Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I PENDAHULUAN

Sirosis hati ( liver cirrhosis) merupakan perjalanan patologi akhir berbagai macam penyakit hati. Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826. Diambil dalam bahasa Yunani Scirrhus atau Kirrhos yang artinya warna orange atau kuning kecoklatan permukaan hati yang tampak saat otopsi. Banyak bentuk kerusakan hati yang ditandai fibrosis. Penyakit hati menahun dan sirosis dapat ditimbulkan sekitar 35.000 kematian pertahun di Amerika Serikat. Sirosi merupakan penyebab kematian utama yang kesembilan di Amerika dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh kematian di amerika. Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima kehidupan mereka akibat penyakit ini setiap tahun ada tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal hati Fulminan. FHF Disebabkan hepetitis virus (virus hepatitis A dan B). Belum ada data resmi nasional tentang sirosis di Indonesia, Namun dari beberapalaporan di Rumah sakit umum pemerintahan di Indonesia, berdasarkan diagnosis klinik dapat dilihat bahwa prevenlasi sirosis hati yang dirawat di bangsal penyakit dalam umumnya berkisar antara 3.6-8,4% di Jawa dan sumatra, Sedangkan di Sulawesi dan Kalimantan di bawah 1%. Secara keseluruhan pasien rata-rata prevelansi sirosis adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,7% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Perbandingan pria : wanita rata-rata 2:1 usia rata-rata 44 tahun. Rentang Usia 13-88 tahun, Dengan kelompok terbanyak antara 40-50 tahun.

BAB II LAPORAN KASUS


II.1 IDENTIFIKASI Nama Umur Jenis kelamin Alamat Status Pekerjaan Agama MRS : Ny.J : 45 tahun : Perempuan : Desa Pagardewa, Tanjungagung, Muaraenim : Kawin : Ibu rumah tangga : Islam : 11 Mei 2010

Tanggal pemeriksaan : 17 Mei 2010

II.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis) Keluhan utama Perut semakin bertambah besar sejak 1 bulan SMRS Riwayat perjalanan penyakit Sejak 1 bulan SMRS, os mengeluh perutnya membesar dan semakin lama membesar yang dirasakan penderita bila memakai celana yang menjadi sempit. Perut yang membesar ini merata dan tidak dirasakan adanya benjolan. Keluhan perut membesar ini disertai keluhan badan lemas, nafsu makan berkurang, perut terasa kembung dan cepat kenyang. Os mengeluh adanya mual, tidak disertai muntah, demam tidak ada.Os mengaku sulit BAB, BAK tidak ada keluhan. Sesak nafas ada, tidak dipengaruhi perubahan cuaca dan emosi. Keluhan perut membesar ini tidak disertai jantung berdebar, sesak nafas bila beraktivitas, sering terbangun malam hari karena sesak, sering buang air kecil di malam hari. Tidak disertai pula sembab pada

kelopak mata yang dirasakan pada pagi hari dan sembab seluruh tubuh. Tidak ada nyeri perut, batuk-batuk lama, BAB mencret dan sering berkeringat di malam hari.Os kemudian berobat ke Puskesmas dan dikatakan sakit maag, lalu os diberi 2 macam obat (os tidak ingat nama obatnya). Os mengaku tidak ada perbaikan. 1 minggu SMRS, os mengeluh perut semakin bertambah besar, merata di seluruh perut, celana os terasa sempit, perut terasa cepat kenyang. Demam tidak ada. Os mengeluh nyeri pada perut dan nyeri dirasakan menjalar ke belakang, mual ada, muntah ada, isi apa yang dimakan, banyaknya + gelas belimbing, frekuensi 3-5 kali perhari, warna kekuningan, rasa pahit. Sesak napas ada, sesak tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca dan emosi. Os juga mengeluh matanya mulai berwarna agak kekuningan, Sembab juga muncul di kedua kaki os, BAK warna teh pekat, Os mengaku sulit BAB, warna kuning keputihan (seperti dempul). Os berobat ke RSUD Muaraenim dan disarankan rawat inap. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama + 2 bulan yang lalu dan dirawat inap di RSUD Muaraenim selama 8 hari. Riwayat sakit kuning disangkal Riwayat transfusi darah dan mengalami pembedahan disangkal

Riwayat kebiasaan Riwayat kebiasaan minum jamu-jamuan ada, os minum jamu pegal linu 2x seminggu. Riwayat kebiasaan minum bodrex 1x tiap 2 minggu. Riwayat minum alkohol disangkal

Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga di sangkal.

