Vous êtes sur la page 1sur 19

Aplikasi Program Dinamik dalam Pengelolahan dan Pengoperasian Sumber Daya Air

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir dari Mata Kuliah Teknik Riset Operasi

Disusun Oleh: Ahmad Sandi Nurmansyah (3125100129)

Program Studi Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta 2012

Daftar Isi
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 PEMBAHASAN 2.1 Program Dinamik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 Prinsip Optimasi Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3 Program Dinamik dalam Pengelolaan dan Pengoperasian Sumber Daya Air kasus Waduk Saguling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 Langkah Penyelesaian Pengoperasian Waduk Saguling . . . . . . . 2.5 Pengoperasian Waduk Air Saguling Dengan Program Dinamik Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.6 Efek Diskritisasi Waktu dan Volume Terhadap Prot Optimal Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.7 Efek Dari Perubahan Tinggi Muka Air Terhadap Lintasan Volume Optimal Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.8 Efek Dari Perubahan Fase Tingkat Harga Energi Listrik . . . . . 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 1 2 2 2 4 5 7 8 10 11 14 14

Daftar Tabel
1 2 3 Prot optimal dari berbagai variasi diskritisasi volume dan waktu Perbandingan Prot optimal dari berbagai Pengelolahan PLTA Saguling dengan diskritisasi Volume 50 hm2 . . . . . . . . . . . . Perbandingan Prot Ketiga Sistem Pebgoperasian Waduk Air Saguling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 12 13

ii

Daftar Gambar
1 2 3 4 5 6 Model proses dalam program dinamik . . . . . . . . . . . . . . . . Model Pengoperasian Waduk Dengan program Dinamik . . . . . . Diskritisasi Volume dan Waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Efek Diskritisasi Waktu dan Volume Terhadap Prot Optimal Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Perubahan Tinggi Muka Air Terhadap Lintasan Volume Optimal Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pengaruh Perubahan Fase Tingkat harga Terhadap Nilai Prot Optimal Bellman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 6 8 9 11 12

iii

1
1.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perencanaan pengembangan sumber daya air pada umumnya berkisar pada masalah pengaturan Waktu dan Tempat sumber daya air yang tersedia untuk satu atau beberapa kegunaan sekaligus. Untuk itu perlu dilakukan analisis sistem sumber daya air yang cermat berdasarkan kondisi yang ada dan kondisi yang diinginkan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk mengoptimasi penggunaan sumber daya air, terutama untuk menghasilkan energi, ialah dengan melakukan optimisasi terhadap pengelolaan suatu waduk. Kebijaksanaan optimasi yang ditempuh adalah menentukan besaran volume air di waduk dalam fungsi ruang dan waktu yang dapat memberikan nilai guna sebesar-besarnya. Salah satu teknik optimasi yang dapat diterapkan adalah Program Dinamik Bellman yang dapat menyederhanakan masalah pengoperasian suatu waduk dengan membaginya menjadi tahapan-tahapan penyelesaian. Hasil optimasi pengelolaan Waduk Saguling dengan Program Dinamik Bellman memberikan prot tambah sebesar 20, 67% bila dibandingkan dengan pengelolaan waduk debit konstan, prot tambah ini diperoleh pada kondisi tingkat harga energi listrik beruktuasi. Analisis sistem dapat didenisikan sebagai suatu pendekatan rasional yang esien dan sistematik untuk mencapai suatu keputusan yang terbaik bagi suatu sistem, berdasarkan informasi yang ada berikut segala keterbatasannya. Analisis system sumber daya air sendiri bertujuan untuk memodikasi bekalan air yang tersedia secara alami supaya pendistribusian dan penggunaan air dapat dilakukan dengan optimal. Ada dua teknik analisis system yang biasa digunakan dalam aplikasi pada masalahmasalah sumber daya air yaitu teknik simulasi dan teknik optimasi. Dari kedua teknik di atas, yang akan dibahas adalah salah satu cakupan dari teknik optimasi yaitu Program Dinamik.

