Vous êtes sur la page 1sur 3

A.

Nilai APGAR Penilaian APGAR adalah metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam 1 sapai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama adalah menentukan tindakan, sedangkan menit kelima adalah menentukan prognosis. Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor APGAR. Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20. (MedicineNet, 2007) Kata APGAR diambil dari nama belakang penemunya, yaitu Dr. Virginia Apgar. Virgnia Apgar adalah seorang ahli anak sekaligus ahli anestesi. Skor ini dipublikasikannya pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfield membuat akronim dari kata APGAR yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (denyut

jantung), Grimace (respon refleks), Activity (tonus otot), and Respiration (pernapasan). (Wikipedia, 2007) Untuk menentukan sehat tidaknya bayi yang dilahirkan serta tindakan medis yang perlu dilakukan terhadap bayi yang baru lahir dapat dinilai dengan cara : 1. Adanya reaksi terhadap rangsangan (Grimace) Menilai reaksi bayi terhadap rangsangan yaitu dengan memasukkan keteter ke dalam lubang idung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya, disitu akan terlihat reaksi bayi, jika bayi memberontak berarti respon terhadap rangsangan bagus. 2. Frekuensi jantung (Pulse) Untuk mengetahui sehat tidaknya bayi, dilihat dengan menggunakan stetoskop pada dada bayi, tempat denyut jantung paling kuat, denyut jantung dalam satu menit. Jantung bayi yang sehat, bila berdenyut diatas 100 per menit. 3. Usaha bayi dalam bernafas (Respiration) Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi, jika langsung menangis kuat begitu lahir, itu tanda paru-paru bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik. 4. Tonus otot (Activity) Menilai tonus otot bayi, dinilai dari gerakan bayi. Bila si bayi mengerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus.

5.

Warna kulit (Appereance) Warna kulit bayi juga dapat dijadikan sebagai penunjuk kondisi bayi, bayi yang warna kulitnya merah, berarti bayi dalam kondisi sehat, sedangkan bayi yang kulitnya bewarna pucat dan biru berarti kondisi bayi tidak sehat.

Tabel 2.A.1. Nilai APGAr untuk bayi baru lahir Tanda-tanda A:Appreance (warna kulit) P: Pulse (frekuensi jantung) G:Gremace (Reaksi rangsang) A: Activity (Tonus otot) R: Respiratori Tak ada Pernapasan perlahan, Bayi Tidak ada gerakan Ada sedikit Seluruh ekstermitas bergerak aktif Menangis Kuat terhadap Tak ada detak <100x/menit 0 Pucat atau Biru 1 Tubuh Merah 2 Seluruh Merah >100x/menit Detak Tubuh

jantung Tidak ada respon

Lemah dan Lamban jantung kuat Menyeringai Kecut atau Menganis

terdengar marah Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan. Klasifikasi Klinik 1) Nilai 7-10 : bayi normal 2) Nilai 4-6 3) Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang : bayi dengan asfiksia berat

Jika jumlah skor berkisar di 7 10 pada menit pertama, bayi dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan membaik (KidsHealth, 2004) dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar antara 0 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi. Skor Apgar sebuah tes yang digunakan untuk menilai keadaan bayi secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah seorang bayi memerlukan

tindakan medis segera. Skor Apgar bukanlah patokan untuk memperkirakan kesehatan dan kecerdasan bayi dimasa yang akan datang (KidsHealth, 2004). Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab nilai APGAR yang rendah pada bayi baru lahir, di antaranya adalah: i. Persalinan yang terlalu cepat. Hipoksia (kekurangan oksigen) dapat terjadi pada persalinan yang terlalu cepat oleh karena kontraksi yang terlalu kuat atau trauma pada kepala bayi. ii. Terjerat tali pusat. Umum dikenal dengan nuchal cord, di mana tali pusat (plasenta/ari-ari) melilit pada leher janin (baik sekali waktu atau beberapa kali) dan mengganggu aliran darah, maka hipoksia bisa terjadi karena lilitan ini. iii. Prolaps tali pusat. Kondisi yang terjadi ketika tali pusat mendahului fetus keluar dari rahim. Kondisi ini adalah kedarutan obstetri yang membahayakan kehidupan janin. Namun prolaps tali pusat adalah kasus yang jarang. Ketika fetus juga akan ikut lahir, sering kali menekan tali pusat dan menimbulkan hipoksia. iv. Plasenta previa (placenta preavia). Merupakan kondisi kelainan obstretri di mana tali pusat terhubung pada dinding rahim yang letaknya dekat atau menutup leher rahim. Hal ini meningkatkan risiko perdarahan antepartum (vaginal), yang berujung juga pada hipoksia bagi janin. v. Aspirasi mekonium. Jika mekonium di ada dalam paru-paru fetus, maka bisa terjadi permasalahan pernapasan. Hal ini dikenal juga sebagai Sindrom Aspirasi Mekonium. vi. Beberapa sebab lain bisa berupa obat-obatan yang dikonsumsi ibu sebelum persalinan, dan bayi preterm (prematur).

Referensi : 1. KidsHealth (2004) : Apgar Score. www.kidshealth.org 2. MedicinNet (2007) : Apgar Score. www.medicinenet.com 3. Wikipedia (2007) : Apgar Score. http://en.wikipedia.org

Vous aimerez peut-être aussi