Vous êtes sur la page 1sur 9

Komunikasi untuk Mengambil Keputusan dalam sebuah Kelompok

Metode berkomunikasi dalam sebuah kelompok kecil telah menjadi topik yang penting dalam area ilmu komunikasi sejak dahulu kala. Hingga saat ini, topik yang sangat erat kaitannya dengan komunikasi di dalam kelompok adalah cara mengambil keputusan penelitian-penelitian dan teori-teori yang kontemporer dalam komunikasi kelompok mulai muncul dari sumber-sumber yang berasal dari awal abad ke 20. Salah satu sumber yang dipakai berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Mary Parker Follet. Follet menyatakan bahwa diperlukan tiga proses utama yang harus dilakukan oleh sebuah kelompok, organisasi, atau komunitas, dalam memecahkan suatu permasalahan, yaitu: mengumpulkan informasi-informasi yang berasal dari para ahlinya, menguji informasi-informasi tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, dan menciptakan solusi-solusi yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan-kebutuhan yang bermacam-macam, jangan sampai

menciptakan solusi-solusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Salah satu pengaruh yang sangat penting pada teori-teori di jaman sekarang adalah adanya gerakan kelompok-diskusi dalam area pidato. Dari hasil penelitian-penelitian yang dilakukan, banyak yang mengacu pada bentuk model input-process-output. Bentuk model ini menggambarkan bahwa pengalaman suatu kelompok akan memberikan efek pada kelompoknya (input), lalu akan ada sesuatu yang terjadi di dalam kelompok tersebut (process), dan akan mengeluarkan hasil atau reaksi dari kelompok tersebut (output).

Bentuk Input-Process-Output Sebuah Bentuk Pengaturan Umum Model yang sederhana ini, diciptakan oleh Barry Collins dan Harold Guetzkow, menggambarkan tema-tema utama dari penelitian pada tugastugas kelompok. Bentuk ini memperlihatkan bahwa sebuah kelompok kerja akan berhadapan dengan dua tipe masalah, yaitu halangan-

halangan tugas dan antarpribadi. Halangan-halangan tugas adalah kesulitan-kesulitan yang ditemukan oleh sebuah kelompok dalam menghadapi tugasnya, misalnya ketika merencanakan suatu acara, atau menyutujui suatu kebijakan. Seluruh anggota yang ada di kelompok tersebut secara langsung akan berhadapan dengan masalah. Mereka harus bisa menganalisa untuk situasinya, mengatasi membuat masalah solusi-solusi tersebut, yang atau

memungkinkan

mempertimbangkan bentuk-bentuk alternatif lainnya. Tentunya dalam mengambil suatu keputusan di dalam suatu kelompok akan berbeda dibandingkan dalam memecahkan masalah pribadi dikarenakan adanya hubungan-hubungan antarpribadi. Halangan-halangan antarpribadi akan muncul apabila terdapat dua atau lebih orang yang berkumpul dalam mengatasi masalah tersebut. Contoh adalah ketika kita harus bisa menjelaskan ide kita kepada orang lain, harus bisa bersama-sama menghadapi konflik, menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada, dan lain-lain. Perbedaan dasar antara tugas kerja dengan hubunganhubungan antar pribadi telah menjadi masalah yang banyak ditemui dalam penelitian dan teori yang berhubungan dengan komunikasi kelompok kecil. Ketika kerja tugas dan antar pribadi secara efektif dapat terintergrasi, maka akan muncul efek pertemuan atau assembly effect, dimana solusi kelompok atau produknya dianggap lebih superior terhadap pekerjaan individu. Hasil yang diterima oleh sebuah kelompok bisa positif maupun negatif. Apabila tujuan yang ingin dicapai bisa berjalan dengan sukses, maka umumnya sudah pasti akan membawa aura positif kepada anggota-anggotanya. Sebagai tambahan, dengan adanya resolusi pada suatu konflik dan komunikasi yang berjalan dengan lancar terkadang akan membawa kepuasan batin dan kepuasan bagi antarpribadi. Dalam sebuah kelompok pun akan bisa mengeluarkan energi. Energi tersebut dapat berguna dalam memecahkan masalah-masalah tugas, dan bisa juga untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan hubungan antarpribadi. Raymond Cattell menggunakan istilah energi ini sebagai