2
2.1

PEMBAHASAN
Program Dinamik

Program dinamik adalah suatu teknik matematis yang biasanya digunakan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian keputusan yang berkaitan. Ahli matematik yang menemukan dan mengembangkan program dinamik adalah Richard Bellman. Program Dinamik (dynamic programming) merupakan metode pemecahan masalah dengan cara menguraikan solusi menjadi sekumpulan langkah (step) atau tahapan (stage) sedemikian sehingga solusi dari persoalan dapat dipandang dari serangkaian keputusan yang saling berkaitan. Suatu keputusan yang telah diambil dan diterapkan pada suatu sistem, akan mengubah sesuatu keadaan yang ada di dalam sistem tersebut. Perubahan keadaan tersebut dapat terjadi pada setiap tahap di mana suatu keputusan telah diambil. Oleh sebab itu keadaan pada suatu tahap akan berhubungan dengan keadaan pada tahap yang lainnya atau dengan kata lain, suatu keputusan akan saling berpengaruh antara tahap satu dengan yang lain. Kumpulan dari keputusan-keputusan yang optimal pada setiap tahap akan membentuk suatu keputusan yang optimal bagi keseluruhan tahap. Dan adanya pentahapan untuk suatu persoalan yang kompleks akan memudahkan dalam memecahkan persoalan tersebut dan program dinamik telah dirancang untuk keperluan tersebut. Program dinamik memberikan suatu teknik penyelesaian yang membutuhkan usaha jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penyelesaian cara coba-coba (trial and error). Dengan program dinamik suatu masalah yang kompleks dan berskala besar dapat diselesaikan dengan cara membaginya menjadi beberapa bagian kecil yang kemudian dioptimalkan, cara ini dikenal dengan teknik dekomposisi.

2.2

Prinsip Optimasi Bellman

Penyelesaian program dinamik didasarkan atas prinsip optimasi dari Bellman (1950), yaitu : Suatu keputusan optimal mempunyai sifat bahwa apapun keadaan dari keputusan awal, keputusan berikutnya harus membentuk suatu keputusan optimal dengan memperhatikan keadaan dari hasil keputusan pertama. Metode program dinamik tidak mempunyai rumusan khusus sehingga metode program dinamik dapat dipergunakan untuk suatu persoalan tanpa memandang jenis fungsi yang ada didalamnya. Bergantung dari persoalan yang dihadapi, maka rumus untuk program dinamik ini akan bersifat spesik, tetapi secara umum dapat dibentuk suatu perumusan yang pada hakekatnya hanya untuk memudahkan di dalam menjelaskan proses perhitungan dalam program dinamik.

Gambar 1: Model proses dalam program dinamik

Keterangan : S0 ,S1 ,...,Si = variabel keadaan, menyatakan suatu keadaan dalam suatu tahap d1 ,...,di = variabel keputusan pada suatu tahap ti (Si1 ,di )= fungsi transisi yang mengubah keadaan kepada ri (Si1 ,di )= fungsi perolehan pada tahap ke-i Variabel keputusan mengandung tiga macam komponen yaitu : 1. Komponen keadaan (dk) 2. Komponen perolehan (r) 3. Komponen alternative keputusan (dm) Komponen keadaan (dk) akan mengubah suatu keadaan pada tahap sebelum menjadi suatu keadaan baru pada tahap tersebut melalui fungsi transisi : Si = ti (Si1 ,dki ) Selanjutnya dalam suatu tahap, akan terdapat fungsi perolehan yang merupakan komponen dari variabel keputusan dan besarnya tergantung kepada keadaan sebelumnya dan keputusan pada tahap tersebut atau : Pi = ri (Si1 ,di ) Sedangkan yang dimaksud dengan komponen alternative keputusan (dm) ialah suatu alternative yang ada dari keputusan (d) dimana akan menunjukkan keputusan mana yang optimal. Dalam masing-masing tahap, akan terdapat fungsi tujuan yang akan dioptimalkan dengan perumusan : 3