Riwayat Sosioekonomi Kesan: Status ekonomi kurang.

II.3 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Keadaan umum Keadaan sakit Kesadaran Dehidrasi Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Berat badan Tinggi badan RBW Lingkar Perut Keadaan spesifik Kulit Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), ikterus pada kulit (-), sianosis (-), spider nevi (-), pucat pada telapak tangan dan kaki (-), eritema palmar (+), pertumbuhan rambut normal. KGB Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula serta tidak ada nyeri penekanan. : tampak sakit : tampak sakit sedang : compos mentis : (-) : 120/80 mmHg : 90 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup : 22 x/menit, thoracoabdominal, reguler : 36,5 C : 38 kg : 145 cm : 84.4% : 90 cm

Kepala Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, deformasi (-) Mata Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah baik. Edema subkonjugtiva (-). Hidung Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-). Telinga Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik. Mulut Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), hipertrofi ginggiva (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), rhagaden (-), fetor hepatikum (-), faring tidak ada kelainan. Leher Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-). Dada Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider naevi (-).

Paru-paru

: Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar, spider nevi (-)

P : Stem fremitus normal kanan=kiri P : Sonor pada 1/3 apeks dan 1/3 tengah lapangan paru kanan Redup pada basal paru kanan, peranjakan paru-hepar ICS V Sonor pada lapangan paru kiri. A : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-) Jantung I : ictus cordis tidak terlihat. P : ictus cordis tidak teraba. P : batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan linea sternalis dextra, batas jantung kiri linea mid klavikula sinistra A : HR = 90 x/menit, regular, murmur (-), gallop (-). Perut I : cembung, venektasi (+) P : tegang, hepar dan lien belum dapat dinilai, nyeri tekan (-) P : undulasi (+), nyeri ketok (-). A : Bising Usus (+) Normal Alat kelamin : tidak diperiksa Extremitas Atas Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema (-), jaringan parut (-), akral dingin (-) , jari tabuh (-), turgor kembali cepat, clubbing finger (-), eritem palmar (+).

Extremitas Bawah

Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan +5, nyeri sendi (-), nyeri otot tungkai (-), edema pretibial (+), jaringan parut (-), lebam (-), turgor kembali cepat.

II. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin (12 Mei 2010) Hb Ht Leukosit LED Trombosit Basofil Eosinofil Batang Segmen Limposit Monosit Kimia Klinik (12 Mei 2010) BSS SGOT SGPT Bilirubin total Bilirubin direk Bilirubin indirek Protein total Albumin : 107 : 24 :7 : 0.3 : 0.2 : 0,1 : 6.6 : 4.4 mg/dl u/L u/L mmol/L mmol/L mmol/L mg/dl mg/dl : 10,1 gr/dl : 30 vol% : 9000 /mm3 : 50 mm/jam : 224.000 mm3 :0% :0% :0% : 58 % : 35 % : 7%

Globulin

: 2.2

mg/dl

II. 5. RESUME Seorang perempuan berinisial Ny.J, berusia 45 tahun, MRS tanggal 11 Mei 2010 dengan keluhan utama perut semakin bertambah besar sejak 1 bulan SMRS. Sejak 1 bulan SMRS, os mengeluh perutnya membesar dan semakin lama membesar yang dirasakan penderita bila memakai celana yang menjadi sempit. Perut yang membesar ini merata dan tidak dirasakan adanya benjolan. Keluhan perut membesar ini disertai keluhan badan lemas, nafsu makan berkurang, perut terasa kembung dan cepat kenyang. Keluhan perut membesar ini tidak disertai jantung berdebar, sesak nafas bila beraktivitas, sering terbangun malam hari karena sesak, sering buang air kecil di malam hari. Tidak disertai pula sembab pada kelopak mata yang dirasakan pada pagi hari dan sembab seluruh tubuh. Tidak ada nyeri perut, batuk-batuk lama, BAB mencret dan sering berkeringat di malam hari. Os mengeluh adanya mual, tidak disertai muntah, demam tidak ada.Os mengaku sulit BAB, BAK tidak ada keluhan. Os kemudian berobat ke Puskesmas dan dikatakan sakit maag, lalu os diberi 2 macam obat (os tidak ingat nama obatnya). Os mengaku tidak ada perbaikan. 1 minggu SMRS, os mengeluh perut semakin bertambah besar, merata di seluruh perut, celana os terasa sempit, perut terasa cepat kenyang. Demam tidak ada. Os mengeluh nyeri pada perut dan nyeri dirasakan menjalar ke belakang, mual ada, muntah ada, isi apa yang dimakan, banyaknya + gelas belimbing, frekuensi 3-5 kali perhari, warna kekuningan, rasa pahit. Sesak napas ada, sesak tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca dan emosi. Os juga mengeluh matanya mulai berwarna agak kekuningan, Sembab juga muncul di kedua kaki os, BAK warna teh pekat, Os mengaku sulit BAB, warna kuning keputihan (seperti dempul). Os berobat ke RSUD Muaraenim dan disarankan rawat inap.

Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama + 2 bulan yang lalu dan dirawat inap di RSUD Muaraenim selama 8 hari. Os mengaku memiliki kebiasaan minum obat penghilang rasa sakit (Bodrex dan Paramex) minimal 1 kali per 2 minggu dan minum jamu pegal linu 2 kali seminggu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90x /menit reguler, pernafasan 22 x/menit. Didapatkan edema pretibial. Pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. Dari pemeriksaan abdomen ditemukan abdomen cembung, tegang, venektasi dan undulasi. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 10,1 g/dl, Ht 30 vol%, leukosit 9000/mm3, trombosit 224.000/mm3, hitung jenis: 0/0/0/58/35/7, LED 50 mm/jam, albumin 4,4 g/dl, globulin 2.2 g/dl, SGOT 24 u/L, SGPT 7 u/L, bilirubin total 0.3 mmol/L, bilirubin direk 0.2 mmol/L, bilirubin indirek 0,1 mmol/L. Diagnosis Kerja Suspect sirosis hepatis dekompensata Diagnosa Banding Hepatocelluler carcinoma Rencana pemeriksaan Pemeriksaan Ureum, Natrium, Kalium darah. USG abdomen Punksi Asites (Parasintesis) Endoskopi Biopsi hati

Penatalaksanaan Tirah baring

Diet hati III IVFD RL gtt X/ menit mikrodrip Furosemid 1x 1 ampul intravena Captopril 2x 6.25 mg Propanolol 2 x 10 mg Vitamin B1,B6,B12 Hitung Balance Cairan

Penatalaksanaan Anjuran Kombinasi diuretic dengan spironolakton 2x100 mg Parasentesis abdomen

Prognosis Quo ad vitam Quo ad functionam : dubia ad malam : malam

PERKEMBANGAN SELAMA RAWAT INAP Tanggal S O: Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Kepala Leher 18 Mei 2010 Compos mentis 100/70 mmHg 80 x/menit 20 x/menit 36,5 oC Conjungtiva palpebra anemis (-) Sklera ikterik (-) JVP (5-2) cmH2O

10

Pembesaran kelenjar getah bening (-) Thorax: Jantung I: Ictus Cordis tidak terlihat P: Ictus Cordis tidak teraba P: batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan linea sternalis dextra, batas linea mid klavikula sinistra A : HR = 80 x/menit, regular, murmur (-), gallop (-) Paru-paru I:Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar, spider nevi (-) P: Stem fremitus normal kanan=kiri P: Sonor pada 1/3 apeks dan 1/3 tengah lapangan paru kanan Redup pada basal paru kanan, peranjakan paruhepar ICS V Sonor pada lapangan paru kiri. A: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing(-) Abdomen I: cembung, venektasi (+) P: tegang, hepar dan lien belum dapat dinilai, nyeri tekan (-) P: undulasi (+), nyeri ketok (-). A: Bising Usus (+) Normal Ekstremitas A P Palmar eritem (+) Edema pretibial (-) Suspect Sirosis hepatis dekompensata (dd/ Carsinoma Hepatocelluler) - Tirah baring Diet hati III jantung kiri

11

IVFD RL gtt X/ menit mikrodrip Furosemid 1x 1 ampul intravena Captopril 2x 6.25 mg Propanolol 2 x 10 mg Vitamin B1,B6,B12 Hitung Balance Cairan

