Vous êtes sur la page 1sur 48

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
Page | 1

yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah: 1. Tujuan umum
a. b.

Mengetahui konsep kehilangan dan berduka. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehila.ngan dan berduka disfungsional

2. Tujuan khusus
a. b. c.

Mengetahui jenis-jenis kehilangan. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

Page | 2

BAB II PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar dan Teori

A. Pengertian kehilangan (loss) Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada). B. Pengertian Berduka Cita (Grieving) Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi
Page | 3

C. 1.

Tipe kehilangan Actual Loss Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan

individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga. 2. Perceived Loss ( Psikologis ) Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja, lingkungan yang berharga. 3. Anticipatory Loss Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.

D. Etiologi Kehilangan dan berduka dapat disebabkan oleh 1. Kehilangan objek eksternal. Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut. 2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan dirumah sakit. 3. Kehilangan orang terdekat
Page | 4

Orang terdekat mencakup orangtua,

pasangan, anak-anak, saudara sekandung,

guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian. 4. Kehilangan aspek diri Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri. 5. Kehilangan hidup Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut akan meninggal.

E.

Manifestasi Klinis 1. Perasaan sedih, menangis. 2. Perasaan putus asa, kesepian 3. Mengingkari kehilangan 4. Kesulitan dalam mengekspresikan perasaan 5. Konsenterasi menurun 6. Kemarahan yang berlebihan 7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain 8. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan 9. Reaksi emosional yang lambat 10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

Page | 5

F. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan: 1. Denial ( Mengingkari )
a. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak

percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi, itu tidak mungkin. b. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan. c. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. 2. Anger ( Marah ) a. Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. b. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering

diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri. c. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. d. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal. 3. Bergaining ( Tawar Menawar ) a. Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. b. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa.
Page | 6

c. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai kalau yang sakit bukan anak saya. d. Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat warisan, mengunjungi keluarga dsb. 4. Depression ( Bersedih yang mendalam) a. Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias di tolak. b. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga. c. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur, letih, dorongan libido menurun. 5. Acceptance (menerima) a. b. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa

damai dan tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian. c. Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang,

kadang klien ingin ditemani keluarga / perawat. d. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti saya

betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga, atau Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya baik.

II.Teori Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka


A. Pengkajian
Page | 7

Pengkajian meliputi upaya mengikuti dan mendengarkan isi duka cita klien : apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah: 1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan 2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan 3. Perilaku koping yang adekuat selama proses

1). Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi tentang respon kehilangan adalah: a) Faktor genetik b) Kesehatan jasmani c) Kesehatan mental d) Pengalaman kehilangan di masa lalu e) Struktur kepribadian

2). Faktor presipitasi Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau imajinasi individu seperti kehilangan bio-psiko-sosial antara lain: a) Kehilangan kesehatan b) Kehilangan fungsi seksualitas c) Kehilangan peran dalam keluarga d) Kehilangan posisi di masyarakat
Page | 8

e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai f) Kehilangan kewarganegaraan

3). Mekanisme koping Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain denial, represi,intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam.

4). Respon spiritual a) Kecewa dan marah terhadap tuhan b) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan c) Tidak memiliki harapan atau kehilangan makna

5). Respon Fisiologis a) Sakit kepala, insomnia b) Gangguan nafsu makan c) Berat badan turun d) Tidak bertenaga e) Palpitasi, gangguan pencernaan f) Perubahan sistem imun dan endokrin

6). Respon Emosional a) Merasa sedih, cemas


Page | 9

b) Kebencian c) Merasa bersalah d) Perasaan mati rasa e) Emosi yang berubah-ubah f) Penderitaan dan kesepian yang berat g) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang h) Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi i) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

7). Respon kognitif a) Gangguan asumsi dan keyakinan b) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan c) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal d) Percaya kepada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing 8). Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku berikut ini : a) Menangis tidak terkontrol b) Sangat gelisah, perilaku mencari c) Iritabilitas dan sikap bermusuhan d) Kemungkinan menyalahgunakan obat dan alkohol e) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri, atau pembunuhan
Page | 10

f) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

Analisa Data 1. Data subjektif: a. b. c. d. Merasa sedih Merasa putus asa dan kesepian Kesulitan mengekspresikan perasaan Konsentrasi menurun

2. Data objektif: a. b. c. d. e. Menangis Mengingkari kehilangan Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

B.

