Vous êtes sur la page 1sur 10

HEPATITIS A.

Latar Belakang Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV). Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total. Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral. Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990). Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131) Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145) B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO 1. Hepatitis A a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm b. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan makanan c. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat. 2. Hepetitis B (HBV) a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42 nm b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya. c. Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari. d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko. 3. Hepatitis C (HCV) a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30 60 nm. b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual. c. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B 4. Hepatitis D (HDV) a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia

c. d. 5. Hepattitis E (HEV)

Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 36 nm. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun

a.

b. resikonya rendah. c. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari. d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi. C. INSIDEN 1. Hepetitis A Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi baik. 2. Hepatitis B Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk. 3. Hepatitis C 90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena 4. Hepatitis D Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi 5. Hepatitis E Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko. A. PATOFISIOLOGI Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati

PENYIMPANGAN KDM HEPATITIS Faktor resiko higiene & sanitasi buruk

Rentan terhadap infeksi virus hepatitis

Invasi virus ke dalam tubuh

Masuk sirkulasi

Masuk dalam aliran vena hepatikus

Virus berkembang biak dalam sel hati

Kerusakan pada hepar

Proses peradangan sel hati

Produksi garam empedu

Kerusakan jaringan hepar

Terjadi imflamasi sel hati

Suasana duadenum menjadi asam

Pelepasan zat proteolitik

Pembatasan aktivitas

Merangsang ujung saraf Mengiritasi duadenum Ditransmisikan ke kortex serebri melalui talamus

Perubahan aktivitas rutin

Impuls iritatif ke otak

Efek gravitasi pada gerakan feses

Gejala GI

Nyeri

Feses menjadi keras

Rangsangan M.Oblongata Fungsi hepar terganggu Mual muntah Gangguan metabolisme KH, Protein dan Lemak Anoreksia KH tidak dapat simpan Intake kurang Energi yang dihasilkan berkurang Kelemahan

Konstipasi

Defisit perawatan diri

Nutrisi kurang

E. MANIFESTASI KLINIK Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing amsing stadium adalah sebagai berikut. 1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat. 2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan. 3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda F. TES DIAGNOSTIK 1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT) Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati 2. Darah Lengkap (DL) SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan. 3. Leukopenia Trombositopenia mungkin ada (splenomegali) 4. Diferensia Darah Lengkap Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma. 5. Alkali phosfatase Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat) 6. Feses Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati) 7. Albumin Serum Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati. 8. Gula Darah Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati). 9. Anti HAVIgM Positif pada tipe A 10. HbsAG Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A) 11. Masa Protrombin Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin. 12. Bilirubin serum Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler) 13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein) Kadar darah meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP. 14. Biopsi Hati Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis 15. Skan Hati Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati. 16. Urinalisa Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria. G. PENATALAKSANAAN MEDIK

Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

H. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Biodata. Identitas. Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir. Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien. b. Keluhan utama Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning c. Riwayat kesehatan 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas 2. Riwayat Kesehatan Masa lalu Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya 3. Riwayat kesehatan keluarga Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 2. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul . a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah. c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare. d. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi. e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat. f. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi. g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan. h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit. i. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi. j. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus. k. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas. l. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar. m. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin. 3. Rencana keperawatan. DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas. Kriteria hasil : Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot. Intervensi 1. Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang. 2. Tingkat aktifitas sesuai toleransi Rasional Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Tiarah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.

3. Awasi kadar enzim hepar.

Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.

DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat. Kriteria hasil : Nafsu makan baik. Tidak ada keluhan mual/muntah. Mencapai BB , mengarah kepada BB normal . Intervensi 1. Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah. 2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering. 3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan. 4. Timbang berat badan. 5. Berikan obat vit. B kompleks, vit c dan tambahan diet lain sesuai indikasi. Rasional Berguna dalam mendefinisikan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat. Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari. Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan. Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien. Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.

DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare. Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat. Kriteria hasil : Tanda tanda vital stabil : TD : 90/50 120/70 mmhg N : 85 100 x/mnt S : 36 37 P : 15 25 x/mnt Turgor kulit normal ( cepat kembali ) Intake dan output seimbang. Intervensi Rasional 1. Monitor intake Memberikan informasi tentang penggantian /efek dan output terapi. Indikator volume sirkulasi / perfusi . 2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler , turgor kulit dan membran mukosa . Mmmmemberikan cairan dan penggatian elektrolit. 3. Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.

DX. IV. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi. Tujuan : Klien memperlihatkan prilaku yang menimbulkan interaksi sosial. Kriteria hasil : Klien berpartsipasi dalam aktifitas. Klien dapat mengungkapkan perasaan / persepsi. Intervensi Rasional 1. Tingkatkan hubungan sosial. Partisipasi orang lain dapat meningkatkan rasa 2. Jelaskan tentang tujuan dari kebersamaan. perawatan . Pemahaman alasan untuk perlindungan dari mereka sendiri dan oranmg lain dapat mengurangi perasaan

3. Dorong klien / keluarga untuk mengeksperisikan perasaan dan permasalahan

isolasi. Membantu mengidentiufikasi alasan kesulitan berinteraksi

dan

memperjelas

DX. V. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat. Tujuan : Klien akan menunjukkan tehnik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang dan transmisi ke orang lain. Kriteria hasil : Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan dengan mengikuti petunjuk. Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas dengan tidak ada bukti lain terjadinya infeksi. Intervensi Rasional 1. Lakukan tehnik isolasi untuk Mencegah transmisi virus ke orang lain. Melalui infeksi enterik dan pernapasan cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi virus. sesuai kebijakan rumah sakit termasuk cuci tangan efektif. 2. Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi Klien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) dan potensial resiko komplikasi 3. jelaskan prosedur isolasi pada sekunder. klien/orang terdekat. Pemahaman alasan untuk perlindungan diri sendiri 4. Berikan antibiotik untuk agen dan orang lain. pencegahan. Pengobatan hepatitis virus dan bacterial untuk mencegah/membatasi infeksi sekunder