pengganti bentuk usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu kelompok. Sejumlah energi yang digunakan untuk mengatasi hubungan antarpribadi disebut sebagai intrinsic synergy, atau sinergi hakiki, sedangkan yang digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas adalah effective synergy, atau sinergi efektif. Apabila sinergi efektif-nya tinggi, maka tugas-tugasnya dapat diatasi dan diselesaikan dengan efektif, dan apabila tidak maka hasilnya akan tidak sempurna. Tingkat dari bentuk sinergi pada suatu kelompok merupakan hasil dari sikap-sikap dan tingkah laku dari satu anggota ke anggota lainnya. Apabila terjadi konflik, maka energi yang ada akan habis digunakan untuk menjaga keseimbangan kelompok tersebut, sehingga tidak akan ada energi lagi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Namun apabila anggota kelompok tersebut memiliki kepentingan atau selera yang sama, maka akan sedikit energi yang digunakan untuk mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan hubungan antarpribadi, dan tingkatan sinergi efektifnya akan lebih besar lagi.

Tradisi Fungsional Teori-teori fungsional dari bentuk komunikasi kelompok memandang bentuk proses sebagai instrumen ketika dimana suatu kelompok sedang mengambil keputusan, menekankan hubungan antara kualitas komunikasi dengan kualitas output dari suatu kelompok tersebut. Komunikasi tentunya akan berhubungan dengan beberapa hal dalam mengatur pengeluaran yang dilakukan oleh suatu kelompok, misalnya dalam saling membagi informasi-informasi, merupakan cara bagi anggota-anggota kelompok tersebut dalam melakukan eksplorasi dan mengidentitaskan bentuk kesalahan-kesalahan ketika sedang berpikir, dan sebagai alat untuk melakukan persuasi. Bentuk ini sangat erat kaitannya dengan apa yang diteliti oleh John Dewey. Dewey menyatakan bahwa terdapat enam langkah dalam memecahkan suatu masalah, mampu mengekspresikan kesulitannya mampu menggambarkan masalahnya

mampu menganalisa masalahnya dapat mengeluarkan atau memberikan saran-saran sebagai bentuk solusinya dapat membandingkan bentuk-bentuk alternatif dan

mengujinya terhadap sekelompok objektif-objektifnya atau kriteria-kriterianya, mampu melakukan atau melaksanakan hasil keputusan atau solusinya yang terbaik.

Sebuah Teori Fungsional Umum Bentuk tradisi fungsional ini dibentuk oleh Randy Hirokawa dan rekanrekannya, dimana penelitian-penelitian mereka berhubungan dengan aneka bentuk kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan oleh sebuah kelompok dan juga berusaha untuk mengidentitaskan hal-hal yang bermacam-macam bentuknya yang diperlukan untuk dupertimbangkan oleh sebuah kelompok agar dapat menjadi lebih efektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hirokawa hampir mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewey. Sebuah kelompok umumnya akan mulai dengan melakukan identifikasi dan mencoba untuk memahami permasalahanpermasalahan yang ada, dan akan muncul pertanyan-pertanyaan seperti apa yang terjadi?, mengapa?, siapa saja yang terlibat?, kesulitan seperti apa yang dihasilkan?, dan lain-lain. Dari sini, langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan melakukan evaluasi informasi-informasi yang ada tentang masalah tersebut. Semakin banyak diskusi-diskusi tentang solusisolusi yang memungkinkan, maka informasi-informasinya akan terus bermunculan. Langkah berikutnya adalah kelompok akan

menggeneralisasi proposal-proposal alternatif yang bermacam-macam bentuknya untuk mengatasi masalah dan mendiskusikan tujuan yang ingin dicapai melalui pemecahan masalah tersebut.