Diagnosa Keperawatan 1. Dukacita maladaptif yang berhubungan dengan kehilangan kesehatan dan penyakit terminal 2. Dukacita maladaptif yang berhubungan dengan kehilangan orang terdekat 3. Gangguan penyesuaian yang berhubungan dengan berduka yang tidak selesai 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan respon dukacita yang tertahan 5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan stres karena respons berduka
Page | 11

6. Isolasi sosial yang berhubungan dengan sumber pribadi tidak adekuat


7. Distres spiritual (distres jiwa manusia) yang berubungan dengan perpisahan dari

ikatan keagamaan dan kultural 8. Perubahan koping keluarga yang berhubungan dengan menderita dan tidak mampu menerima atau bertindak secara efektif dalam kaitannya dengan kebutuhan klien 9. Perubahan proses keluarga yang berhubungan denan transisi atau krisis situasi

C.

Intervensi keperawatan

Intervensi untuk klien yang berduka : 1. Kaji persepsi klien makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif 2. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan 3. Dorong klien untuk mengkaji pola koping ada situasi kehilangan masa lalu saat ini 4. Dorong atau bantu klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal. 5. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri 6. Tawarkan makanan pada klien tanpa memaksanya untuk makan 7. Gunakan komunikasi yang efektif a) Tawarkan kehadiran dan pertanyaan terbuka b) Dorong penjelasan c) Ungkapkan hasil observasi d) Gunakan refleksi e) Cari validasi persepsi
Page | 12

f) Berikan informasi g) Nyatakan keraguan h) Gunakan teknik memfokuskan i) Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan 8. Bina hubungan dan pertahankan hubungan interpersonal seperti a) Kehadiran yang penuh perhatian b) Menghormati proses berduka klien yang unik c) Menghormati keyakinan personal klien d) Menunjukkan sikap yang dapat dipercaya,jujur, dapat diandalkan, konsisten e) Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan

D.

Evaluasi 1) Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan 2) Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan 3) Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain 4) Klien mempunyai koping yang efektif dalam mengatasi masalah akibat kehilangan. 5) Klien mampu minum obat dengan cara yang benar.

Page | 13

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Askep Kasus Kasus :


Page | 14

Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu suami Ny. M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ny. M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu, Ny. M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.

1.

Pengkajian A. Identitas Klien Nama Umur Tanggal Pengkajian RM No. : Ny. M : 33 Tahun : 12 03 2012 : 09.02.01.0570

B. Alasan Masuk Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. M mengalami stress setelah seminggu yang lalu suami Ny. M meninggal.

C. Keluhan Utama Pasien mengalami merasa putus asa dan kesepian, tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain, mengingkari kehilangan, tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

D. Faktor Predisposisi 1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak 2) Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil
Page | 15

3) Trauma

Jenis trauma Kehilangan Aniaya fisik Penolakan Kekerasan dalam keluarga Tindakan kriminal Lain-lain

Usia 30 tahun

Pelaku Anak Ny. M

Korban Ny. M

saksi

Jelaskan No. 1, 2, 3 : 1. 2. 3. Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya Pasien belum pernah dibawa ke RSJ atau pengobatan lainnya Pasien perana kehilangan anaknya saat berumur 30 tahun, Masalah keperawatan : Berduka disfungsional 4. Adakah anggota keluarga yang gangguan jiwa : Tidak ada 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ? Pasien pernah mengalami kehilangan suami dan anaknya. Masalah keperawatan : Berduka disfungsional

E. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda Vital TD : 110/80 mmHg N : 90 x/mnt


Page | 16

S : 36 C 2. Ukuran BB : 46 Kg 3. Keluhan fisik : Ada

RR : 24 x/mnt

TB : 168 Cm

Jelaskan : Pasien mengeluhkan nyeri kepala, sakit pada perut. Masalah keperawawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

F. Psikososial 1. Genogram :

Ny. M

2.