Rencana pemeriksaan Pemeriksaan Kalium darah. USG abdomen Punksi Asites (Parasintesis) Endoskopi Biopsi hati Ureum, Natrium,

Penatalaksanaan Anjuran Kombinasi diuretic dengan spironolakton 2x100 mg Parasentesis abdomen

BALANCE CAIRAN Tgl 18-5 makan 200 Intake minum infus 300 500 Output BAK CWL 300 380 selisih Total 830 +170 LP 89

total 1000

BAB 150

BAB III ANALISIS KASUS

12

Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi. III.1 Epidemiologi Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun. Adapun pada pasien ini, berjenis kelamin perempuan dengan usia 69 tahun. III.2 Klasifikasi Sirosis Hepatis Secara morfologi, Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :3,9 1. Mikronodular 2. Makronodular 3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular) Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :3,8,9 1. Sirosis hati kompensata, sering disebut dengan laten sirosis hati. Pada Stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening. 2. Sirosis hati dekompensata. Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya: spider naevi, ascites, edema dan ikterus. Pada pasien ini didiagnosis sebagai suspect sirosis hepatis dekompensata karena telah terdapat menifestasi klinis eritema palmar. III.3 Etiologi 11 yang jelas seperti asites, venektasi dan

13

Etiologi yang umumnya mengakibatkan sirosis adalah: 1. Penyakit infeksi (bruselosis, ekinokokus, skistomiasis, toksoplasmosis, hepatitis B, hepatitis C) 2. Penyakit keturunan dan kelainan metabolik (Hemakhomatosis, Penyakit Wilson, Tirosinemia, sindroma fanconi, penyakit gaucher, penyakit simpnan glikogen) 3. Obat dan toksin (alkohol, amiodaron, arsenik obstruksi bilier, penyakit perlemakan hati non alkoholik, sirosis bilier primer, kolangitis sklerosis primer) 4. Penyebab lain atau tidak terbukti (penyakit usus inflamasi kronik, fibrosis kistik, pintas jejunoileal, sarkoidosis) Pada pasien ini, dari anamnesis ditemukan riwayat kebiasaan pasien berupa minum obat penghilang nyeri (bodrex dan Paramex) dan jamu pegal linu, sehingga sirosis hepatis pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh obat dan toksin. Namun, kemungkinan etiologi berupa penyakit infeksi virus hepatitis B belum dapat disingkirkan karena belum ada pemeriksaan terhadap HbsAg. III.4 Tanda dan Gejala Klinis III.4.1 Gejala klinis Pasien dengan sirosis dapat datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat tanpa keluhan sama sekali, atau dengan keluhan penyakit lain. Beberapa keluhan dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain adalah : kulit berwarna kuning, rasa mudah lelah, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat badan, nyeri perut dan mudah berdarah. Pasien sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi dari sirosis hatinya. Pada beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi keluhan yang membawanya pergi ke dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata selama bertahun-tahun, sebelum berubah menjadi dekompensata. Sirosis dekompensata dapat dikenal dari timbulnya bermacam komplikasi seperti ikterus, perdarahan varises, asites, atau ensefalopati.

14

Sesuai dengan konsensus Braveno IV, sirosis hati dapat diklasifikasikan menjadi empat stadium klinis berdasarkan ada tidaknya varises, ascites, dan perdarahan varises : Stadium 1: tidak ada varises, tidak ada asites, Stadium 2: varises, tanpa ascites, Stadium 3: ascites dengan atau tanpa varises dan Stadium 4: perdarahan dengan atau tanpa ascites. Stadium 1 dan 2 dimasukkan dalam kelompok sirosis kompensata, semetara stadium 3 dan 4 dimasukkan dalam kelompok sirosis dekompensata. Pada pasien ini, didapatkan adanya ascites, juga adanya keluhan nafsu makan berkurang, mual, BAK, sehingga memperkuat diagnosis sirosis hepatis dekompensata. III.4.2 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang khas pada pasien dengan sirosis hepatis antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Spider naevi Eritema palmaris Ginekomastia Fetor hepatikum Splenomegali Asites Ikterus Pada pasien ini didapatkan pemeriksaan fisik berupa asites dan palmar. Sedangkan untuk lien sulit untuk dinilai akibat ascites yang masif. eritem