Teori Kelompok Diskusi oleh Janis

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irving Janis dan rekan-rekannya termasuk memberikan kontribusi yang besar bagi tradisi fungsional. Teori Janis ini lebih dikenal sebagai hipotesis kelompok-diskusi atau groupthink hypothesis. Kelompok-diskusi merupakan hasil langsung dari adanya perpaduan di dalam suatu kelompok. Cohesiveness atau kepaduan adalah ukuran kepentingan yang saling menguntungkan di antara anggota-anggota suatu kelompok. Semakin tinggi tingkat perpaduan di dalam suatu kelompok, maka semakin tinggi pula bentuk saling menguntungkan yang ada. Bentuk perpaduan ini tidak harus atau tidak mengharuskan anggotanya untuk memiliki sikap atau tungkah laku yang sama, namun setiap anggotanya diharuskan bersifat interdependen dan saling tergantung pada anggota yang lainnya agar dapat mencapai tujuantujuan yang diinginkan dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya. Bentuk perpaduan ini bisa menjadi hal yang penting bagi sebuah kelompok karena hal tersebut dapat membawa anggota-anggotanya menjadi lebih erat dan akan memperkuat hubungan-hubungan

antarpribadi antara angotanya. Apabila tidak terdapat bentuk perpaduan, maka bisa saja akan muncul faktor-faktor yang akan merusak persatuan yang ada. Konflik-konflik akan muncul sehingga akan terjadi lebih banyak perdebatan.

Dalam penelitiannya, Janis menemukan adanya enam bentuk-bentuk negatif yang bisa saja akan muncul apabila tidak ada bentuk perpaduan yang kuat. 1. Kelompok akan membatasi diskusinya menjadi hanya beberapa pilihan alternatif tanpa mempertimbangkan atau memandang penuh kemungkinan-kemungkinan terjadinya kreatifitas. Solusi yang dihasilkan mungkin saja menjadi terlalu sederhana, hal ini dikarenakan terbatasnya ruang ide yang dapat dieksplorasi.

2. Posisi pendapat yang diinginkan oleh sebagian besar anggotanya tidak pernah diteliti atau dipelajari ulang untuk melihat apakah akan ada halangan-halangan yang akan bermunculan. Dengan kata lain, kelompok tersebut tidak lagi mampu berpikir secara kritis. 3. Kelompok tersebut tidak mampu untuk memeriksa ulang bentukbentuk alternatif yang pada awalnya tidak disukai atau tidak disetujui oleh sebagian besar anggotanya. Opini-opini yang berasal dari anggotanya yang minoritas akan cepat-cepat dihilangkan atau tidak dipedulikan, bukan saja dari anggotanya yang mayoritas namun juga dari anggotanya yang pada awalnya menyutujui opiniopini tersebut. 4. Tidak berusaha untuk mencari opini-opini yang berasal dari ahlinya. Kelompok tersebut sudah puas dengan hasil yang dikeluarkannya sendiri, dan akan merasa terganggu apabila ada pendapatpendapat lainnya yang bukan berasal dari anggotanya sendiri. 5. Kelompok tersebut sangatlah selektif dan mengumpulkan dan menghadiri informasi-informasi yang tersedia. Anggota-anggotanya hanya tertarik dan cenderung hanya berkonsentrasi pada

informasi-informasi yang mendukung rencana yang mereka suka. 6. Kelompok tersebut sangatlah percaya diri terhadap ide-idenya sendiri sehingga tidak merasa perlu untuk membentuk rencana jangka panjang. Mereka tidak dapat melihat kemungkinankemungkinan terjadinya kegagalan dan tidak memiliki persiapan seandainya terjadi kegagalan.