Konsep diri :
Page | 17

a. Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena bagian perutnya perna ada bayi buah hatinya. b. Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya mengharapkan penghasilan suaminya.
d. Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan suaminya dan klien

mengingkari saat kehilangan suaminya. e. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada lagi anak dan suaminya. Masalah keperawatan : Penginkaran kehilangan 4. Hubungan social : a. Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan pasien adalah Ibunya

tetapi ibunya kini sakit sakitan karena sudah tua. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : Klien sering

mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun klien seorang ibu rumah tangga.


c.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Setelah suami Ny.

M meninggal, Ny. M tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi sosial 5. Spiritual a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam b. Kegiatan ibadah : pasien menjalankan ibadahnya dengan tekun Masalah keperawatan : tidak ada

F.

Status Mental 1. Penampilan


Page | 18

Pasien memakai baju seragam pasien dengan benar (Rapi), tetapi klien tidak ada perubahan dalam pola makan (klien tidak nafsu makan). Masalah keperawatan : Anoreksia

2. Pembicaraan Lambat, pasien berkomunikasi dengan baik dengan perawat namun harus sedikit dipaksa terlebih dahulu. Masalah keperawatan : tidak ada

3. Aktivasi motorik Lesu, pasien hanya berdiam diri di kamar atau di taman dan jarang beraktifitas. Masalah keperawatan : devisit aktivitas

4. Afek dan emosi a. Afek Datar, wajah pasien tanpa ekspresi b. Alam perasaan (emosi) Menangis Masalah keperawatan : Resiko menganiaya diri

6. Interaksi selama wawancara : a. Kontak mata kurang Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi
Page | 19

7. Persepsi sensorik Apakah ada gangguan : ada Halusinasi : tidak ada Ilusi : tidak ada Masalah keperawatan : tidak ada a) Proses pikir (arus dan bentuk pikir) : normal b) Isi pikir : normal

8. Tingkat kesadaran Bingung, klien menginkari kehilangan suaminya. Terdapat gangguan orientasi orang Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

9. Memori Masih ingat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman suaminya namun tidak menerima kenyataan tersebut. Masalah keperawatan : tidak ada

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung Tidak mampu berkonsentrasi Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

11. Kemampuan penilaian


Page | 20

Klien takut atau cemas, bagaimana dia hidup tanpa suaminya Masalah keperawatan : Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan suaminya

12. Daya tilik diri Mengingkari penyakit yang di deritanya, menanggap dirinya tidak mengalami sakit dan hanya sedih saja Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

H. Kebutuhan Perencanaan Pulang 1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan :

Kemampuan memenuhi kebutuhan Makanan Keamanan Perawatan Kesehatan Pakaian Transportasi Tempat tinggal Keuangan

Ya

Tidak

2. Kegiatan hidup sehari hari a. Perawatan diri Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan total Bantuan minimal
Page | 21

Mandi Kebersihan Makan BAK BAB Ganti Pakaian

Masalah keperawatan : tidak ada b. Nutrisi 1) Apakah anda puas dengan pola makan anda ? puas 2) Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak 3) Frekuensi makan sehari : 3 Kali, dan frekuensi kudapan sehari : 2 kali 4) Nafsu makan : Menurun 5) Berat badan : menurun BB saat ini : 46 Kg BB terendah : 46 Kg BB tertinggi : 55 Kg Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Tidur 1) Apakah ada masalah tidur, Ya, susah untuk memulai tidur 2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur, Tidak 3) Apakah ada kebiasaan tidur siang, Tidak ada 4) Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur ? tidak ada 5) Tidur malam jam : 11.00 WIB bangun jam : 04.00
Page | 22

Rata rata tidur malam : 5 jam 6) Apakah ada gangguan tidur : sulit untuk tidur Masalah keperawatan : gangguan pola tidur

3. Kemampuan klien dalam hal hal berikut ini : a) Mengantisipasti kebutuhan sendiri : Ya b) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : Tidak c) Mengatur penggunaan obat : Tidak d) Melakukan pemeriksaan kesehatan : Tidak Masalah keperawatan : konflik pengambilan keputusan

4. Klien memiliki system pendukung a) Keluarga : Ada b) Terapis : Ada c) Teman sejawat : Tidak ada d) Kelompok social : Tidak ada Jelaskan : keluarga dan perawat mendukung kesembuhan pasien dengan memotivasi bahwa dia bisa sehat kembali dan bisa gembira lagi

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ? Tidak Menikmati, pasien lebih senang berdiam diri Masalah keperawatan : Defisit aktifitas I.Mekanisme Koping
Page | 23

ADAPTIF Bicara dengan orang lain Mampu menyelesaikan masalah Teknik Relaksasi Aktivitas Konstriktif Olah raga Lain-lain MALADAPTIF Minum alkohol Reaksi lambat/belebihan Bekerja berlebihan Menghindar Menciderai diri Lain-lain

Pasien belum mampu melakukan koping yang efektif terhadap dirinya Masalah keperawatan : koping individu tak efektif

J. Masalah Psikososial Dan Lingkungan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Masalah dengan dukungan kelompok : Tidak ada Masalah berhubungan dengan lingkungan Spesifiknya : lebih suka menyendiri Maslah dengan pendidikan : Tidak ada Masalah dengan pekerjaan : Tidak ada Masalah dengan perumahan : Tidak ada Masalah dengan ekonomi : ada
Page | 24

8.

Masalah dengan pelayanan kesehatan : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada

K.

Pengetahuan Kurang Tentang

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang suatu hal ? Koping, pasien belum mampu melaksanakan koping terhadap dirinya Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan

L. Aspek Medis Diagnose medic : Depresi Terapi medic : Diazepam Masalah keperawatan : Tidak ada

M.Daftar Masalah Keperawatan 1. 2. Sindroma trauma perkosaan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

N. Daftar Diagnosa Keperawatan 1. 2. Berduka disfungsional Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Page | 25

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Pengingkaran kehilangan Kerusakan komunikasi social Anoreksia Devisit aktivitas Resiko menganiaya diri kerusakan komunikasi perubahan proses piker perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh gangguan pola tidur konflik pengambilan keputusan Defisit aktifitas koping individu tak efektif Kurang pengetahuan

2. Analisa Data TGL DATA MASALAH 12/03/12 DS : Pasien mengatakan kenapa orang yang Kehilangan disayanginya selalu pergi meninggalkannya Disfungsional nutrisi DO : Pasien tanpak menangis 12/03/12 DS : Pasien mengatakan nafsu makannya Perubahan menurun, makannya juga sedikit DO : BB Pasien 46 Kg (Kurus), sisa makanan Tubuh pasien masih banyak, kondisi lemas 12/03/12 DS : Pasien mengatakan tidak semangat Pengingkaran bahwa suaminya sekarang sedang bekerja DO : Pasien tanpak menunggu suaminya pulang
Page | 26

TTD

kurang dari kebutuhan

kehilangan

12/03/12 DS : Pasien mengatakan susah untuk Gangguan pola tidur memulai tidur DO : Pasien gelisah dan tidur larut malam

3.

Pohon Masalah

DEFISIT AKTIVITAS MK 2 : ISOLASI SOSIAL

KOPING INDIVIDU TAK EFEKTIF KOP

MK 1 : KEHILANGAN DISFUNGSIONAL DAN PENGINGKARAN KEHILANGAN

KEHILANGAN DAN DUKA CITA

MK 3 : ANSIETAS

Page | 27

4.

Rencana Keperawatan Jiwa No. Dx 1 Perencanaan Tujuan tindakan keperawatan Ny. masa M dapat Rasional 1. Hubungan saling percaya, dapat memudahkan dalam tindakan seterusnya.

No. Tgl 1.

KH M dapat mengerti arti sakit dan kematian M dapat mengungkapkan perasaaanya M dapat rasa melalui mengurangi bersalah

Tindakan keperawatan 1. Membina hubungan saling percaya antara Ny. M, keluarga, dengan sikap jujur, menerima, ikhlas, dan empati 2. Menunjukan perhatian pada Ny. M baik melalui katakata maupun dengan sikap. 3. Menanyakan kepada Ny. M pengalamannya kematian. 4. Menjelaskan pada Ny. M bahwa suaminya meninggal bukan tidur. 5. Meminta kepada keluarga/ orang yang berarti agar menemani Ny.M selama masa berduka bila perlu mengijinkan untuk tinggal bersama mereka. tentang

Setelah dialakukan 1. Ny.

selama 1 x 24 jam, 2. Ny. menyelesaikan dengan tuntas.

2. Sebagai kita

wujud

perhatian

berkabung 3. Ny.

proses berkabung.

3. Untuk pengalaman

mengetahui kehilangan dan

berduka klien sebelumnya 4. Untuk meyakinkan Ny.M bahwa meninggal suaminya telah

5. Agar Ny.M tidak merasa


Page | 28

6. Mendorong Ny.M untuk mengungkapkan perasaannya dengan menanyakan apa yang dipikirkan selama suaminya masih hidup sampai sekarang. 7. Menjelaskan pada Ny.M bahwa suaminya meninggal bukan karena akibat dia. 8. Menejlaskan kepada Ny. M bahwa orang yang sudah meninggal tidak perlu ditangisi

sendirian suaminya

setelah

kepergian

6. Untuk

mengetahui

ungkapan perasaan dari klien

7. Agar Ny. M tidak merasa bersalah atas kematian suaminya 8. 2. 1 Setelah dialakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Pasien melalui dapat fase
1. Pasien

Agar Ny. M tidak terus untuk perasaan

dapat 1. Mendorong

pasien

menangis dan bersedih untuk 1. Membantu klien mengungkapkan tanpa

mengungkapkan penginkaran 2. Pasien menerima kenyataan dapat

mengungkapkan pengingkarannya memaksa kenyataan. untuk menerima

pengikaran terhadap kehilangan

Page | 29

pengingkarannya dengan wajar tanpa kesulitan

2. Mendengarkan dengan penuh minat dan perhatian apa yang dikatakan oleh pasien. 3. Menjelaskan kepada pasien, bahwa perasaan tersebut wajar terjadi pada orang pasien yang 3. Untuk meyakinkan klien akan kematian itu pasti untuk mengalami kehilangan. 4. Membantu memakai mekanisme koping yang lain seperti menangis / berbicara. 5. Mengikutsertakan orang yang berarti terjadi. 6. Meningkatkan kenyataan kesadaran 5. Untuk yang terjadi meyakinkan klien pasien secara bertahap tentang kehilangan harus dihadapi. 7. Memberi dukungan atas usaha pasien kenyataan. untuk menerima 6. Meningkatkan kesadaran klien akan kehilangan
Page | 30

2. Sebagai bentuk / sikap untuk meyakinkan klien

4. Untuk pasien untuk

menghindari

tindakan

yang beresiko lainnya.

bagi

menjelaskan apa yang telah

mengenai hal yang sebenarnya

8. Membantu marahnya.

klien

untuk

mencoba mengungkapkan rasa 9. Menjawab semua pertanyaan 7. Sebagai motivasi dan dukungan pasien dengan singkat dan jelas. 10.Memberi nonverbal. dukungan secara 8. Sebagai bentuk ungkapan klien untuk menerima kenyataan

perasaan klien

9. Sebagai bentuk umpan balik yang positif bagi klien

10.Sikap 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien merasa lebih dihargai 1. Pasien lebih 1. Bantu klien untuk dapat beradptasi dengan lingkungan barunya.

yang

dapat

membangkitkan semangat 1. Dapat memudahkan klien beraktivitas dengan lingkungan dan keadaan barunya 2. Mengetahui kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
Page | 31

merasa percaya diri 2.