15

III.4.3 Pemeriksaan Laboratorium Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. SGOT dan SGPT meningkat tapi tidak terlalu tinggi, dimana biasanya SGOT>SGPT Alkaline fosfatase meningkat Bilirubin meningkat Albumin menurun sedangakan globulin meningkat PT memanjang Na menurun Kelainan hematologi meliputi anemia, trombositopenia dan leukopenia Pada pasien ini tidak didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung untuk ditegakkannya diagnosis sirosis hepatis. III.5 Diagnosis Diagnosis sementara berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat ditegakkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk memperkuat diagnosis sementara menjadi diagnosis kerja, maka dapat dilakukan rencana pemeriksaan penunjang sebagai berikut: 1. USG Abdomen 2. Pemeriksaan endoskopi Varises esofagus dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan endoskopi. Sesuai dengan konsensus Baveno IV, bila pada pemeriksaan endoskopi pasien sirosis tidak ditemukan varises, dianjurkan pemeriksaan endoskopi ulang dalam 2 tahun. Bila ditemukan varises kecil, maka dilakukan endoskopi dalam 1 tahun, dan jika ditemukan varises besar, maka secepatnya dilakukan tindakan preventif untuk mencegah perdarahan pertama.

16

Pada pasien ini, endoskopi direncanakan untuk melihat penyebab terjadinya melena. Umumnya hal tersebut disebabkan pecahnya suatu varises esofagus atau adanya gastritis erosif. Bila nanti pada pemeriksaan endoskopi ditemukan adanya varises esofagus yang pecah, maka ini akan mendukung diagnosis sirosis hepatis dekompensata, karena pecahnya varises esofagus merupakan manifestasi dari hipertensi portal 3. Biopsi hati Pemeriksaan biopsi hati merupakan gold standard untuk menegakkan diagnosis sirosis hepatis. Karena pada kasus tertentu sulit untuk membedakan antara hepatitis kronik aktif yang berat dengan suatu keadaan sirosis hepatis dini. Oleh karena itu pada kasus pasien ini, direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan biopsi hati. Bila pada pemeriksaan biopsi hati didapatkan keadaan fibrosis dan nodul-nodul regenerasi sel hati, maka diagnosis sirosis hepatis dapat ditegakkan dengan pasti. III.7 Penatalaksanaan Penatalaksanan terhadap sirosis dan komplikasinya yang dilakukan pada pasien ini antara lain: 1. 2. 3. Istirahat Diet Hati III Diuretik, untuk membantu mempercepat diuresis maka diberikan preparat diuretik. Pada tahap pertama hanya diberikan furosemid untuk meningkatkan laju diuresis. Kemudian jika ascites tidak responsive terhadap furosemid, diberikan tambahan diuretic berupa spironolakton untuk mengurangi ascites pada pasien ini. 4. 5. Parasintesis dilakukan untuk mengurangi ascites yang massif, yang dikhawatirkan akan menimbulkan komplikasi yang lebih berat. Preparat kaptopril dan propanolol diberikan pada pasien ini untuk menurunkan hipertensi portal.

17

III.7 Prognosis Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai. Klasifikasi Child-Pugh biasanya digunakan untuk prognosis pasien sirosis. Variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati. Klasifikasi ini berkaitan dengan angka harapan hidup. Angka harapan hidup selama 1 tahun berturut-turut untuk pasien dengan klasifiksi A,B,C adalah 100, 80, dan 45%. Klasifikasi Child-Pugh 1 Nihil <2 >3,5 <1,7 Nilai 2 Minimal Minimal 2-3 2,8-3,5 1,7-2,3 3 Berat/koma Masif >3 <2,8 >2,3

Ensefalopati Asites Bilirubin (mg/dl) Albumin (g/dl) PT

Keterangan nilai: Child A = 5-6 Child B = 7-9 Child C = 10-15 Pada pasien ini didapat keadaan tidak ada ensefalopati, asites massif, albumin >3.5 (4.4), bilirubin <2 (0.3) dan PT belum diperiksa. Maka berdasarkan klasifikasi Child-Pugh pasien ini tergolong Child B (nilai 6+x) yang berarti angka kelangsungan hidup selama satu tahun kedepan kira-kira 30%. Prognosis quo ad vitam adalah dubia ad malam dan prognosis quo ad functionam adalah malam.

18

Vous aimerez peut-être aussi