fi Si = max/min [Pi +fi1 Si1 ] fi Si = max/min [ri +(Si1 , di )+fi1 (Si di )] Demikian seterusnya sampai pada tahap ken dengan perumusan : fn Sn = max/min [Pn +fn1 Sn1 ] Pada tahap ke-n ini variabel keadaan akan sama dengan Sn , yaitu suatu batasan ataupun suatu fungsi kendala yang akan membatasi persoalan untuk memperoleh optimasi dari seluruh tahap, maka dilakukan proses dekomposisi dengan perhitungan mundur, yaitu menentukan fn Sn pada tahap ke-n, hal ini akan memberikan satu atau lebih pilihan alternative yang optimum yaitu dkn . Setelah itu dapat diperoleh pilihan yang optimum untuk tahap-tahap sebelumnya dengan melakukan proses sebagai berikut : Sn1 = Sn dkn = Sp dkn dengan perhitungan ini akan diperoleh dkn1 , demikian untuk tahap-tahap yang lain akan diperoleh : Sn2 = Sn dkn . . . . S1 = S2 dk2 Sehingga akan diperoleh suatu alternative keputusan yang optimal untuk keseluruhan tahap.

2.3

Program Dinamik dalam Pengelolaan dan Pengoperasian Sumber Daya Air kasus Waduk Saguling

Program dinamaik merupakan proses penentuan keputusan yang bertahap (multistage sequential) berdasarkan prinsip Bellman. Karena bentuknya yang merupakan pengambilan keputusan secara bertahap maka program dinamik cocok digunakan untuk menganalisa pengoperasian sistem sumber daya air untuk perioda perencanaan yang panjang. Masalah kenonlinieran dapat diatasi dalam persamaan rekursif. Masalah operasi waduk cocok untuk dipecahkan dengan program dinamis karena cara pengoperasian waduk selama 1 periode mempengaruhi tingkatan permukaan waduk untuk pengoperasian waduk pada periode berikutnya. Dengan demikian masalah operasi waduk ini berlangsung bertahap/urutan menurut waktu.

Dengan program dinamik, walaupun keputusan diambil pada tiap tahap, tetapi semuanya itu berkaitan satu sama lainnya. Dengan kata lain pengambilan keputusan pada suatu tahap akan mempengaruhi keputusan yang diambil pada tahap berikutnya. Juga dengan program dinamik ini, masalah optimasi waduk dapat diuraikan menjadi masalah yang lebih kecil yang lebih mudah untuk dipecahkan. Pengoperasian sistem suatu waduk pada prinsipnya merupakan penerapan dari teori mass balance atau hukum kekekalan massa. Teori mass balance atau yang disebut juga dengan Hydrologic Budget menyatakan bahwa simpanan air pada waduk untuk awal bulan ke(t+1) adalah sama dengan simpanan air waduk pada awal bulan ke-t, ditambah dengan masukan air dari sungai dan hujan yang lansung jatuh di atas waduk, selama bulan ke-t, kurangi dengan evaporasi, kebutuhan air untuk suplai air dan tenaga listrik serta irigasi, dan aliran air tanah. Secara matematis pernyataan tersebut di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Vt+1 = Vt + It Et Qt Nt Dimana: Vt+1 = Simpanan air dalam waduk pada saat awal bulan ke(t+1) Vt = Simpanan air dalam waduk pada saat wala bukan ket It = Inow selama bulan ke-t Et = Evaporasi yang terjadi selama bulan ke-t Qt = Debit yang harus dikeluarkan untuk keperluan tenaga listrik selama bulan ke-t Nt = Debit yang harus dikeluarkan untuk keperluan irigasi selama bulan ke-t

2.4

Langkah Penyelesaian Pengoperasian Waduk Saguling

Untuk operasi sistem suatu waduk maka penempatan model dalam struktur format program dinamis dilakukan sebagai berikut : 1. Menentukan diskritisasi volume dan waktu Untuk sistem ini diskritisasi waktu yang digunakan adalah periode waktu mulan dari setengah bulan, satu bulan, dua bulan sampai tiga bulan, penentuan diskritisasi waktu ini akan menentukan jumlah tahapan penyelesaian program dinami sesuai dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Untuk menentukan titik awal pengoperasian dilakukan pengulangan proses untuk periode satu tahun berikutnya, sehingga diperoleh sautu titik awal pengoperasian yang memberikan jalur yang sama untuk periode waktu pengoperasian 24 bulan (2 tahun). Diskritisasi volume waduk yang digunakan adalah muali dari 2,5 , 5, 10, 25, 50, 100 sampai dengan 200 hm3 , hal ini disesuaikan dengan akurasi yang diinginkan dan kemampuan memori komputer yang digunakan. 5