DX. VI. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi. Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi. Kriteria hasil : Keluarga mengerti tentang cara penularan. Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih. Intervensi Rasional 1. Ajarkan tehnik mencuci tangan Cuci tangan mencegah transmisi virus. yang benar. 2. Ajarkan tentang kebersihan Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam lingkungan perorangan. dengan hygiene dan sanitasi yang buruk. Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis 3. Imunisasi bila indikasi maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan ketularan melalui imunisasi.

DX. VII. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan . Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh. Kriteria hasil : Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk. Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit. Intervensi Rasional 1. Lakukan perawatan kulit Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan dengan sering, hindari sabun penghilang gatal alkali. 2. Pertahankan kuku klien Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit bila terpotong pendek. Instruksikan menggaruk. klien menggunakan ujung jari atau menggunakan ujung jari untuk menekan pada kulit bila sangat perlu menggaruk. 3. Pertahankan liner dan pakaian

kering. Pakaian basah dan berkeringat adalah sumber ketidaknyamanan .

DX. VIII. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit. Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya. Kriteria hasil : Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan Intervensi Rasional 1. Kaji tingkat pemahaman Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi proses penyakit, harapan dan memberikan informasi tambahan sesuai /prognosis, kemungkinan keperluan. pilihan pengobatan. 2. Berikan informasi khusus Kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena tentang penyakitnya. tipe hepatitis dan situasi individu. Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar kembali 3. jelaskan pentingnya normal. istirahat dan latihan

DX. IX. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh panas Badan tidak teraba hangat Suhu tubuh 36 37 0C Intervensi 1. Kaji adanya keluahan tanda tanda peningkatan suhu tubuh 2. Monitor tanda tanda vital terutama suhu tubuh 3. Berikan kompres hangat pada aksila/ dahi

Rasional

Peningkatan suhu tubuh akan menujukkan berbagai gejala seperti uka merah, badan teraba hangat. Demam disebabkan efek efek dari endotoksin pada hipotalamus dan efinefrin yang melepaskan pirogen Akxila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah sehingga akan mempercepat pross konduksi dan dahi berada didekat hipotalamus sehingga cepat memberikan respon dalam mengatur suhu tubuh.

DX. X. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali sperti biasa Kriteria hasil : Klien tidak mengluh sering buang air besar Feses tidak encer Intervensi Rasional 1. Observasi, catat frekwensi defekasi, karakteritik dan jumlah proses penyakit, harapan / prognosis, kemungkinanpilihan pengobatan. 2. berikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak,makanan dengan kandunganserat tinggi 3. Berikan anti diare yang ditentukan dan evaluasi keevektipan Membantu menentukan berat episode (diare)

Stimulan GI yang meningkatkan mobilitas/ frekensi defekasi.

Untuk mengontrol diare. Diare tidak terkontrol dapat menyebabkan kekurangan cairan

DX. XI. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali seperti biasa Kriteria hasil : Konsistensi feses lembek Buang air besar setiap hari Intervensi 1. 2. Monitor ferkuwensi, karakteristik dan jumlah feses Tingakatkan diet pasien dengan banyak makan makanan berserat dan buah Tingkatkan pemenuhan cairan dengan minum banyak minimal 1.000ml/hari Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi Rasional Mengidentifikasi derajat gangguan dan kemungkinan bantuan yang diperukan Meningkakan konstintensi fekal untuk dapat melewati usus dengan mudah dan menurunkan konstipasi Dapat melembekkan feses dan mefasilitasi eliminasi

3.

4.

Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan pelahan / evaluasi feses

DX. XII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi Kriteria hasil ; Tidak ada keluhan nyeri Ekspresi wajah ceria Tanda tanda vital dalam batas normal TD : 90 / 50 - 120 / 70 mmHg N : 85 100 / menit P : 15 25 / menit SB : 36 370 C Intervensi 1. Kaji tingkat nyeri

Rasional

2. Monitor tanda tanda vital

3. Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi relaksasi

Mengetahui persepsi dan reaksi klien terhadap nyeri serta sebagai dasar keefektifan untuk intervensi selanjutnya Perubahan frekuwensi jantungatau TD menujukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital talah terlihat Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan

DX> XIII. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktivitas rutin Tujuan: Klien akan menujukkan reaksi positif ssuai dengan tingkat perkembangan. Kriteria hasil : Klien dapat bermain sesuai toleransi Klien aktif dalam melakukan aktifitas Intervensi Rasional 1. Kaji ulang reaksi yang terjadiakibat hospitalisasi 2. Kaji aktif\vitas yang disenangi oleh klien 3. Ajak klien bermain ssuai toleransi 4. Libatkan keluarga dalam merencanakan jadwal harian sesuai dengan jadwal dirumah Akibat hopitalisasi pada anak usia sekolah akan menimbulkan reaksi regresi, negativisme, depresi, cemas dan deniel Membantu dalam menentukan pilihan intervensi Bermain merupakan aspek yang penting bagi kesehatan menal, emosional dan social Membantu mengurangi dampak hospitalisasi akibat prubahan rutinitas

10

Vous aimerez peut-être aussi