk. Untuk memberikan pelayanan yang terbesar bagi pasien, apoteker harus secara terusmenerus memutakhirkan pengetahuan terapi mereka dan menyempurnakan keterampilan komunikasi antarpribadi. Apabila apoteker terus memperluas pelayanan konseling pasien mereka, orang akan mendengar pelayanan ini dan akan meminta bantuan apoteker, kapan saja mereka sangsi tentang pengobatan diri sendiri. Hasilnya ialah pasien yang telah diberi informasi lebih baik, mereka tidak saja menggunakan pelayanan professional apoteker, tetapi juga pengakuan kontribusi apoteker pada pelayanan kesehatan.

Vous aimerez peut-être aussi