Penggunaan berbagai variasi dari kedua diskritisasi ini dimaksudkan untuk mencari nilai prot optimal yang paling besar yang akan diperoleh bila terdapat kesesuaian dalam pengambilan kedua diskritisasi tersebut. 2. Menentukan State Variabel dan Decision Variabel Persamaan mass-balance atau persamaan kontinuitas di sini ialah bahwa jumlah air yang masuk dikurangi dengan jumlah air yang dikeluarkan untuk menggerakkan turbin harus setimbang dengan volume waduk yang ada. Yang ditentukan sebagai state variabel adalah volume waduk dan decision variabel adalah debit yang digunakan untuk menggerakkan turbin (qt )

Gambar 2: Model Pengoperasian Waduk Dengan program Dinamik

3. Menentukan State-Equation Pada sistem ini persamaan mass balance dari waduk merupakan state equation qt = Vt Vt+1 Qt 4. Menentukan Fungsi Objective yang Seperable Untuk sistem pengoperasian Waduk Air Saguling ini fungsi objectivenya adalah memaksimum prot yang dihasilkan. Untuk tiap tahap prot yang dihasilkan pada tahap itu jelas seperabel yaitu hanya tergantung dari decision variabl, qt dan harga energi listrik, dan state variable, Vt dan Vt+1 , pada tahap itu. Secara matematis fungsi objectivenya adalah sebagai berikut:
12

B=
t1

Pt (Vt ,Vt+1 ,qt )NPt

Dimana : 6

Vt = besaran volume waduk air pada waktu t1 Vt+1 = besaran volume waduk air pada waktu ti+1 Pt (Vt ,Vt+1 ,qt ) = besaran produksi energi listrik, Bellman NPt = besaran tingkat harga energi listrik (dalam satuan perhitungan /GWH)

2.5

Pengoperasian Waduk Air Saguling Dengan Program Dinamik Bellman

Penggunaan program dinamik Bellman dimaksudkan agar pengoperasian waduk memberikan hasil yang optimum. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas pertamatama diperlukan untuk mendenisikan kembali peran waduk air Saguling sebagai pembangkit tenaga listrik dengan objektivitasnya optimasi pemakaian air dengan batasan-batasan sis dan rekayasa dari sistem waduk yang ada dinyatakan sebagai berikut : Kesetimbangan massa air : Vt+1 = Vt + Qt qt Batasan sik tampungan air : 0 < Vt < V0 600Mm3 Batasan kisar pengatur : 0 < q < qmak 600Mm3 /bulan fungsi ekonomi waduk air : Pt = 2, 725 103 qt Ht Tinggi tekan air : Ht = 381 8, 1 104 qt 2 Metode Bellman ini dicirikan oleh dua diskritisasi volume dan waktu di mana lintasan yang ditempuh dari titik A menuju titik B dilakukan dengan menempuh semua lintasan yang mungkin (lihat gambar disritisasi) dan pada setiap titik hanya ada satu nilai maksimum. t =T/n dan v =V/m dimana: m = jumlah interval disritisasi volume V = batasan volume tampungang waduk Saguling n = jumlah langkah waktu T = periode pengoperasian Prot maksimal yang diperoleh dapat diekspresikan dengan:
12

B=
t1

Pt (Vt ,Vt+1 ,qt )NPt

Tabel 1: Prot optimal dari berbagai variasi diskritisasi volume dan waktu Waktu Setengah Bulan Satu Bulan Dua Bulan Tiga Bulan Volume(hm3 ) (per GWH) (per GWH) (per GWH) (per GWH) 2,5 1901,7 1904,5 1888,9 1873,6 5 1901,5 1904,5 1888,4 1873 10 1899 1901,5 1888 1872,3 25 1882 1893,3 1888,4 1869,7 50 1839,5 1882 1886 1863,2 100 1804,6 1839,5 1862,4 1849,7 200 1763,9 1804,6 1800,5 1835,7