Analisis Proses Interaksi Teori yang dibuat oleh Robert Bales ini dianggap dapat menyatukan dan merupakan teori yang terbentuk dengan baik tentang interaksi kelompok kecil. Teorinya juga bertujuan untuk menjelaskan pola-pola tanggapantanggapan yang terjadi di dalam kelompok tugas kecil.

Terdapat dua kelas umum yang dapat dilihat di dalam tingkah laku komunikasi. a. Socioemotional, dimana pada bentuk ini diwakilkan oleh tindakantindakan positif dan negatif, seperti seeming friendly, showing tension, dan dramatizing. b. Task behaviour, dimana bentuk ini diwakilkan oleh suggestions, opinions, dan information. Dalam penelitiannya tentang kepemimpinan, Bales menemukan bahwa dalam kelompok yang sama bisa saja atau akan terdapat dua jenis pemimpin yang berbeda. Task leader, dimana berfungsi untuk memberikan fasilitas atau mengkoordinasikan hal-hal atau komentar-komentar yang

berhubungan dengan tugas-tugas kelompok, dan juga harus dapat mengarahkan energi kelompok tersebut agak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Socioemotional leader, dimana berfungsi untuk memperbagus atau memperkuat hubungan-hubungan yang ada di dalam kelompok, dan memberikan perhatiannya pada bentuk interaksi-interaksi yang positif maupun yang negatif. Biasanya orang yang akan menjadi task leader dan socioemotional leader adalah orang yang berbeda.

Analisis Interaksi oleh Fisher Bentuk teori ini dibuat oleh Aubrey Fisher dan Leonard Hawkes. Mereka percaya bahwa terdapat bentuk pendekatan yang lebih bijaksana dalam mempelajari bentuk komunikasi dalam kelompok, yaitu interact system model atau model sistem interaksi. Interaksi itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk sikap seseorang yang lalu diikuti oleh sikap yang lainnya. Dalam teorinya, Fisher menggaris bawahi adanya empat fase yang akan

dihadapi oleh kelompok-kelompok tugas, yaitu orientation, conflict, emergence, dan reinforcement. Orientation phase, dimana bentuk ini berhubungan dengan mendapatkan pengenalan, klarifikasi, dan permulaan untuk

mengekspresikan sudut pandangnya. Pada tingkatan fase ini akan ada bentuk persetujuan yang tinggi dan sakral sifatnya. Conflict phase, dimana pada bentuk ini berhubungan dengan perbedaan pendapat. Pada fase ini, bentuk interaksi antar anggotanya mulai banyak mengalami bentrokan dan banyak terjadi perbedaan pendapat. Emerge phase, dimana konflik-konflik yang terjadi di fase sebelumnya mulai menghilang. Para anggotanya mulai tidak mempertahankan sudut pandang atau pendapat-pendapatnya, dan komentar-komentar mereka sudah mulai bersifat ambigu. Reinforcement phase, dimana di dalam kelompok tersebut sudat menjadi lebih bersatu dan solid, sehingga ada pembentukkan halhal baru yang berasal dari anggotanya sendiri.

Perspektif Strukturasional Bentuk ini dianggap lebih segar dibandingkan bentuk input-processoutput. Bentuk ini dibuat oleh Marshall Scott Poole dan rekan-rekannya. Bentuk teori ini menyatakan bahwa dalam mengambil suatu keputusan merupakan proses dimana setiap anggotanya berusaha untuk mencapai bentuk

kesepakatan, atau convergence, pada keputusan akhir dan dengan melakukan hal tersebut maka akan memperkuat struktur sistem sosial yang ada di dalam kelompok tersebut. Dalam teorinya terdapat tiga faktor sebuah tindakan yang akan mempengaruhi bagaimana sebuah kelompok akan berfungsi, yaitu interpretasi, moralitas, dan power. Bentuk interpretasi akan terjadi melalui adanya bahasa, bentuk moralitas dapat dihasilkan dengan adanya norma-norma

yang ada di dalam kelompok tersebut, dan power dapat dicapai melalui strukturstruktur kekuatan yang telah muncul dari dalam kelompok tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi