Vous êtes sur la page 1sur 19

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY P USIA 50 TAHUN KB SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN MENOMETRORRHAGIA DI POLI KANDUNGAN RSUD KOTA MOJOKERTO

Disusun oleh ALMARIA SIAGIAN Nim : 12212061

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN KLINIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak yang terjadi sesuai dengan siklus haid. Sedangkan yang dimaksud dengan metrorrhagia adalah perdarahan yang tidak teratur yang tidak ada hubungannya dengan haid. Menometrorrhagia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan yang terjadi pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan perdarahan disfungsional. Menometrorrhagia banyak sekali terjadi pada wanita dalam masa pubertas dan masa menjelang menopause. Beberapa penyebab pada perdarahan ini antara lain karena kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim, mioma uteri, dll), adanya siklus anovulatoir (ditandai dengan siklus haid yang memanjang), dan karena ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus haid.

1.2.

Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum Sebagai bahan pembelajaran dan dalam pemenuhan tugas Praktek klinik Kebidanan 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui definisi dari menometrorrhagia 2. Mengetahui penyebab dari menometrrhagia 3. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa menometrorrhagia

1.3.

Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Yaitu dengan bertanya langsung pada klien 2. Observasi langsung Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi dan pemeriksaan penunjang 3. Studi Dokumen Melihat rekam medis 4. Studi literatur Melalui referensi dan literature

1.4.

Sistematika penulisan BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang,tujuan penulisan,teknik pengumpulan data,sistematika penulisan BAB II TINJAUAN TEORI Pada tinjauan teori ini di bahas mengenai MENOMETRORRHAGIA BAB III TINJAUAN KASUS Pada tinjauan kasus menggunakan SOAP NOTE BAB IV PEMBAHASAN Membahas tentang kesenjangan teori dan praktek di lapangan yaitu pada tinjauan Kasus pada menometrohagia BAB V PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Definisi Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai bekuan darah sewaktu menstruasi pada siklus haid yang teratur. (Ginekologi, FK UNPAD 2007 ) Metrorrhagia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. (Ginekologi, FK UNPAD 2007 ) Menometrorrhagia adalah perdarahan uterus berlebihan yang terjadi pada dan diantara periode haid. (Kamus Kedokteran DORLAN, 2004) Menometrorhagia merupakan perdarahan bukan haid yaitu perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak berpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu, yaitu menorrhagia dan menometrorrhagia (Prawirohardjo, 2005) 2.2. Penyebab Menometrorhagia kebanyakan terjadi karena ketidakseimbangan hormonal yang mempengaruhi siklus haid. 1. Sebab- sebab organis Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh pada : a. Serviks uteri, seperti polip serviks, erosion persionis uteri, ulkus pada porsio, dan CA serviks b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, mola hidatidosa, koriokarsinoma, hyperplasia endometrium, sarcoma uteri, mioma uteri

c. tuba fallopii, seperti KET, radang tuba, tumor tuba d. ovarium, seperti radanng ovarium, tumor ovarium, dan lain- lain (Prawirohardjo 2005 ) 2. Sebab- sebab fungsional Disebut juga dengan perdarahan disfungsional yaitu perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab- sebab organic. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause, nama lainnya disebut metropathia haemorrhagica cystica atau folikel persisten (Prawirohardjo, 2005) 2.3. Patologi Tahun 1915, Schroder melakukan penelitian pada ovarium dan uterus pada waktu yang sama, menarik kesimpulan gangguan perdarahan metropatia hemoragika ini terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah, sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hyperplasia endometrium ( penebalan endometrium ) karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus- menerus. (Sarwono P 2005 ) Perdarahan disfungsional ini dapat dibagi menjadi : 1. Perdarahan ovulatoar Perdarahan ini merupakan 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang (oligomenore). Untuk menegakkan diagnosa, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. 2. Perdarahan anovulatoar Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium, dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu maka timbullah

perdarahan yang bersifat siklik atau kadang- kadang tidak teratur sama sekali. Folikel- folikel mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia kemudian diganti dengan folikel- folikel yang baru. Endometrium tumbuh terus

dibawah pengaruh estrogen yang lama kelamaan menjadi hyperplasia endometrium. Dapat disimpulkan bahwa itu perdarahan anovulatoar, jika dilakukan kerokan dan diambil sediaan darah yang diperoleh saat kerokan. (Prawirohardjo,2005) Pada wanita dalam masa pubertas, untuk membuat diagnosa tidak perlu dilakukan kerokan. Tapi pada wanita yang berumur 20- 40 tahun kemungkinan bisa polip, mioma, dan sebagainya. Pada wanita dalam masa pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada atau tidaknya tumor ganas (Prawirohardjo 2005 ) 2.4. Penanganan Kadang- kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan dilkukan transfusi darah. Jika telah dilakukan pemeriksaan ginekologi dan tidak terdapat sebab- sebab kelainan organic maka dapat dicurigai sementara waktu perdarahan dipengaruhi oleh hormon Dapat diberikan : 1. Estrogen dalam dosis tinggi agar perdarahan berhenti 2. Progesteron untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium (Prawirohardjo 2005) Terapi yang dapat diberikan adalah : steroid.

1. Kuretase 2. Hormonal pada wanita muda jika perdarahannya bersifat anovulatoardan pada wanita tua dapat dilakukan hysterektomi.

2.5. HIPERPLASIA ENDOMETRIUM Hiperplasia endometrium adalah suatu dari masalah dimana dalam terjadi rahim

penebalan/pertumbuhan (endometrium), yang

berlebihan biasanya

lapisan

dinding pada saat

mengelupas

menstruasi.

Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan / stimulasi hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron. Pada masa remaja dan beberapa tahun sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak berovulasi sehingga pada masa ini estrogen tidak diimbangi oleh progesteron dan terjadilah hiperplasia. Kejadian ini juga sering terjadi pada ovarium polikistik yang ditandai dengan kurangnya kesuburan (sulit hamil) ( Manuaba 2007 ). 2.6. GEJALA Gejala dari hiperplasia endometrium, antara lain : siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalami plek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah ( Manuaba 2007 ). Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya

peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri. Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum( Manuaba 2007 ) Terjadinya penebalan dinding rahim bisa diketahui dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun untuk memastikannya perlu dilakukan kuratase. Hasil kuretan dinding rahim akan dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk didiagnosa lebih lanjut.( Manuaba 2007 ) 2.7. KLASIFIKASI Berdasarkan kajian medis, gangguan penebalan dinding rahim ini bisa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Simplek : kategori ringan dan tak akan berakhir dengan keganasan sehingga penderita tetap masih bisa hamil. 2. Kistik / Kelenjar / Adenomatous: juga tergolong tidak berbahaya. 3. Atipik : kategori berbahaya, biasanya merupakan cikal bakal terjadinya kanker. Ini yang perlu diwaspadai.( Manuaba, 2007 ) Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut: 1. Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.

2. Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. 3. Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain. Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal. Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya. 4. Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif. ( Sarwono P 2005 ) 2.8. PENCEGAHAN Langkah-langkah bisa yang disarankan untuk pencegahan, seperti: 1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim.

2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama (Sarwono , 2005 ) 2.9. KONSEP MANAGEMEN KEBIDANAN pada MENOMETRORRHAGIA 2.9.1. 7 langkah Manajemen Kebidanan 1. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: 1) Riwayat kesehatan 2) Pemeriksaan fisik pada kesehatan 3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya 4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Adapaun langkah dalam melaksanakan pengumpulan data dasar sebagai berikut : 1. Data Subjektif 1) Anamnese - Nama ibu dan suami : Untuk mengenali dan memanggil bila perlu dan menghindari kekeliruan - Umur - Agama : Untuk mengetahui prognosa perdarahan. : Untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama yang dianut.

- Suku/ Bangsa - Pendidikan

: Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras : Untuk mengetahui kemampuan berfikir, sehingga mempermudah untuk memberikan KIE.

- Pekerjaan

: Untuk mengetahui seberapa berat pekerjaan ibu yang bisa mempengaruhi kehamilan

- Penghasilan

: Untuk mengetahui penghasilan keluarga untuk membantu bidan dalam memberi anjuran

- Alamat

: Bila sewaktu-waktu ada kegiatan kunjungan rumah, mempermudah petugas untuk berkomunikasi

2) Keluhan utama Alasan ibu datang ke klinik / RB / RS dan diungkapkan dengan kata-kata sendiri (Varney, 2007). 3) Riwayat menstruasi Untuk mengetahui tentang menarche, siklus, dismenorhea,umur berapa, lama menstruasi, banyaknya menstruasi dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir serta untuk menentukan tanggal kelahiran dari persalinan (Saifudin, 2009) 4) Riwayat kehamilan sekarang Untuk mengetahui tanggal hari pertama haid, umur kehamilan, perkiraan lahir, masalah atau kelainan pada kehamilan sekarang, keluhan selama hamil (Saifudin, 2009). 5) Riwayat penyakit Untuk mengetahui apakah sedang menderita penyakit, atau pernah menderita penyakit seperti jantung, ginjal, asma / TBC, hepatitis, DM, hipertensi. Serta

untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit keluarga riwayat keturunan kembar,dan riwayat operasi (Winjosastro, 2010). 6) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, berapa kali menikah, pada umur berapa menikah, berapa jumlah anaknya (Saifudin, 2009). 7) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui sebelum hamil ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak berapa lama menggunakannya (Prawirohardjo, 2005). 8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui tempat persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit dalam persalinan, jenis kelahiran berat badan lahir, riwayat nifas yang lalu, keadaan anak sekarang, sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan (Prawirohardjo, 2005) 2. Data Obyektif 1) Pemeriksaan umum a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu dan tingkat kesadaran pasien, sedang atau baik. (Nursalam, 2008). b. Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama pemakaian kb suntik depo progestin,Pada ibu dengan kb suntik cenderung akn terjadi kenaikan berat badan (Wiknjosastro, 2010 ) 2) : Tanda-tanda vital a. Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko pemakain kb suntik

cukup lama dan factor usia ibu kategori menopouse (Saifuddin, 2009). Batas normal 120/80 - <140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2005). Pada kasus ibu dengan kb suntik yang memasuki usia menopouse kemungkinan akan terjadi hipertensi

tekanan darah 150/100 mmHg (Manuaba, 2007). b. Suhu : Batas normal suhu tubuh yaitu 35,8C-37C

(Mandriwati, 2008). Kurang dari 350 C dapat merupakan gejala dari anemia disebabkan perdarahan yang lama walaupun perdarahan tersebut hanya sedikit2 (Manuaba, 2007). c. Nadi d. Respirasi 3) Pemeriksaan fisik a. Abdomen : Palpasi menurut Prawirohardjo (2005), yaitu : Untuk menentukan ada pembesaran dalam rahim, dan dapat menentukan apakah terdapat benjolan dalam rahim seberapa benjolan tersebut,juga untuk menentukan apakah terjadi nyeri tekan. 4) Pemeriksaan penunjang Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit yang menyertai keluhan utama (Nursalam, 2008). : Batas normal l60100x/menit (Prawirohardjo, 2005). : Batas normal 40-60x/ menit (Saifuddin, 2009).

2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosa tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit (Varney, 2007). 3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi (Varney, 2007). 4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter (Varney, 2007).. 5. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah psikologis. Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien (Varney, 2007).. 6. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Varney, 2007).. 7. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (Varney, 2007).

BAB IV PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan menometrorrhagia dari pengkajian Didapatkan data bahwa gangguan siklus haid dapat disebabkan oleh gangguan hormonal Sehingga di identifikasi masalah/diagnosa yaitu pada Ny P KB suntik Depo Progestin dengan Menometrorrhagia Setelah dilakukan analisa data pada Ny P maka diperoleh kesimpulan tidak ada Kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan yaitu sesuai dengan standar kebidanan Yang tepat dan aman DI RSUD Kota Mojokerto telah melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar Diharapkan kepada ibu yang memakai kontrasepsi metode hormonal untuk mendapat KIE Yang mudah dipahami terutama kepada ibu yang telah menggunakan kb hormonal yang Cukup lama dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius.

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan 1) Menometrorrhagia adalah pengeluaran darah yang banyak, lama, dan tidak teratur yang dapat terjadi pada dan diantara periode haid. 2) Penyebabnya dapat berupa kelainan anatomis atau hormonal secara fisiologis maupun patologis. Beberapa penyebab antara lain adalah karena kelainan anatomis, seperti polip rahim dan lain- lain. Penyebab yang lain bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormone yang mempengaruhi siklus haid. 3) Penanggulangannya dapat dengan dilakukannya kuretase dan hasilnya dapat dijadikan sampel untuk pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah terdapat sel yang ganas yang dapat menjadi kanker. 2. Saran 1) Bagi setiap wanita usia subur, konsultasikankan segera ke petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya jika merasakan gejala/tanda seperti kasus askeb ini untuk pencegahan.

2) Bagi pihak Rumah Sakit agar dapat lebih memperhatikan terhadap penyakit ini dan juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanannya.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari syaifudin (2009) Ilmu Kebidanan dan Kandungan Jakarta, : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo Ginekologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi FAkultas Kedokteran UNPAD.2007 Kamus Kedokteran Dorlan 2004 Mandriwati, 2008, Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC Manuaba, (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan). Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Varney, Helen. 2007. Asuhan kebidanan. Jakarta: EGC Winkjosastro (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo

Vous aimerez peut-être aussi