Gambar 3: Diskritisasi Volume dan Waktu

Proses optimasi program dinamik Bellman ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Turbo Pascal. Hasil-hail perhitungan trayek volume waduk optimum Bellman tersebut dapat dilihat pada table.1

2.6

Efek Diskritisasi Waktu dan Volume Terhadap Prot Optimal Bellman

Pada pengoperasian waduk dengan menggunakan program dinamik Bellman ini, digunakan dua diskritisasi yaitu diskritisasi waktu dan volume. Penentuan besarnya kedua diskritisasi ini akan mempengaruhi besarnya solusi optimal yang diperoleh dari penggunaan metode program dinamik untuk pengoperasian sebuah waduk, di mana solusi yang terbaik akan diperoleh bila terdapat keserasian dalam pengambilan interval antara disritisasi volume dan waktu. 8

Diskritisasi waktu akan menentukan banyaknya tahapan program dinamik dan berhubungan langsung dengan besarnya debit input waduk Saguling selama periode satu tahun. Makin besar interval waktu yang digunakan akan menyebabkan makin besarnya perbedaan debit input pada setiap tahapan penyelesaian dengan menggunakan program dinamik ini. Debit input ini merupakan salah satu besaran yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk memperoleh solusi yang optimal. Diskritisasi volume berhubungan dengan pengaturan volume waduk Saguling mulai dari kondisi kosong sampai pada kondisi penuh. Penentuan besarnya diskritisasi volume akan mempengaruhi akurasi perhitungan yang diperoleh, makin kecil interval yang digunakan makin tinggi akurasi yang akan diperoleh, tetapi memory computer yang digunakan akan semakin besar sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan perhitungan. Pada penelitian ini dicoba menggunakan berbagai variasi diskritisasi waktu dan volume untuk mengetahui efek yang ditimbulkan terhadap solusi optimal yang diperoleh. Pengambilan besarnya kedua diskritisasi tersebut dilakukan secara bertahap untuk dapat melihat dengan jelas perubahan yang terjadi. Untuk diskritisasi waktu yang digunakan mulai dar setengah bulan, satu bulan, dua bulan sampai tiga bulan, sedangkan diskritisasi volume yang digunakan mulai dari 2.5 , 5, 10, 25, 50, 100 sampai 200 hm3 , pengambilan diskritisasi ini juga disesuaikan dengan kemampuan komputer yang digunakan. Prot optimal yang diperoleh dari berbagai variasi kedua diskritisasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4: Efek Diskritisasi Waktu dan Volume Terhadap Prot Optimal Bellman

Dari grak yang dihasilkan dapat dilihat pengaruh variasi kedua diskritisasi yang digunakan terhadap prot optimal yang dihasilkan. Untuk variasi diskritisasi volume 25hm3 belum terllihat perbedaan prot optimum yang besar untuk setiap diskritisasi waktu yang digunakan keculai untuk diskritisasi waktu setengah bulan sudah terjadi penurunan yang cukup besar, sehingga disini terlihat bahwa prot optimum yang terbesar diperoleh dengan pengambilan diskritisasi waktu satu bulan. Mulai dari diskritisasi volume 50hm3 dapat dilihat besarnya slope dari masing-masing diskritisasi waktu. Pada umumnya untuk setiap diskritisasi waktu yang digunakan dengan adanya peningkatan besarnya diskritisasi volume akan menimbulkan penurunan terhadap prot optimum yang dihasilkan. Penurunan ini semakin tajam bila diskritisasi waktu diperbesar. Dari grak dapat dilihat slope ini mengecil dengan meningkatnya diskritisasi waktu yang digunakan, sehingga di sini dapat dilihat pada diskritisasi tiga bulan mempunyai slope yang paling kecil, peningkatan diskritisasi volume tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap nilai prot optimal yang diperoleh, dan pada diskritisasi volume 200 hm3 mencapai prot optimum yang paling besar.

2.7

Efek Dari Perubahan Tinggi Muka Air Terhadap Lintasan Volume Optimal Bellman

Dalam pengoperasian sebuah waduk, program dinamik digunakan untuk mencari prot optimal dengan mengatur berapa volume air dalam waduk untuk setiap tahapan waktu sehingga diperoleh prot optimal melalui fungsi obyektif yang telah ditentukan. Untuk dapat mempergunakan program dinamik ini kita perlu menentukan kondisi awal waduk dalam hal ini adalah volume waduk saat kita memulai pengoperasian dan kondisi awal ini harus sama dengan kondisi akhir pengoperasian dalam suatu perioda yang kita tentukan, sehingga proses pengoperasian ini dapat berulang secara terus-menerus. Penentuan volume awal waduk ini dilakukan dengan cara coba-coba sampai diperoleh suatu kondisi awal pengoperasian waduk yang akan menghasilkan prot terbesar. Sesuai dengan prinsip program dinamik dimana solusi optimal suatu sistem secara keseluruhan akan tercapai bila tiap tahap penyelesaian program dinamik tersebut mencapai hasil yang optimal pula, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh keputusan dalam menentukan tahap awal penyelesaian sistem tersebut. Begitu pula dalam pengoperasian suatu waduk pemilihan volume awal waduk saat kita akan memulai pengoperasian akan sangat menentukan apakah kita berhasil mendapatkan prot yang paling optimal dari seluruh alternative keputusan yang ada. Dari grak hasil penyelesaian dengan program dinamik dalam pengoperasian waduk Saguling terlihat berbagai alternative penentuan volume awal pengoperasian dan pengoptimal yang diperoleh. Dalam hal ini diskritisasi volume yang 10

digunakan adalah 50 hm3 dimana pengoptimal diperoleh dengan penentukan volume awal pengoperasian adalah pada volume 550 hm3 . Dari grak tersebut dapat dilihat bahwa trayek-trayek yang diperoleh seluruhnya akan menuju pada pengoptimal, dan pada tahapan tertentu pada pengoperasian waduk tersebut akan tercapai titik balik keseimbangan trayek optimal stabil, di mana setelah mencapai titik tersebut akan diperoleh trayek yang stabil yang akan memberikan prot optimal dimanapun kita memulai titik awal pengoperasian waduk. Dari hasil perhitungan untuk diskritisasi waktu satu bulan dan diskritisasi vlume 50 hm3, titik balik kesetimbangan ini terjadi pada bulan April, hal ini berarti bahwa pada volume berapapun kita memulai pengoperasian waduk, setalah bulan April kita akan selalu memperoleh prot yang optimal.

Gambar 5: Perubahan Tinggi Muka Air Terhadap Lintasan Volume Optimal Bellman

2.8

Efek Dari Perubahan Fase Tingkat Harga Energi Listrik

Pengaruh perubahan fase harga energi listrik setiap bulannya terhadap uktuasi debit dapat dilihat pada table dan gambar berikut : 11

Tabel 2: Perbandingan Prot optimal dari berbagai Pengelolahan PLTA Saguling dengan diskritisasi Volume 50 hm2 Fase (bulan) Tanpa Waduk Waduk Intuitif Bellman 0 1763,9 1559,6 1882 1 1751,9 1559,6 1883,3 2 1680,9 1559,6 1864,1 3 1565,9 1559,6 1816 4 1448,1 1559,6 1723,8 5 1360,7 1559,6 1648,6 6 1320,3 1559,6 1610,2 7 1334,7 1559,6 1619,4 8 1404,4 1559,6 1681,1 9 1513,3 1559,6 1763,3 10 1630,2 1559,6 1837,7 11 1720,3 1559,6 1873,2

Gambar 6: Pengaruh Perubahan Fase Tingkat harga Terhadap Nilai Prot Optimal Bellman

Dari grak dapat dilihat adanya penurunan prot optimal dengan meningkatnya perubahan fase tingkat harga energi listrik sampai mencapai prot optimal terkecil pada perubahan fase 6. Pada kondisi tersebut perbandingan antara prot 12

Tabel 3: Perbandingan Prot Ketiga Sistem Pebgoperasian Waduk Air Saguling Prot NP Prot NP Prot Konstan Beruktasi Tambah (per GWH) (per GWH) % Bellman 1563,7 1882 20,67 Tanpa Waduk 1541,2 1763,9 13,1 Waduk Debit Konstan 1559,6 1559,6 0 Sistem Pengoperasian Produksi Listrik (GWH Bulan) 2202 2283 2311

optimal Bellman dengan prot pengoperasian waduk debit konstan sangat kecil yaitu prot tambahnya hanya sekitar 3, 2% sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada kondisi tersebut program dinamik Bellman tidak memberikan prot tambah dibandingkan dengan pengoperasian debit konstan. Dari table berikut dapat dilihat perbandingan prot ketiga sistem pengoperasian waduk Air Saguling dengan menggunakan tingkat harga listrik konstan dan beruktuasi.

Dari table terlihat bahwa program dinamik Bellman memberikan prot tambah terhadap pengelolaan waduk konstan dan tanpa waduk jika terdapat uktuasi tingkat harga energi listrik. Dengan menggunakan tingkat harga energi listrik konstan, ketiga pengoperasian tersebut mempunyai prot yang hampir sama. Pada pengoperasian dengan menggunakan program dinamik produksi listrik yang dihasilkan paling kecil dibandingkan dengan kedua pengoperasian yang lain.

13

3
3.1

PENUTUP
Kesimpulan

Teknik optimasi program dinamik cocok untuk diterapkan pada model pengoperasian suatu waduk untuk memperoleh prot yang optimal di mana penyelesaian masalah pengoperasian suatu waduk dapat disederhanakan dengan menggunakan program dinamik dengan membaginya menjadi tahapan-tahapan penyelesaian yang lebih sederhana, hal ini memang sesuai dengan cara pengoperasian suatu waduk di mana pada pengoperasian waduk selam 1 periode akan mempengaruhi level permukaan waduk untuk pengoperasian waduk pada periode berikutnya. Dengan demikian masalah operasi waduk ini berlangsung bertahap/berurutan menurut waktu. Pada pengoperasian waduk yang berfungsi untuk menghasilkan energi listrik, penggunaan model optimasi program dinamik dpat menghasilkan solusi optimal yaitu dengan memperoleh prot yang maksimal dari produksi listrik yang dihasilkan. Prot maksimal yang diperoleh merupakan hasil kalkulasi antara variabel hidrologi yang berupa debit input dan harga energi listrik sebagai fungsi dari waktu. Kedua variabel tersebut merupakan fungsi pembatasan dalam melakukan proses optimasi pada pengoperasian sebuah waduk. Dari hasil perhitungan penerapan program dinamik untuk studi kasus waduk air Saguling pada tingkat harga energi listrik konstan dan tingkat harga energi listrik beruktuasi, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan program dinamik pada kondisi harga energi listrik konstan tidak memberikan prot tambah jika dibandingkan dengan prot yang diperoleh dari hasil pengoperasian waduk dengan debit konstan. Program dinamik akan memberikan prot tambah bila terjadi uktuasi dari tingkat harga energi listrik. Dengan hanya adanya uktuasi variabel hidrologi ternyata program dinamik tidak memberikan prot tambah dibandingkan dengan dua pengoperasian yang dipilih sebagai pembanding yaitu pengoperasian tanpa waduk dan dengan waduk menggunakan debit konstan. Dari hasil perhitungan dengan berbagai diskritisasi waktu dan volume dapat diambil kesimpulan bahwa solusi yang paling optimal akan diperoleh bila terdapat keseimbangan antara pengambilan kedua diskritisasi tersebut. Karena distritisasi waktu berhubungan langsung dengan variabel hidrologi yang merupakan fungsi dari waktu, sedangkan diskritisasi volume berhubungan dengan tingkat akurasi yang diinginkan. Makin kecil diskritisasi volume yang digunakan untuk diskritisasi waktu tertentu, akan makin tinggi akurasi yang diperoleh tetapi akan makin tinggi pula memory computer yang digunakan serta makin lama waktu yang diperlukan dalam melakukan perhitungan.

14

Pustaka
[1] Hillier,Frederick S and Lieberman,Gerald J.2005.Introduction to Operations Research, McGraw-Hil Publishing Company: New York [2] http://mathworld.wolfram.com/search/query=Bellman+Dynamic+Program.html/ [3] http://repository.akprind.ac.id/sites/les/conference/nuraeni21218.pdf

15

Vous aimerez peut-être aussi