Pasien dapat 2. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif

berkomunikasi dengan

dan

mampu

lingkungannya

yang dimiliki pasien 3. Agar pasien merasa lebih 3. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 4. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai pasien 5. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih 6. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien 7. Menganjurkan memasukkan dalam pasien jadwal 1. Untuk menyakinkan klien 2. Sebagai umpan yang positif bagi klien
Page | 32

berinteraksi dengan lingkungannya

berguna 4. Mengidentifikasi

kemampuan yang dimiliki pasien

dengan

kemampuan 5. 6. 7. Agar pasien bisa meningkatkan kemampuannya Dengan diberi pujian pasien Mengisi waktu luang pasien merasa dihargai

Setelah dilakukan 1. Klien dapat rileks tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Kecemasan berkurang

kegiatan harian 1. Tunjukkan respon menerima klien 2. Berikan respon empati dengan berfokus pada perasaan bukan

pasien mengurangi ansietas depan

dapat akan

pada kenyataan yang terjadi. 3. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya. 4. Bantu klien untuk menurunkan tingkat kecemasannya : a. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif. b. Beri c. Beri waktu untuk klien individu berespon. perawatan sebagai manusia layaknya. d. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa untuk pemikiran Bantu yang untuk melalui untuk
Page | 33

3. Agar klien bisa merasa lega 4.

kehilangan di masa

memintanya menyimpulkannya. e. Identifikasi negatif dan

menurunkannya f. Bantu klien

interupsi atau substitusi. meningkatkan pemikiran yang

positif. g. Evaluasi ketepatan persepsi klien, logika dan kesimpulan yang dibuat klien.

Page | 34

5. Evaluasi Keperawatan NO. 1. Tgl 20-11 - 2011 1 No. DX kehendak tuhan O: 1. Pasien tampak lebih tenang 2. Pasien tanpak tidak menangis A : masalah teratasi 2. 2 P : Intervensi dihentikan S : Pasien mengatakan sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga dan masyarakat O : Pasien terlihat berbicara dengan anggota keluarga A : masalah teratsi 3. 3 P : Intervensi dihentikan S : Pasien sudah tidak cemas lagi O : Pasien Nampak terlihat berbicara dengan pasien atau perawat lain A : maslah Teratasi P : Intervensi dihentikan Evaluasi S : Pasien mengatakan bahwa kematian sudah TTD

Page | 35

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA (SP 1)

I. Proses keperawatan 1. Kondisi klien Ibu M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur. 2. Diagnosa keperawatan Kehilangan Disfungsional & Pengingkaran kehilangan berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan 3. Tujuan khusus a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat b) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya c) Klien merasa lebih tenang 4. Tindakan keperawatan a) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien b) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi c) Ajarkan klien teknik relaksasi
Page | 36

II. Strategi pelaksanaan A. Tahap orientasi 1. Salam terapeutik: Assalamualaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Iriana, Ibu bisa memanggil saya suster Yana. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?
2. Evaluasi / validasi:

Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini? 3. Kontrak:


a. Topik

Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan ibu?
b. Waktu

Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?


c. Tempat

Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah. B. Tahap kerja 1. Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini? 2. Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu 3. Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini. 4. Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri. 5. Ibu sudah bisa memahaminya?

Page | 37

6.

Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang bias digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu. 7. Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahanlahan. 8. Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.

C. Tahap terminasi 1. Evaluasi:


a) (subjektif): Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami

kondisi yang sebenarnya terjadi?


b) (objektif) : Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari

perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita lakukan. 2. Tindak Lanjut : Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini. 3. Kontrak yang akan datang: Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu. Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu. Assalamualaikum.

Page | 38

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA (SP 2)

I. Proses keperawatan 1. Pengkajian Pada pertemuan kedua, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga tidurnya tidak nyenyak. 2. Diagnosa keperawatan Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan 3. Tujuan khusus Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya 4. Tindakan keperawatan a) Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang ia sukai b) Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar II. Strategi pelaksanaan A. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik:

Page | 39

Assalamualaikum, selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu? Ya, betul sekali. Saya suster Yana, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.
2. Evaluasi validasi:

Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin? Bagus kalau begitu
3. Kontrak:

Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu untuk membicarakan hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30 menit seperti kemarin cukup ya, Bu.

B. Tahap kerja 1. Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi? 2. Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho, Bu. 3. Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi? 4. Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya? 5. Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus. 6. Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya bermain voli dalam seminggu? 7. Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah terlatih. 8. Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah rumah Ibu.
9.

Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk

bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain. 10. Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-sama. Ibu M ini jago bermain voli, lho. 11. Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola voli? 12. Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.
Page | 40

13. Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu bisa

melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.

C. Tahap terminasi 1. Evaluasi: (subjektif): Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik dibandingkan kemarin? (objektif): Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi. 2. Tindak Lanjut : Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa emosi. Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua kali dalam seminggu.
3. Kontrak yang akan datang:

Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu. Besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan benar. Kita ketemu di ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu. Assalamualaikum.

Page | 41

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA (SP 3)

I. Proses Keperawatan 1. Pengkajian Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain yang menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M mengaku ia masih terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat Ibu M merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur. 2. Diagnosa keperawatan Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan pasangan 3. Tujuan khusus a) Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
Page | 42

b) Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak 4. Tindakan keperawatan a) Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar b) Awasi klien saat minum obat II. Strategi Pelaksanaan A. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik:

Assalamualaykum, selamat pagi Ibu M.


2. Evaluasi validasi:

Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu bisa tidur dengan nyenyak?
3. Kontrak:

Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai dengan janji kita yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang harus Ibu minum untuk mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat tidur dengan nyenyak. Saya rasa 15 menit saja cukup ya Bu, di kamar ini saja.

B. Tahap kerja 1. Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-obatan yang harus Ibu minum. 2. Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya BDZ. Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang. Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bias tidur dengan nyenyak. 3. Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan cemas yang berlebihan. 4. Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja. Obat-obatan ini juga harus diminum setelah Ibu makan. 5. Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat? 6. Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu, setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya dapat berkurang.
Page | 43

7. Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak kering. 8. Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing, atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang bertugas. 9. Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya sesuai atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat tersebut dapat diminum tepat waktu. C. Tahap terminasi 1. Evaluasi: (subjektif): Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus Ibu minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya? (objektif): Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya. 2. Tindak Lanjut : Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum obat mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan kalau Ibu merasa gatal-gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas. 3. Kontrak yang akan datang: Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya akan datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu. Kita bertemu di ruangan ini saja ya Bu. Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu. Assalamualaikum.

Page | 44

BAB IV PEMBAHASAN

Page | 45

BAB V
Page | 46

PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada). Kehilangan bisa meliputi kehilangan objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri, dan kehilangan hidup. Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi faktor predisposisi dan fektor presipitasi. Dimana factor predisposisi meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. Genetic Kesehatan Jasmani Kesehatan Mental Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu Struktur Kepribadian

B. SARAN Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respon kehilangan dan berduka (Loss and Grief), maka kami menganggap perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
Page | 47

1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu. 2. Dalam perumusan diagnosa keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah. 3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang tidak.

Page | 48

Vous aimerez peut-être aussi